Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Epidemiologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit


dan faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia. Penyebaran penyakit disini
merupakan penyebaran penyakit menurut sifat orang tempat dan waktu. Jadi, di samping
mempelajari siapa yang terkena penyakit, epidemiologi juga membahas mengenai dimana
dan bagaimana suatu penyakit dapat menyebar. Selanjutnya jawaban dari pertanyaan itu akan
memunculkan data mengenai jumlah penderita dari satu jenis penyakit, jenis kelamin
penderita, lokasi dimana penderita tinggal, bagaimana penyakit itu dapat menginfeksi
penderita dan pada akhirnya kapan penyakit itu sering muncul, pada saat musim hujan,
pancaroba atau pada saat musim kemarau. Semua ini dapat diketahui lebih dalam dengan
mempelajari ilmu Epidemiologi.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Epidemiologi Deskriptif ?


2. Bagaimana ruang lingkup Epidemiologi Deskriptif ?
3. Bagaimana peran dari 3 variable (orang,waktu & tempat) pada Epidemiologi
Deskriptif ?
4. Apa saja kekurangan dan kelebihan Epidemiologi Deskriptif ?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Epidemiologi Deskriptif


2. Untuk mengetahui ruang lingkup Epidemiologi Deskriptif
3. Untuk mengetahui peran dari 3 variabel (orang, waktu &tempat) pada Epidemiologi
Deskriptif
4. Untuk mngetahui kekurangan dan kelebihan Epidemiologi Deskriptif.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epidemiogi Deskriptif
Epidemiologi deskirptiif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan
frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga
epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu).Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau
studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode
tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai
masalah kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara
berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa
faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau
cross sectional.
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah bagian yang dilakukan tanpa harus membuat
suatu hipotesa khusus. Kajian ini sering dipakai pada kajian awal kemunculan penyakit baru,
agar kita dapat memperoleh karakter penyakit, menghitung frekuensinya, dan menentukan
bagaimana variasinya terkait dengan tingkat individu, tempat dan waktu (Ferasyi,2008).
Epidemiologi deskriptif adalah epidemiologi yang mempelajari tentang frequensi dn
penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut (Effendy, 1998). Epidemiologi
deskriptif juga merupakan studi epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi
penyakit dan determinan penyakit menurut orang, tempat, dan waktu (Rajab, 2009).

Epidemiologi Deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu


populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai
faktor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat
memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan
membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang
sama pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan
tenteng keadaan derajat kesehatan maupun masalkah kesehatan dalam suatu populasi tertentu
pada waktu dan tempat yang tertentu pula. Disamping itu, epidemiologi deskriptif dapat pula
memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit
atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data
epidemiologi dan data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data

2
genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi dan sumber keterangan
lainnya. Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha
penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain itu,
penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan,
penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha dibidang kesehatan
masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti
bidang kependudukan, keluarga dan gizi (Noor,2008).

Epidemiologi deskriptif mempelajari kejadian dan distribusi penyakit. Kejadian


penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah penyakit. Dalam epidemiologi deskriptif,
distribusi penyakitnya menurut variabel variabel orang, waktu dan tempat (Lapau, 2011).

2.2 Ruang Lingkup Epidemiologi Deskriptif

1. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi


Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit
saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat.
Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga
kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek
epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.

2. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia


Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan
data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah
penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui
penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

3. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam


merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan
dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan
penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat.
Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat
dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.

3
2.3 Peran 3 Variabel (Orang, Waktu &Tempat) Pada Epidemiologi Deskriptif

1. Orang (Person)

Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, struktur keluarga dan paritas.

a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini
orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian
menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang
dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk
tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur
pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan
yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi
seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak
menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang
telah bersekolah.

b. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria,
juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih
lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena
berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum
minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan
berbahaya, dan seterusnya). Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi
dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa
wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum
4
diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin,
angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.

c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas
sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator
tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas
dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga
terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis
pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara
kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam
hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.

d. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa
jalan yakni :
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik
yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai
faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).

