Anda di halaman 1dari 15

MODUL

ANAMNESA PADA BAYI DAN ANAK DENGAN GANGGUAN


ELIMINASI,PERSIAPAN ANAK DAN BAYI UNTUK PEMERIKSAAN
PENUNJANG DAN PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM PENCERNAAN DAN
SISTEM KEMIH

DI SUSUN OLEH:

CHELSE AGGIE ANANDA (21121179)

PRODI D-3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI MULIA SUKOHARJO

2023
SOP Pemeriksaan Kehamilah (ANC)
Pengertian : Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standart yang ditetapkan.
Tujuan : 1 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan bayi
2 Mengenali secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil
3 Mempersiapkan persalinan cukup bulan
4 Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif
Prosedur : Persiapan Pasien
1. Petugas memperkenalkan diri
2. Identifikasi klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.

Persiapan alat
1. Timbangan badan
2. Tensimeter
3. Stetoskop
4. Stetoskop leanec / Fetoskope
5. Reflex Hammer
6. Jangka panggul
7. Metline
8. Pengukur tinggi badan
9. Pengukur waktu
10. Buku catatan

Pelaksanaan
1. Anamnesa
1.1. Umum
1.2. Keluarga
1.3. Kebidanan
2. Pemeriksaan Umum
2.1.Menimbang BB
2.2. Mengukur TB
2.3. Mengukur LILA
2.4. Mengukur Tekanan Darah, Nadi, RR
3. Pemeriksaan Inspeksi
3.1. Cara berjalan
3.2. Bentuk tubuhFisik (Head To Toe)
4. Pemeriksaan Palpasi
4.1.Atur posisi pasien berbaring senyaman mungkin
4.2.Lakukan palpasi leher
4.3.lakukan palpasi mamae dan ketiak
4.4.Lakukan palpasi perut / uterus Leopold I-IV
5. Pemeriksaan Auscultasi
5.1.Tentukan letak punctum Maximum
5.2. Hitung DJJ
6. Pemeriksaan panggul luar
6.1.Atur posisi pasien
6.2.Ukur distansia spinarum
6.3.Ukur distantia cristarum
6.4.Ukur Boudeloque
6.5.Ukur lingkar panggul
7. Pemeriksaan Perkusi
7.1.Atur posisi pasien duduk senyaman mungkin
7.2.Ketuk daerah patella
8. Catat hasil pemeriksaan pada KMS ibu
9. Buat diagnosa / Kesimpulan

SOP Pertolongan PersalinanNormal (INC)


Pengertian : Suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir
Tujuan : menjaga kelangsungan hidup dan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui upaya yang terintergrasi dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal)
Prosedur : Persiapan Pasien
1. Identifikasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. Inform consent
Persiapan alat
1. Partus Set
2. Heacting set
3. Kapas dan air DTT
4. Kasa steril
5. Depress
6. Penghisap lendir delle
7. Obat : oxytocin dan spout
8. Doek / alas bokong
9. Handuk dan kain pembungkus bayi
10. Larutan clorin 0,5% dalam Waskom
11. Air DTT dalam Waskom
12. Tempat sampah medis dan Non Medis
13. Tempat pakaian kotor
14. Pakaian Ibu dan Pembalut
15. Bengkok
16. Gelas Ukur dan tempat plasenta
17. Tensimeter dan stetoskop
18. Fetoskope
19. APD (Celemek, sepatu boot, masker, topi / nurse cap, kacamata
google)

Pelaksanaan: Pelaksanaan
I. Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
 Perineum tampak menonjol
 vulva dan sfingter ani membuka
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi
baru lahir untuk ditempatkan ditempat datar dan kering 2 kain dan 1
handuk bersih dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt
dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 Unit dan lat suntik steril sekali pakai
didalam partus set.
3. Pakai celemek
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai Sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam lubang suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
III. Memastikan Pembukaan Lengkap Dan Keadaan Janin Baik
7. Bersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi
air DTT
 JIka introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi ) dalam wadah
yang tersedia
 ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% )
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit, cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepas.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi
uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-
16x/menit)
 Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Dokumentasi hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada partograf
IV. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan
fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran, bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran :
 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan asupan cairan per-oral (minum)
 Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesaictedSegera rujuk jika bayi
belum atau tidak akan segera lahir selama 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit
V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
VI. Pertolongan Kelahiran Bayi
 Lahirnya Kepala
19. setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan kepala bayi, untuk
menahan posisi defleksi perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran
bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat atas kepala
bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan
 Lahirnya Bahu
22. setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang
 Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan ke bawah kearah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir penelusuran tangan atas berlanjut
kepunggung, bokong, tungkai dan kaki pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari lainnya)
VII. Penanganan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian selintas
 Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak menangis, tidak
bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke
langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk lain yang kering, biarkan bayi diatas perut
ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntukkan oksitosin 10 Unit
IM dari 1/3 paha atas bagian distal lateral
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
mati pada sisi lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar kontak kulit ibu ke kulit bayi
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi
VIII.Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke belakang –atas (dorso-
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu

Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambilpenolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas mengikuti poros arah jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem hingga berjarak 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat
a. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
b. Lakukan Katerisasi (aseptic) Jika kandung kemih penuh
c. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
d. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
e. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Setelah plasenta muncul diintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan, pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah
disediakan
 Jika selaput ketuban robek. pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari tangan atau
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
39. Lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosokkan fundus
uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri
hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
IX. Menilai perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pasrtikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke
dalam kantong plastic atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum, lakukan
penjahitan bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif. segera
lakukan penjahitan
X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit didada ibu paling sedikit
1 jam
44. Setelah 1 jam, dilakukan penimbangan / pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotic profilaksis dan vitamin K IM dipaha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan anterolateral
 Letakkan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan
 Letakkan bayi pada dada ibu, bila bayi belum berhasil menyusu di
dalam 1 jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
XI. Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam  2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan sesuai
untuk penatalaksanaan atonia uteri
47. Ajarkan Ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan nilai
kontraksi 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pasca persalinan
 Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan
 Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik (40-60kali/menit) serta suhu tubuh (36,5-37,5°)
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5%untuk dekontaminasi (10 menit), cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai 53. Bersihkan ibu dengan air DTT, bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang
bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu Ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkan
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit 57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
58. Lengkapi Dokumentasi Partograf

SOP Pelayanan PNC


Pengertian : Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Tujuan : Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan pelayanan
pemeriksaan Ibu nifas/postpartum ( PNC ).
Tempat : Waktu :
Tempat:
Prosedur : a. Petugas menerima kunjungan ibu nifas di Ruang KIA setelah
mendaftar di loket pendaftaran.  
b. Petugas melakukan Anamnesa :
1) Menanyakan Identitas.
2) Menanyakan status imunisasi ibu.
3) Menanyakan riwayat kehamilan.
4) Menanyakan riwayat persalinan dan keadaan bayi yang baru lahir.
5) Menanyakan keluhan ibu dalam masa nifas.
c. Petugas melakukan pemeriksaan :
1) Tinggi Badan, Berat Badan.
2) Mengukur vital sign.
3) Melakukan pemeriksaan khusus :
 Payudara : Bengkak ?, Produksi ASI ?
 TFU : Penurunan TFU, kontraksi uterus.
 Genetali : pengeluaran lochea,jahitan perineum bila ada kondisi
vulva
d. Petugas menentukan diagnosa kebidanan.
e. Petugas memberikan resep obat tablet Fe untuk diambil di apotik.
f. Petugas memberikan penyluhan tentang personal hygiene terutama
vulva hygiene, makanan bergizi, pemberian ASI eksklusif,
perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan motivasi
penggunaan alat kontrasepsi.
g. Petugas melakukan rujukan bila ada indikasi.
h. Petugas mencatat hasil kunjungan ibu ke dalam kohort ibu.

