Anda di halaman 1dari 5

Sejarah asal usul nama negara

Nama "Argentina" diambil dari istilah Latin argentum yang berarti 'perak'. Saat penjajah
Spanyol mulai berlayar ke Río de la Plata, kapal mereka karam dan pemimpin ekspedisi Juan
Díaz de Solís yang selamat diberi hadiah perak oleh para orang pribumi. Berita tentang
legenda Sierra del Plata "gunung perak" sampai ke Spanyol sekitar tahun 1524. Orang
Spanyol pun mulai menamakan sungai Solís, Río de la Plata ("Sungai Perak"). Nama
Argentina sendiri pertama kali digunakan dalam buku Sejarah Penemuan, Populasi dan
Penaklukan Río de la Plata (Historia del descubrimiento, población, y conquista del Río de la
Plata) oleh Ruy Díaz de Guzmán's pada tahun 1612. dan menamakan daerah tersebut sebagai
daerah Tierra Argentina (Tanah Perak).

Sejarah Argentina
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Argentina

Penjelajah Eropa yang pertama telah tiba di sini pada awal abad ke-16 (yang pertama untuk
melihat dan menjelajah tanah air ini ialah seorang pelayar Spanyol bernama Juan Díaz de
Solís pada 1516 tetapi terbunuh pada tahun yang sama). Ini diikuti dengan penjajahan
Spanyol yang lain dan berakhir dengan penempatan mereka di Buenos Aires dalam tahun
1580. Selepas Revolusi Mei 1810 dan kemerdekaan dari Spanyol pada 1816, suatu konflik
telah tercetus antara kelompok centralist dan federalist dan berlarut-larut hingga berdirinya
lembaga baru pada 1853.

Pada awal abad ke-20 ekonomi Argentina merupakan salah satu yang termaju di dunia dan
berada di urutan ke-10 negara paling kaya di dunia.

Selepas berakhirnya Perang Dunia II, berlaku pula kebangkitan gerakan rakyat Perónisme
satu gerakan yang didirikan oleh Juan Perón, tokoh terkemuka di Argentina dan di Amerika
Selatan pada abad ke-20. Ia telah menyokong gerakan buruh di Argentina tetapi akhirnya
telah mempolarisasikan negara itu. Pada tahun 1955, ia digulingkan oleh pihak militer. Sejak
itu, pihak ini telah mengatur negara Argentina dan saling tukar-menukar dengan
pemerintahan yang demokratis. Rezim militer yang paling zalim sekali telah memerintah
Argentina antara tahun 1976 dan 1983. Regim tersebut kerap melanggar hak asasi manusia
dan membunuh beribu-ribu orang yang dikenal sebagai "desaparecidos" (bahasa Spanyol
untuk “mereka yang lenyap”)—dalam satu peristiwa yang dipanggil “dirty war” atau 'perang
kotor'. Pada awal tahun 1980-an, rakyat semakin bosan dengan pemerintahan karena masalah
ekonomi yang semakin meruncing, korupsi merajalela dan kekalahan di tangan tentara
Britania Raya dalam "Perang Falkland" (di Argentina dikenal sebagai Perang Malvinas yaitu
nama Argentina untuk pulau tersebut) pada tahun 1982. Selepas pemerintahan militer jatuh
pada 1983, pemerintahan Argentina telah berusaha untuk menjadi demokratis tetapi terpaksa
berhadapan dengan masalah ekonomi yang parah.

Politik
Templat:Sistem Politik Argentina
Konstitusi Argentina 1853, yang diubah pada 1994, memberi mandat pembagian kekuasaan
antara badan-badan eksekutif, legislatif dan kehakiman di tingkat nasional dan negara bagian.
Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung setiap 4 tahun. Mereka boleh
menyandang jabatan selama tidak lebih 2 masa jabatan; mereka hanya diizinkan bertarung
untuk kali ketiga setelah tidak aktif selama satu masa. Presiden melantik anggota kabinet dan
konstitusi memberikan kekuasaan besar kepadanya sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan, termasuk kuasa untuk mengubah undang-undang di bawah mandat presiden
dengan syarat "mendesak dan perlu" dan juga hak veto yang terbatas.

Parlemen Argentina dikenal sebagai Kongres Nasional atau Congreso Nacional.


