Anda di halaman 1dari 17

KONSEP ASKEP PADA ANAK

DENGAN CHILD ABUSE :


KEKERASAAN SEKSUAL
Dosen pengampu : Ratna Setiyaningsih, S.kep., Ns. MPH
KELOMPOK 2

21121171 APRILIA WAHYU UTAMI


21121172 ANGGUN WULANDARI
21121173 ARFALITA TRIAISYAH
21121174 ARFI MEIRIANA WISANTI
21121175 ASTI PUTRI SHOLEQAH
A. DEFINISI
Pelecehan seksual pada dasarnya adalah setiap bentuk perilaku yang memiliki
muatan seksual yang dilakukan seseorang atau sejumlah orang, dan tidak disukai
atau tidak diharapkan oleh korban sehingga menimbulkan akibat negatif pada
korban seperti: rasa malu, tersinggung, terhina, marah kehilangan harga diri,
kehilangan kesucian, dan sebagainya ( Bahri & fajriani, 2015).

Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual
yang dilakukan secara sepihak dan tidak dikehendaki oleh korbannya. Bentuknya
dapat berupa ucapan, tulisan, simbol, isyarat dantindakan yang berkonotasi seksual.
B. KLASIFIKASI
1. Perkosaan 2. Incest 3. Eksploitasi
terjadi pada saat pelaku diartikan sebagai hubungan meliputi prostitusi dan
terlebih dahulu mengancam seksual atau aktivitas seksual pornografi
dengan memperlihatkan lainnya antarindividu yang
kekuatannya kepada anak mempunyai hubungan dekat
C. ETIOLOGI

1. Faktor 3.Faktor
kelalaian orang 2. Faktor ekomoni
tua rendahnya
moralitas dan
mentalitas
pelaku
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Anak mengalami perubahan tingkah laku yang tidak seperti
biasanya
2. Menghindari seseorang yang bisa jadi merupakan pelakunya
3. Anak akan melakukan tindakan seksual dan mengatakan hal-
hal seksual yang tidak pantas
4. Mengalami nyeri saat buang air kecil
5. Mengalami gangguan konsentrasi dalam belajar
6. Anak akan memberi tanda tentang kejadian kekerasan seksual
7. Emosi anak tiba-tiba berubah
8. Anak tiba-tiba merasa takut, cemas, gemetar
PADA BALITA PADA USIA PRASEKOLAH
memar pada alat kelamin atau mulut, perilaku regresif seperti menghisap
iritasi kencing, penyakit kelamin, takut jempol, hiperaktif, sakit perut, sembelit,
pada siapa saja, takut pada tempat kelakukan yang tiba- tiba berubah,
tertentu atau orang tertentu, perubahan mencium secara seksual, mendesakan
kelakukan tiba-tiba, gangguan tidur, tubuh, rasa ingin tahu berlebihan tentang
menarik diri atau depresi, masalah seksual
perkembangan terhamabat
PADA ANAK
SEKOLAH PADA REMAJA
Perubahan kemampuan belajar kelakuan yang merusak diri
seperti susah konsentrasi, nilai sendiri, pikiran bunuh diri,
turun, hubungan dengan teman gangguan makan, melarikan diri,
terganggu, tidak percaya pada penggunaan obat terlarang atau
orang dewasa, depresi, menarik alkohol, kehamilan dini, seks di
diri, sedih, lesu, gangguan tidur, luar nikah, atau kelakuan seksual
menghindari hal-hal sekitar lain yang tak biasa
E. PATOFISIOLOGI
1. Tahap awal, pelaku membuat korban merasa nyaman. Ia menyakinkan bahwa apa
yang di lakukannya "tidak salah" secara moral. Pelaku mencoba menyentuh sisi tubuh
anak akan kasih sayang dan perhatian, penerimaan dari orang lain, atau mencoba
menyamakannya dengan permainan dan menjanjikan imbalan material yang
menyenangkan. Pelaku dapat mengintimidasi secara halus ataupun bersikap memaksa
secara kasar.
2. Tahap kedua, adalah interaksi seksual. Perilaku yang terjadi bisa saja hanya berupa
mengintip sampai perilaku yang intensitasnya berat, yaitu memakasa anak untuk
melakukan hubungan seksual. Setelah kejadian tersebut, pelaku mengancam korban agar
merahasiakan apa yang terjadi kepada orang lain.
3. Tahap berikutnya, adalah tahapan dimana korban mau menceritakan pengalamannya
kepada orang lain. Kemungkinan korban merahasiakan pengalamannya sampai berusia
dewasa, atau menceritakannya kepada orang yang mempunyai kedekatan emosional
dengannya, sehingga ia merasa aman.
F. PATHWAY
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang
dilakukan pada anak dengan sexual abuse bergantung pada
situasi dan kebutuhan individu. Uji skrining (misalnya Daftar
Periksa Perilaku Anak), peningkatan nilai pada skala internalisasi
yang menggambarkan perilaku antara lain ketakutan, segan,
depresi, pengendalian berlebihan atau di bawah pengendalian,
agresif dan antisosial.
H. PENATALAKSANAAN

Protective Survivor/ self-


The dynamics behaviors  esteem
of sexual abuse counseling counseling

Feeling
counseling Cognitif terapy Play theraphy
I. PENGKAJIAN
1. Aktivitas atau tidur : misalnya tidak dapat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur
2. Integritas ego : menyalahkan diri sendiri, harga diri rendah,
perasaan bersalah, marah, takut, malu, dll
3. Eliminasi : enuresis, enkopresis, infeksi saluran kemih yang
berulang, perubahan tonus sfingter.
4. Makan dan minum : muntah, anoreksia, makan berlebihan,
perubahan berat badan

5. Higiene : penampilan kotor, tidak terpelihara

6. Neurosensori : tingkah laku yang agresif, kesulitan


konsentrasi, cemas, penyesalan yang dalam

7. Nyeri atau ketidaknyamanan : nyeri perut, nyeri panggul,


sakit kepala

8. Keamanan : memar, laserasi, perdarahan yang tidak wajar,


ruam, jaringan parut
9. Seksualitas : masturbasi, perdarahan vagina, adanya
PMS, vaginitis, kehamilan

10. Interaksi sosial : Menarik diri dari rumah, pola


interaksi dalam keluarga secara verbal kurang
responsif, penurunan penghargaan atau pengakuan
verbal, merasa rendah diri.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Ketidakberdayaan
1. Sindrom trauma perkosaan berhubungan dengan harga
berhubungan dengan menjadi diri rendah
korban perkosaan seksual

4. Nyeri akut berhubungan


2. Ansietas (sedang sampai
dengan agen pencedera fisik
berat) berhubungan dengan
(mis.abses, amputasi, terbakar,
ancaman konsep diri,rasa
terpotong, mengangkat berat,
takut terhadap kegagalan,
prosedur operasi, trauma,
disfungsi system
latihan fisik berlebihan)
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai