Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SCALLING UP NUTRITION

NAMA : YOLA PRATIWI DASWIN

NIM : 18012001

S-1 IKM B NON REGULER

PEMINATAN GIZI

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

2019
1.
1
2.KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam
keadaan sehat wal’afiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada
Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan bagi
ummat-Nya.

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai” Scalling


Up Nutrition “ karena materi ini sangat penting dalam 1000 hari pertama
kehidupan.

Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan


dan ilmu pengetahuan setelah membaca makalah ini. Saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan manusia sendiri.

Pekanbaru, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……… 2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….……… 4

B. Rumusan Masalah……………...………………………………………………… 5

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………….……… 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Scalling Up Nutrition…………..……………………………………… 7

B. Faktor Masalah Gizi……………………………….……………………………… 8

C. Dampak Upaya 1000 Hari Pertama Kehidupan…..………………………………. 9

D. Upaya 1000 Hari Pertama dalam Kehidupan…………………………………….. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 12

B. Saran……………………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gerakan “Scaling Up Nutrition (SUN Movement)” merupakan gerakan global di bawah


koordinasi Sekretaris Jenderal PBB. Gerakan ini merupakan respon negara-negara di dunia
terhadap kondisi status pangan dan gizi di sebagian besar negara berkembang dan akibat lambat
dan tidak meratanya pencapaian sasaran Tujuan Pembangunan Milenium/MDGs (Goal 1).
Pencapaian sasaran goal 1 juga berpengaruh terhadap pencapaian goal MDGs lainnya terutama
Goal 2, Goal 3, Goal 4, Goal 5, dan Goal 6. Tujuan Global SUN Movement adalah menurunkan
masalah gizi, dengan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan (270 hari selama kehamilan dan
730 hari dari kelahiran sampai usia 2 tahun) yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-
23 bulan.

Indikator Global SUN Movement adalah penurunan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),
anak balita pendek (stunting), kurus (wasting), gizi kurang (underweight), dan gizi lebih
(overweight). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2018), preaentase anak
balita pendek sebesar 30,8 persen, anak balita kurus sebesar 10,2 persen, anak balita gizi kurang
sebesar 17,7 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 8,0 persen. Dengan demikian Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda, di satu pihak mengalami kekurangan gizi di pihak lain
mengalami kelebihan gizi. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi tersebut
diatas, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung
dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Kesemuanya itu akan
menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa.
Untuk mengatasi masalah ini Indonesia telah menyepakati untuk menjadi bagian dari Gerakan
SUN Movement sejak bulan Desember 2011, melalui penyampaian surat keikutsertaan dari
Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB. Saat ini jumlah negara yang bergabung dalam Gerakan

4
SUN sebanyak 28 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia Gerakan SUN Movement disebut
dengan Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan disingkat menjadi
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan – Gerakan 1000 HPK. Untuk merumuskan Gerakan
1000 HPK di Indonesia telah dilakukan serangkaian kegiatan melibatkan pemangku kepentingan
utama yang terdiri dari Kementerian dan Lembaga, dunia usaha, mitra pembangunan
internasional, lembaga sosial kemasyarakatan, dan didukung oleh organisasi profesi, perguruan
tinggi, serta media. Gerakan 1000 HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi
sensitive. Intervensi spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya
ditujukan khusus untuk kelompok 1000 HPK. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor
kesehatan, seperti imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di
Posyandu, suplemen tablet

Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif
pendek. Sedang intervensi Sensitif adalah berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor
kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Namun apabila
direncanakan secara khusus dan terpadu dengan kegiatan spesifik, dampaknya sensitif terhadap
keselamatan proses pertumbuhan dan perkembangan 1000 HPK. Dampak kombinasi dari
kegiatan spesifik dan sensitif bersifat langgeng (“sustainable”) dan jangka panjang. Beberapa
kegiatan tersebut adalah penyediaan air bersih, sarana sanitasi, berbagai penanggulangan
kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, fortifikasi pangan, pendidikan dan KIE Gizi,
pendidikan dan KIE Kesehatan, kesetaraan gender, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Scalling Up Nutrition ?


2. Faktor apa saja penyebab masalah gizi ?
3. Apa dampak masalah gizi pada 1000 hari pertama kehidupan ?
4. Apa saja upaya yang dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan ?

C. Tujuan Penulisan

5
1. Untuk mengetahui apa itu Scalling Up Nutrition.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja penyebab masalah gizi.
3. Untuk mengetahui apa dampak masalah gizi pada 1000 hari pertama kehidupan.
4. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan.

BAB II

PEMBAHASAN
6
A. Pengertian Scalling Up Nutrition

SUN (Scaling up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara
dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya
penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Prinsip dari
gerakan ini adalah :

1. Upaya dan dukungan yang dilakukan harus memiliki nilai tambah dan bersifat demand-
driven;
2. Upaya perbaikan gizi yang dilakukan harus lintas sektor, terpadu, efisien, dan memiliki
dampak luas;
3. Upaya yang dilakukan memungkinkan berbagai pemangku kepentingan bekerja bersama
dan saling berkontribusi serta berkesinambungan.

