PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Epidemiogi Deskriptif
Epidemiologi deskirptiif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan menentukan
frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel menurut segitiga
epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu).Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau
studi pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode
tertentu. Jika studi ini ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai
masalah kesehatan maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara
berkelanjutan maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa
faktor penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau
cross sectional.
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah bagian yang dilakukan tanpa harus membuat
suatu hipotesa khusus. Kajian ini sering dipakai pada kajian awal kemunculan penyakit baru,
agar kita dapat memperoleh karakter penyakit, menghitung frekuensinya, dan menentukan
bagaimana variasinya terkait dengan tingkat individu, tempat dan waktu (Ferasyi,2008).
Epidemiologi deskriptif adalah epidemiologi yang mempelajari tentang frequensi dn
penyebaran suatu masalah kesehatan tanpa memandang perlu mencari jawaban terhadap
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan tersebut (Effendy, 1998). Epidemiologi
deskriptif juga merupakan studi epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi
penyakit dan determinan penyakit menurut orang, tempat, dan waktu (Rajab, 2009).
2
genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi dan sumber keterangan
lainnya. Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha
penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Selain itu,
penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan,
penyusunan program kesehatan masyarakat dan penilaian hasil usaha dibidang kesehatan
masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan kesehatan seperti
bidang kependudukan, keluarga dan gizi (Noor,2008).
3
2.3 Peran 3 Variabel (Orang, Waktu &Tempat) Pada Epidemiologi Deskriptif
1. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan
etnik, status perkawinan, struktur keluarga dan paritas.
a. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini
orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian
menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur yang
dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk
tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur
pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan
yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi
seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak
menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang
telah bersekolah.
b. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih
tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria,
juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih
lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena
berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum
minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan
berbahaya, dan seterusnya). Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi
dikalangan wanita, di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa
wanita lebih bebas untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum
4
diketahui. Terdapat indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin,
angka kematian untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas
sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator
tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas
dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga
terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis
pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara
kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam
hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
d. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa
jalan yakni :
a. Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan
kesakitan
seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik
yang dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai
faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
5
c. Ada tidaknya “gerak badan” didalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di
kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya
’’gerak badan’’.
d. Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat
terjadi proses penularan penyakit antara para pekerja.
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan
pekerjaan di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak
dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh
variabel umur dan jenis kelamin.
e. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan
dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
f. Golongan Etnik
6
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di
Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini
menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini
menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker lambung.
g. Status Perkawinan
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang
tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam
gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.
h. Struktur Keluarga
i. Paritas
7
asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya
masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
2. Waktu (Time)
8
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit
yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
Siklus berarti adanya perubahan dari salah satu atau lebih dari hal-hal tersebut .
Penjelasan mengenai timbulnya atau memuncaknya penyakit menular yang
berdasarkan pengetahuan yang kita kenal sebagai bukan vektor borne secara siklus
masih jauh lebih kurang dibandingkan dengan vektor borne diseases yang telah kita
kenal. Sebagai contoh, belum dapat diterangkan secara pasti mengapa wabah
influensa A bertendensi untuk timbul setiap 2-3 tahun, mengapa influensa B timbul
setiap 4-6 tahun, mengapa wabah campak timbul 2-3 tahun (di Amerika Serikat).
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang
kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak
penyakit-penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka
kesakitan secara musiman. Tentunya observasi ini dapat membantu didalam memulai
dicarinya etiologi penyakit-penyakit tersebut dengan catatan-catatan bahwa
interpretasinya sulit karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya
penyakit juga ikut berubah pada perubahan musim, perubahan populasi hewan,
perubahan tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan, perubahan
dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam berbagai aspek perilaku manusia
seperti yang menyangkut pekerjaan, makanan, rekreasi dan sebagainya.
9
Sebab-sebab timbulnya atau memuncaknya beberapa penyakit karena gangguan
gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara jelas. Variasi musiman ini
telah dihubung-hubungkan dengan perubahan secara musiman dari produksi,
distribusi dan konsumsi dari bahan-bahan makanan yang mengandung bahan yang
dibutuhkan untuk pemeliharaan gizi maupun keadaan kesehatan individu-individu
terutama dalam hubungan dengan penyakit-penyakit infeksi dan sebagainya.
3. Tempat (Place)
10
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular
dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-
faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu
diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola
penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.Migrasi antar desa tentunya dapat pula
membawa akibat terhadap pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang
bersangkutan maupun desa-desa di sekitarnya.
11
2.4 Kekurangan dan Kelebihan Epidemiologi Deskriptif
Kelebihan :
1. Mudah dan murah dilakukan
2. Dilakukan pada satu waktu
3. Berguna untuk rancangan kegiatan
4. Menggambarkan hubungan dan kondisi satu penyakit dan pemicunya
5. Tidak hanya terhadap individu yang mendapatkan pengobatan
Kekurangan :
1. Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit dengan pemicunya karena
penelitian dilakukan pada satu waktu.
2. Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang representatif
3. Tidak dapat dilaksanakan pada semua kasus.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan untuk
menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut populasi, letak
geografik, serta waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya dilaksanakan jika tersedia
sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian, riwayat alamiah dan faktor yang
berhubungan dengan penyakit. epidemiologi deskriptif mempelajari tentang kejadian
dan distribusi penyakit. Kejadian penyakit dapat dipelajari melalui riwayat alamiah
penyakit. Dalam epidemiologi deskriptif, distribusi penyakitnya menurut variable
yaitu orang, waktu dan tempat.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari banyak sekali kekurangan. Untuk itu
kami mohon saran dan kritik yang membangun. Dengan adanya makalah ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang keperawatan dan menambah
wawasan tentang epidemilogi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin, Rajab. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-
deskriptif.html diakses Kamis, 9 Mei 2013.
http://www.hsl.unc.edu/Services/Tutorials/EBM/Supplements/QuestionSupplement.htm
diakses Jumat, 10 Mei 2013.
14