Anda di halaman 1dari 20

Rancangan Aplikasi Model Konseptual “Self Care” Orem

Pada Lansia dengan Hipertensi

Oleh: Heru Ginanjar T


Email:heruginanjar41@yahoo.com

A. Latar Belakang

Keperawatan merupakan bagian integral pelayanan kesehatan


merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada
ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu
mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman.
Bentuk pelayanan profesional pada ilmu keperawatan salah satunya
pada agregat pada lansia. Dari pusat data dan informasi kementerian
kesehatan memprediksi bahwa populasi lansia di indonesia lebih tinggi
dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2100 (Pusdatin, 2015).
Populasi lansia yang tinggi berbanding lurus terhadap usia harapan
hidup penduduk indonesia. Menurut data Pusdatin 2015 menyebutkan
bahwa usia harapan hidup di indonesia mencapai 70,8 tahun dan
diproyeksi meningkat pada tahun 2035 menjadi 72,2 tahun. Dengan
bertambahnya umur, fungsi fisiologis lansia mengalami penurunan akibat
proses penuaan sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada
lanjut usia. Menurut data riskesdas 2015, kemkes prevalensi sepuluh
masalah kesehatan lansia terbesar adalah hipertensi, lansia yang
mengalami hipertensi pada golongan umur 65-74 berjumlah 57,6 % dan
golongan umur lebih dari 75 tahun berjumlah 63,8 %.
Tingginya morbiditas lansia yang mengalami hipertensi maka akan
berdampak pada penyakit degeneratif yang lebih seirus antara lain stroke,
heart attack, aterosklerosis dan dibetus mellitus, miokard infark (supriyadi,
2015).

Adanya penyakit degeneratif menimbulkan masalah pada kebutuhan


mandiri lansia, pada model self care memberikan gambaran bagaimana
lansia dapat menjaga kebutuhan perawatan dirinya walaupun lansia
tersebut mengalami penyakit hipertensi, minimal lansia mampu
mengontrol tekanan darahnya dengan menjaga kebutuhan fisik, asupan
nutrisi yang cukup, exercise yang cukup dll, dengan pemahaman menjaga
kesehatan yang cukup maka dapat memandirikan lansia itu sendiri.
Kebutuhan perawatan diri pada lansia merupakan hal yang penting
dilakukan oleh perawat, semakin tua seseorang maka kebutuhan perawatan
diri sangat diperlukan. Kebutuhan perawatan diri universal dibutuhkan
oleh lansia baik yang tinggal di Panti Wreda maupun lansia yang tinggal
di rumah. Kondisi keterbatasan lansia menjadi faktor yang membuat
kebutuhan lansia terganggu. Pemeliharaan asupan udara yang cukup,
nutrisi yang mendukung dalam hal ini mendukung kestabilan tekanan
darah, interaksi maupun dukungan sosial (baik keluarga, kelompok
masyrakat) menjadi perhatian pemberi asuhan keperawatan.

