Anda di halaman 1dari 47

i

PENATALAKSANAAN DIET PENDERITA SINDROM


NEFROTIK DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA
HARAPAN KITA JAKARTA BARAT

TIA NOERFITRIANI

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI JASA MAKANAN DAN GIZI


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN TUGAS AKHIR


DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan tugas akhir Penatalaksanaan


Diet Penderita Sindrom Nefrotik di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat adalah
karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka di bagian akhir laporan ini.

Bogor, Juni 2013

Tia Noerfitriani
NIM J3F110043
iv
v

ABSTRAK

TIA NOERFITRIANI. Penatalaksanaan Diet Penderita Sindrom Nefrotik


di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Dibimbing oleh KARINA RAHMADIA
EKAWIDYANI.
Sindrom Nefrotik adalah kumpulan manifestasi penyakit yang ditandai
oleh ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai
akibat meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus. Apabila tidak
ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi gagal ginjal. Tujuan umum dari
pengamatan ini adalah mengkaji penatalaksanaan diet terhadap penderita Sindrom
Nefrotik di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Data yang diambil berupa data
primer dan sekunder. Data primer yang diambil berupa data subjektif, tingkat
asupan dan data antropometri sedangkan data sekunder berupa identitas pasien,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Masalah gizi pada domain
klinik penderita adalah gangguan keseimbangan cairan tubuh yang ditandai
dengan adanya edema dan asites, disebabkan menurunnya albumin plasma. Diet
yang diberikan berupa diet tinggi protein rendah garam dengan konsistensi biasa.
Tingkat kecukupan energi selama pengamatan rata-rata sebesar 79%, sedangkan
tingkat kecukupan protein rata-rata sebesar 74%.

Kata kunci : balita, diet tinggi prootein, edema, hipoalbuminemia dan


sindrom nefrotik.

ABSTRACT
TIA NOERFITRIANI. Nutrition management of Nephrotic Syndrome at
RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Under the guidance of KARINA RAHMADIA
EKAWIDYANI.
Nephrotic Syndrome is a collection signs and symptoms characterized by
the inability of kidneys to maintain nitrogen balance as a result of increasing
membrane permeability of the glomerulus capillary. The general objective of the
observation was to study nutrition management of Nephrotic Syndrome at RSAB
Harapan Kita Jakarta Barat. Primary and secondary data was taken. Primary data
taken were subjective data, intake and anthropometry data. Secondary data taken
were patient identity, physical examination and laboratory test. Nutritional
problems in domain clinic of the patient were edema and ascites caused by low
plasma albumin. Diet given was high protein and low salt with normal
consistency. The average of energy adequacy level during observation was 79%,
and the average of protein adequacy level was 74%.

Key Word : underfive children, high protein diet, edema, hypoalbuminemia,


and nephrotic syndrome.
vi
vii

RINGKASAN

TIA NOERFITRIANI.Penatalaksanaan Diet Penderita Sindrom Nefrotik


di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Dibimbing oleh KARINA RAHMADIA
EKAWIDYANI.
Tujuan umum dari pengamatan ini adalah mengkaji penatalaksanaan diet
terhadap penderita Sindrom Nefrotik di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Secara
khusus pengamatan ini bertujuan (1) Mengkaji permasalahan gizi yang dihadapi
penderita Sindrom Nefrotik melalui identifikasi data identitas, data subyektif, dan
obyektif, (2) Menganalisa dan merumuskan permasalahan gizi yang dihadapi
penderita Sindrom Nefrotik di RSAB Harapan Kita Jakarta Barat, (3) Mengkaji
asupan energi, zat gizi dan keadaan umum penderita Sindrom Nefrotik, (4)
Memonitor asupan energi, zat gizi, dan keadaan umum penderita Sindrom
Nefrotik, (5) Mengevaluasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi penderita
Sindrom Nefrotik.
Pengamatan dan pengumpulan data dimulai tanggal 17 September 2012
sampai tanggal 19 September 2012 di ruang rawat inap Gambir di RSAB Harapan
Kita Jakarta Barat pada seorang anak perempuan berusia 3 tahun dengan tinggi
badan 88 cm dan berat badan aktual 14 kg. Pengambilan data dilakukan dengan
cara wawancara langsung pada keluarga pasien dan mencatat keadan penyakit
pasien dari rekam medik.
Masalah gizi pada domain klinik penderita adalah gangguan keseimbangan
cairan tubuh yang ditandai dengan adanya edema dan asites, disebabkan
menurunnya albumin plasma. Hipoalbuminemia akibat gangguan permeabilitas
glomerulus yang menyebabkan urin mengandung protein (Proteinuria) . Masalah
pada domain behavior adalah Os senang memakan regal dan roti.
Intervensi gizi yang diberikan berupa gizi parenteral yaitu berupa infus
Kaen 3A. Diet yang diberikan berupa diet tinggi protein rendah garam dengan
konsistensi makanan biasa.
Asupan energi mengalami peningkatan pada hari kedua dikarenakan
sebagian besar hidangan pada hari kedua dikonsumsi Os. Asupan zat gizi seperti
protein, menurun pada hari ketiga karena hidangan makan siang pada hari ketiga
tidak dikonsumsi Os. Kontribusi lemak dua hari pertama masih terlalu tinggi dari
syarat diet yang telah ditentukan. Kontribusi karbohidrat juga masih rendah dari
syarat diet yang telah ditentukan. Penderita mendapatkan makanan dengan
konsistensi biasa karena tidak terdapat gangguan kesulitan menelan, tidak
mengalami gangguan pencernaan, hanya saja nafsu makan penderita tidak stabil.
viii
ix

PENATALAKSANAAN DIET PENDERITA SINDROM


NEFROTIK DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BUNDA
HARAPAN KITA JAKARTA BARAT

TIA NOERFITRIANI

Laporan Tugas Akhir


sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada
Program Diploma Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi

PROGRAM KEAHLIAN MANAJEMEN INDUSTRI JASA MAKANAN DAN GIZI


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
x
xi

Judul : Penatalaksanaan Diet Penderita Sindrom Nefrotik di


Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Nama : Tia Noerfitriani
NIM : J3F110043

Disetujui oleh

dr Karina R. Ekawidyani, MSc


Pembimbing Akademik

Diketahui oleh

Prof Dr Ir M. Zairin Junior, MSc dr. Vera Uripi, S.Ked


Direktur Koordinator Program Keahlian

Tanggal lulus :
xii
xiii

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Sukabumi pada tanggal
31 Juli 1992. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak
Yayat A Sudradjat dan Ibu Neni Rukmini, dan memiliki tiga
kakak laki-laki.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Cicurug Sukabumi pada
tahun 2007 sampai tahun 2010. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada tahun 2010 di Program Keahlian Manajemen Industri
Jasa Makanan dan Gizi melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
Selama menempuh pendidikan penulis melakukan PKL (Praktik Kerja
Lapang) di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Barat selama tiga
bulan mulai tanggal 2 Juli 2012 hingga 28 September 2012. Penulis juga pernah
melakukan PKL di Hotel Royal Bogor selama tiga bulan mulai tanggal 9 Oktober
2012 sampai dengan 9 Januari 2013.
xiv
xv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktek kerja lapang Penatalaksanaan
Diet di RSAB Harapan Kita telah berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 sampai
dengan Agustus 2012 adalah Persiapan dan Pengolahan Lauk Hewani di Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih pada
kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dalam segi moril dan materil
serta semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam menyusun
laporan PKL ini, diantaranya adalah Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc
selaku dosen pembimbing, Ibu dr. Vera Uripi, S.Ked selaku Koordinator Program
Keahlian, Ibu Siti Dharma Azizah selaku kepala instalasi gizi, Ibu Sandra, SKM
selaku pembimbing lapangan, para ahli gizi di RSAB Harapan Kita, dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
diaplikasikan pada pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih, semoga laporan ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Tia Noerfitriani
xvi
xvii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL XIX


viii

DAFTAR GAMBAR XIX


viii

DAFTAR LAMPIRAN XIX


viii

1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Kerangka Pikir 2

2 METODE KAJIAN 3
2.1 Waktu, Tempat dan Pengamatan 3
2.2 Jenis dan Cara Pengambilan Data 3
2.3 Pengolahan Data 3
2.4 Batasan Istilah 5

3 KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT 6


3.1 Tipe Rumah Sakit dan Jenis Pelayanan 6
3.2 Jenis dan siklus menu 7
3.3 Frekuensi, Waktu Makan dan Kerangka Menu 7

4 SN (SINDROM NEFROTIK) 8
4.1 Assessment 8
4.1.1 Riwayat Penyakit 8
4.1.2 Kebiasaan Makan Sebelum Masuk Rumah Sakit 8
4.1.3 Pemeriksaan Klinis dan Antopometri 9
4.1.4 Pemeriksaan Laboratorium 9
4.1.5 Obat-obatan yang diberikan 10
4.2 Analisis Assesment 10
4.3 Patofisiologi 11
4.4 Penatalaksanaan Diet 12
4.4.1 Jenis Diet dan Konsistensi 12
4.4.2 Tujuan dan Syarat Diet 12
4.4.3 Bahan Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan 13
4.5 Evaluasi Asupan Energi dan Zat Gizi 13
4.5.1 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi 13
4.5.2 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein 14
4.5.3 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-1 14
4.5.4 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-2 15
4.5.5 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-3 15
4.5.6 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Natrium 15

5 SIMPULAN DAN SARAN 17


5.1 Simpulan 17
5.2 Saran 17
xviii

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 19
xix

DAFTAR TABEL

1 Jenis Dan Cara Pengambilan Data 3


2 Kecukupan Energi Berdasarkan Umur 3
3. Ruang Rawat Dan Kapasitas Tempat Tidur Di RSAB Harapan Kita 6
4 Pemeriksaan Klinis 9
5 Data Laboratorium 9
6 Jenis Obat Yang Diberikan 10
7 Analisis Assesment 10

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir 2
2 Patofisiologi Sindrom Nefrotik 11
3 Tingkat Kecukupan Energi Kasus An.I 13
4 Tingkat Kecukupan Protein An. I 14
5 Kontribusi Zat Gizi Hari Ke-1 An. I 14
6 Kontribusi Zat Gizi Hari Ke-2 An. I 15
7 Kontribusi Zat Gizi Hari Ke-3 An. I 16
8 Tingkat Kecukupan Natrium 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel Kebiasaan Makan 20


2 Ketersediaaan Energi Dan Zat Gizi Hari Ke-1 21
3 Ketersediaaan Energi Dan Zat Gizi Hari Ke-2 22
4 Ketersediaaan Energi Dan Zat Gizi Hari Ke-3 23
5 Evaluasi Asupan, Tingkat Kecukupan Energi Dan Zat Gizi 24
6 Gambar Sisa Hidangan 25
xx
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan gizi dirumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan
dengan keadaaan individu dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit. Sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi seseorang. Kondisi pasien yang semakin buruk sering
terjadi karena tidak diperhatikan keadaan gizinya, hal tersebut karena tidak
tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ tubuh (Depkes
2003).
Sindrom Nefrotik adalah suatu gangguan glomerular yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia. Usia yang sering
ditemukan menderita sindrom nefrotik adalah pada usia 2-3 tahun. Penyakit
perubahan minimal adalah temuan mikroskopik yang paling sering pada anak-
anak dengan sindrom nefrotik, sedangkan glomerulosklerosis segmental fokal
(FSGS, focal segmental glomerulosclerosis) sering terjadi pada orang dewasa.
Edema terjadi bila kadar albumin turun sampai kurang dari 2.0 g/dL.
Hipokalsemia sering menyertai hipoproteinemia tetapi jarang terbukti secara
klinis. Orang dewasa biasanya mengalami perjalanan penyakit yang lebih
progresif (terutama dengan FSGS) meskipun dilakukan tindakan terapeutik dan
sering berkembang menjadi gagal ginjal hal ini terutama terjadi pada orang usia
lanjut (Greenberg 2004).
Sindrom Nefrotik adalah kumpulan manifestasi penyakit yang ditandai oleh
ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat
meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus. Kehilangan protein
mealui urin yang ditandai oleh proteinuria massif (>3.5 g protein/24 jam)
menyebabkan hipoalbuminemia yang diikuti oleh edema (retensi air), hipertensi,
hiperlipidemia, anoreksia dan rasa mual (Almatsier 2010)
. Keluaran urin dapat menurun hingga kurang dari jumlah yang diperlukan
untuk mengekskresi beban solut minimal. Oliguria serta retensi garam dan air
merupakan faktor penyebab utama edema, kongesti sirkulasi, hipertensi, scrta
gangguan asam basa dan elektrolit. Proteinuria dapat bervariasi dari yang ringan
hingga rentang nefrotik, ekskresi protein urin biasanya kurang dari 1.0 g/24 jam.
Penyembuhan pada penyakit dapat ditunjang dengan asupan makanan
yang sesuai dengan kebutuhan penderita. Makanan yang diberikan berupa
makanan yang beragam, bergizi dan berimbang. Pemberian makanan pada pasien
dengan penyakit tertentu disesuaikan dengan diet penyakitnya.

1.2 Tujuan
Tujuan umum dari pengamatan ini adalah mengkaji penatalaksanaan diet
pada penderita sindrom nefrotik di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.
Tujuan Khusus adalah:
1. Mengkaji permasalahan gizi penderita sindrom nefrotik yang dilakukan
melalui identifikasi riwayat penyakit dan riwayat gizi, tanda dan gejala
penyakit, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif.
2

2. Menganalisa dan merumuskan permasalahan gizi yang dihadapi penderita


sindrom nefrotik.
3. Mengkaji tahapan intervensi gizi dan diet pada penderita sindrom nefrotik.
4. Memonitor asupan energi, zat gizi dan keadaan umum penderita sindrom
nefrotik.
5. Mengevaluasi tingkat kecukupan energi dan zat gizi penderita sindrom
nefrotik.

1.3 Kerangka Pikir

Assesment

Perumusan
Evaluasi
Masalah

Intervensi Gizi
Monitoring
(Pemberian Diet)
Gambar 1 Kerangka Pikir

Proses asuhan gizi melalui lima tahap, dimulai dari tahap assesment
permasalahan gizi penderita yang dilakukan melalui identifikasi riwayat penyakit,
berupa keluhan dan gejala penyakit penderita, yang dirasakan secara subyektif,
pemeriksaan antropometri, klinis, laboratorium, dan pemeriksaan lain yang
mendukung. Kebiasaan makan penderita sebelum masuk rumah sakit diperlukan
untuk mengetahui masalah gizi pada domain behavior. Tahap berikutnya adalah
perumusan masalah dari data subyektif dan obyektif yang ada, sehingga dapat
ditetapkan diagnosa penyakit terhadap pasien. Berdasarkan perumusan masalah
yang dihadapi penderita dan patofisiologi terjadinya permasalahan tersebut maka
dapat ditetapkan diagnosa penyakit dan dapat ditetapkan pemberian diet yang
sesuai dengan keadaan pasien melalui intervensi secara bertahap. Pemberian diet
serta jumlah kebutuhan energi, zat gizi lain serta jenis konsistensi makanan
termasuk ke dalam tahap intervensi gizi.
Tahap monitoring merupakan tahap dimana dilakukan pengawasan
terhadap pasien baik dari keadaaan umum, nafsu makan, daya terima makanan
dari intervensi yang diberikan, dan keberhasilan dari pemberian intervensi. Tahap
selanjutnya adalah tahap evaluasi, yaitu dimana dilakukan evaluasi terhadap
intervensi yang sudah dilakukan terhadap pasien. Evaluasi yang dimaksud adalah
evaluasi asupan makan pasien berupa konsumsi energi dan zat gizi lain. Kegiatan
monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk diterapkan, hal ini bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan diet yang diberikan dengan terus mengikuti
perkembangan keadaan pasien setiap harinya. Proses asuhan gizi tidak terhenti
hanya pada tahap evaluasi, setelah penderita sembuh dan pulang dari rumah sakit
maka tetap diberikan saran yang terkait dengan menu dan pola makan yang tetap
baik selama di rumah sehingga keadaan pasien tetap dalam keadaan baik.
3

2 METODE KAJIAN
2.1 Waktu, Tempat dan Pengamatan
Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 17-19 September 2012, di ruang
rawat inap RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Obyek pengamatan adalah seorang
anak perempuan berusia 3 tahun yang dirawat di ruang Gambir. Penderita yang
diamati dalam keadaan sadar, menerima diet, bersedia untuk dilakukan
pengamatan, terdapat anggota keluarga yang dapat diwawancarai dan pasien
dirawat inap minimal tiga hari.

2.2 Jenis dan Cara Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung pada penderita,
wawancara serta mencatat dari rekam medik. Jenis dan cara pengambilan data
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan Cara Pengambilan Data
No Jenis Data Cara Pengambilan Data Keterangan
Identitas
1. Pencatatan dari rekam medis Nama, umur dan jenis kelamin
penderita
Data
2. Pencatatan dari rekam medis dan wawancara Keluhan, gejala dan tanda
subjektif
Keadaan umum dan kesadaran,
Pemeriksaan
3. Pencatatan dari rekam medis suhu tubuh, tekanan darah, denyut
Fisik
nadi dan laju nafas.
Pemeriksaan Albumin, hemoglobin, hematokrit,
4. Pencatatan dari rekam medis
Laboratorium lekosit dan trombosit
Sisa dikategorikan : 0, ¼ , ½, ¾
5. Asupan Pengamatan terhadap sisa makanan penderita
atau 1.
Data
6. Penimbangan BB dan Pengukuran TB Pengukuran dilakukan langsung
Antropometri

2.3 Pengolahan Data


Data diolah meliputi data kebutuhan energi dan zat gizi, ketersediaan energi
dan zat gizi, asupan pasien dan tingkat asupan, status gizi, kebutuhan energi dan
zat gizi. Kebutuhan energi anak disesuaikan dengan kategori usia anak kemudian
data dikalikan dengan BB anak.
Tabel 2 Kecukupan Energi pada Anak berdasarkan Umur
Kecukupan Energi
Umur
Pria (Kal/Kg x BB) Wanita (Kal/Kg x BB)
0-1 tahun 110-120 110-120
1-3 tahun 100 100
4-6 tahun 90 90
Sumber: Penuntun Diit Anak, 1994
Persentase kebutuhan protein, lemak dan karbohidrat disesuaikan dengan
tujuan dan syarat diet. Berikut ini adalah perhitungan kebutuhan protein, lemak
dan karbohidrat berdasarkan kebutuhan energi sehari sesuai dengan kasus ini:
Kebutuhan Protein= 15% x Kebutuhan Energi sehari
4
Kebutuhan Lemak= 20% x Kebutuhan Energi sehari
9
Kebutuhan KH = 65% x Kebutuhan Energi sehari
4
4

Data status gizi diolah kembali dengan cara mengukur BBA (Berat Badan
Aktual) dan menentukan BBI (Berat Badan Ideal) pada persentil 50 sesuai dengan
indeks kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan kemudian dikategorikan.