SOP Barium Enema


A. Definisi Barium Enema
Pemeriksaan Barium Enema disebut juga pemeriksaan radiografi saluran cerna
bagian bawah. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan sinar X dengan menggunakan
media kontras yaitu suspensi barium sulfat (BaSO4), yang dimasukkan ke dalam usus
besar maka disebut barium enema. Barium dimasukkan dengan menggunakan sebuah
selang enema. Pemeriksaan barium enema dilakukan pada  penderita yang
mempunyai riwayat adanya perubahan kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut
bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada feses1 perubahan kebiasaan buang
air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada feses.
Barium adalah suatu garam berwarna putih, berat (karena barium mempunyai
berat atom besar). Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu
sehingga terjadi suspensi. Sinar Rontgen tidak dapat menembus barium sulfat
tersebut, sehingga menimbulkan bayangan dalam foto Rontgen .
Barium dimasukkan dengan sebuah selang enema atau irigator kecil dengan
balon dan pompa udara terpasang (attachtable cufflator ) ke dalam usus besar melalui
rektum, cara ini disebut  juga dengan enema. Barium dapat melapisi seluruh
permukaan usus besar dan rektum sehingga dapat memperjelas penampakan dari usus
besar dan rektum saat pemeriksaan sinar x. Pemeriksaan barium enema merupakan
pemeriksaan diagnostik untuk mengevaluasi kolon asenden, kolon transversum, kolon
desenden, kolon sigmoid, dan rektum. Terkadang apendiks dan usus kecil bagian
distal dapat diikutsertakan.
B. Teknik
Teknik pemeriksaan dengan kontras, terdiri atas pemeriksaan dengan kontras
tunggal dan pemeriksaan dengan kontras ganda. Kontras yang digunakan terdiri atas
kontras positif dan kontras negatif 
C. Kontras positif
Kontras positif yang biasa digunakan dalam pemeriksaan radiologik alat cerna
adalah Barium Sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat
(karena empunyai berat atom besar) dan tidak larut dalam air. Garam tersebut diaduk
dalam air dalam perbandingan tertentu sehingga terjadi suspensi (bukan larutan).
Sinar roentgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga
menimbulkan bayangan dalam foto roentgen. Misalnya bila pasien minum suspensi
tersebut kemudian dipotret esofagusnya, maka tergambarlah esophagus oleh suspensi
itu pada foto roentgen.
Kontras positif lainnya yang lazim dipakai juga ialah zat yang mengandung
unsur jodium untuk pemeriksaan ginjal, kandung empedu, pembuluh-pembuluh darah,
limfe, dan sum-sum tulang belakang. Beberapa pemeriksaan saluran cerna kadang-
kadang tidak dipilih barium sulfat sebagai kontras misalnya penyakit Hirschprung dan
atresia esophagus. Dalam hal-hal ini yang dipakai adalah zat-zat yang mengandung
jodium.
D. Kontras Negatif
Yang pertama kali harus disebut sebagai kontras negatif ialah udara, karena
paling murah dan paling bagus, alamiah dan dapat diperoleh dimana-mana namun
sayang tidak selalu dapat diterapkan. Sebagai kontras pengganti dalam hal demikian
yakni CO2.
E. Kontras Tunggal
Kontras tunggal hanya menggunakan media kontras barium sulfat. Teknik ini
biasanya disediakan untuk indikasi berikut : tidak kooperatif, pasien tak bergerak,
obstruksi mekanik akut, pengurangan intussusepsi, pengecualian dari patologi kotor,
dan evaluasi konfigurasi anatomis dari usus besar. Densitas rendah (0,1 0,2 g / ml)
suspensi barium digunakan untuk "melihat-melalui" efek. Suspensi dijalankan dalam
perlahan-lahan di bawah bimbingan fluoroscopic, dan film spot yang diambil dalam
pandangan beberapa radiografi, sering dikombinasikan dengan kompresi manual usus
besar.
F. Kontras Ganda
Pada kontras ganda pemeriksaan barium enema dikombinasikan dengan
insuflasi udara (atau alternatif karbon dioksida) untuk lebih baik "tembus" efek
daripada teknik kontras tunggal. Suspensi barium harus hanya lapisan mukosa di
dalam lapisan tipis. Teknik dengan kontras ganda merupakan teknik yang terbaik
untuk mendeteksi tumor yang kecil (khususnya polip), penyakit keradangan dini, dan
pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak 1 . Untuk mengaktifkan visualisasi
detail anatomi halus en wajah, ini membutuhkan kerapatan yang lebih tinggi dari
suspensi (biasanya 0,6-1,1 g / ml). Sebuah relaksasi otot polos (20 mg butylbromide
hyoscine, Buscopan atau 0,5 1,0 mg glukagon) sering disuntikkan intravena pada awal