Menggunakan sistem Parlemen bikameral terbagi atas dua kamar yang utama: Senat atau
Senado dengan 72 kursi dan Dewan Perwakilan atau Cámara de Diputados dengan 257
anggota. Sejak 2001, para senator dipilih secara langsung, dengan setiap negara bagian,
termasuk ibu kota Federal, Buenos Aires, diwakili oleh tiga senator. Para senator menjabat
selama 6 tahun. Sepertiga anggota Senat akan bertanding sekali lagi setiap 2 tahun. Anggota
Dewan Perwakilan dipilih secara langsung dan menjabat selama 4 tahun. Rakyat memilih
separuh dari anggota Dewan Perwakilan setiap dua tahun dan setiap anggota dewan dipilih
mengikuti sistem pemilu perwakilan seimbang. Sepertiga dari semua calon yang diajukan
oleh partai-partai harus terdiri dari kaum perempuan.

Lembaga yudikatifnya bebas dari lembaga eksekutif dan legislatif. Mahkamah Agung
Argentina mempunyai 9 anggota, yang diangkat oleh Presiden atas persetujuan Senat. Sisa
hakim-hakimnya ditunjuk oleh Consejo de la Magistratura de la Nación (Dewan Kehakiman
Nasional), sebuah sekretariat yang terdiri atas wakil-wakil para hakim, pengacara, Kongres,
dan pihak Eksekutif. (lihat pula hukum Argentina)

Argentina adalah anggota dari Mercosur, sebuah blok internasional yang mempunyai fungsi
legislatif supra-nasional. Mercosur dibentuk oleh empat anggota biasa: Argentina, Brasil,
Paraguay dan Uruguay; satu anggota biasa lainnya sedang diproses, yaitu Venezuela; dan tiga
anggota asosiasi: Bolivia, Chili dan Peru.
Kamis, 13 November 2014

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

PELITA (Pembangunan Lima Tahun)