BB aktual
BB ideal pada persentil 50 sesuai dengan indeks
Kategori:
Gizi cukup : 110%-90%
Gizi Kurang : 75%-90%
Gizi Buruk : <75%

Ketersediaan energi dan zat gizi dapat dihitung berdasarkan rumus :


Jumlah Bahan (g)
Ketersediaan = x Kand E/P/L/Kh dalam DKBM x % BDD
100
Ketersediaan energi dari susunan menu yang disajikan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus jumlah bahan yang digunakan dibagi 100 g dikali
energi, protein, lemak dan karbohidrat yang terkandung dalam 100 g bahan
tersebut yang dapat dilihat dalam DKBM, kemudian dikalikan dengan presentase
bahan dalam bentuk dapat dimakan (BDD). Tingkat asupan energi dan zat gizi
pasien dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah asupan E/P/L/Kh Sehari (Kal)
Asupan X 100%
Ketersediaan Energi Sehari (Kal)
Perhitungan tingkat asupan didapat dari hasil pembagian jumlah asupan
energi, protein, lemak atau karbohidrat pasien dalam Kal dengan ketersediaan
sehari dalam Kal kemudian dikalikan dengan 100%. Berdasarkan data tingkat
asupan sehari maka dapat dilakukan perhitungan tingkat kecukupan energi dan
protein terhadap kebutuhan energi sehari serta kontribusi lemak dan karbohidrat
terhadap ketersediaan energi sehari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Tingkat Asupan E sehari (Kal)


= X 100%
kecukupan E Kebutuhan E sehari (Kal)

Tingkat Asupan P sehari (g)


= X 100%
kecukupan P Kebutuhan P sehari (g)
Tingkat kecukupan digunakan sebagai standar untuk mengukur terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan energi sehari pasien. Tingkat kecukupan dihitung dari
jumlah asupan atau protein sehari dalam Kal kemudian dibagi dengan jumlah
kebutuhan energi atau protein sehari pasien.
Kontribusi Asupan L sehari (g) x 9
= X 100%
Lemak Kebutuhan E sehari (Kal)

Kontribusi Asupan Kh sehari (g) x 4


= X 100%
Karbohidrat Kebutuhan E sehari (Kal)
Kontribusi dihitung untuk mengukur seberapa besar sumbangan energi yang
diperoleh dari lemak dan karbohidrat dalam sajian menu sehari yang dikonsumsi
dengan menggunakan perhitungan jumlah asupan lemak atau karbohidrat sehari
dalam Kal dibagi jumlah kebutuhan energi sehari.
5

2.4 Batasan Istilah


Antropometri adalah ukuran tubuh manusia yang biasanya diukur melalui tinggi
badan dan berat badan yang digunakan untuk menentukan status gizi
(Supariasa 2001).
Asites adalah keadaan ketika terdapat timbunan cairan pada rongga abdomen.
Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan, akibat adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit (Pearce 2008 ).
Energi adalah sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan
hidup menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi
disumbangkan melalui zat gizi makro yaitu protein, lemak dan karbohidrat
yang terdapat didalam bahan makanan (Almatsier 2004).
Hipoalbuminemia adalah istilah ketika kadar albumin dalam darah < 3 g/dl.
Karbohidrat adalah zat gizi yang terdiri atas Knsur Karbon (C), Hidrogen (H),
dan Oksigen (O) dan sumber energi utama bagi manusia. Satu gram
karbohidrat menghasilkan 4 Kal/g (Almatsier 2009).
Konsumsi adalah semua makanan dan minuman yang dimakan dan diminum
(masuk ke dalam tubuh) seseorang (Persagi 2009).
Kontribusi karbohidrat adalah jumlah asupan karbohidrat dikali 4 dibandingkan
dengan kebutuhan energi sehari dikali 100%.
Kontribusi karbohidrat adalah jumlah asupan lemak yang dikonsumsi dikali 9
dibandingkan dengan kebutuhan energi sehari dikali 100%.
Lemak adalah senyawa-senyawa heterogen yang terdapat dalam makanan malam
fosfolipida, sterol dan ikatan lain yang sejenis yang terdapat dalam tubuh
manusia. Nilai energi lemak adalah 9 Kal/g (Almatsier 2004).
Makanan Biasa adalah makanan sehari-hari dengan bentuk, tekstur, dan aroma
yang normal yang diberikan kepada pasien yang tidak memerlukan diet
khusus berhubungan dengan penyakit (Almatsier 2005).
Menu adalah Susunan hidangan yang terdiri dari satu atau beberapa macam
hidangan yang disajikan untuk seseorang pada waktu makan (Moehji 2007).
Protein adalah molekul makro yang terdiri atas rantai-rantai asam amino yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Protein mempunyai fungsi
membangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Nilai energi protein
adalah 4 Kal/g (Almatsier 2004).
Proteinuria adalah keadaan dimana urin mengandung protein >3.5 g/24 jam.
Sindrom Nefrotik adalah kumpulan manifestasi penyakit yang ditandai oleh
ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai
akibat meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus (Almatsier
2010).
Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi, dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik,
dan lebih (Almatsier 2009).
Tingkat Kecukupan Energi adalah jumlah energi yang dikonsumsi
dibandingkan dengan kebutuhan energi dalam sehari dikali 100%.
Tingkat Kontribusi Karbohidrat adalah jumlah karbohidrat yang dikonsumsi
dikali 4 dibandingkan dengan kebutuhan energi sehari dikali 100%.
Tingkat Kontribusi Lemak adalah jumlah lemak yang dikonsumsi dikali 9
dibandingan dengan kebutuhan energi sehari dikali 100%.
6

Tingkat Kontribusi Protein adalah jumlah protein yang dikonsumsi dikali 4


dibandingkan dengan kebutuhan energi sehari dikali 100%.

3 KEADAAN UMUM RUMAH SAKIT

3.1 Tipe Rumah Sakit dan Jenis Pelayanan


Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita terletak di jalan S. Parman
Slipi Jakarta Barat. RSAB diresmikan oleh Soeharto pada tanggal 22 Desember
1979 bertepatan dengan hari ibu nasional. Selanjutnya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi pelayanan khususnya dalam
kesehatan ibu maka keputusan menteri kesehatan RI No 271/menkes/SK/II/2005
pada tanggal 25 Februari 2005 terjadi perubahan nama Rumah Sakit Anak dan
Bersalin menjadi Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita.
Surat menkes no 861/menkes/VI/2005 tanggal 16 juli 2005 RSAB Harapan
Kita berubah status menjadi rumah sakit Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Departemen kesehatan dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum (BLU).
Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita termasuk rumah sakit tipe B
Khusus, yaitu rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah. Rumah Sakit ini telah ditetapkan
sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut
juga rumah sakit pusat.
Tabel 3. Ruang Rawat dan Kapasitas Tempat Tidur di RSAB Harapan Kita
No Ruangan Kapasitas Tempat
Tidur
1 Melati SVIP Bunda 9
2 Mawar VIP B Bunda 13
3 Kenanga VIP B Bunda 13
4 Menur I-III Bunda 32
5 Cempaka I-II Anak dan Bunda 24
6 Tanjung S VIP Anak 9
7 Teratai VIP B- I Anak 26
8 Anggrek II Anak 36
9 Gambir III Anak 40
10 Kantil III Anak dan Bunda 26
11 Widuri VIP- III Anak 36
12 VK S VIP- III Bunda 17
13 Larat VIP- III Anak dan Bunda 26
14 Seruni (Bayi) 26
15 ICU 12
16 NICU 12
17 MICU 2
18 PICU 8
19 RRS Bunda 8
20 UGD 10
21 Ruang Bedah 8
Jumlah 393
7

RSAB Harapan Kita memiliki kapasitas 18 ruang perawatan diantaranya


ruang khusus bayi yaitu Ruang Seruni. Ruangan ini khusus untuk bayi usia 0
sampai 30 hari. Ruang PICU dan MICU merupakan ruangan khusus untuk level 3
atau untuk penyakit serius.
Ruang khusus untuk anak mulai usia 1 bulan sampai 18 tahun yaitu Ruang
Tanjung. Ruang Widuri merupakan ruang bedah khusus anak memiliki kapasitas
tempat tidur sebanyak 36 tempat tidur terdiri dari kelas VIP sampai kelas III,
sedangkan ruang untuk gakin atau kelas IIIa disebut dengan Ruang Kantil.
Selain ruang untuk anak ada pula ruang khusus untuk bunda diantaranya
Ruang VK (ruang bersalin), Ruang Larat, Ruang Melati (ruang Super VIP)
memiliki kapasitas 9 tempat tidur, Ruang Mawar dan Kenanga (ruang VIP)
masing-masing memiliki jumlah kapasitas sebanyak 13 tempat tidur. Ruang
Cempaka (ruang khusus askes) sehingga kelasnya dibawah satu tingkat dibanding
kelas umum. RRS (Ruang Rawat Sehari), Ruang RRS ini dibagi menjadi 3,
diantaranya ruang bunda (8 tempat tidur), UGD (10 tempat tidur), dan ruang
bedah (8 tempat tidur). Jumlah rata-rata pasien sehari mencapai ±100 orang.
Sistem distribusi yang digunakan di RSAB Harapan Kita adalah sistem
distribusi kombinasi antara sentralisasi dan desentralisasi. Sistem sentralisasi
berlaku untuk distribusi makan pasien di ruang rawat Melati, Mawar, Kenanga,
Cempaka, Tanjung, Teratai, Anggrek, Widuri, Larat, Kantil, sementara sistem
desentralisasi digunakan untuk distribusi makan pasien di ruang rawat Menur dan
Gambir.

3.2 Jenis dan siklus menu


Menu adalah hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan,
baik makan siang maupun makan malam. Namun, menu dapat juga disusun untuk
lebih dari satu kali makan, misalnya untuk satu hari yang terdiri dari menu makan
pagi, makan siang, dan makan malam, serta makanan selingan jika ada (Moehyi,
1992).
Siklus menu adalah perputaran menu atau hidangan yang akan disajikan
kepada konsumen dalam jangka waktu 5 hari, 7 hari atau 10 hari.
Penyelenggaraan makanan di instalasi gizi RSAB Harapan Kita menggunakan
siklus menu 10 hari dengan tambahan menu ke-31. Siklus menu tersebut
dibedakan berdasarkan penggolongan kelas perawatan pasien yaitu mulai dari
SVIP, VIP, I, II dan III serta jenis diet masing-masing pasien.

3.3 Frekuensi, Waktu Makan dan Kerangka Menu


Frekuensi makan di RSAB Harapan Kita sebanyak 5 kali waktu makan
terdiri dari makan pagi, selingan pagi, makan siang, selingan sore dan makan sore.
Kerangka menu ruang S VIP, VIP , kelas I, kelas II dan kelas III memiliki
perbedaan pemberian lauk hewani, sayur, buah, ekstra pudding hingga snack.
Kelas S VIP, VIP dan kelas I diberikan ekstra pudding setiap makan siang
sedangkan pada pasien kelas II dan kelas III tidak diberikan ekstra pudding.
Ekstra pudding yang diberikan dapat berupa cooktail, setup buah dan pudding.
Frekuensi waktu makan dan kerangka menu hanya diberikan pada pasien
yang berdiet makan biasa atau makanan lunak. Pasien yang berdiet khusus seperti
diet Diabetes Melitus, Rendah Garam, Rendah Protein dan Gastroentritis
8

diberikan standar sesuai dengan perhitungan kebutuhan kalori yang telah dibuat
oleh ahli gizi.
Makanan yang diberikan khusus untuk penderita sindrom nefrotik dengan
diet tinggi protein rendah garam akan diberikan putih telur. Frekuensi dan
banyaknya pemberian putih telur tergantung dengan kadar albumin pada pasien
tersebut.

4 SN (Sindrom Nefrotik)
4.1 Assesmen
Assesmen permasalahan gizi penderita dilakukan melalui identifikasi
riwayat penyakit, berupa keluhan dan gejala penyakit penderita, yang dirasakan
secara subyektif, pemeriksaan antropometri, klinis, laboratorium dan pemeriksaan
lain yang mendukung. Kebiasaan makan penderita sebelum masuk rumah sakit
diperlukan untuk mengetahui masalah gizi pada domain behaviour.

4.1.1 Riwayat Penyakit


Os adalah anak perempuan berinisial I berusia 3 tahun dengan berat badan
14 Kg. Os telah sering dirawat di RSAB Harapan Kita sejak didiagnosis
menderita Sindrom Nefrotik saat usianya 2 tahun. Os mulai dirawat kembali pada
tanggal 16 September, keluhan utama Os pada awal masuk dan dirawat di RSAB
Harapan Kita yaitu edema palpebra (adanya timbunan cairan pada kelopak mata),
asites (timbunan cairan pada rongga abdomen), oliguria dengan urin sehari 950 cc
dan batuk berdahak. Penderita berasal dari keluarga cukup mampu dengan
pekerjaan ayah penderita sebagai kontraktor. Pengamatan terhadap kasus
dilakukan mulai tanggal 17 September 2012 sampai dengan tanggal 19 September
2012.

4.1.2 Kebiasaan Makan Sebelum Masuk Rumah Sakit


Kebiasaan makan penderita sebelum masuk Rumah Sakit adalah makan
utama tiga kali sehari, selingan dua kali sehari dan minum susu dua hingga tiga
kali sehari. Penderita memiliki alergi pada makanan tertentu seperti udang.
Penderita merupakan seorang anak yang suka memakan sayur. Sayur yang
disukainya adalah brokoli dan wortel. Os adalah anak yang menyukai hidangan
yang diolah dengan minyak banyak (digoreng) dan memakan regal serta roti. Susu
diberikan sebanyak 2 kali dengan jadwal minum susu pagi dan malam. Susu yang
diberikan adalah susu SGM presinutri 1-3 tahun dengan takaran setiap kali minum
100-200 cc. Perhitungan kebiasaan makan Os dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kecukupan energi sebelum masuk rumah sakit sebesar 104% yaitu telah
mencukupi kebutuhan sebesar 1260 Kal. Perhitungan kebutuhan energi
berdasarkan buku penuntun diet anak yaitu 100 Kal/kgBB dikali dengan berat
badan tanpa edema 12.6 kg. Kebutuhan energi pasien sebelum dan sesudah masuk
rumah sakit tidak dibedakan karena pasien telah menderita sindrom nefrotik sejak
usia dua tahun atau dapat disebut kronik. Kontribusi protein terhadap kebutuhan
energi sehari yaitu 17%, kontribusi lemak terhadap kebutuhan energi sehari
sebesar 24% masih lebih dari kebutuhan lemak sebesar 20% dan kontribusi
karbohidrat terhadap kebutuhan energi sehari sebesar 63%.
9

4.1.3 Pemeriksaan Klinis dan Antopometri

Pemeriksaan data klinis pasien dilakukan pada tanggal 17 September 2012


sampai dengan tanggal 19 September 2012. Hasil pemeriksaan pasien dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Satuan Batas 17/09 18/09 19/09
fisik Normal
Kesadaran - - Compos Compos Compos
mentis mentis mentis
Tensi mmHg 80-100/60 115/60 110/70 120/80
°
Suhu C 36°-37° 36.3 ° 36.3° 36.7°
Nadi x/menit 80-90 122 112 112
Respirasi x/menit 20-24 24 20 20
Sumber : Rekam Medis RSAB 2012
Tekanan darah normal yang digunakan adalah tekanan darah normal untuk
anak-anak (Pearce 2008). Tekanan darah Os pada hari pertama lebih tinggi dari
batas normal, tekanan darah pada hari kedua menurun pada sistol namun terlihat
peningkatan pada diastole. Hari ketiga tekanan darah semakin meningkat dari
sistol dan distol, sehingga dapat disimpulkan bahwa Os menderita hipertensi.
Suhu tubuh penderita pada hari pertama hingga hari ketiga masih dalam batas
normal. Nadi penderita pada hari pertama, kedua dan ketiga Takikardi yaitu
denyut nadi diatas batas normal atau denyut nadi cepat. Respirasi penderita pada
hari pertama hingga hari ketiga dalam batas normal. Berat badan penderita adalah
14 kg dan tinggi badan penderita adalah 88 cm. Berdasarkan tabel CDC indeks
BB/TB dengan BB (Berat Badan) yang digunakan adalah BBA (Berat Badan
Aktual) – 10% karena adanya edema dikurangi BBI (Berat Badan Ideal) 12.4 kg
dikali 100% maka status gizi penderita adalah gizi baik (101.6%).

4.1.4 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium Os dilakukan satu kali selama pengamatan yaitu
pada tanggal 17 September 2012. Pemeriksaan Laboratorium Os dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5 Data Laboratorium
Pemeriksaan
Satuan Batas Normal 17/09 Keterangan
laboratorium
Hemoglobin g/dl 10-16 14.2 Normal
Leukosit u/i 4500-11000 20200 Tinggi
Trombosit Ribu/ml 150-400 535000 Tinggi
Hematokrit % 40-54 40 Normal
Ureum mg/dl 10-40 20 Normal
Kreatinin mg/dl 0.4-1.2 0.2 Rendah
Albumin g/dl >3 0.5 Rendah
Sumber : Rekam Medis RSAB 2012

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat pemeriksaan laboratorium yaitu kadar


hemoglobin penderita dalam batas normal. Kadar hematokrit penderita pada hari
pertama dalam kondisi normal, sedangkan kadar lekosit dan trombosit diatas batas
normal (Lekositosis dan Trombositosis). Ureum dari hasil pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal. Kadar kreatinin pada penderita kurang dari
10

normal yang disebabkan oleh tingginya ekskresi. Kadar albumin pasien sangat
rendah (Hipoalbuminemia), hal tersebut terjadi akibat proteinuri (protein yang
terkandung pada urin) dengan protein yang keluar 3.6 g perhari.

