SCALLING UP NUTRITION
NIM : 18012001
PEMINATAN GIZI
2019
1.
1
2.KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam
keadaan sehat wal’afiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada
Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan bagi
ummat-Nya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….……… 4
B. Rumusan Masalah……………...………………………………………………… 5
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….……… 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 12
B. Saran……………………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator Global SUN Movement adalah penurunan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
anak balita pendek (stunting), kurus (wasting), gizi kurang (underweight), dan gizi lebih
(overweight). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2018), preaentase anak
balita pendek sebesar 30,8 persen, anak balita kurus sebesar 10,2 persen, anak balita gizi kurang
sebesar 17,7 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 8,0 persen. Dengan demikian Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda, di satu pihak mengalami kekurangan gizi di pihak lain
mengalami kelebihan gizi. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi tersebut
diatas, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.
Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung
dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Kesemuanya itu akan
menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa.
Untuk mengatasi masalah ini Indonesia telah menyepakati untuk menjadi bagian dari Gerakan
SUN Movement sejak bulan Desember 2011, melalui penyampaian surat keikutsertaan dari
Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB. Saat ini jumlah negara yang bergabung dalam Gerakan
4
SUN sebanyak 28 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia Gerakan SUN Movement disebut
dengan Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan disingkat menjadi
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan – Gerakan 1000 HPK. Untuk merumuskan Gerakan
1000 HPK di Indonesia telah dilakukan serangkaian kegiatan melibatkan pemangku kepentingan
utama yang terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan
internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan
tinggi, serta media. Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi
sensitive. Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu, suplemen tablet
Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
pendek. Sedang intervensi Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya sensitif terhadap
keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Dampak kombinasi dari
kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (“sustainable”) dan jangka panjang. Beberapa
kegiatan tersebut adalah penyediaan air bersih, sarana sanitasi, berbagai penanggulangan
kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi pangan, pendidikan dan KIE Gizi,
pendidikan dan KIE Kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
5
1. Untuk mengetahui apa itu Scalling Up Nutrition.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja penyebab masalah gizi.
3. Untuk mengetahui apa dampak masalah gizi pada 1000 hari pertama kehidupan.
4. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
6
A. Pengertian Scalling Up Nutrition
SUN (Scaling up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara
dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya
penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Prinsip dari
gerakan ini adalah :
1. Upaya dan dukungan yang dilakukan harus memiliki nilai tambah dan bersifat demand-
driven;
2. Upaya perbaikan gizi yang dilakukan harus lintas sektor, terpadu, efisien, dan memiliki
dampak luas;
3. Upaya yang dilakukan memungkinkan berbagai pemangku kepentingan bekerja bersama
dan saling berkontribusi serta berkesinambungan.
Indonesia telah menjadi bagian dari SUN Movement melalui surat keikutsertaan dari
Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB pada bulan Desember 2011. Saat ini jumlah negara yang
bergabung dalam Gerakan SUN sebanyak 30 negara, termasuk Indonesia. Sekjen PBB telah
menunjuk Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan – Bappenas menjadi anggota Lead Group SUN
Movement. Sebagai anggota lead group Global SUN Movement, Indonesia berkewajiban
melaporkan perkembangan Gerakan 1000 HPK kepada Sekretariat SUN Movement di PBB,
yang dilakukan melalui teleconference secara berkala dan pelaksanaan annual meeting di Kantor
PBB New York.
Fokus SUN adalah pada masalah kesehatan dan gizi ibu dan anak. Apabila dihitung dari
sejak hari pertama kehamilan, kelahiran bayi sampai anak usia 2 tahun, maka periode ini
merupakan periode 1000 hari pertama kehidupan manusia. Periode ini telah dibuktikan secara
ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. oleh karena itu periode ini ada
yang menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia (2006)
menyebutnya sebagai "window of opportunity". Peran mikronutrien pada pertumbuhan dan
perkembangan janin yaitu pada saat sel mengalami proliferasi (pertumbuhan atau
perkembangbiakan yang pesat untuk menghasilkan jaringan baru, bagian, sel, atau keturunan)
maka membutuhkan mikronutrien seperti Vitamin A, Vitamin B12, Asam Folat, Fe, ZN.
7
B. Faktor Penyebab Masalah Gizi
1. Malnutrition
Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin
melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan
pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak
dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada
usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan
sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak.
Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai
penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes dengan
berbagai risiko ikutannya pada usia dewasa.
2. Life-Style Genotoxins
Pola gaya hidup yang berpotensi menimbulkan karsinogen bagi tubuh yaitu genotoksik,
Genotoxins menyebabkan kerusakan genetik ireversibel atau mutasi dengan mengikat DNA.
Genotoxins termasuk agen kimia seperti N-methylurea nitroso-N-(NMU) atau agen non-kimia
seperti sinar ultraviolet dan radiasi pengion. Zat karsinogen terdapat dalam pengawet, pengenyal,
serta penyedap yang umumnya digunakan dalam produk makanan.
3. Psychological Stres
8
Penelitian Zilles (2007) membuktikan bahwa stres selama ujian terkait dengan
peningkatan kerusakan DNA (Sivonova et al., 2004), tapi ini adalah studi pertama untuk
menemukan efek yang signifikan stres psikologis akut terhadap kerusakan DNA pada manusia.
Hal ini dapat menjadi implikasi penting bagi kesehatan jika stres menjadi kronis dan kerusakan
DNA tidak diperbaiki oleh mekanisme perbaikan alami tubuh.
Hal ini memberikan isyarat bahwa kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat dan mungkin
tidak akan memiliki efek yang merugikan pada fungsi seluler jika mekanisme perbaikan bekerja
dengan benar atau jika stres yang singkat atau mudah diselesaikan. Mekanisme kerusakan DNA
yang terjadi selama stres psikologis akut masih belum tidak diketahui, Flint et al. (2007)
menunjukkan bahwa hormon yang dilepaskan dalam tubuh selama stres, terutama kortisol, NE
dan E, dapat menyebabkan kerusakan DNA dalam waktu 10 menit.
4. Faktor lingkungan
Kerusakan gen yang terjadi secara cepat sejak dalam kandungan maka memiliki risiko
yang tinggi terhadap terjadinya penyakit denegeratif. Meskipun kenaikan berat badan ibu kecil
selama trimester 1 kehamilan, namun sangat penting artinya karena pada waktu inilah janin dan
plasenta dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trimester I dan II akan
meningkatkan bayi BBLR.
Hal ini disebabkan adanya kekurangan energy protein (KEP) akan mengakibatkan ukuran
plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janain. Bayi BBLR mempunyai risiko
kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada ibu lebih cenderung
mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat umum daripada menyebabkan kelainan
anatomic yang spesifik. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa
kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin daripada malnutrisi akut.
9
Akibat lain dari KEP adalah kerusakan struktur SSP terutama pada tahap pertama
pertumbuhan otak (hyperplasia) yang terjadi dalam kandungan. Masa rawan pertumbuhan selsel
saraf adalah trimester III kehamilan sampai seikitar 2 tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada
masa dini perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA. Akibatnya adalah
berkuranganya pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otal yang berukuran normal.
Dampkanya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak pada masa kehidupan mendatang,
sehingga berpengaruh pada intelektual anak.
MATI
Masalah anemia gizi dan KEK tidak terjadi secara mendadak, sehingga sebenarnya dapat
dicegah, maka pemberian informasi sedini mungkin kepada calon ibu (calon pengantin)
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Citrakesumasari, 2012).
Pemberian informasi pada saat menjelang pernikahan, sehingga diharapkan ketika memasuki
masa kehamilan (diketahui dari terlambatnya Haid lebih dari satu minggu dari siklus haid) calon
10
pengantin telah terpapar mengenai pentingnya segera kontak dengan pelayanan kesehatan (K1
kohort), sehingga deteksi dini/pencegahan anemia gizi dan KEK dapat dilakukan.
Pemberian zink pada bumil kurang energi baik dengan dosis 40 mg maupun 20 mg
meningkatkan berat lahir bayi, demikian pula halnya pada kelompok plasebo. Pemberian
makanan tambahan dan zink pada bumil selain meningkatkan berat badan bumil pula
meningkatkan berat lahir bayi, walaupun tidak dapat meningkatkan status gizi ibu ke normal).
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Gibson, 1998, asupan energi akan digunakan untuk
maturasi jaringan dan pertumbuhan janin.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
SUN (Scaling up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara
dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya
penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Indonesia telah
menjadi bagian dari SUN Movement melalui surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada
Sekjen PBB pada bulan Desember 2011.
1. Malnutrition
2. Life Style
3. Psychological Stres
4. Faktor Lingkungan
Dampak yang bisa disebabkan dalam 1000 hari pertama kehidupan jika tidak
mendapatkan gizi yang sempurna adalah :
Upaya yang bisa dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan dengan cara memberi
pengetahuan kepada calon ibu serta juga pemberian zink pada ibu hamil
B. Saran
Dari makalah ini semoga dapat diambil manfaat untuk penulisan dan pembaca.
Semoga pembaca dapat mengambil beberapa hal-hal yang penting dalam memahami apa itu
12
DAFTAR PUSTAKA
Barker DJP., et al. 2010. The Early Original Of Chronic Heart Failure: Impaired Placental
Growth and Initiation of Insulin Resistance in Childhood. European Journal of Heart
Failure. 819-825
Nestel P. 2000. Nutritional Risks Throughout the Life Cycle: Intergenerational Issues in
Strategies, Policies and Programs to Improve the Nutrition of Women and Girls. Food and
Nutrition Technical Assistance Project (FANTA)
13