Widia Kusuma Wardani/S/B
Pemerintah Letjen Soeharto (Orde Baru) yang dijalankan sejak terbentuknya Kabinet
Ampera mempunyai tugas menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai prasyarat
pelaksanaan pembangunan nasional. Tugas Kabinet Ampera disebut Dwidarma Kabinet
Ampera. Program kerjanya disebut Caturkarya yang isinya adalah mencukupi kebutuhan
sandang dan pangan; melaksanakan pemilihan umum(pemilu); melaksanakan politik luar
negeri bebas aktif; dan melanjtkan perjuangan antiimperialisme dan kolonialisme. Jenderal
Soeharto melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan Kabinet Ampera dengan
membentuk cabinet pembangunan pada tanggal 6 juni 1968. Tugas pokok Kabinet
Pembangunan disebut Pancakrida. Dalam upaya melaksanakan pembangunan dibidang
ekonomi, pemerintah Jenderal Soeharto yang dikenal juga sebagai pemerintahan Orde Baru
melaksanakannya melalui Repelita (rencana pembangunan lima tahun). Repelita
dilaksanakan mulai tanggal 1 April 1969. Pembangunan ekonomi pada masa orde baru
diarahkan pada sector pertanian. Hal itu dikerenakan kurang lebih 55% dari produksi nasional
berasal dari sector pertanian dan juga 75% pendudukan Indonesia memperoleh penghidupan
dari sector pertanian. Bidang sasaran pembangunan dalam Repelita, antara lain bidang
pangan, sandang, perbaikan prasarana, rumah rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani. Jangka waktu pembangunan orde baru dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu program pembangunan jangka pendek dan program pembangunan jangka
panjang. Program pembangunan jangka pendek sering disebut pelita (pembangunan lima
tahun), adapun program pembangunan jangka panjang terdiri atas pembangunan jangka
pendek yang saling berkesinabungan. Masa pembangunan jangka oanjang direncanakan
selama 25 tahun. Modernitas memerlukan sarana, salah satunya dengan pengadaan sarana
fisik. Pembangunan yang dilaksanakan di realisasikan dalam system pembangunan nasional
yang dilaksanakan dengan bentuk Pembangunan Lima Tahun (PELITA). [1] 1) Pelita I Pada
1 April 1969 dimulailah pelaksanaa pelita 1 yaitu pada periode 1969-1974. Pada pelita 1 ini,
orde baru menyelesaikan fase stabilitas dan rehabilitasi sehingga dapat menciptakan keadaan
yang stabil. Selama beberapa tahun, sebelum orde baru keadaan ekonomi mengalami
kemerosotan. Pada 1955-1960 laju inflasi rata-rata 25% per tahun, dalam periode 1960-1965
harga-harga meningkat dengan laju rata-rata 226% per tahun, dan pada 1966 laju inflasi
mencapai puncaknya, yaitu 650% setahun. Kemerosotan ekonomi tersebut terjadi di segala
bidang akibat kepentingan ekonomi dikorbankan demi kepentingan politik. Pada masa orde
baru, kemerosotan ekonomi dapat dikendalikan. Pada 1976, laju inflasi dapat ditekan menjadi
120%, atau seperlima dari tahun sebelumnya. Pada 1968, inflasi dapat ditekan lagi menjadi
85%. Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai, kemudian dimulailah pelaksanaan pelita 1
pada tahun 1969. Adapun titik berat pelita 1 adalah pada sector pertanian dan industry yang
mendukung sector pertanian. Adapun sasaran pelita 1, yaitu meningkatkan pangan, sandang,
perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Pelaksanaan pelita 1 termasuk pembiayaannya selalu disetujui DPR dengan membuat
undang-undang sesuai ketentuan UUD 1945. [2] 2) Pelita II Pelita 1 berakhir pada 31 Maret
1974, yang telah meletakan dasar-dasar yang kuat bagi pelaksanaan pelita I. MPR hasil
pemilu 1971 secara aklamasi memilih dan mengangkat kembali jendral soeharto sebagai
presiden RI. Selain itu, MPR hasil pemilu 1971 berhasil pula menyusun GBHN melalui Tap
MPR RI No IV/MPRS/1973. Di dalam GBHN 1973 terdapat rumusan pelita II, yaitu : a)
Tersedianya bahan pangan dan sandang yang cukup dan terjangkau oleh daya beli
masyarakat; b) Tersedianya bahan-bahan bangunan perumahan terutama bagi kepentingan
masyarakat; c) Perbaikan dan peningkatan prasarana; d) Peningkatan kesejahteraan rakyat
secara merata; e) Memperluas kesempatan kerja. Untuk melaksanakan pelita II, presiden
soeharto kemudian membentuk cabinet pembangunan II. Program kerja cabinet
pembangunan II, disebut Sapta Krida Kabinet Pembangunan II, yang meliputi: a)
Meningkatkan stabilitas politik; b) Meningkatkan stabilitas keamanan; c) Melanjutkan pelita
1 dan melaksanakan pelita II; d) Meningkatkan kesejahteraan rakyat; e) Melaksanakan
pemilihan umum. 3) Pelita III Pada 31 Maret 1979, Pelita III mulai dilaksanakan. Titik berat
pembangunan pada pelita III adalah pembangunan sector pertanian menuju swasembada
pangan yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Sasaran pokok pelita III diarahkan
pada trilogy pembangunan dan delapan jalur pemerataan. a) Trilogi pembangunan mencakup:
1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terwujudnya keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia; 2) Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; 3) Stabilitas nasional
yang sehat dan dinamis. b) Delapan jalur pemerataan mencakup: 1) Pemerataan pemenuhan
kebutuhan pokok, yaitu sandang, pangan, dan perumahan 2) bagi rakyat banyak; 3)
Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan; 4) Pemerataan
pembagian pendapatan; 5) Pemerataan memperoleh kesempatan kerja; 6) Pemerataan
mempreoleh kesempatan berusaha; 7) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan khusunya bagi generasi muda dan kaum wanita; 8) Pemerataan penyebaran