4.1.5 Obat-obatan yang diberikan


Berdasarkan penyakit yang diderita An. I maka perlu diberikan obat-obatan
untuk mengobati dan mencegah penyakit menjadi lebih buruk. Obat-obatan yang
diberikan kepada An. I dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis Obat yang diberikan
No Nama Obat Dosis Fungsi Efek Samping
1 Cefotaxime 2x500 mg Mengobati infeksi bakteri Mual
2 Lasix 2x10 mg Mengobati retensi cairan Urin meningkat,
gangguan keseimbangan
elektrolit
3 Methylprednisolon 4 mg Mengobati peradangan Pengeroposan tulang
4 Captopril 3x5 mg Menurunkan tekanan darah Batuk
5 Calsource 2x5 ml Memelihara kesehatan -
tulang
6 Albumin 50 cc Meningkatkan kadar -
(25%) albumin
Sumber : Rekam Medis RSAB 2012

Pemberian Methylprednisolon sebagai obat steroid berfungsi untuk


mengobati peradangan, tetapi memiliki salah satu efek samping yaitu
menyebabkan pengeroposan tulang oleh sebab itu adapula pemberian Calsource
untuk mencegah terjadinya pengeroposan tulang. Albumin 50 cc (25%) pada Os
diberikan selama 4 jam, selama pemberian albumin Os tidak mendapat suntik
infus.

4.2 Analisis Assesmen


Assesmen dapat dilihat berdasarkan data subjektif (keluhan utama) dan data
objektif (antripometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
laboratorium). Tanda dan gejala penyakit dari data subjektif dan data objektif
dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Analisis Assesmen
Tanda dan
Gejala Jenis
Istilah Masalah Gizi Tujuan Diet
Penyakit, Intervensi
Laboratorium
Timbunan Edema dan asites Gangguan Menyeimbangkan Membatasi
cairan keseimbangan cairan dalam asupan cairan
cairan dalam tubuh dan natrium
tubuh
Urin <500ml/hr Oliguria Gangguan Menormalkan Memberikan
ekskresi cairan ekskresi cairan obat diuretik
Tekanan Darah Hipertensi Gangguan Menurunkan Diet rendah
> 80-100/60 keseimbangan tekanan darah garam
mmHg Natrium
Albumin <3g/dl Hipoalbuminemia Kekurangan Meningkatkan Memberikan
intake protein kadar albumin ekstra putih
dan proteinuria telur
11

Berdasarkan Tabel 7 Seorang balita berusia 3 tahun dengan status gizi


cukup mengalami gangguan keseimbangan cairan, hipertensi dan
hipoalbuminemia.

4.3 Patofisiologi
Sindrom nefrotik adalah kumpulan manifestasi penyakit yang ditandai oleh
ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat
meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus. Kehilangan protein
melalui urin yang ditandai oleh proteinuria (>3.5g protein/24 jam) menyebabkan
hipoalbuminemia yang diikuti oleh edema (retensi air), hipertensi, hiperlipidemia,
anoreksia dan rasa lemah. Patofisiologi Sindrom Nefrotik dapat dilihat pada
Gambar 2.

Peradangan Gang. Permeabilitas


Proteinuria
Autoimun Glomerulus Glomerulus

Hipoalbuminemia
Ginjal Kompenasi dengan
cara meningkatkan
retensi natrium dan air
Hipovolemia Edema
dan Asites
Hipertensi
Gambar 2 Patofisiologi Sindrom Nefrotik

Sindrom Nefrotik pada anak sering diawali dengan terjadinya peradangan


glomerulus akibat autoimun (sistem imun yang memakan imunnya sendiri)
sehingga terjadi gangguan permeabilitas glomerulus. Glomerulur berfungsi
memfiltrasi atau menyaring kotoran dan kelebihan air dalam darah. Gromeruli
yang sehat menjaga protein dalam darah (terutama albumin) yang dibutuhkan
untuk memelihara jumlah cairan yang tepat dalam tubuh (dari penyerapan hingga
pengeluaran) melalui urin. Jika rusak, gromeruli membiarkan sejumlah protein
dalam darah keluar dari tubuh melalui urin.
Konsentrasi albumin ditentukan oleh asupan protein, sintesa albumin hati
dan kehilangan protein melalui urin. Terjadinya peningkatan kadar protein yang
keluar bersama urin akan menyebabkan kadar albumin dalam plasma menurun
(Hipoalbuminemia). Salah satu fungsi dari albumin untuk mempertahankan
tekanan osmotik, apabila terjadi hipoalbuminemia tekanan osmotik menurun
sehingga cairan bergeser dari intravaskuler ke interstisium dan terjadi edema serta
asites.
Pergeseran cairan dari intravaskuler ke interstisium mengakibatkan volume
cairan pada intravaskuler menurun (Hipovolemia). Hipovolemia memicu ginjal
untuk kompensasi dengan cara meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitasnya, untuk mengencerkannya volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler. Akibatnya volume darah meningkat dan terjadi hipertensi.
12

4.4 Penatalaksanaan Diet

4.4.1 Jenis Diet dan Konsistensi


Berdasarkan rumusan masalah yang dihadapi penderita dan patofisiologi
terjadinya permasalahan tersebut, maka intervensi yang akan dilakukan antara lain
memberikan nasehat gizi dalam bentuk diet. Prinsip diet yang akan diberikan
adalah tinggi protein rendah garam. Bentuk makanan yang diberikan adalah
makanan biasa, hal ini dilakukan karena penderita telah berusia 3 tahun sehingga
dapat diberikan makanan biasa berupa nasi dan lauknya. Selain penatalaksanaan
diet yang diberikan kepada Os, Os juga mendapatkan obat-obatan dan albumin
50cc selama 4 jam, setiap 50 cc albumin mengandung 10 mg albumin.
Berdasarkan analisis Assesmen terdapat gangguan keseimbangan cairan
pada Os, sehingga dibutuhkannya pengaturan asupan cairan agar tidak
memperburuk keadaan pasien. Perhitungan kebutuhan cairan pada Os adalah
sebagai berikut:
Cairan yang Keluar
 Urin 950 ml
 Feses 100 ml
 Keringat
900 ml +
 Penguapan dari Kulit
Cairan yang keluar 1 950 ml

Cairan yang Masuk


 Makanan 500 ml
 Infus 350 ml +
Total 850 ml

Cairan yang dapat diterima Os


Cairan yang Keluar 1 950 ml
Cairan yang Masuk 850 ml -
Total yang dapat diterima Os (Minum) 1 100 ml
Sumber: Buku Ilmu Gizi jilid 1

Total cairan dalam bentuk minum yang dapat diterima Os adalah 1 100 ml,
dikurangi kebiasaan pasien minum susu sehari 2 x 180 ml (360 ml) sehingga
pasien hanya dapat minum air mineral sebanyak 740 ml sehari. Os dalam sehari
hanya dapat minum air mineral sebanyak 3 kali dengan setiap kali minum kurang
lebih 250 ml atau setara dengan satu gelas belimbing.

4.4.2 Tujuan dan Syarat Diet


Berdasarkan penyakit dan keadaan yang diderita Os, maka tujuan dan syarat
diet adalah sebagai berikut:
Tujuan dari diet penyakit ini adalah
1. Memberikan makan secukupnya tanpa memberatkan faal ginjal
2. Memberikan makanan rendah garam untuk mengurangi retensi natrium/ air
(asites dan edema).
13

3. Meningkatkan asupan protein untuk menyeimbangkan kadar albumin.


4. Mengganti protein yang keluar bersama urin.
Syarat diet yang diberikan adalah
1. Protein yang diberikan yaitu 15% dari kebutuhan energi sehari,
diutamakan bahan makanan sumber protein bernilai biologis tinggi.
2. Lemak sedang 15-20%
3. Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu tiga kali makanan utama dan
dua kali makanan selingan.
4. Lemak diberikan dalam bentuk MCT (Medium Chain Trigliserida)
Ketersediaan Energi dan Zat Gizi serta daftar menu selama pengamatan
dapat dilihat pada lampiran 2, 3 dan 4.

4.4.3 Bahan Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan


Bahan makanan yang dianjurkan pada kasus ini adalah bahan makanan yang
tidak banyak mengandung natrium. Kandungan natrium terdapat pada bahan-
bahan seperti garam, MSG, Bakingpowder. Putih telur sangat dianjurkan
dikonsumsi pada kasus ini untuk menormalkan kadar albumin.
Bahan makanan yang tidak diperbolehkan untuk pasien yaitu roti, biskuit
dan kue-kue yang diolah dengan garam dapur dan bakingpowder. Makanan yang
diawetkan dengan garam atau ikatan natrium lainnya seperti kornet, telur asin,
telur pindang dan sebagainya.

4.5 Evaluasi Asupan Energi dan Zat Gizi

4.5.1 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi


Kebutuhan energi total sehari didapatkan dengan menjumlahkan kecukupan
energi untuk balita perempuan berumur 1-3 tahun yaitu sebesar 100 Kal/Kg BB
(Almatsier 1994) dikalikan dengan berat badan yang telah dikurangi 10% dari
berat badan aktual. Os mengalami edema dan asites sehingga berat badan menjadi
12.6 kg dari 14 kg. Kebutuhan energi Os sesuai perhitungan sebesar 1 260 Kal.

