Anda di halaman 1dari 6

Laporan Surveilans Disentri

Tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

A. Pengertian Surveilans
Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan,analisis dan
analisis data secara terus - menerus dan sistematis yang kemudian
didiseminasikan (disebarluaskan) kepada pihak - pihak yang
bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan
lainnya (DCP2, 2008 dalam Bhisma,2010.) Surveilans memantau terus-
menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan
memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor - faktor yang
mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan biologis
pada agen, vektor, dan reservoir (Bhisma,2010).
Sedangkan menurut Permenkes No 45 tahun 2014 Surveilans
Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus
terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan
penanggulangan secara efektif dan efisien.
Dapat disimpulkan dari kedua pengertian tersebut surveilans
adalah proses pemantauan dan pengamatan berupa pengumpulan, analisis
data secara sistematis dan terus menerus guna mengendalikan penyakit
yang meningkat penyebarannya baik mewabah, kejadian luar biasa
maupun persebaran penyakit yang meningkat setiap tahunnya.
Surveilans bertujuan memberikan informasi tepat waktu tentang
masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat
dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan
lebih efektif. Tujuan khusus surveilans: (1) Memonitor kecenderungan
(trends) penyakit;(2) Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit,
untuk mendeteksi dini outbreak; 3) Memantau kesehatan populasi,
menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi;(4)
Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan; (5)
Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan; (6)
Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002; JHU, 2002;
Bisma, 2010)
B. Penyakit Disentri
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan
keenceran buang air besar. Kekerapan yang dianggap masih normal adalah
sekitar 1 – 3 kali dan banyaknya 200 – 250 gr sehari. Beberapa penderita
mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar
walaupun jumlahnya < 250 gr dalam kurun waktu sehari. (Soeparman
Sarwono Waspadji,1990;). Diare sendiri dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
(umumnya kurang dari 7 hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung <
2 minggu sebelum datang berobat. Akibat diare akut adalah dehidrasi,
sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi
penderita diare.
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2
minggu sebelum dating berobat atau sifatnya berulang.
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari
disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,
kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa.
d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara
terus menerus. Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat
badan dan gangguan metabolisme.
Shigellosis atau disentri basiler merupakan penyakit infeksi saluran
pencernaan yang ditandai dengan diare cair akut atau dan disentri
(tinja bercampur darah, lender, dan nanah), pada umumnya disertai
demam dan nyeri perut (Krugman, et al., 1992; Levine, 2000;
Nuraini,2016).
Penyakit ini ditularkan melalui jalan fekal - oral dengan masa

inkubasi 1-7 hari, untuk terjadinya penularan tersebut diperlukan dosis

minimal penularan 100 bakteri Shigella sp. ( Lima, et al., 1997; Zinner, et

al., 2000; Sack, et al., 2014; Nuraini,2016).

Laporan epidemiologi menunjukkan bahwa 600.000 dari 140 juta

pasien shigellosis meninggal setiap tahun di seluruh dunia (Iwalokun, et

al., 2001; Nuraini,2016). Setiap tahun, ada sekitar 500.000 kasus

shigellosis di Amerika Serikat (Scallan, et al., 2011; Nuraini,2016). Pada

tahun 2013 rata-rata kejadian tahunan shigellosis di Amerika Serikat

adalah 4,82 kasus per 100.000 orang (Crim, et al., 20014; Nuraini,2016).

Data di Indonesia memperlihatkan 29% kematian diare terjadi pada umur

1 sampai 4 tahun disebabkan oleh disentri basiler (Edmundson, 2014;

Nuraini,2016). Tingginya insiden dan mortalitas dihubungkan dengan

status sosial ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk dan kebersihan

yang kurang (Subekti, et al., 2001; Nuraini,2016).

Disentri basiler disebabkan oleh bakteri genus Shigella. Di

Indonesia, Shigella sp merupakan penyebab tersering ke - 2 dari diare

yang dirawat di rumah sakit, yakni sebesar 27,3%. Dari keseluruhan

Shigella sp tersebut, 82,8% merupakan S. flexneri; 15,0% adalah S. sonnei;

dan 2,2% merupakan S. Dysenteriae(Tjaniadi, et.al.,2003; ;

Nuraini,2016).Bakteri ini termasuk dalam suku Enterobacteriaceae dan

merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang/basil (Heymann,


2008). Selain itu bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, yang berarti dapat

hidup tanpa atau dengan adanya oksigen (Hale &Keusch, 1996; ;

Nuraini,2016)

Penyakit Disentri merupakan salah satu klasifikasi diare, yaitu

diare disertai dengan darah pada tinjanya. Disentri disebabkan oleh bakteri

dengan genus Shigella. Disentri sendiri merupakan penyebab kematian

diare ke – 2 setelah diare akut. Persebaran disentri di Indonesia cukup

banyak termasuk di wilayah Kota Cirebon Jawa Barat.