prosedur untuk meringankan kejang kolon mungkin. Sebuah kateter balon dapat
digunakan untuk mencegah kebocoran dari rektum. Suspensi barium biasanya
dijalankan dengan pasien pada posisi lateral kanan atau kiri. Infus dihentikan bila
kolom barium mencapai kolon transversal. Udara kemudian diinsuflasi, rektum
dikeringkan, dan sisa dari usus besar diisi dengan barium dan udara dengan insuflasi
udara dikombinasikan dengan perubahan posisi dari pasien untuk mempromosikan
mengisi oleh gravitasi. Pemeriksaan ini mencakup beberapa pandangan radiografi
standar.
G. Persiapan
Persiapan perlengkapan:
a. Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat Celsius,
sebanyak 2 liter   
b. Rektal kateter 
c. Irigator set. Dewasa ini sering digunakan disposible barium enema kits yang terdiri
dari : 1.  Enema bag , biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3 liter.
2. Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan
barium.
3. Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju  bahan kontras
saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi.
4. Rektal kateter.
d. Glycerin
e. Kayu pengaduk barium (bila menggunakan irrigator set)
f.  Receiver  (ember)
g.  Kain laken (penutup meja pemeriksaan)
Kelebihan kontras ganda atas kontras tunggal juga berakibat pada persiapan
penderita yang jauh lebih ketat. Syarat utama pada radiologik kontras ganda ialah
bahwa kolon harus bersih sama sekali dari kotoran. Oleh karena itu, terdapat  prinsip
dasar persiapan penderita seperti :
1. Dua hari sebelum pemeriksaan:
a. Beritahu pemeriksa apabila pasien mempunyai alergi lateks atau barium dan
siapkan pasien secara fisik dan mental untuk melakukan pemeriksaan ini
 b. Pasien diberitahukan bahwa persiapan ini dibutuhkan kerjasama dari  pasien agar
kolon yang akan diperiksa dapat benar-benar bersih.
c. Mengubah pola makan pasien. Pasien hendaknya memakan makanan dengan
konsistensi lunak dan tidak mengandung lemak selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan,
hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bongkahan-
bongkahan tinja yang keras.
d. Minum sebanyak-banyaknya selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan sebanyak 2 liter
atau lebih untuk mencegah dehidrasi akibat persiapan. Hal ini disebabkan karena
penyerapan air di saluran cerna terbanyak di usus  besar, sehingga pemberian
minuman ini dapat menjaga tinja agar tetap lembek. Untuk menjaga kebutuhan kalori
dan keseimbangan elektrolit dapat diberikan oral entering feeding   berupa bubuk
yang dilarutkan di dalam air.
e. Pasien dengan hipomotilitas kolon lebih sulit untuk diperiksa karena kolon tidak
bersih sempurna. Biasanya terjadi pada orang yang tirah baring lama, diabetes,
skleroderma dan orang yang menggunakan opiat atau obat dengan efek samping
antikolinergik harus diperpanjang masa  persiapannya menjadi dua hari atau lebih dan
beberapa regimen, lavage kolon dimungkinkan untuk membersihkan kolon.
2. Satu hari sebelum pemeriksaan:
a. Lanjutkan diet yang sama seperti pada hari sebelumnya dan tetap hindari makanan
berlemak
 b. Pada pukul 4 sore, minum satu gelas air putih
c. Pada pukul 5 sore, minum magnesium citrate laxative dengan dosis pada dewasa
300 ml, usia 9-12 150 ml, usia 6-8 60 ml, usia 5 tahun kebawah tidak diberikan.
Setelah ini akan terjadi diare selama 3-8 jam.
d. Pada pukul 7 malam, orang dewasa harus mengkonsumsi 3 tablet bisacodyl  dan
tetap mengonsumsi diet cair hingga malam hari.
e. Pemberian pencahar tidak wajib dilakukan apabila perubahan pola makan dan
minum dilakukan dengan benar. Pada beberapa keadaaan seperti orang tua, rawat
baring yang lama dan sembelit kronis, pemberian  pencahar harus diberikan.
Sebaiknya dipilih pencahar yang mempunyai sifat-sifat yang dapat melembekkan tinja
dan meningkatkan peristaltik usus, mempunyai citra rasa yang enak serta mempunyai
kemasan yang  baik.
3. Pada hari pemeriksaan:
a. Tidak boleh makan atau minum apapun hingga pemeriksaan selesai, kecuali
pemeriksaan dilakukan diatas jam 13.00 maka boleh minum air  putih saja.
 b. Pemberian glukagon intravena dapat digunakan untuk menghambat  peristaltis
usus pada saat pemeriksaan dan juga untuk membedakan spasme kolon dengan lesi
massa. Glukagon secara perlahan disuntikkan dengan dosis 1 mg melalui intravena
dalam 1 menit. Lama kerja dari glukagon sekitar 10-20 menit.