Tingkat Kecukupan Energi


100% 89%
82%
80% 67%
60% Hari 1
40% Hari 2
20% Hari 3
0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Gambar 3 Tingkat Kecukupan Energi Kasus An.I
Berdasarkan Gambar 3 tingkat kecukupan energi terhadap kebutuhan
energi sehari pada hari pertama telah mencukupi kebutuhan yaitu 82%.
Kecukupan meningkat pada hari kedua menjadi 89%, hal itu terjadi sebab
makanan pokok, lauk hewani dan buah dihabiskan oleh Os. Hari ketiga penelitian
kecukupan menurun menjadi 67% hal itu disebabkan oleh Os yang tidak
14

mengkonsumsi makanan pada makan siang. Os tidak mengkonsumsi makan siang


pada hari ketiga disebabkan malas makan. Kecukupan energi terbesar pada hari
kedua adalah pada makan siang, sebab hidangan lauk hewani dan makanan pokok
dikonsumsi sebesar 100%.

4.5.2 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein


Kebutuhan protein sehari yang diberikan kepada penderita adalah 15% dari
kebutuhan energi seharinya. Kebutuhan protein penderita berdasarkan perhitungan
sebesar 47.2 g kemudian ditambah dengan protein yang hilang melalui urin 3.6 g
sehingga kebutuhan protein sehari menjadi sebesar 50.8 g/hari. Putel diberikan
untuk memenuhi kebutuhan protein Os, berdasarkan kebutuhannya Os diberikan
putel 2 x 1 butir diberikan pada makan siang dan makan malam.
Tingkat Kecukupan Protein
100% 84%
76%
80% 61%
60% Hari 1
40% Hari 2
20% Hari 3
0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Gambar 4 Tingkat Kecukupan Protein An. I
Berdasarkan Gambar 4 kecukupan protein Os hari pertama dan kedua sudah
cukup baik karena lebih dari rata-rata asupan protein selama tiga hari sebesar
74%. Hari ketiga kecukupan protein menurun menjadi 61%, hal ini disebabkan Os
tidak mengkonsumsi hidangan makan siang akibat tidak nafsu makan.

4.5.3 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-1


Kontribusi asupan protein terhadap kebutuhan energi pada hari pertama
didapatkan sebesar 13%. Kontribusi protein pada hari pertama belum memenuhi
kebutuhan protein pasien yaitu sebesar 15% atau sebesar 50.8 gram/hari.
Brdasarkan rata-rata asupan protein selama tiga hari, kontribusi protein hari
pertama telah mencapai rata-rata asupan protein selama tiga hari sebesar 12%.
Kontribusi asupan lemak terhadap kebutuhan energi pada hari pertama didapatkan
sebesar 22%. Kontribusi zat gizi dapat dilihat pada Gambar 5.
Kontribusi Zat Gizi Hari ke-1 An I

Protein
17% 13%
Lemak
22%
Karbohidrat
48%
Kekurangan

Gambar 5 Kontribusi Zat Gizi Hari ke-1 An. I


15

Berdasarkan Gambar 5 kontribusi asupan karbohidrat terhadap kebutuhan


energi pada hari pertama didapatkan sebesar 48%. Kontribusi karbohidrat pada
hari pertama masih belum mencukupi kebutuhan karbohidrat pasien yaitu sebesar
65%. Kontribusi pada hari pertama belum mencapai rata-rata asupan karbohidrat
selama 3 hari yaitu 49%. Kurangnya kontribusi karbohidrat ini karena pasien tidak
menghabiskan hidangan yang menyumbangkan karbohidrat tinggi seperti
makanan pokok.

4.5.4 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-2


Kontribusi asupan protein terhadap kebutuhan energi pada hari kedua
didapatkan sebesar 14%. Kontribusi protein pada hari kedua sedikit meningkat
dari hari pertama dan hampir mencukupi kebutuhan protein pasien. Peningkatan
kontribusi asupan protein pada hari kedua ini dikarenakan oleh penambahan
hidangan putih telur pada setiap waktu makan.
Kontribusi asupan lemak terhadap kebutuhan energi pada hari kedua
didapatkan sebesar 23%. Kontribusi lemak sedikit menurun dari hari pertama
namun masih mencukupi. Kontribusi lemak pada hari kedua telah mencukupi
kebutuhan lemak pasien yaitu sebesar 20%. Grafik kontribusi zat gizi dapat dilihat
pada Gambar 6.

Kontribusi Zat Gizi Hari ke-2 An.I

9% 14%
Protein
Lemak
23%
Karbohidrat
54% Kekurangan

Gambar 6 Kontribusi Zat Gizi Hari ke-2 An. I

Berdasarkan Gambar 6 kontribusi asupan karbohidrat terhadap kebutuhan


energi pada hari kedua meningkat dari hari pertama yaitu didapatkan sebesar 54%.
Kontribusi karbohidrat pada hari kedua masih belum mencukupi kebutuhan
karbohidrat pasien yaitu sebesar 70%. Kurangnya kontribusi karbohidrat ini
karena pasien tidak menghabiskan nasi.

4.5.5 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-3


Kontribusi asupan protein terhadap kebutuhan energi pada hari ketiga
menurun dari hari kedua didapatkan sebesar 10%. Kontribusi protein pada hari
ketiga sangat kurang dari kebutuhan protein pasien yaitu sebesar 15%.
Kontribusi asupan lemak terhadap kebutuhan energi pada hari ketiga
didapatkan sebesar 12%. Kontribusi lemak menurun drastis dari hari kedua.
16

Kontribusi lemak pada hari ketiga kurang dari kebutuhan lemak pasien yaitu
sebesar 20%.
Kontribusi asupan karbohidrat terhadap kebutuhan energi pada hari ketiga
sedikit menurun dari hari kedua yaitu dari 54% menjadi 46%. Kontribusi
karbohidrat pada hari ketiga belum mencukupi kebutuhan karbohidrat pasien yaitu
sebesar 65%. Hal tersebut terjadi karena pasien jarang menghabiskan nasi,
sehingga kebutuhan karbohidratnya belum tercukupi. Grafik kontribusi zat gizi
dapat dilihat pada Gambar 7.
Kontribusi Zat Gizi Hari ke-3 An.I

10%
Protein
33% 12%
Lemak
Karbohidrat
46% Kekurangan

Gambar 7 Kontribusi Zat Gizi Hari ke-3 An. I

Berdasarkan Gambar 7 asupan zat gizi makro pada hari ketiga masih
belum mencukupi kebutuhan. Kekurangan zat gizi makro pada hari ketiga masih
cukup tinggi yaitu 32%, hal tersebut disebabkan oleh Os yang tidak memakan
hidangan makan siang. Os terlalu sibuk bermain game pada siang hari sehingga
sulit untuk dibujuk makan.

4.5.6 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Natrium


Berdasarkan keadaan penderita dokter memberikan diet Rendah Garam III
(1 000- 1 200 mg Na). Diet ini dapat diberikan kepada pasien dengan edema dan
atau hipertensi ringan. Hidangan yang diberikan pada pasien adalah hidangan
tanpa penggunaan garam, hal tersebut untuk mempermudah proses pengolahan..
Grafik tingkat kecukupan natrium berdasarkan diet yang boleh diberikan dapat
dilihat pada Gambar 8.
Tingkat Kecukupan Natrium
60% 54%
50% 44%
40% 34%
Hari 1
30%
Hari 2
20%
Hari 3
10%
0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Gambar 8 Tingkat Kecukupan Natrium


17

Berdasarkan Gambar 8 tingkat kecukupan natrium dibandingkan dengan


batasan natrium yang dapat diberikan masih rendah, namun diharapkan
kecukupan tersebut dapat mengurangi retensi cairan.
Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang
dibutuhkan, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. Asupan
natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga dapat
menyebabkan edema atau asites dan atau hipertensi. Penyakit-penyakit tertentu
seperti sirosis hati, penyakit ginjal, dekompensasi kordis, toksemia pada
kehamilan dapat menyebabkan gejala edema dan asites dan atau hipertensi, dalam
hal demikian asupan natrium perlu dibatasi (Almatsier 2010)

5. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan pada seorang anak perempuan berusia 3


tahun dengan diagnosa penyakit NS (Nefrotik Syndrome), dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Permasalahan gizi adalah Os yang masih menyukai makanan mengandung
Bakingpowder seperti roti. Os telah didiagnosa menderita sindrom nefrotik
sejak usia dua tahun, tanda dan gejala penyakit pada Os adalah adanya edem,
asites, kadar albumin rendah dan terdapatnya protein dalam urin 3.6 g/24 jam.
2. Masalah gizi pada domain klinik adalah pasien mengalami hipertensi,
hipoalbuminemia, edema dan asites disertai proteinuria, dan pada domain
behavior adalah Os yang suka memakan regal dan roti.
3. Intervensi gizi yang diberikan pada penderita dalam kasus ini adalah diet
tinggi protein rendah garam.
4. Selama tiga hari pengamatan, asupan energi cukup pada hari pertama dan
kedua. Asupan protein telah memenuhi kebutuhan tetapi mengalami
penurunan pada hari ketiga. Tingkat kecukupan energi pada hari ketiga
pengamatan masih kurang dari kebutuhan penderita hal tersebut karena pasien
tidak nafsu makan pada waktu makan siang di hari ketiga.
5. Hasil pengamatan evaluasi asupan energi dan zat gizi selama tiga hari rata-
rata asupan energi sebesar 79%, rata-rata asupan protein sebesar 12%, Lemak
19%, Karbohidrat 49% dan natrium 44%.

5.2 Saran

1. Orang tua pasien sebisa mungkin membatasi makanan yang mengandung


tinggi natrium agar penyakit tidak semakin parah.
2. Orang tua pasien sebaiknya lebih memperhatikan asupan cairan agar cairan
yang masuk seimbang dengan cairan yang keluar.
18

DAFTAR PUSTAKA
[PERSAGI] Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi. Jakarta (ID): PT
Kompas Media Nusantara.

Almatsier S. 1994. Penuntun Diet Anak. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka

Almatsier S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.

Almatsier S. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.

Almatsier S. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Greenberg, Michael I. 2004. Teks-atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg.


Jakarta (ID): PT. Erlangga.

Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta (ID):
PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid
1. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Supariasa, Fajar I. 2001.Penilaian Status Gizi.Jakarta(ID): EGC.


19

LAMPIRAN
20

Lampiran 1 Tabel Kebiasaan Makan


Kecukupan Energi dan Zat Gizi Sebelum Masuk Rumah Sakit
Waktu Kerangka Bahan Ukuran E (Kal) P (g) L (g) KH (g)
Makan Menu
Pagi Susu Susu 35 g 150 6 5 21
SGM
150 6 5 21
Makan M. Pokok Beras 50 g 175 4 0 40
Pagi
L. hewani Ayam 40 g 50 8 2 0
Minyak 5g 50 0 5 0
L. nabati Tahu 25 g 19 1.3 0.8 1.8
Hid. Sayur Brokoli 30 g 8 0.3 0 1.5
Wortel 25 g 6 0.3 0 1.3
308 13.9 7.8 44.6
Selingan Buah Jeruk 55 g 25 0 0 6
Makan Idem dari makan pagi 308 13.9 7.8 44.6
Siang
Selingan Buah Pepaya 55 g 25 0 0 6
Sirup Gula 10 g 36 0 0 9.4
61 0 0 15.4
Makan Idem dari makan pagi 308 13.9 7.8 44.6
Malam
Sebelum Susu Susu 35 g 150 6 5 21
Tidur SGM
Total Sehari 1310 53.7 33.4 197.2
21

Lampiran 2 Ketersediaaan Energi dan Zat Gizi Hari ke-1


Waktu Hidangan Bahan Brt Kandungan Gizi Konsumsi Kandungan Gizi
Makan (g) E P L KH Na % E P (g) L (g) KH Na
(Kal) (g) (g) (g) (mg) (Kal) (g) (mg)
M. Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 9 50% 90 1.7 0.2 19.7 1.25
Pagi Phu Yung Telur 30 49 3.8 9.6 0.2 47.4 100% 49 3.8 9.6 0.2 47.4
Hay Daging 5 10 0.9 0.7 0 4.6 100% 10 0.9 0.7 0 4.65
Wortel 102 4 0.1 0 0.9 7 100% 4 0.1 0 0.9 7
Minyak 25 18 0 2 0 - 100% 18 0 2 0 -
Kare Tempe 25 18 2.3 0.5 1.6 - 0% 0 0 0 0 -
Tempe
Sup Wortel 15 10 0.3 0 2.2 10.5 25% 3 0 0 0.5 2.6
Sayuran Buncis 5 5 0.4 0 1.2 - 25% 1 0.1 0 0.3 -
Ayam 6 1 0.3 0 5 25% 2 0.3 0 0 5
Subtotal 300 12.2 13.4 56.9 83.5 177 6.9 12.5 21.6 67.9
S. Pagi Buah Jeruk 75 34 0.7 0.1 8.4 1.5 50% 17 0.3 0 4.2 0.7
Teh Manis Gula 10 36 0 0 9.4 0 100% 36 0 0 9.4 0.03
Subtotal 70 0.7 0.1 18.3 1.5 53 0.3 0 13.6 0.73
M. Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 2.5 50% 90 1.7 0.2 19.7 1.25
Siang Semur Daging 30 62 5.6 4.2 0 27.9 100% 62 5.6 4.2 0 27.9
Daging Telur 5 8 0.6 0.6 0 7.9 100% 8 0.6 0.6 0 7.9
Putel P. Telur 20 10 2.2 0 0.2 31.6 100% 10 2.2 0 0.2 31.6
Cah Tahu Tahu 25 17 1.9 1.1 0.4 3 0% 0 0 0 0 0
Sup Wortel 25 10 0.3 0 2.2 17.5 0% 0 0 0 0 0
Kacang Ayam 10 12 2 0.6 0 10 0% 0 0 0 0 0
Merah
Buah Melon 10 28 0.5 0.2 6.8 4 100% 28 0.5 0.2 6.8 -
0
Subtotal 327 16.5 7 49 104.4 198 10.6 5.2 26.7 68.65
S. Sore Pudding Agar-Agar 1 0 0 0 0 - 0% 0 0 0 0 0
Gula 10 36 0 0 9.4 0 0% 0 0 0 0 0
Subtotal 36 0 0 9.4 - 0 0 0 0 0
M. Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 2.5 50% 90 1.7 0.2 19.7 1.25
Malam Ayam Ayam 50 63 12.5 2.5 0 50 25% 16 3.1 0.6 0 25
Bacem
Putel Putih Telur 20 10 2.2 0 0.2 31.6 25% 3 0.5 0 0 7.9
Tahu Tahu 25 17 1.9 1.1 0.4 3 0% 0 0 0 0 0
Bacem
Sup Wortel 25 10 0.3 0 2.2 17.5 50% 5 0.2 0 1.1 8.75
Telur Telur 20 33 2.5 6.4 0.1 31.6 100% 33 2.5 6.4 0.1 31.6
Puyuh
Buah Semangka 10 28 0.5 0.2 6.8 - 100% 28 0.5 0.2 6.8 -
0
Subtotal 341 23.3 10.5 49.1 136.2 175 8.5 7.4 27.7 74.5
Infus KA-EN 3A 62 0 0 15.5 42 62 0 0 15.5 42
Susu SGM 88 375 12.5 15 52.5 287 100% 375 12.5 15 52.5 287
Total 1436 62.4 43 240.2 329 1040 38.7 31.1 150.5 540
22

Lampiran 3 Ketersediaaan Energi dan Zat Gizi Hari ke-2


Waktu Hidangan Bahan Berat Kandungan Gizi Konsumsi Kandungan Gizi
Makan (g) E P L Kh Na E P (g) L (g) Kh Na
(Kal) (g) (g) (g) (mg) (Kal) (g) (mg)
M. Pagi Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 2.5 75% 135 2.6 0.2 29.5 1.87
Kalio Daging Daging 20 41 3.8 2.8 0 18.6 75% 30 2.8 2.1 0 13.9
Telur 2 3 0.3 0.2 0 3.16 75% 2 0.2 0.1 0 2.37
Tahu Bacem Tahu 25 17 1.9 1.1 0.4 3 0% 0 0 0 0 0
Tumis Labuh Labu 30 8 0.2 0 2 - 0% 0 0 0 0 0
Siam
Subtotal 249 9.6 4.4 41.8 27.26 167 5.6 2.4 29.5 18.14
S. Pagi Bubur Kc. Kacang Hijau 20 69 4.4 0.2 12.6 1.2 25% 17 1.2 0 3.2 0.3
Ijo Gula 10 36 0 0 9.4 - 25% 9 0 0 2.4 0
Subtotal 105 4.4 0.2 22 1.2 26 1.2 0 5.6 0.3
M. Siang Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 2.5 50% 90 1.7 0.2 19.7 1.25
Chicken Ayam 40 50 8 2 0 40 75% 38 6 1.5 0 30
Katsu Tepung 10 37 0.9 0.1 7.7 0.2 75% 27 0.7 0 5.7 0.15
Telur 2 3 0.3 0.2 0 3.16 75% 1 0.2 0.1 0 2.37
Minyak 10 90 0 10 0 - 75% 67 0 7.5 0 0
Putel P. Telur 20 10 2.2 0 0.2 31.6 25% 3 0.6 0 0 7.9
Kare Tempe Tempe 25 18 2.3 0.5 1.6 - 0% 0 0 0 0 0
Sup Kimlo Wortel 25 10 0.3 0 2.2 17.5 0% 0 0 0 0 0
Soun 5 18 0.2 0 4.1 0 0% 0 0 0 0 0
Jamur 15 0 0 0 0 - 0% 0 0 0 0 0
Buah Papaya 80 37 0.4 0 9.8 3.2 25% 9 0.1 0 2.4 0.8
Subtotal 453 18 13.1 58.7 98.16 235 9.3 9.3 27.8 42.47
S. Sore Pudding Agar-Agar 1 0 0 0 0 - 0% 0 0 0 0 0
Gula 10 36 0 0 9.4 - 0% 0 0 0 0 0
Subtotal 36 0 0 9.4 - 0 0 0 0 0
M. Malam Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 2.5 100% 180 3.4 0.3 39.4 2.5
Telur Daging 20 41 3.8 2.8 0 18.6 100% 41 3.8 2.8 0 18.39.
Tersembunyi 56
Telur 25 41 3.2 2.8 0.2 39.5 100% 41 3.2 2.8 0.2 31.6
Putel Putih Telur 20 10 2.2 0 0.2 31.6 100% 10 2.2 0 0.2 2.4
Rollade Tahu Tahu 20 14 1.5 0.8 0.3 2.4 100% 14 1.5 0.8 0.3 15.8
Telur 10 16 1.3 1.2 0.1 15.8 100% 16 1.3 1.2 0.1 1
Bening Bayam 50 18 1.8 0.3 3.2 2 9 0.6 0.1 1.6 0
50%
Bayam
Buah Semangka 10 28 0.5 0.2 6.8 - 28 0.5 0.2 6.8 0
100%
0
Subtotal 348 17.7 8.4 50.2 112.4 339 16.5 8.2 48.6 111.4
KA-EN 3A 62 0 0 15.5 42 62 0 0 15.5 42
Susu SGM 70 300 10 12 42 230 100% 300 10 12 42 230
Total 1553 59.7 38.1 239.6 272 1129 42.6 31.9 169 444.3
23