5
c. Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di
kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya
’’gerak badan’’.
d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat
terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak
dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh
variabel umur dan jenis kelamin.

e. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.

f. Golongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan


genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-
perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.

Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit


antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi
menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.

Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai


pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik dalam
hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.

6
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di
Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini
menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini
menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung.

g. Status Perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka


kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua
sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.

Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang
tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam
gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.

h. Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti


penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu
keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal
berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan
penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan
harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat
membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

i. Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan


kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas
tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti

7
asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

2. Waktu (Time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar


didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut
waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya
waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :

1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung


beberapa jam, hari, minggu dan bulan.
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi
keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau
minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan
atau hampir bersamaan.
2. Waktu inkubasi rata-rata pendek.

2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun. Perubahan secara siklus ini
didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka
kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun,
atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit
infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.

8
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit
yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :

1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor


yang bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban
memungkinkan transmisi.
2. Adanya tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak
untuk menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi.
3. Selalu adanya kerentanan
4. Adanya kegiatan-kegiatan berkala dari orang-orang yang rentan yang
menyebabkan mereka terserang oleh “vektor bornedisease” tertentu.
5. Tetapnya kemampuan agen infektif untuk menimbulkan penyakit.
6. Adanya faktor-faktor lain yang belum diketahui. Hilangnya atau
berubahnya

Siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih dari hal-hal tersebut .
Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang
berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus
masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita
kenal. Sebagai contoh, belum dapat diterangkan secara pasti mengapa wabah
influensa A bertendensi untuk timbul setiap 2-3 tahun, mengapa influensa B timbul
setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di Amerika Serikat).

Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang
kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak
penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka
kesakitan secara musiman. Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai
dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa
interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya
penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan populasi hewan,
perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan, perubahan
dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia
seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.

9
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan
gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi musiman ini
telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari produksi,
distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang
dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu
terutama dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.

Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu


yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut “secular trends”.

3. Tempat (Place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk


perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi
penyakit. Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :

1. Batas daerah-daerah pemerintahan


2. Kota dan pedesaan
3. Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut )
4. Negara-negara
5. Regional

Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit, perbandingan


menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas administrasi
pemerintahan.Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di suatu daerah
dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti temperatur,
kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan tanah, sumber air,
derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam tingkat kemajuan ekonomi,
pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya tradisi-tradisi yang merupakan
hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor sosial budaya yang tidak
menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan, sifat-sifat lingkungan
biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu, reservoir penyakit menular
tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.

10
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular
dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.

Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-
faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu
diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola
penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.Migrasi antar desa tentunya dapat pula
membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang
bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.

Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di


berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat,
udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah. Pentingnya
pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit dapat
digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada menyelidikan-
penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan angka kesakitan
atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di
tiap-tiap daerah (tempat) :
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
4. Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.
Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,
memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan
data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-
hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.

11
2.4 Kekurangan dan Kelebihan Epidemiologi Deskriptif

Kelebihan :
1. Mudah dan murah dilakukan
2. Dilakukan pada satu waktu
3. Berguna untuk rancangan kegiatan
4. Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan pemicunya
5. Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan

Kekurangan :
1. Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pemicunya karena
penelitian dilakukan pada satu waktu.
2. Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif
3. Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut populasi, letak
geografik, serta waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia
sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang
berhubungan dengan penyakit. epidemiologi deskriptif mempelajari tentang kejadian
dan distribusi penyakit. Kejadian penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah
penyakit. Dalam epidemiologi deskriptif, distribusi penyakitnya menurut variable
yaitu orang, waktu dan tempat.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kekurangan. Untuk itu
kami mohon saran dan kritik yang membangun. Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang keperawatan dan menambah
wawasan tentang epidemilogi.

13
DAFTAR PUSTAKA

R.Beaglehole, dkk.. 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Timmreck, Thomas C. 2004. Epidemiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Wahyudin, Rajab. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-
deskriptif.html diakses Kamis, 9 Mei 2013.

http://www.hsl.unc.edu/Services/Tutorials/EBM/Supplements/QuestionSupplement.htm
diakses Jumat, 10 Mei 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai