Anda di halaman 1dari 7

Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kecamatan Tanjung Bumi

Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI


DI KECAMATAN TANJUNG BUMI KABUPATEN
BANGKALAN TAHUN 2013
Siska Damayanti Sari
Dinas Kesehatan kabupaten bangkalan

Difteri merupakan penyakit pernapasan atas yang disebabkan oleh


Corynebacterium diphtheriae. Kasus difteri di Kabupaten Bangkalan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah kasus 2009 sebanyak 4 dengan 1 kematian
dan meningkat secara signifikan pada tahun 2010 sebanyak 26 kasus dengan 2
kematian dan pada tahun 2011 sebanyak 35 kasus dengan 4 kematian dan pada
tahun 2012 sebanyak 69 kasus dengan 4 kematian. Pada tahun 2013, Kabupaten
Bangkalan merupakan daerah kasus tertinggi di Propinsi Jawa Timur. Tujuan
Penyelidikan Epidemiologi ini adalah mengetahui besar masalah KLB Difteri dan
faktor risiko yang mempengaruhinya. Metodologi yang digunakan adalah mencari
kasus suspect, probable dan konfirmasi laboratorium serta melakukan
penanggulangan KLB. Pengumpulan data dilakukan langsung di lapangan dengan
cara observasi atau pemeriksaan terhadap kontak. Hasilnya adalah Pola sebaran
kasus difteri adalah mengelompok dan 74% terjadi pada kelompok umur >15
tahun dan 63% tidak pernah mendapatkan imunisasi. sedangkan Kejadian difteri
usia<15 tahun yang mendapatkan imunisasi lengkap dan sub pin hanya 40%, dan
semua laporan kasus yang diterima oleh Dinas Kesehatan Tingkat II sebesar 58%
berasal dari rumah sakit. Kesimpulannya status imunisasi merupakan faktor yang
mempengaruhi terjadinya KLB Difteri.

Kata kunci : Difteri, KLB. Faktor Risiko KLB, Kabupaten Bangkalan.

LATAR BELAKANG maupun di Indonesia. Baerdasarkan


vaccine prevertable disease reported
Difteri merupakan salah satu to SEARO mulai tahun 2009 tercatat
penyakit menular yang dapat dicegah kasus baru difteri 180, dimana 77,7%
dengan imunisasi (PD3I). Difteri berasal dari propinsi jawa timur
adalah penyakit yang disebabkan oleh Indonesia. Tahun 2010 tercatat 474
Corynebacterium Diphteria. Sebelum kasus baru difteri, dimana 64%
era vaksinasi, racun yang dihasilkan berasal dari propinsi jawa timur
oleh kuman ini sering menyebabkan Indonesia. Tahun 2011 tercatat 853
penyakit yang serius, bahkan dapat kasus baru difteri, dimana 77,9%
menimbulkan kematian. Tapi sejak berasal dari propinsi jawa timur
vaksin difteri ditemukan dan Indonesia. Tahun 2012 tercatat 1292
imunisasi terhadap difteri digalakkan, kasus baru difteri, dimana 74%
jumlah kasus penyakit dan kematian berasal dari propinsi jawa timur
akibat kuman difteri menurun dengan Indonesia. Dari data tersebut dapat
drastis, (steven, 2011). diketahui bahwa sudah terjadi
Difetri merupakan masalah penyebaran penyakit difteri di
kesehatan baik di seluruh dunia Propinsi Jawa Timur sehingga pada

29
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kecamatan Tanjung Bumi
Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

periode bulan oktober tahun 2011 Meliputi :