pembangunan di seluruh wilayah Indonesia; 9) Pemerataan memperoleh keadilan. Terpilih
menjadi presiden RI untuk kedua kalinya MPR hasil pemilu membentuk cabinet
pembangunan III. Kabinet ini dilantik secara resmi pada 31 Maret 1978. Program kerja
cabinet pembangunan III, disebut Sapta Krida Pembangunan III, yang meliputi: 1.
Menciptakan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dnegan memeratakan hasil
pembangunan; 2. Melaksanakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; 3. Memelihara
stabilitas keamanan yang mantap; 4. Menciptakan aparatur Negara yang bersih dan
berwibawa; 5. Membina persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh dan dilandasi oleh
penghayatan dan pengamalan pancasila; 6. Melaksanakan pemilihan umum yang langsung,
umum, bebas, dan rahasia; 7. Mengembangkan politik luar negri yang bebas aktif untuk
diabdikan kepada kepentingan nasional. 4) Pelita IV Pelita III berakhir pada 31 Maret 1989
yang dilanjutkan dengan pelaksanaan pelita IV yang dimulai 1 april 1989. Untuk ketiga
kalinya jenderal soeharto terpilih dan diangkat kembali oleh MPR hasil pemilu. Untuk
melaksanakan pelita IV, presiden seharto membentuk cabinet pembangunan IV. Titik berat
pelita IV adalah pembangunan sector pertanian untuk melanjutkan usaha-usaha menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industry yang dapat menghasilkan mesin-mesin
sendiri, baik untuk mesin-mesin industry ringan maupun industry berat. Sasaran pokok pelita
IV yaitu sebagai berikut: a) Bidang politik, yaitu berusaha memasyarakatkan P4
(Pedoman,Penghayatan,dan Pengamalan Pancasila). b) Bidang pendidikan, menekankan pada
pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu pendidikan. c) Bidang keluarga
berencana (KB), menekankan pada pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang dapat
menimbulkan masalah nasional. 5) Pelita V Pelita IV berakhir pada 31 Maret 1994 yang
dilanjutkan oleh pelaksanaan pelita V yang dimulai 1 April 1994. Pelita V ini merupakan
pelita terakhir dari keseluruhan program pembangunan jangka panjang pertama (PPJP 1).
Pelita V merupakan masa tinggal landas untuk memasuki program pembangunan jangka
panjang kedua (PPJP II), yang akan dimulai pada pelita VI pada april 1999. Titik berat pelita
V adalah meningkatkan sector pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan prduksi hasil pertanian laiinya serta sector industri, khususnya industry yang
menghasilkan barang untuk ekspor, industry yang banyak tenaga kerja, industri pengolahan
hasil pertaian, dan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri menuju
terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang antara industry dengan pertanian, baik dari segi
nilai tambah maupun dari segi penyeraan tenaga kerja. 6) Pelita VI Pelita V berakhir pada 31
Maret 1999yang dilanjutkan oleh pelaksanaan pelita VI yang dimulai pada 1 April 1999.
Pada akhir pelita V diharapkan akan mampu menciptakan landasan yang kukuh untuk
mengawali pelaksanaan pelita VI dan memasuki proses tinggal landas menuju pelaksanaan
program pembangunan jangka panjang kedua (PPJP II) . Titik berat pelita VI diarahkan pada
pembangunan sector-sektor ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan pertanian serta
bidang pembangunan lainnya dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sasaran
pembangunan industry dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun VI sebagai bagian dari
sasaran bidang ekonomi sesuai amanat GBHN 1993 adalah tertata dan mantapnya industry
nasional yang mengarah pada penguatan, pendalaman, peningkatan, perluasan, dan
penyebaran industry ke seluruh wilayah Indonesia, dan makin kukuhnya struktur industry
dengan peningkatan keterkaitan antara industry hulu, industry antara, dan industry hilir serta
antara industry besar, industry menengah, industry kecil, dan industry rakyat. Serta
keterkaitan antara sector industry dengan sector ekonomi lainnya. Pelita VI yang diharapkan
menjadi proses lepas landas Indonesia kea rah yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal
landas, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sulit diatasi pada akhir tahun 1997. [3] Namun,
pelaksanaan PPJP II tidak berjalan lancar akibat krisis ekonomi dan moneter melanda
Indonesia. Inflasi yang tinggi akibat krisis ekonomi menyebabkan terjadinya gejolak social
yang mengarah pada pertentangan terhadap pemerintah orde baru. Kenaikan tariff BBM pada
1997 merupakan awal gerakan pengkoreksian rakyat dan mahasiswa terhadap pemerintahan
orde baru. Sejak saat itu terjadilah gelombang demonstrasi, kerusuhan, penjarahan, dan
pembakaran di ibu kota Jakarta yag kemudian menyebar ke seluruh wilayah di tanah air . [4]
Kesimpulan Pelita I rehabilitasi ekonomi khususnya untuk mengangkat hasil pertanian dan
penyempurnaan sistem irigasi dan transportasi tujuan menaikkan taraf hidup masyarakat
Pelita II peningkatan standard hidup bangsa indonesia melalui sandang pangan dan papan
Pelita III peningkatan standard pertanian untuk swasembada & pemantapan industri yang
mengelola bahan baku menjadi bahan jadi Pelita IV peningkatan standard pertanian untuk
swasembada pangan dan peningkatan industri untuk memproduksi mesin ringan / berat Pelita
V peningkatan standard sektor industri dengann pertumbuhan mantap di sektor pertanian
Pelita VI proses tinggal landas menuju terwujudnya masyarakat maju adil dan mandiri

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef

Anda mungkin juga menyukai