Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI KEBIJAKAN KESEHATAN NASIONAL

TENTANG SISTEM KESEHATAN NASIONAL

Disusun Oleh :
1. Sintari Yulanda P1337420616001
2. Nur Ulisetiani P1337420616002
3. Rossy Noor Azizah P1337420616014
4. Cicha Setyaningtyas P1337420616017
5. Prima Alfianita P1337420616019
6. Fadila Syahidita P1337420616026
7. Mayra Marlyn P1337420616031
8. Muhammad Sulkhan Hakim P1337420616048
9. Divasepti Uki Karsidiana P1337420616049
10. Agustina Pigome P1337420616053

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
A. PENGERTIAN SKN

Sistem Kesehatan Nasional adalah Bentuk dan cara penyelenggaraan kesehatan


yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna
menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat

Sistem Kesehatan Nasional adalah dokumen kebijakan pembangunan kesehatan


sebagai acuan penyelenggaraan pembagunan kesehatan.

Sistem Kesehatan Nasional adalah pengelolaan kesehatan yang di


selenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya berjenjang di pusat dan daerah dengan memperhatikan otonomi daerah dan
otonomi "ungsional di bidang kesehatan

Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk


satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerjasama secara bebas
dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula.

B. LANDASAN SKN

Landasan Sistem Kesehatan Nasional meliputi:

a. Landasan idiil yaitu Pancasila.

b. Landasan konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945
1) Pasal 28A ”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya”,
2) Pasal 28B ayat (2) ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.”
3) Pasal 28C ayat (1) ”Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”,
4) Pasal 28H ayat (1) ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”,
5) Pasal 28H ayat (3) ”Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat”,
6) Pasal 34 ayat (2) ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh
rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan”,
7) Pasal 34 ayat (3) ”Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

c. Landasan Operasional meliputi Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan
dengan penyelenggaraan SKN dan pembangunan kesehatan.

C. PRINSIP DASAR SKN

Prinsip dasar adalah norma, nilai, dan aturan pokok yang bermakna dari falsafah
dan budaya Bangsa Indonesia, yang dipergunakan sebagai acuan berfikir dan bertindak.
Terdapat 7 (tujuh) Prinsip Dasar SKN, dengan penekanan pada masing-masing uraian
sebagai berikut:
1. Perikemanusiaan
Terabaikannya pemenuhan kebutuhan kesehatan adalah bertentangan dengan
prinsip kemanusiaan.
2. Hak Azasi Manusia
Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang
adalah hak azasi manusia, tanpa membedakan antara golongan, suku, agama, dan
status sosial ekonomi.
3. Adil dan merata
Pelayanan kesehatan harus merata, bermutu, dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat secara ekonomi dan geografi.

4. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat


Kesehatan merupakan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun
masyarakat dan perorangan (individu).
5. Kemitraan
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan menggalang kemitran yang
dinamis dan harmonis antara pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.
6. Pengutamaan dan manfaat
Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan lebih mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan golongan dan perorangan. Pemanfaatan
iptek dalam pembangunan kesehatan.
7. Tata kepemerintahan yang baik
Pembangunan kesehatan diselenggarakan secara demokratis, berkepastian
hukum, terbuka, rasional/profesional, bertanggung jawab dan bertanggung gugat.

D. TUJUAN DAN KEDUDUKAN SKN


Tujuan Sistem Kesehatan Nasional adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah
secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, hingga terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
Sistem Kesehatan Nasional akan berfungsi baik untuk mencapai tujuannya
apabila terjadi Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Sinergisme (KISS), baik antar
pelaku maupun antar subsistem SKN. Dengan tatanan ini, maka sistem atau seluruh
sektor terkait, seperti pembangunan prasarana, keuangan dan pendidikan perlu berperan
bersama dengan sektor kesehatan untuk mencapai tujuan nasional.