propinsi Jatim menetapkan Kejadian a. Mengetahui distribusi kasus
Luar Biasa (KLB) penyakit difteri menurut variabel epidemiologi.
(Dinkes Jatim, 2011). b. Mengetahui faktor risiko yang
Kasus difteri telah menjangkitii mempengaruhi terjadinya KLB.
seluruh Kabupaten/Kota di Jawa c. Mengetahui cara pencegahan
Timur, sehingga peristiwa KLB yang dan penanggulangan KLB
terjadi memberikan gambaran bahwa difteri.
program imunisasi harus mendapatkan d. Menghentikan penyebaran KLB
perhatian khusus. Peningkatan kasus difteri.
difteri yang terus-menerus,
mendorong Pemprov Jatim melakukan
kegiatan ORI mulai tahun 2010 METODE
sampai dengan tahun 2011. Tidak Pengumpulan data difteri dilakukan
hanya itu saja, kegiatan Sub Pin langsung di lapangan, meliputi :
putaran I,II,III pun dilakukan. Putaran a. Kontak rumah
1 dilaksanakan bulan November b. Kontak sekolah dan tetangga., Data
Tahun 2012, putaran II dilaksanakan Data Sekunder : Dalam bentuk data
bulan Mei Tahun 2013 dan Putaran III geografi (Sumber : Puskesmas).
direncanakan akan dilaksanakan bulan
November Tahun 2013. Kegiatan Sub PENGAMBILAN SPECIMEN
Pin ini dilaksanakan di 19 Kabupaten. Sediaan (specimen) diambil dari
Dimana daerah itu merupakan daerah penderita berupa apusan tenggorokan
dengan jumlah persebaran difteri dengan jalan mengoleskan kapas lidi
terbesar (Dinkes Jatim, 2013). pada pharynx atau tonsil. Dan kalau
Sampai saat ini periode januari- ada membrane, membrannya harus
oktober 2013 jumlah difteri di Jawa diangkat sedikit, lalu kapas lidi
Timur paling banyak terjadi di dioleskan di tempat di bawah atau
Kabupaten Bangkalan yaitu sebanyak membrane dimana banyak kuman
71 kasus. Banyak faktor yang difteri berkumpul.
mempengaruhi penyebaran difteri
PEMERIKSAAN SPECIMEN
salah satunya adalah faktor imunisasi
(cakupan gagal mencapai target, Media loeffler serum yang telah
imunisasi tidak merata segingga dipakai untuk penyimpanan bakteri
masih terdapat kantong endemis harus segera dikirim ke Balai Besar
difetri). Oleh karena itu, perlu Laboratorium Kesehatan (BBLK)
dilakukan penanganan yang baik, Surabaya untuk pemeriksaan
benar khusunya daerah yang cakupan bakteriologis. Kalau tidak bisa, dapat
imunisasinya rendah sehingga KLB disimpan dalam suhu ruangan
dapat ditanggulangi dan dicegah. (temperature 30C).

TUJUAN
Mengetahui besar masalah KLB
Diptheri yang terjadi dan cara
penanggulangannya.

30
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kecamatan Tanjung Bumi
Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN pada beberapa desa dalam satu


Distribusi Kasus Menurut Waktu kecamatan. Selain itu, hasil
penyelidikan epidemiologi yang
GAMBAR 1. TRAND BULANAN KASUS DIFTERI
dilakukan petugas surveilans
USIA <15 THN DAN >15 THN TAHUN 2013 puskesmas dan dinas kesehatan
5 tingkat II diperoleh informasi bahwa
kasus difteri yang satu dengan yang
4 4
lainnya mempunyai hubungan
3 3 epidemiologis (bertetangga).
2 2
Distribusi Kasus Menurut Orang
1 111 1 1 1 11 1
GAMBAR 3.JUMLAH KASUS DIFTERI
0 03
20000000000000000000 MENURUT KEL. UMUR DAN STATUS
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 IMUNISASI TAHUN 2013
<15
12 11

10
Berdasarkan Gambar 1 pada
periode januari-oktober di Kabupaten 8

Bangkalan tahun 2013, jumlah kasus 6


baru difteri sebanyak 19 kasus. 4 3
Dimana puncak kejadian KLB terjadi 2
2 1 1 1
pada minggu ke 3 dan 4, artinya 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
difteri sering muncul pada waktu yang
< 1 th 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15 th
temperaturnya lebih dingin atau IMM TDK LGKP TDK IMM
musim hujan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Chin,2000 bahwa penyakit
difteri muncul pada bulan-bulan Berdasarkan gambar 3 menunjukkan
dimana temperatur lebih dingin di bahwa jumlah kasus difteri di
negara subtropis. kecamatan tanjung bumi kabupaten
Distribusi Kasus Menurut Tempat Bangkalan tahun 2013 sebesar 74%
GAMBAR 2. SEBARAN KASUS DIFTERI DI KEC terjadi pada kelompok umur >15
TANJUNG BUMI KAB.BANGKALAN TAHUN 2013
tahun sehingga sebagian besar kasus
(63%) tidak pernah mendapatkan
9 imunisasi.
Hal ini menunjukkan bahwa
2 kegiatan vaksinasi masal seperti ORI
1 dan kegiatan sub pin yang
dilaksanakan pada kelompok umur
<15 tahun sudah berhasil, karena
4
mereka telah mendapatkan imunologis
1 1 1
yang dapat memberikan perlindungan
dari difteri (Chin, 2000). Selain itu,
berarti resiko terkena difteri pada
Berdasarkan Gambar 2. masyarakat tanjung bumi sudah
menunjukkan bahwa Pola sebaran bergeser pada kelompok umur dewasa
KLB Difteri yang terjadi adalah yang tidak pernah mendapatkan
pengelompokan kasus (clustering) imunisasi, oleh karena itu sebaiknya

