Anda di halaman 1dari 16

ASKEP SEXUAL

ABUSE

KELOMPOK 2
DEFENISI

Kekerasan seksual (sexual abuse), dapat didefinisikan sebagai perilaku


seksual secara fisik maupun non fisik oleh orang yang lebih tua atau
memiliki kekuasaan terhadap korban, bertujuan untuk memuaskan hasrat
seksual pelakunya. Korban mungkin saja belum atau tidak memahami
perlakuan yang dilakukan terhadap dirinya, mereka hanya merasa tidak
nyaman, sakit, takut, merasa bersalah, dan perasaan lain yang tidak
menyenangkan. Kekerasan seksual (sexual abuse) pada anak mencakup
penganiayaan seksual secara fisik dan non fisik.
ETIOLOGI

– Faktor kelalaian orang tua Kelalaian orang tua yang tidak


memperhatikan tumbuh kembang dan pergaulan anak yang
membuat subyek menjadi korban kekerasan seksual..
– Faktor rendahnya moralitas dan mentalitas pelaku. Moralitas
dan mentalitas yang tidak dapat bertumbuh dengan baik,
membuat pelaku tidak dapat mengontrol nafsu atau
perilakunya.
– Faktor ekonomi. Faktor ekonomi membuat pelaku dengan
mudah memuluskan rencananya dengan memberikan iming
iming kepada korban yang menjadi target dari pelaku.
Kekerasan Seksual (Sexual Abuse) Pada Anak Sering
Muncul Dalam Berbagai Kondisi Dan Lingkup Sosial.

– Kekerasan seksual dalam keluarga (Intrafamilial abuse)


– Kekerasan seksual di luar keluarga (Extrafamilial abuse)
– Ritualistic abuse
– Institutional abuse
– Kekerasan seksual oleh orang yang tidak dikenal (Street
or stranger abuse)
MANIFESTASI KLINIS
1. BALITA
Tanda-tanda fisik, antara lain memar pada alat kelamin atau mulut, iritasi kencing,
penyakit kelamin, dan sakit kerongkongan tanpa penyebab jelas bisa merupakan indikasi
seks oral.
2. ANAK USIA PRASEKOLAH
Tanda fisik: antara lain perilaku regresif, seperti mengisap jempol, hiperaktif, keluhan
somatik seperti sakit kepala yang terus-menerus, sakit perut, sembelit.
3. ANAK USIA SEKOLAH
Memperlihatkan tanda-tanda di atas serta perubahan kemampuan belajar, seperti susah
konsentrasi, nilai turun, telat atau bolos, hubungan dengan teman terganggu, tidak
percaya kepada orang dewasa
4. REMAJA
Tandanya sama dengan di atas dan kelakuan yang merusak diri sendiri, pikiran bunuh
diri, gangguan makan, melarikan din, berbagai kenakalan remaja
KLASIFIKASI
1. Pelecehan seksual Verbal
-. Bercandaan, menggoda lawan jenis atau sejenis,
-. Bersiul-siul yang berorientasi seksual.
-. Menyampaikan atau menanyakan pada orang lain tentang keinginan secara seksual ataupun
kegiatan seksual,
-. Mengkritik atau mengomentari bentuk fisik yang mengarah pada bagian-bagian seksualitas
2. Pelecehan seksual non verbal
-. Memperlihatkan alat kelamin sendiri dihadapan orang lain baik personal ataupun dihadapan umum,
-. Menatap bagian seksual orang lain dengan pandangan yang menggoda,
-. Menggesek-gesekan alat kelamin ke orang lain.
3. Pelecehan seksual secara fisik
-. Meraba tubuh seseorang dengan muatan seksual dan tidak di inginkan oleh korban.
-. Perkosaan atau pemaksaan melakukan perbuatan seksual.
-. Memeluk, mencium atau menepuk seseorang yang berorientasi seksual.
Bentuk lain pelecehan seksual pada anak selain
yang dilakukan oleh orang dewasa dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu :

a. Inces
Perilaku seksual yang dilakukan dalam lingkup keluarga dekat dimana dalam keluarga
dekat tidak diperbolehkan adanya hubungan perkawinan.
b. Pedofilia
Kelainan seksual yang ditandai dengan rasa ketertarikan terhadap seksual orang yang telah
masuk dalam dewasa terhadap anak-anak.
c. Pornografi anak
Anak-anak yang menjadi objek atau subjek dari pornografi tersebut.
d. Extrafamilial sexual abuse
Extrafamilial sexual abuse dilakukan bukan dalam lingkup keluarga melainkan dalam
lingkup umum seperti sekolah, penitipan anak, ataupun tempat bermain.
PENATALAKSANAAN
Menurut Suda (2006) ada beberapa model program counseling yang dapat
diberikan kepada anak yang mengalami sexual abuse, yaitu :
1. The dynamics of sexual abuse. Artinya, terapi difokuskan pada pengambangan
konsepsi.
2. Protective behaviors counseling. Artinya, anak-anak dilatih menguasai
keterampilan mengurangi kerentannya sesuai dengan usia.
3. Survivor/self-esteem counseling. Artinya, menyadarkan anak-anak yang
menjadi korban bahwa mereka sebenarnya bukanlah korban, melainkan orang
yang mampu bertahan (survivor) dalam menghadapi masalah sexual abuse.
4. Feeling counseling. Artinya, terlebih dahulu harus diidentifikasi kemampuan
anak yang mengalami sexual abuse untuk mengenali berbagai perasaan.
5. Cognitif terapy. Artinya, konsep dasar dalam teknik ini adalah perasaan-
perasaan seseorang mengenai beragam jenis dalam kehidupannya dipengaruhi
oleh pikiran-pikiran mengenai kejadian tersebut secara berulang-lingkar.
PENGKAJIAN
Menurut Doenges et.al (2007) pengkajian anak yang mengalami penganiayaan
seksual (sexual abus) antara lain :
1. Aktivitas atau istirahat
2. Integritas ego
3. Eliminasi
4. Makan dan minum
5. Higiene
6. Neurosensori
7. Nyeri atau ketidaknyamanan
8. Keamanan
9. Seksualitas
10. Interaksi social
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Townsed (1998) dan Doenges et.al (2007) diagnose keperawatan yang di dapat
dirumuskan pada anak yang seksual abuse antar lain:
 syndrome trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual
yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan dan
persetujuan pribadi seseorang.
 ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah.
 perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang tidak
adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cedera dengan tujuan untuk
menyebabkan bahaya biasanya terjadi dalam waktu yang lama.
 Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut
terhadap kegagalan difungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak
yang tidak memuaskan.
 Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan kofing indivisu tidak afektif.
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
INTERVENSI
1. syndrome trauma perkosaan berhubungan dengan menjadi korban perkosaan seksual yang dilakukan dengan
menggunakan kekuatan dan berlawanan dengan keinginan dan persetujuan pribadi seseorang
– Tujuan :
– Tujuan jangka pendek : Luka fisik anak akan sembuh tanpa komplikasi
– Tujuan jangka panjang : anak akan mengalami resolusi berduka yang sehat, memulai proses penyembuhan
psikologis.
Intervensi :
Smith (1987) menghubungkan pentingnya mengkomunikasikan empat ucapan ini pada korban
pemerkosaan saya prihatin hal ini terjadi padamu, anda aman disini, saya senang anda hidup,anda tidak
bersalah.Anda adalah korban. Ini bukan kesalahan anda. Apapun keputusan yangAnda buat pada
saat pengorbanan adalah hak seseorang karena anda hidup
Rasional :
Wanita tau anak yang telah diperkosa secara seksual takutterhadap kehidupannya danharus diyakinkan
kembali keamanannya. Iamungkin juga sangat ragu-ragu dengan dirinya dan menyalahkan dirisendiri dan
pernyataan-pernyataan ini membangkitkan rasa percaya secarabertahap dan memvalidasi harga diri anak.
2. ketidakberdayaan berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan :
Tujuan jangka pendek : Anak mengenali dan menyatakan secara verbalpilihan-
pilihan yang tersedia dengan demikian merasakan beberapa kontrolterhadap situasi
kehidupan (dimensi waktu ditentukan secara individu)
Tujuan jangka panjang : Anak memperlihatkan kontrol situasi kehidupan dengan
membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan berkenaan dengan hidup bersama
siklus penganiyaan seksual (dimensi waktu ditentukan secara individual)
Intervensi :
– Dalam berkolaburasi dengan tim medis, pastikan bahwa semua cedera fisik, fraktur, luka
bakar mendapatkan perhatian segera, mengambiul foto jika anak mengijinkan
merupakan ide yang baik
Rasional : Keamanan anak merupakan prioritas keperawatan. Foto dapat
digunakan sebagai bukti jika tuntutan dilakukan
3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan pengasuhan yang
tidak adekuat dan penderitaan oleh pengasuh dari nyeri fisik atau cedera dengan tujuan
untuk menyebabkan bahaya biasanya terjadi dalam waktu yang lama.
Tujuan :
Tujuan jangka pendek : Anak akan mengembangkan hubungan salingpercaya
dengan perawat dan melaporkan bagaimana tanda cedera terjadi(dimensi waktu
ditentukan secara individu)
Tujuan jangka panjang : Anak akanmendemonstrasikan perilaku yangkonsisten
dengan usia tumbuh dan kembangnya.
– Intervensi :
Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh pada anak. Buat catatabyang teliti
dari luka memarnya (dalam berbagai tahap penyembuhan),laserasi, dan keluhan anak
tentang area nyeri pada derah yang spesifik,misalnya kemaluan. Jangan mengabaikan atau
melalaikan kemungkinanpenganiayaan seksual. Kaji tanda nonverbal penganiayaan,
perilakuagresif, rasa takut yang berlebihan, hiperaktivitas hebat, apatis, menarik diri,
perilaku yang tidaks esuai dengan usianya
– Rasional :
Suatu pemeriksaan fisik yang akurat dan seksama dibutuhkanagar perawatan yang
tepat dapat diberikan untuk pasien.
4. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari
systemkeluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan
danpengabaian anak
Tujuan :
– Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yangsesuai
dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil :
– Anak mampu menundakan pemuasan terhadap keinginannya, tanpaterpaksa
untuk menipulasi orang lain
– Intervensi:
Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis
- Rasional :
penting bagi anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencanauntuk aktivitas-
aktivitas dimana kemungkinan untuk sukses adalahmungkin. Sukses meningkatkan
harga dirib
5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri,rasa
takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubunganantara orang tua
dan anak yang tidak memuaskan
– Tujuan :
Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat
sedang,sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang
tidak perilaku yang tidak mampu dalam memberi respons terhadap stres .
– Intervensi :
Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap jujur, konsisten
didalam berespons dan bersedia. Tunjukkan rasa hormat yang positif dantulus
– Rasional :
Kejujuran, ketersediaan dan penerimaan meningkatkankepercayaan pada
hubungan anak dengan staf atau perawat
– 6. Gangguan pola tidurberhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Tujuan :
– Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jamn setiap
malam dengan
– kriteria hasil:
– Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur.
– Intervensi
Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur
– Rasional : Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungandengan rasa
takut dan ansietas-ansietas tertentu
– Rasional : Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tiduranak
sehingga perlu diidentifikasi penyebabnya

Anda mungkin juga menyukai