Indonesia telah menjadi bagian dari SUN Movement melalui surat keikutsertaan dari
Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB pada bulan Desember 2011. Saat ini jumlah negara yang
bergabung dalam Gerakan SUN sebanyak 30 negara, termasuk Indonesia. Sekjen PBB telah
menunjuk Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan – Bappenas menjadi anggota Lead Group SUN
Movement. Sebagai anggota lead group Global SUN Movement, Indonesia berkewajiban
melaporkan perkembangan Gerakan 1000 HPK kepada Sekretariat SUN Movement di PBB,
yang dilakukan melalui teleconference secara berkala dan pelaksanaan annual meeting di Kantor
PBB New York.

Fokus SUN adalah pada masalah kesehatan dan gizi ibu dan anak. Apabila dihitung dari
sejak hari pertama kehamilan, kelahiran bayi sampai anak usia 2 tahun, maka periode ini
merupakan periode 1000 hari pertama kehidupan manusia. Periode ini telah dibuktikan secara
ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. oleh karena itu periode ini ada
yang menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank Dunia (2006)
menyebutnya sebagai "window of opportunity". Peran mikronutrien pada pertumbuhan dan
perkembangan janin yaitu pada saat sel mengalami proliferasi (pertumbuhan atau
perkembangbiakan yang pesat untuk menghasilkan jaringan baru, bagian, sel, atau keturunan)
maka membutuhkan mikronutrien seperti Vitamin A, Vitamin B12, Asam Folat, Fe, ZN.

7
B. Faktor Penyebab Masalah Gizi

1. Malnutrition

Penelitian M. Betancourt et al (2005) pada tikus menunjukkan bahwa gizi buruk


disebabkan selama periode laktasi berhubungan dengan diferensial peningkatan kadar kerusakan
DNA, tergantung pada karakteristik struktural dan fungsional dari setiap jaringan. Oleh karena
kerusakan genetik yang disebabkan oleh kekurangan gizi dapat menghasilkan efek negatif bagi
perkembangan lebih lanjut dari organisme serta keturunannya. Penelitian Celik M et al (2012)
menunjukkan bahwa dalam kasus marasmus, proses oksidatif dan antioksidan, yang memiliki
efek menetralkan, menurun bersama-sama. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa
tidak ada peningkatan kerusakan DNA pada kasus marasmus.

Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin
melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel penyesuaian tersebut meliputi perlambatan
pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak
dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi di ekspresikan pada
usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan
sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak.

Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai
penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes dengan
berbagai risiko ikutannya pada usia dewasa.

2. Life-Style Genotoxins

Pola gaya hidup yang berpotensi menimbulkan karsinogen bagi tubuh yaitu genotoksik,
Genotoxins menyebabkan kerusakan genetik ireversibel atau mutasi dengan mengikat DNA.
Genotoxins termasuk agen kimia seperti N-methylurea nitroso-N-(NMU) atau agen non-kimia
seperti sinar ultraviolet dan radiasi pengion. Zat karsinogen terdapat dalam pengawet, pengenyal,
serta penyedap yang umumnya digunakan dalam produk makanan.

3. Psychological Stres

8
Penelitian Zilles (2007) membuktikan bahwa stres selama ujian terkait dengan
peningkatan kerusakan DNA (Sivonova et al., 2004), tapi ini adalah studi pertama untuk
menemukan efek yang signifikan stres psikologis akut terhadap kerusakan DNA pada manusia.
Hal ini dapat menjadi implikasi penting bagi kesehatan jika stres menjadi kronis dan kerusakan
DNA tidak diperbaiki oleh mekanisme perbaikan alami tubuh.

Hal ini memberikan isyarat bahwa kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat dan mungkin
tidak akan memiliki efek yang merugikan pada fungsi seluler jika mekanisme perbaikan bekerja
dengan benar atau jika stres yang singkat atau mudah diselesaikan. Mekanisme kerusakan DNA
yang terjadi selama stres psikologis akut masih belum tidak diketahui, Flint et al. (2007)
menunjukkan bahwa hormon yang dilepaskan dalam tubuh selama stres, terutama kortisol, NE
dan E, dapat menyebabkan kerusakan DNA dalam waktu 10 menit.

4. Faktor lingkungan

kemungkinan menyebabkan kerusakan DNA melalui pengikatan metabolit secara


langsung (adduct formation) atau melalui stres oxidadif, dimana perbaikan lesi dan pertahanan
terhadap stres oxidatif sangat penting.

C. Dampak Masalah Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan

Kerusakan gen yang terjadi secara cepat sejak dalam kandungan maka memiliki risiko
yang tinggi terhadap terjadinya penyakit denegeratif. Meskipun kenaikan berat badan ibu kecil
selama trimester 1 kehamilan, namun sangat penting artinya karena pada waktu inilah janin dan
plasenta dibentuk. Kegagalan kenaikan berat badan ibu pada trimester I dan II akan
meningkatkan bayi BBLR.

Hal ini disebabkan adanya kekurangan energy protein (KEP) akan mengakibatkan ukuran
plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke janain. Bayi BBLR mempunyai risiko
kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup bulan. Kekurangan gizi pada ibu lebih cenderung
mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat umum daripada menyebabkan kelainan
anatomic yang spesifik. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa
kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin daripada malnutrisi akut.