B. Tujuan
Memberikan gambaran bagaimana memandirikan lansia pada masalah
hipertensi
A. Lansia dengan hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari
seluriuh lapisan masyarakat karena menimbulkan banyak dampak jangka
panjang maupun pendek. Oleh karena itu perlu penanggulangan terpadu
dalam waktu cukup. penyakit hipertensi pada lansia menimbulkan angka
mortalitas sekitar 13% atau 7,1 juta kematian orang diseluruh dunia
(Ismarina dkk, 2015).
Selain obat-obatan, untuk mengatasi hipertensi ada pula berbagai
tindakan keperawatan yang dapat diberikan seperti terapi komplementer
yang dapat membantu dalam pengendalian tekanan darah pada pasien
hipertensi, seperti aktifitas fisik, air, makanan, olah nafas, dan musik
sebagai teknik relaksasi (Djohan, 2006). Perubahan Fisiologis pada lansia
menimbulkan perubahan fisiologis sistem peredaran darah terutama pada
pembuluh darah, kecenderungan pembuluh darah pada lansia lebih elastis
dan kemampuan jantung dalam memompa darah lebih keras hal ini yang
menjadi penyebab utama hipertensi pada lansia (Maryam, 2008).
Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan sebesar 1 milyar jiwa
dan hampir 7,1 juta kematian setiap tahunnya akibat hipertensi, atau
sekitar 13% dari total kematian (Gusmira dalam Supriadi dkk, 2012).
Prevalensi hipertensi di Indonesia untuk Penduduk berumur diatas 25
tahun adalah 8,3%, dengan prevalensi laki-laki sebesar 12,2% dan
perempuan 15,5%. Berdasarkan Riskesdas kemkes, 2014 menyebutkan
bahwa prevalensi sepuluh masalah kesehatan lansia terbesar adalah
hipertensi, lansia yang mengalami hipertensi pada golongan umur 65-74
mencapai 57,6 % dan golongan umur lebih dari 75 tahun berjumlah 63,8
%.
Penyakit hipertensi merupakan akibat dari ketidakseimbangan
tekanan darah, Tekanan darah terdiri dari tekanan sisitolik dan tekanan
diastolik. Tekanan Sistolik merupakan tekanan di arteri saat jantung
berdenyut atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi. Sedangkan
tekanan darah diastolik yaitu tekanan di artery saat jantung berelaksasi
diaantara dua denyutan (kontraksi). Kedua tekanan tersebut daiatas
merupakan tekanan yang dihasilkan oleh aktivitas kerja jantung sebagai
pompa dan menyebabkana darah mengalir didalam sistem artery secara
terus menerus (Palmer, 2007). Teori tersebut menjelaskan bahwa
terjadinya hipertensi disebabkan oleh beberapa faktor utama yang berperan
dalam patofisiologi antara lain faktor genetik, faktor lingkungan, asupan
garam, stress dan obesitas.
Penatalaksaan Hipertensi dapat dilakukan dengan pendekatan
farmakologi maupun dengan modifikasi gaya hidup, modifikasi gaya
hidup yang dilakukan misalnya membatasi asupan tidak lebih dari ¼
sampai dengan setengah sendok teh, makanan berkadar lemak jenuh
tinggi, makanan atau minum berpengawet(Infodatin, 2014).

B. Teori Model Paradigma Keperawatan Dorothea Orem


Dorothea Elizabeth Orem adalah soerang teoritis keperawatan
terkemuka di amerika, Dorothea Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore,
Maryland. Pengalaman pendidikan Ia mengikuti pendidikan Diploma
pada tahun (1903), kemudaian melanjutkan pendidikan di providene
school of Nursing di Washington DC dan mendapatkan gelar B.S. NE,
kemudian Ia melanjutkan pendidikan di Catholik University of Amerika di
Washington DC dan mendapatkan gelar M.S.NE. Orem berfokus terutama
pada pengajaran, penelitian dan administrasi. Dia menjabat sebagai
direktur Rumahsakit Providence Sekolah Perawat di Detroit Michigan.
Model keperawatan yang terkenal adalah Model Self Care. Model
self care memberi pengertian bahwa pelayanan keperawatan dipandang
dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan
dan kesejahteaan dengan keadaan sehat dan sakit. Model self care
memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan diantaranya
dalam pelaksanaan berdasarkan tindakandan kemampuan yang yang
dimilikinya. Self care dipahami sebagai perilaku sukarela, dipandu oleh
prinsip-prinsip yang memberikan arah untuk bertindak, Self care
merupakan suatu kegiatan belajar melalui hubungan interpersonal dan
komunikasi, Seseorang dewasa dipandang sebagai sesorang yang
mempunyai hak dan tanggung jawab merawat diri mereka sendiri untuk
mempertahankan kesehatan (Orem, 2001)
Terdapat delapan hal dalam Universal self care requisite
berdasarkan kebutuhan selama siklus hidup manusia disesuiakan dengan
gender, usia, negara, perkembangan, dan lingkungan sosial menurut
Orem, 2001 adalah :
1. Pemeliharaan asupan udara yang cukup
2. Pemeliharaan asupan air
3. Pemeliharaan asupan makanan yang cukup (bentuk nutrisi;
termasuk protein dan asam amino, lemak, karbohidrat mineral dan
vitamin)
4. Pemeliharaan proses eliminasi dan eksresi
5. Perawatan keseimbangan aktivitas dan tidur
6. Pemeliharaan keseimbangan antara interaksi sosial dengan
kesendirian
7. Pencegahan terhadap bahaya bagi kehidupan manusia, fungsional
manusia (bagaimana manusia berfungsi secara optimal) dan
kesejahteraan manusia
8. Promosi fungsional manusia dalam membangun kelompok sosial
sesuai dengan potensi dan keterbatasan yang ada.