E. SUB SYSTEM SKN


1. Subsistem upaya kesehatan
Subsistem upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya kesehatan tersebut
dilaksanakan melalui berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan. Berbagai upaya
tersebut memerlukan dukungan penelitian dan pengembangan kesehatan,
pembiayaan, sumber daya manusia kesehatan, ketersediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan, serta
pemberdayaan masyarakat
2. Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Untuk mendapatkan dan mengisi kekosongan data kesehatan dasar dan/atau
data kesehatan yang berbasis bukti perlu diselenggarakan kegiatan penelitian dan
pengembangan kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi dan sumber daya
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
3. Subsistem Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni: Pemerintah,
Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.
Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan
memegang peran yang vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
4. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia
kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi
secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan.
5. Subsistem Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Subsistem ini meliputi berbagai kegiatan untuk menjamin: aspek keamanan,
khasiat/kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan yang
beredar; ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial;
perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat;
penggunaan obat yang rasional; serta upaya kemandirian di bidang kefarmasian
melalui pemanfaatan sumber daya dalam negeri.

6. Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan


Subsistem ini meliputi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, hukum
kesehatan, dan informasi kesehatan. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan
secara berhasil guna dan berdaya guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan
manajemen kesehatan adalah koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan
harmonisasi berbagai subsistem SKN agar efektif, efisien, dan transparansi dalam
penyelenggaraan SKN tersebut.

7. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-
mata sebagai sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan.

F. PENYELENGGARAN SKN
1. Proses Penyelenggaraan
a. Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekataan kesisteman, yakni cara
berpikir dan bertindak yang logis, sistemastis, komperhensif, dan holistik dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan. Pendekatan kesisteman tersebut
menuntut perlunya pemahaman tentang unsur-unsur sistem serta keterkaitannya
satu sama lain, sebagai berikut :
1) Masukan
Unsur masukan dalam SKN adalah subsistem pembiayaan
kesehatan, subsistem sumberdaya manusia kesehatan, dan subsistem obat
dan pembekalan kesehatan.
2) Proses
Unsur proses dalam SKN adalah subsistem upaya kesehatan,
subsistem pemberdayaan masyarakat, dan subsistem manajemen kesehatan.
3) Keluaran
Unsur keluaran dalam SKN adalah terselenggaranya pembangunan
kesehatan kesehatan yang berhasil-guna, berdaya-guna, bermutu, merata
dan berkeadilan.
4) Lingkungan
Unsur lingkungan dalam SKN adalah berbagai keadaan yang
menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan baik nasional, regional, maupun global yang berdampak terhadap
pembangunan kesehatan.
b. Penyelenggaraan SKN memerlukan keterkaitan antar unsur-unsur SKN.
Keterkaitan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Subsistem pembiayaan kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
keterseediaan pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-
guna, sehingga upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun
upaya kesehatan perorangan dapat diselenggarakan secara merata, tercapai,
terjangkau, dan bermutu bagi seluruh masyarakat. Tersedianya pembiayaan
uang memadai juga akan menunjang terselenggaranya subsistem
sumberdaya manusa kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan,
subsistem pemberdayaan masyarakat, serta subsistem manajemen
kesehatan.
2) Subsistem sumberdaya manusia kesehatan diselenggarakan guna
menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu dalam jumlah yang
mencukupi, terdistribusi secara adil, serta termanfaatkan secara berhasil-
guna dan berdaya-guna, sehingga upaya kesehatan dapat diselenggarakan
sesuai dengan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat. Tersedianya tenaga
kesehatan yang mencukupi dan berkualitas juga akan menunjang
terselenggaranya subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem obat dan
perbekalan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, serta
subsistem manajemen kesehatan.
3) Subsistem obat dan perbekalan kesehatan diselenggarakan guna
menghasilkan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang mencukupi,
aman, bermutu, dan bermanfaat serta terjangkau olh masyarakat, sehingga
upaya kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil-guna dan berrdaya-
guna.
4) Subsistem pemberdayaan masyarakat diselenggarakan guna menghasilkan
individu, kelompok, dan masyarakat uum yang mampu berperan aktif dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat yang bedaya akan berperan
aktif dalam penyelenggaraan subsistem pembiayaan kesehatan, subsistem
sumberdaya manusia kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan,
serta subsistem manajemen kesehatan.
5) Subsistem manajemen kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan
fungsi-fungsi administrasi kesehatan, informasi kesehatan, IPTEK
kesehatan, dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang
penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil-guna dan berdaya-guna.
Dengan manajemen kesehatan yang berhasil-guna dan berdaya-guna dapat
diselenggarakan subsistem upaya kesehatan, subsistem pembiayaan
kesehatan, subsistem obat dan perbekalan kesehatan, serta subsistem
pemberdayaan masyarakat, sebagai suatu kesatuan yang terpadu dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
c. Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronasi, dan sinergisme (KISS), baik antar pelaku, antar subsistem SKN,
maupun dengan sistem serta subsistem lain diluar SKN.
d. Penyelenggaraan SKN memerlukan komitmen yang tinggi dan dukungan serta
kerjasama yang baik dari para pelaku SKN yang ditunjang oleh tata
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik (good governance)
e. Penyelenggaraan SKN memerlukan adanya kepastian hukum dalam bentuk
penetapan berbagai peraturan perundang-undangan yang sesuai
f. Penyelenggaraan SKN dilakukan melalui siklus perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban secara sistematis,
berjenjang, dan berkelanjutan.