SOP USG/Rontgen Abdomen


Pengertian : Tata cara persiapan pemeriksaan radiologi dengan menggunakan alat
sonografi
Tujuan : Untuk menilai anotomi,serta kelainan patologis organ intra abdomen
Persiapan alat: 1 Alat USG
2 Kontras
3 Jelly
4 Kassa
5 Sarung tangan
Prosedur kerja : a. Tahap pra interaksi
1) Identifikasi kebutuhan /indikasi pasien
2) Menyiapkan alat dan bahan
3) Mencuci tangan
4) Menempatkan alat didekat pasien
b. Tahap orientasi
1) Beri salam,panggil pasien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur
3) Beri kesempatan klien untuk bertanya
c. Tahap kerja
1) Jelaskan kepada pasien beberapa hal yang perlu diketahui
sebelum menjalani prosedur ultrasonogrfi:
 USG kepala tidak bisa dilakukan pada anak anak
yang ubun-ubunya sudah menutup (usia diatas 6
bln)
 USG kepala pada orang dewasa hanya dapat
dilakukan pada saat prosedur bedah kepala ketika
tulang tengkorak pasien telah terbuka
 Asam lambung berlebih,obesitas,dan sisa makanan
dilambung bisa memengaruhi hasil USG
 Pemakaian bedak atau lotion dipayudara sebelum
menjalani USG dapat memengaruhi hasil
 Pastikan untuk memberitahu petugas terkait obat
obatan,suplemen dan herbal yang dikonsumsi
2) Jelaskan kepasien persiapan sebelum USG
 Berpuasa 8-12 jam
 Mengomsumsi 2-3 gelas air putih
 Mengosongkan kandung kemih
 Mengenakan pakaian khusus dan melepas perhiasan
3) Pada USG perut dan panggul pasien mungkin akan
diberikan suntik cairan kontras berfungsi untuk
menggambarkan gambaran organ tubuh dengan jelas.
4) Prosedur USG berlangsung 15-45 menit.
a. Tahapan USG Eksternal
 Pasien berbaring ditempat tidur
 Perawat akan mengoleskan gel peluman ke
tubuh yang akan diperiksa
 Tranducer akan mengirimkan gelombang suara
ke organ tubuh yang diperiksa
 Pasien mungkin akan diminta berganti posisi
 Ketika USG berlangsung rasa nyeri dan rasa
tidak nyaman akan muncul saat tubuh ditekan
b. Tahapan USG internal
 Pasien berbaring dengan panggul sedikit
diangkat
 Pada USG transvaginal dokter akan
memasukkan probe yang sudah dilapisi gel dan
pelindung steril melalui vagina,sedangkan USG
transrektal probe dimasukkan kedalam anus
 Fungsi probe sama dengan tranducel
 Pasien akan merasa tidak nyaman saat
pemeriksaan
c. Pada USG endoskopi,pasien akan diberikan obat bius
untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan rasa