9
Akibat lain dari KEP adalah kerusakan struktur SSP terutama pada tahap pertama
pertumbuhan otak (hyperplasia) yang terjadi dalam kandungan. Masa rawan pertumbuhan selsel
saraf adalah trimester III kehamilan sampai seikitar 2 tahun setelah lahir. Kekurangan gizi pada
masa dini perkembangan otak akan menghentikan sintesis protein dan DNA. Akibatnya adalah
berkuranganya pertumbuhan otak, sehingga lebih sedikit sel-sel otal yang berukuran normal.
Dampkanya akan terlihat pada struktur dan fungsi otak pada masa kehidupan mendatang,
sehingga berpengaruh pada intelektual anak.

DAMPAK JANGKA PENDEK DAMPAK JANGKA PANJANG

GIZI PADA 1000 KOGNITIF DAN PRESTASI


HARI PERTAMA BELAJAR
KEHIDUPAN
(JANIN DAN BAYI
DALAM 2 TAHUN) KEKEBALAN KAPASITAS
PERTUMBUHAN MASSA
KERJA
TUBUH DAN KOMPOSISI
BADAN

METABOLISME GLUKOSA, LIPID, DIABETES, OBESITAS, PENYAKIT


PROTEIN, HORMON, RECEPTOR, JANTUNG, PEMBULUH DARAH
GEN DLL

MATI

D. Upaya yang Dilakuan Dalam Menyelamatkan 1000 HPK

Masalah anemia gizi dan KEK tidak terjadi secara mendadak, sehingga sebenarnya dapat
dicegah, maka pemberian informasi sedini mungkin kepada calon ibu (calon pengantin)
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Citrakesumasari, 2012).
Pemberian informasi pada saat menjelang pernikahan, sehingga diharapkan ketika memasuki
masa kehamilan (diketahui dari terlambatnya Haid lebih dari satu minggu dari siklus haid) calon

10
pengantin telah terpapar mengenai pentingnya segera kontak dengan pelayanan kesehatan (K1
kohort), sehingga deteksi dini/pencegahan anemia gizi dan KEK dapat dilakukan.

Pemberian zink pada bumil kurang energi baik dengan dosis 40 mg maupun 20 mg
meningkatkan berat lahir bayi, demikian pula halnya pada kelompok plasebo. Pemberian
makanan tambahan dan zink pada bumil selain meningkatkan berat badan bumil pula
meningkatkan berat lahir bayi, walaupun tidak dapat meningkatkan status gizi ibu ke normal).
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Gibson, 1998, asupan energi akan digunakan untuk
maturasi jaringan dan pertumbuhan janin.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

SUN (Scaling up Nutrition) Movement merupakan upaya global dari berbagai negara
dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana aksi percepatan perbaikan gizi, khususnya
penanganan gizi sejak 1.000 hari dari masa kehamilan hingga anak usia 2 tahun. Indonesia telah
menjadi bagian dari SUN Movement melalui surat keikutsertaan dari Menteri Kesehatan kepada
Sekjen PBB pada bulan Desember 2011.

Faktor penyebab masalah gizi :

1. Malnutrition
2. Life Style
3. Psychological Stres
4. Faktor Lingkungan

Dampak yang bisa disebabkan dalam 1000 hari pertama kehidupan jika tidak
mendapatkan gizi yang sempurna adalah :

1. Dampak jangka pendek bisa menyebabkan masalah perkembangan otak,


pertumbuhan massa tubuh dan kompisis badan dan metabolisme tubuh.
2. Damapak jangka panjang yaitu kognitif dan kapsitan belajar, kekebalan kapasitan
kerja, penyakit obesitas, diabetes, jantung dan lainnya.

Upaya yang bisa dilakukan dalam 1000 hari pertama kehidupan dengan cara memberi
pengetahuan kepada calon ibu serta juga pemberian zink pada ibu hamil

B. Saran

Dari makalah ini semoga dapat diambil manfaat untuk penulisan dan pembaca.

Semoga pembaca dapat mengambil beberapa hal-hal yang penting dalam memahami apa itu

scalling up nutrition dan pentingnya 1000 hari pertama dalam kehidupan

12
DAFTAR PUSTAKA

Barker DJP., et al. 2010. The Early Original Of Chronic Heart Failure: Impaired Placental
Growth and Initiation of Insulin Resistance in Childhood. European Journal of Heart
Failure. 819-825

Citrakesumasari, 2012. Budaya Mappacci Sebagai Pendekatan Pemberian Pemahaman Calon


Pengantin Tentang Anemia Gizi dan Kurang Energi Kronik Di Kab. Barru, Sulawesi
Selatan. Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kemenkes RI, 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018

Nestel P. 2000. Nutritional Risks Throughout the Life Cycle: Intergenerational Issues in
Strategies, Policies and Programs to Improve the Nutrition of Women and Girls. Food and
Nutrition Technical Assistance Project (FANTA)

13

Anda mungkin juga menyukai