Basic conditioning factor menurut orem, 2001 menyatakan bahwa


faktor internal maupun eksternal individu yang mempengaruhi klien untuk
terlibat dalam perawatan diri atau jenis perawatan diri yang diperlukan.
Orem menyebutkan 10 faktor dasar yang harus diubah dalam
mengidentifikasi faktor yang ada:
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Status kesehatan
d. Status perkembangan
e. Orientasi sosiokultural
f. Faktor sistem perawatan kesehatan contoh diagnosa medis, terapi
modalitas
g. Dukungan keluarga
h. Pola aktivitas hidup atau kesibukan
i. Faktor lingkungan
j. Ketersediaan sumber daya dan kecukupan.
Terdapat Empat konsep utama dalam keperawatan menurut konseptual
model orem adalah:
1. Klien
Klien dipandang sebagai individu ataupun kelompok yang
tidak mampu secara terus menerus mempertahankan self care untuk
hidup dan sehat, pemulihan dari sakit/trauma atau koping dan efeknya.
2. Sehat
Sehat diartikan kemampuan individu atau kelompok memenuhi
tuntutan selfcare yang berperan untuk mempertahankan dan
meningkatkan integritas struktural fungsi dan perkembangan
3. Lingkungan
Merupakan tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk didalamnya tetapi
tidak spesifik
4. Keperawatan
Keperawatan sebagai pelayanan yang dengan sengaja dipilih
atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan
kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang
mencakup integritas struktural, fungsi dan perkembangan

C. Konsep Utama Dalam Teori Proses keperawatan


Model self care memberi pengertian bahwa pelayanan keperawatan
dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam
memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan,
terdapat tiga model yang mendasari perawatan diri antara lain adalah
teori self care defisit, teori self care dan nursing system. kesehatan dan
kesejahteaan dengan keadaan sehat dan sakit yang dijelaskan sebagai
berikut :
Teori Self care merupakan suatu kemampuan individu dalam
melakukan perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosioluktural, kesehatan. Teori ini merupakan hubungan
yang muncul antara tindakan perawatan diri dengan fungsi invidu dan
kelompok. Kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan
pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan
berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam upaya
mempertahankan fungsi tubuh /self care requisites (Orem 2001).
Self Care Defisit Merupakan bagian penting dalam perawatan
secara umum dimana semua perencaan keperawatan diberikan pada saat
perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak
mampu atau melakukan self care secara terus menerus. Self defisit dapat
diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang melebihi
kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam
perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas
dan kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri serta membantu
dalam proses penyelesaian masalah, orem memiliki metode proses tersebut
diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing
orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan
untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang
lain. Inti dari teori ini adalah menggambarkan manusia sebagai penerima
perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawat dirinya dan
memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam mencapai taraf
kesehatanya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat
ketergantungan yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan
diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam bertindak/
beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri. sehingga
bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka iaakan mengalami
penurunan/ defisit perawatan diri (Johnson, et al, 2015).

Teori Sistem Keperawatan, Teori sistem keperawatan merupakan


teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri
pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri. Dalam penadangan
sistem ini, orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan
keperawatan diantaranya. Sistem bantuan secara penuh (Wholly
Copensastory System ). Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan
memberi bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan
pasien dalam memnuhi tindakan perawatansecra mandiri yang
memerlukan bantuan dalam pergerakan dan pengontrolan dan ambulasi
serta adanya manipulasi gerakan. Sistem bantuan sebagian (Parttially
compensatory System). Merupakan sistem dalam pemberi secara minimal.
(Supportif dan Edukatif System), merupakan bantuan yang diberikan pada
pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien
mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan agar
pasien mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan
pembelajaran (Johnson, et al, 2015).