31
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kecamatan Tanjung Bumi
Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

petugas surveilans mengidentifikasi GAMBAR 5 ANALISA KASUS DIFTERI


terhadap mereka yang kontak dengan BERDASARKAN SUMBER PENEMUAN
penderita dan mencari orang-orang KASUS TAHUN 2013

yang beresiko pada semua kelompok


umur terutama yang tidak pernah
mendapatkan imunisasi. Setelah 42% PUSKESMAS
teridentifikasi maka pemberian
58% RS
imunisasi disesuaikan dengan
kelompok umur. Menurut Chin, 2000
untuk balita (1-3 tahun) diberikan
imunisasi DPT1,2,3 untuk umur 4-6 Gambar 5 menunjukkan
tahun diberikan imunisasi DT dan bahwa dari semua laporan kasus yang
untuk 7 tahun keatas diberikan diterima oleh Dinas Kesehatan
imunisasi Td. Hal ini berguna untuk Tingkat II sebesar 58% berasal dari
mencegah penyebaran penyakit difteri rumah sakit, hal ini bararti peran
yang lebih meluas lagi. puskesmas perlu ditingkatkan. Karena
penemuan kasus secara dini maka
FAKTOR RISIKO KLB DIFTERI pencegahan dan penanggulangan KLB
GAMBAR 4 DISTRIBUSI KASUS DIFTERI
difteri akan lebih efektif.
USIA <15 TAHUN YANG MENDAPATKAN PEMBAHASAN
IMUNISASI LENGKAP DAN SUB PIN TAHUN
2013
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KLB DIFTERI
40% a. Penanganan penderita
1) Isolasi
60%
Penderita diisolasi sampai
ya tidak masa akut terlampaui dan
biakan usap tenggorok negatif
2 kali berturut-turut
(Soedarmo et al., 2002).
Sedangkan gambar 4 menunjukkan Penderita tetap bersifat
bahwa kejadian difteri usia<15 tahun menular hingga basil-basil
yang mendapatkan imunisasi lengkap difteri tidak berhasil dibiakkan
dan sub pin hanya 40%, hal ini berarti dari tempat infeksi; jika hasil
belum meratanya pelaksanaan negatif, penderita sudah bisa di
imunisasi sehingga masih terdapat bebaskan dari isolasi (Nelson,
daerah kantong difteri.hal ini berarti 1992).
status imunisasi masyarakat tanjung 2) Pengobatan Antitoksin :
bumi merupakan salah satu faktor Antitoksin diberikan segera
risiko terjadinya KLB Difteri. setelah dinyatakan diagnosis
difteri. Dengan pemberian
antitoksin di hari pertama,
angka kematian penderita
kurang dari 1%. Jika
penundaan lebih dari hari ke-6,

32
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kecamatan Tanjung Bumi
Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

angka kematian bisa Adapun penanganan kontak


meningkat sampai 30%. menurut Nelson (2000) yaitu:
Dosis serum anti difteri (ADS) 1) Seluruh kontak
ditentukan secara empiris serumah/kontak erat lainnya
berdasarkan berat penyakit dan dipantau secara ketat untuk
lama sakit, tidak tergantung sakitnya selama 7 hari.
dengan berat badan penderita, 2) Usap hidung, tenggorok
berkisar antara 20.000-120.000 3) Profilaksis antimikroba tanpa
KI (Soedarmo et al., 2002). memandang status imunisasi,
Antibiotik : dengan menggunakan
Antibiotik diberikan bukan eritomisin (40-50 mg/kg/24
sebagai pengganti antitoksin, jam; maksimum 2 gr/24 jam)
melainkan untuk membunuh selama 7-10 hari.
bakteri dan menghentikan 4) Vaksinasi toksoid difteri.
produksi toksin. c. Penanganan carrier
Corynebacterium diphtheriae Adapun penanganan carrier
biasanya rentan terhadap yaitu:
berbagai agen in vitro, 1) Profilaksis antimikroba selama
termasuk penisilin, 7-10 hari.
eritromicin, klindamisin, 2) Vaksinasi difteri toksoid,
rifampin dan tetrasiklin. diberikan segera jika belum di
Penisilin dan eritromisin booster dalam 1 tahun.
merupakan obat yang 3) Isolasi sekurang-kurangnya 2
dianjurkan; eritromisin sedikit kali pembiakan berturut-turut
lebih unggul daripada penisilin yang diambil berselang 24 jam
untuk pemberantasan pengidap sesudah penghentian terapi
nasofaring. Terapi yang tepat negatif (Nelson, 2000).
adalah eritomisin yang
diberikan secara oral atau KESIMPULAN DAN SARAN
parental (40-50 mg/kg/24 jam; 1. Jumlah kasus baru difteri periode
maksimum 2 gr/24 jam). januari-oktober 2013 di
Terapi diberikan selama 14 Kecamatan Tanjung Bumi
hari. Beberapa penderita Kabupaten Bangkalan sebanyak
dengan difteri kulit diobati 19 kasus, dimana puncak kejadian
selama 7-10 hari. Lenyapnya KLB terjadi pada minggu ke 3
organisme harus dan 4, artinya difteri sering
didokumentasi sekurang- muncul pada waktu yang
kurangnya 2 biakan berturut- temperaturnya lebih dingin atau
turut dari hidung dan musim hujan. Dan sebesar 74%
tenggorok (atau kulit) yang terjadi pada kelompok umur >15
diambil berjarak 24 jam tahun sehingga 63% tidak pernah
sesudah selesai terapi. mendapatkan imunisasi.
Pengobatan eritromisin sedangkan Pola sebaran kasus
diulangi jika hasil biakan adalah pengelompokan
positif (Nelson, 2000). (clustering) pada beberapa desa
b. Penanganan kontak dalam satu kecamatan yang