2. PENTAHAPAN PENYELENGGARAAN
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap oleh para pelaku SKN.
Penyelenggaraan di daerah disesuaikan dengan aspirasi, potensi, serta kebutuhan
setempat, dengan memperhatikan prioritas pembangunan kesehatan masing-
masing. Pentahapan penyelenggaraan SKN adalah sebagai berikut :
1. Penetapan SKN
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN
perlu dikukuhkan dengan peraturan perundang-undangan.
2. Advokasi dan Sosialisasi SKN
a. Untuk diperolehnya komitmen dan dukungan dari semua pihak, SKN perlu
diadvokasikan dan disosialisasikan.
b. Sasaran advokasi SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di pusat
maupun daerah.
c. Sasaran sosialisasi adalah semua pihak yang terkait dengan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, terutama masyarakat termasuk
swasta.

3. Fasilitasi Pembangunan Sistem Kesehatan Daerah


a. Untuk terselenggaranya pembangunan kesehatan di daerah perlu
dikembangkan Sistem Kesehatan Daerah (SKD) dengan mengacu pada
SKN dan mempertimbangkan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik
daerah.
b. SKD tersebut terdiri dari Sistem Kesehatan Provinsi (SKP) dan Sistem
Kesehatan Kabupaten/Kota (SKK).
c. Pemerintah Pusat memfasilitasi pengembangan SKD, memfasilitasi
pengukuhan SKD dalam bentuk peraturan perundang-undangan daerah,
serta memfasilitasi advokasi dan sosialisasi SKD sesuai kebutuhan.
4. Pelaksanaan SKN dan SKD
a. Pelaksanaan SKN dan SKD diwujudkan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, baik secara nasional maupun dalam lingkup
daerah.
b. Pelaksanaan SKN dan SKD diselenggarakan melalui penataan ulang
keenam subsistemnya secara bertahap, sistematis, terpadu, dan
berkelanjutan
c. Pelaksanaan SKN dan SKD didukung dengan penyusunan kebijakan,
standar, dan pedoman dalam bentuk berbagai peraturan perundang-
undangan.
d. Pelaksanaaan SKN dan SKD diselenggarakan sesuai dengan asas
desentralisasi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Pengendalian SKN dan SKD
a. Pengendalian SKN dan SKD bertujuan untuk memantau dan menilai
keberhasilan penyelenggaraan pembangunan kesehatan berdasarkan SKN
dan SKD
b. Pengendalian SKN dan SKD diselenggarakan secara berjenjang secara
berjenjang dan berkelanjutan dengan menggunakan tolok ukur keberhasilan
pembangunan kesehatan, baik tingkat nasional maupun tingkat daerah.
c. Untuk keberhasilan pengendalian SKN dan SKD perlu dikembangkan
sistem informasi kesehatan nasional dan daerah yang terpadu.

Anda mungkin juga menyukai