Bagan 1 Nursing Theory Selfcare

Berdasarkan bagan diatas dapat dilihat bahwa jika kebutuhan lebih


banyak dari kemampuan, maka keperawatan akan dibutuhkan. Tindakan-
tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat pada saat memberikan
pelayanan keperawatan dapat digambarkan sebagi domain keperawatan.
Orem (2001) mengidentifikasikan lima area aktifitas keperawatan yaitu:
Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat klien dengan individu,
keluarga, kelompok sampai pasien dapat melegitimasi perencanaan
keperawatan. Menentukan bagaimana pasien dapat dibantu melalui
keperawatan. Bertanggungjawab terhadap permintaan pasien, keinginan
dan kebutuhan untuk kontak dan dibantu perawat. Menjelaskan,
memberikan dan melindungi klien secara langsung dalam bentuk
keperawatan. Mengkoordinasikan dan mengintegrasi keperawatan dengan
kehidupan sehari-hari klien, atau perawatan kesehatan lain jika dibutuhkan
serta pelayanan sosial dan edukasional yang dibutuhkan atau yang akan
diterima.
FRAMEWORK APLIKASI MODEL KONSEPTUAL “SELF CARE” D.E. OREM PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI
Universal self care: Pengkajian Basic Conditioning Factor :
Pemeliharaan asupan udara yang cukup Umur
Pemeliharaan asupan air Jenis kelamin
Pemeliharaan asupan makanan yang cukup Status kesehatan
Pemeliharaan proses eliminasi dan eksresi Status perkembangan
Perawatan keseimbangan aktivitas dan tidur Orientasi sosiokultural
Self Care Demand
Pemeliharaan keseimbangan antara interaksi sosial dengan kesendirian Faktor sistem perawatan kesehatan
Pencegahan terhadap bahaya bagi kehidupan manusia, Dukungan keluarga
Promosi fungsional manusia dalam membangun kelompok sosial sesuai dengan potensi dan keterbatasan yang ada. Pola aktivitas hidup atau kesibukan
Faktor lingkungan
Ketersediaan sumber daya dan kecukupan
Self Care Demand
Pengkajian terkait Biopsikososio spiritual
Health Deviation Developmental self care
Berhubungan dengan akibat terjadinya Perubahan pola konsumsi makanan
perubahan struktur normal dan kerusakan Lingkungan yang tidak mendukung penyembuhan
integritas individu untuk melakukan selfKonflik
care keluarga
akibat suatu penyakit atau injury
Tabel kisi-kisi dibawah ini berisi panduan pengkajian pada aplikasi keperawatan komunitas pada agregat lansia dengan hipertensi.
Kisi-kisi Pengkajian keperawatan yang dimaksud adalah meliputi:

1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan pada lansia dengan hipertensi antara lain pemeriksaan fisik pengkajian pemeriksaaan fisik meliputi sistem
kardiovaskluer, nutrisi dan life style.
2. Interaksi sosial
Interaksi sosial meliputi pengkajian mengenai sosiokultural.
3. Masalah psikologis
Masalah psikologis yang ada meliputi stresor internal maupun stressor eksternal
4. Demografi
Demografi merupakan hal dalam pengkajian self care pada lansia, dari beberapa riset yang ada status demografi lansia
merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi
5. Persepsi
Persepsi dalam hal ini meliputi bagaimana penilaian keluarga dan masyarakat dalam merawat lansia dengan hipertensi .
KISI KISI PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT LANSIA DENGAN
HIPERTENSI PADA MODEL KONSEPTUAL “SELF CARE” D.E. OREM