33
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kecamatan Tanjung Bumi
Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

dibuktikan dengan hubungan


epidemiologis (tetangga). DAFTAR PUSTAKA
2. Kejadian difteri usia<15 tahun
yang mendapatkan imunisasi
lengkap dan sub pin hanya 40%, Chin James, 2000. Manual
dan semua laporan kasus yang Pemberantasan Penyakit
diterima oleh Dinas Kesehatan Menular 17th ed., Jakarta.
Tingkat II sebesar 58% berasal
dari rumah sakit. Depkes RI, 2004b. Prosedur Kerja
3. Penangan penderita dapat Surveilans Faktor Risiko
dilakukan dengan cara isolasi, Penyakit Menular dalam
pemberian antitoxin dan Intensifikasi Pemberantasan
antibiotika. Selain itu Penyakit Menular Terpadu
penanggulangan KLB Difteri Berbasis Wilayah, Khusus
dapat juga dilakukan pada Faktor Risiko Lingkungan dan
penanganan kontak dan carrier. Perilaku Penyakit ISPA,
Malaria, TBC, Campak, Difteri,
SARAN Pertusis, Tetanus, Polio dan H,
1. Penanggulangan difteri harus Jakarta.
dilakukan <24jam sejak laporan
diterima, mengingat penyebaran Depkes RI, 2005a. Kepmenkes
kasus difteri sangat cepat dan klb Nomor:
yang terjadi mengelompok. 1611/Menkes/SK/XI/2005
2. Perlu dilakukan survei cakupan Tentang Pedoman
imunisasi DPT3 pada 20-30 balita Penyelenggaraan Imunisasi,
di sekitar kasus untuk mengetahui Jakarta.
apakah terdapat kelompok rentan
atau bukan. Depkes RI, 2005b. Pedoman
3. Sosialisasi tentang pencegahan Penyelenggaraan Imunisasi
dan penanggulangan KLB Difteri Depkes RI, ed., Jakarta.
sehingga masyarakat waspada
terhadap penyakit difteri dengan Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan
gejala klinis tertentu untuk Indonesia Tahun 2009, Jakarta.
secepatnya melaporkan.
4. Perlu dilakukan surveilans Dinkes Jatim, 2011. Pedoman
intensive difteri yang bertujuan Penanggulangan KLB Difteri Di
untuk kewaspadaan dini dengan Jawa Timur 2011.
menemukan kasus awal dengan
gejala mirip difteri di wilayah Dittmann, S. et al., 1998. Successful
yang dicurigai telah terjadi Control of Epidemic Diphtheria
penyebaran. Tidak hanya terbatas in the States of the Former Union
pada pemantauan penyakit, tetapi of Soviet Socialist Republics:
juga termasuk kegiatan imunisasi Lessons Learned. , pp.10-22.
sehingga diharapkan ada
kewaspadaan dari petugas Egemen et al, 2000. Immunity to
imunisasi. diphtheria in Izmir, Turkey.

34
Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri di Kecamatan Tanjung Bumi
Kabupaten Bangkalan Tahun 2013

European Journal of Steven, 2011. Analisa System


Epidemiology, 16. Available at: Surveilans Dinas Kesehatan
http://springerlink3.metapress.co Tingkat I Jawa Timur.
m/content/k113285288487425/.

35

Anda mungkin juga menyukai