nyeri,kemudian pasien berbaring menyamping,dokter
akan memasukkan alat endoskopi kedalam mulut dan
diarahkan kedalam kerongkongan hingga kedalam
organ yang akan diperiksa
6 Setelah USG selesai perawat akan memberihkan gel di tubuh
pasiem
7 Pasien diminta menahan BAK selama pemeriksaan
8 Pasien diperbolehkan pulang setelah USG selesai
d. Tahap terminasi :
1) Evaluasi hasil
2) Dokumentasi hasil
3) Akhiri kegiatan bereskan alat
4) Cuci tangan
Dokemuntasi : 1 Catat respon klien
2 Catat tindakan yang dilakukan
SOP Colok Dubur/Rectal Tuse
Pengertian : Prosedur tindakan pemeriksaan medis untuk menilai anus dengan cara
memasukkan jari kedalam anus
Tujuan : Sebagai acuan petugas untuk melakukan tindakan colok dubur
Alat dan bahan: 1 Sarung tangan
2 Jelly
3 Tissue
4 Selimut
5 Tempat tidur periksa
Prosedur : 1 Menjelaskan tindakan kepada pasien
2 Memposisikan pasien ,menurunkan celana pasien,berbaring
dengan posisi sims/menyaming
3 Memastikan tempat nyaman,tertutup selimut untuk menutupi
tubuh pasien
4 Cuci tangan dan memakai sarung tangan
5 Melumasi jari dengan jari
6 Memberitahukan pasien pemeriksaan dimulai
7 Meletakkan jari pemeriksaan menuju anus dan memasukkan
jari ke daerah anterior menilai :tonus fingterani,ampula,ukuran
dan konsistensi prostat (pada laki laki)
8 Memutar 360˚ untuk menilai keseluruhan dinding rectum
9 Menarik jari dengan perlahan dan inspeksi sarung tangan
10 Bersihkan bokong pasien dengan tissue
11 Beritahu pasien pemeriksaan sudah selesai
12 Dokumentasi
Terminasi 1 RTL
2 Berpamitan

SOP Bising Usus


Persiapan alat: 1 Stetoskop
2 Buku catatan
3 Sarung tangan
Persiapan pasien:
1 Kontrak
2 Jelaskan pengertian dan tujuan tindakan
Prosedur A. Bantu pasien dengan posisi aman dan lingkungan tenang
B. Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
C. Membuka baju daerah abdomen pasien,menentukan kuadrat
abdomen
D. Melakukan auskultasi
E. Letakkan sisi diafragma stetoskop diatas kuadran kanan bawah
area sekum berikan tekanan ringan,minta pasien jangan bicara
F. Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan
karakternya dengarkan peristaltik usus,hitung selama 1 menit
G. Jika bising usus tidak mudah terdengar,lanjutkan pemeriksaan
sistematis disetiap kuadran
H. Catat bising usus apakah normal,tidak ada hiperaktif atau
hipoaktif
I. Dokumentasi hasil tindakan

Anda mungkin juga menyukai