No Topik Sub Topik Sub- sub topik Item Pengkajian Metode Sumber data

A O W DS
1 Riwayat Kesehatan Pemeriksaan Sistem - Tekanan darah Lansia
Fisik kardiovaskuler terkontrol √
- Bunyi nafas vesikuler
- Respirasi normal
- Bunyi jantung reguler
Nutrisi - BB Ideal Lansia
- IMT Normal √
- Diit yang dianjurkan:
a. Rendah Kolesterol
b. Rendah Garam
c. Hindari makanan/
minuman yang
berpengawet
d. Cukup Karbohidrat,
Protein dan mineral
e. Hindari penyedap
rasa (vetsin)
Pemeliharaan Life Style - Berhenti merokok √ Lansia
kesehatan - Hindari alkohol
- Excerise cukup

2 Interaksi sosial Orientasi - Dukungan keluarga √ Keluarga,


sosiokultural - Pola aktivitas masyarakat dan
lansia
3 Psikologis Stress dan Stressor - Koping yang destruktif √ √ Lansia dan keluarga
adaptasi internal dalam perawatan
hipertensi (enggan cek
tekanan darah secara
teratur)
Stressor - Kurangnya dukungan √ Lansia dan kelurga
eksternal keluarga dalam menjaga
kesehatan (tidak
mengontrol makanan
untuk diit hipertensi)
- Peran lansia dan fungsi
(lansia yang tidak
bekerja)
4 Demografi Data umum - Umur √ Lansia
- Jenis kelamin
5 Persepsi Keluarga dan Penilaian - Perasaan keluarga Kuesioner Lansia dan keluarga
masyarakat keluarga dalam yang ikut merawat dan
merawat lansia wawancara
- Masalah yang
dihadapi keluarga
dalam merawat lansia

KETERANGAN METODE :
A : ANGKET
O : OBSERVASI
W : WAWANCARA
DS : DATA SEKUNDERBAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Self care merupakan konsep yang menggambarkan manusia


sebagai penerima perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
perawat dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan-keterbatasan dalam
mencapai taraf kesehatanya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada
tingkat ketergantungan yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit
perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam
bertindak/ beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri.
sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka klien mengalami
penurunan/ defisit perawatan diri.
Karakteristik model self care menurut Orem adalah memberi
pengertian bahwa pelayanan keperawatan dipandang dari suatu
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar dengan tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan
dan kesejahteaan dengan keadaan sehat dan sakit. Model self care
memiliki keyakinan dan nilai yang ada dalam keperawatan diantaranya
dalam pelaksanaan berdasarkan tindakan dan kemampuan yang yang
dimilikinya. Self care diartikan sebagai suatu kesengajaan dan serta
pengambilan keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan.
References

Anggara, 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan darah di


puskesmas telaga murni cikarang barat tahun 2012. Jurnal ilmiah
kesehatan 5(1) diakes 18 nop 2016

Angkat, DNS.(2009). Hubungan Antara Kualitas tidur dengan Tekanan Darah


pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morowa.
Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses 28-
10-2016 (19;30Wib)

Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpres


FKUI; 2001.

Infodatin kemenkes, 2015 situasi lansia di indonesia,


http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
info-datin.html diakses 18 nop 2016

Infodatin kemenkes, 2016.


Hipertensi..http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-
publikasi-pusdatin-info-datin.html diakses 18 nop 2016

Ismarina, Herliawati, Muharyani (2015). Perbandingan Perubahan tekanan


darah lansia penderita Hipertensi setelah dilakukann terapi musik
klasik dan relaksasi autogenik di wilayah kerja puskesmas pembina
Palembang. Diakses tgl 18 nop 2016

Maryam, S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika Diakses 18 nop 2016

Nugroho, W.(2008). Keperawatan Gerontik&Geriatrik. Jakarta: EGC.

Palmer, A. (2007). Tekanan Darah Tinggi Jakarta : Erlangga.

Johnson Betty M; Webber Pamela B (2015). Theory and Reasoning in Nursing,


Fourth edition. Wolter kluwer Health. Lippincott Williams & Wilkins.
Orem, DE (2001). Nursing Concept of Practice. The C.V. Mosby Company. St
Louis

Supriadi, Gusmira (2015) Pengaruh Terapi Musik Tradisional Kecapi suling


sunda terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi. Diakses tgl
18 nop 2015

Anda mungkin juga menyukai