C. Tujuan Surveilans Penyakit Disentri di Kota Cirebon tahun 2018


Tujuan dilakukannya Surveilans Penyakit Disentri di Kota Cirebon
adalah untuk memantau penyakit Disentri merupakan salah satu penyakit
yang berpotensi KLB di Kota Cirebon, karena penyakit ini selalu muncul
setiap minggunya.
Tabel 1 Morbiditas penyakit potensial KLB diamati minggu ke - 5
tahun 2018 di Wilayah Kota Cirebon
Penyakit Kasus Prop. Morbiditas (%)
Diare Akut 183 58.4
Suspek Demam Tifoid 36 11,5
Pnemonia 32 10,2
Diare Berdarah/ 5 1,6
Disentri
Suspek Dengue 4 1,3
Suspek Campak 2 0,6
Total Kunjungan 9529
Berdasarkan data tersebut bahwa Disentri dengan jumlah 5 kasus
menempati posisi ke – 3 setelah Pneumonia dengan 32 kasus, suspek
demam Tifoid dengan 36 kasus, dan posisi tertinggi ditempati oleh Diare
akut dengan 183 Kasus di minggu ke -5 pengamatan. Hal tersebut
membuktikan bahwa penyakit Disentri berpotensi mengalami KLB di kota
Cirebon, sehingga dilakukannya Surveilans penyakit tersebut merupakan
salah satu strategi Dinas Kota Cirebon untuk mengendalikan jumlah
penderita Disentri diwilayahnya.
D. Dinas Kesehatan Kota Cirebon
Dinas Kesehatan Kota Cirebon merupakan institusi daerah
pemerintah Kota Cirebon yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap
meningkatkan kesehatan diseluruh lingkungan Kota Cirebon. Untuk
melaksanakan wewenang dan tanggung jawab tersebut maka visi Dinas
Kesehatan Kota Cirebon dirumuskan sebagai berikut :
” Terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan menuju
kota Cirebon yang Religius, Aman, Maju, Aspiratif Dan Hijau (RAMAH)”
Untuk mencapai Visi ditetapkan beberapa Misi sebagai berikut :
1. Mendorong Kemandirian Individu, Keluarga dan Masyarakat untuk
Hidup Sehat dan Produktif
2. Mengembangkan Keterjangkauan Upaya Pelayanan Yang Bermutu
Dan Merata Kepada Seluruh Masyarakat
3. Mendorong kemandirian individu , keluarga dan masyarakat untuk
hidup sehat dan produktif .
4. Melindungi kesehatan masyarakat dengan tersedianya upaya
kesehatan yang Paripurna, Merata, Bermutu Dan Berkeadilan.
Surveilans Disentri di Dinas Kesehatan Kota Cirebon menjadi
tanggung jawab seksi Pengendalian dan pemberantasan Penyakit dan
dilaksanakan oleh pengelola program.
E. Pengumpulan data
Adapun sumber data yang dikelola oleh tim surveilans Dinas
Kesehatan Kota Cirebon adalah pelaporan yang dilakukan oleh 22
Puskesmas yang ada di wilayah kota Cirebon. Adapun pelaporan yang
dilakukan oleh puskesmas dilakukan setiap minggu maupu bulan.
Pelaporan per- minggu dilakukan dengan via SMS kepada tim surveilans
dinas kesehatan.
Adapun tahapan yang harus dilakukan petugas surveilans
puskesmas untuk mengirimkan data penderita penyakit yang berpotensi
wabah dan KLB kepada dinas kesehatan kota Cirebon via SMS Gateway
diantaranya adalah :
1. Petugas surveilans puskesmas mendaftarkan nomor teleponnya
untuk menjadi petugas Ewarn ( cara mendaftarkan yaitu dengan
REG#IDPuskesmas#Nama Lengkap)
2.
Pelaporan kepada dinas kesehatan kota setiap bulan yaitu
puskesmas melakukan surveilans terpadu penyakit menular maupun tidak
menular dan melapo.

F. Pengolahan dan Analisis Data


G. Pelaporan dan Umpan Balik

Daftar Pustaka

Buletin Dinas Kesehatan Kota Cirebon Surveilans Minggu ke – 5 tahun 2018.

Nuraini, Nurul. 2016. Penapisan Firokimia dan Uji Aktiviras Anti Bakteri Esktrak
Etilastetat dan N- heksan Daun Jarak Pagar (Jatrocopa Curcas Linn)
terhadap Shigella flexneri ATCC 12022. (Karya Tulis Ilmiah, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta ) Retrieved http://repository.umy.ac.id/.
diakses pada 13 Maret 2018

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-rrdewiretn-5701-2-babii.pdf

http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf

Anda mungkin juga menyukai