Lampiran 4 Ketersediaaan Energi dan Zat Gizi Hari ke-3


Waktu Hidangan Bahan Berat Kandungan Gizi Konsumsi Kandungan Gizi
Makan (g) E P L Kh Na E P (g) L (g) Kh Na
(Kal) (g) (g) (g) (mg) (Kal) (g) (mg)
M. Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 9 100% 180 3.4 0.3 39.4 2.5
Pagi Semur Ayam 50 63 12.5 2.5 0 50 100% 63 12.5 2.5 0 50
Ayam
Krengseng Tempe 25 18 2.3 0.5 1.6 - 0% 0 0 0 0 0
Tempe
Sup Macaroni 10 36 0.9 0 7.8 0.3 0% 0 0 0 0 0
Macaroni Wortel 25 10 0.3 0 2.2 17.5 0% 0 0 0 0 0
Ayam 10 13 2.5 0.5 0 10 0% 0 0 0 0 0
Subtotal 320 21.9 3.8 51 86.8 243 15.9 2.8 39.4 52.5
S. Pagi Kue Lapis Tapioca 10 35 0.1 0 8.5 0.5 25% 8 0 0 2.1 0.1
Santan 5 6 0.1 0.5 0.4 0.2 25% 4 0.5 0.4 0 0.05
Gula 5 18 0 0 4.7 0 25% 4 0 0 1.2 0
Teh Manis Gula 10 36 0 0 9.4 0 50% 9 0 0 2.4 0
Subtotal 95 0.2 0.5 23 0.7 25 0.5 0.4 5.7 0.15
M. Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 9 0% 0 0 0 0 0
Siang Ayam Ayam 50 63 12.5 2.5 0 50 0% 0 0 0 0 0
Putel P. Telur 20 10 2.2 0 0.2 31.6 0% 0 0 0 0 0
Perkedel Kentang 20 17 0.4 0 3.8 1.4 0% 0 0 0 0 0
Kentang Telur 2 3 0.3 0.2 0 3.2 0% 0 0 0 0 0
Minyak 5 45 0 5 0 0 0% 0 0 0 0 0
Sup Wortel 25 10 0.3 0 2.2 17.5 0% 0 0 0 0 0
Ayam 10 13 2.5 0.5 0 10 0% 0 0 0 0 0
Buah Jeruk 75 34 0.7 0.1 8.4 1.5 0% 0 0 0 0 0
Subtotal 375 22 8.6 54 124.2 0 0 0 0 0
S. Sore Pudding Agar-Agar 1 0 0 0 0 0 50% 0 0 0 0 0
Gula 10 36 0 0 9.4 0 50% 18 0 0 4.7 0
Sirup Gula 10 36 0 0 9.4 0 100% 36 0 0 9.4 0.03
Subtotal 72 0 0 18.8 0 54 0 0 14.1 0.03
M. Nasi Beras 50 180 3.4 0.3 39.4 9 75% 135 2.6 0.2 29.5 1.87
Malam Semur Daging 30 62 5.6 4.2 0 27.9 25% 16 1.4 1.1 0 6.9
Daging Telur 5 8 0.6 0.6 0 7.9 25% 2 0.2 0.2 0 1.9
Putel P. Telur 20 10 2.2 0 0.2 31.6 25% 3 0.5 0 0 7.9
Kare Tempe 25 18 2.3 0.5 1.6 - 0%
0 0 0 0 0
Tempe
Sup Oyong Oyong 25 7 0.1 0 1.7 - 0% 0 0 0 0 0
Soun Soun 5 18 0.2 0 4.1 0.2 0% 0 0 0 0 0
Buah Papaya 80 37 0.4 0 9.8 3.2 0% 0 0 0 0 0
Subtotal 340 14.8 5.6 56.8 79.8 156 4.7 1.5 29.5 18.57
KA-EN 3A 62 0 0 15.5 42 62 0 0 15.5 42
Susu SGM 70 300 10 12 42 230 300 10 12 42 230
Total 1564 68.9 30.5 260.8 272 840 31.1 16.7 146.1 343
24

Lampiran 5 Evaluasi Asupan, Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi


Energi Hari ke-1 Energi Hari ke-2 Energi Hari ke-3
Waktu Keb E Tingkat Tingkat Tingkat
Makan (Kal) Ketersediaan asupan Ketersediaan asupan Ketersediaan asupan
kecukupan kecukupan kecukupan
(kal) (Kal) (kal) (Kal) (kal) (Kal)
(%) (%) (%)
Pagi 300 177 249 167 320 243
Selingan 70 53 105 26 95 25
Siang 327 198 453 235 375 0
Selingan 36 0 36 0 72 54
Malam 341 175 348 339 340 156
SGM 370 370 300 300 300 300
Infus KN
3A 62 62 62 62 62 62
Sehari 1260 1436 1040 82 1553 1129 89 1564 840 67

Protein Hari ke-1 Protein Hari ke-2 Protein Hari ke-3


Waktu Keb P Tingkat Tingkat Tingkat
Ketersediaan asupan Ketersediaan asupan Ketersediaan asupan
Makan (g) kecukupan kecukupan kecukupa
(g) (g) (g) (g) (g) (g)
(%) (%) n (%)
Pagi 12.2 6.9 9.6 5.6 21.9 15.9
Selingan 0.7 0.3 4.4 1.2 0.2 0.5
Siang 16.5 10.6 18 9.3 22 0
Selingan 0 0 0 0 0 0
Malam 23.3 8.5 17.7 16.5 14.8 4.7
SGM 12.5 12.5 10 10 10 10
Sehari 50,8 65.2 38.8 76 59.7 42.6 84 68.9 31.1 61

Protein Hari ke-1 Protein hari ke-2 Protein hari ke-3


Kontrib
Kontribusi Kontribus Kontribus Kontribusi
usi thd
Waktu Keters thd i thd Keters Kontribusi thd i thd Keterse thd
makan asupa asupan asupan kebutu
ediaan ketersedia kebutuhan ediaan ketersediaan kebutuha diaan ketersedia
n (g) (g) (g) han
(g) an Energi Energi (g) Energi (%) n Energi (g) an Energi
Energi
(%) (%) (%) (%)
(%)
Pagi 12.2 6.9 9.6 5.6 21.9 15.9
Selingan 0.7 0.3 4.4 1.2 0.2 0
Siang 16.5 10.6 18 9.3 22 0
Selingan 0 0 0 0 0 0
Malam 23.3 8.5 17.7 16.5 14.8 4.7
SGM 12.5 12.5 10 10 10 10
Sehari 62.4 17 38.7 13 59.7 15 42.6 14 68.9 18 30.6 10

Lemak Hari ke-1 Lemak hari ke-2 Lemak hari ke-3


Kontrib
Kontribusi Kontribus Kontribus Kontribusi
usi thd
Waktu Keters thd i thd Keters Kontribusi thd i thd Keterse thd
asupa asupan asupan kebutu
makan ediaan ketersedia kebutuhan ediaan ketersediaan kebutuha diaan ketersedia
n (g) (g) (g) han
(g) an Energi Energi (g) Energi (%) n Energi (g) an Energi
Energi
(%) (%) (%) (%)
(%)
Pagi 13.4 12.5 4.4 2.4 3.8 2.8
Selingan 0.1 0 0.2 0 0.5 0.4
Siang 7 5.2 13.1 9.3 8.6 0
Selingan 0 0 0 0 0 0
Malam 10.5 7.4 8.4 8.2 5.6 1.5
SGM 15 15 12 12 12 12
Sehari 45 28 31.1 22 38.1 22 31.9 23 30.5 18 16.7 12

Karbohidrat Hari ke-1 Karbohidrat hari ke-2 Karbohidrat hari ke-3


Kontribus Kontribusi Kontribusi Kontribu
Kontribusi Kontribusi
Waktu Keters i thd thd asup thd si thd
makan asupan thd Ketersedi thd Ketersedi asupa
ediaan ketersedia ketersediaa an ketersedia kebutuha
(g) kebutuhan aan (g) kebutuhan aan (g) n (g)
(g) an Energi n Energi (g) an Energi n Energi
Energi (%) Energi (%)
(%) (%) (%) (%)
Pagi 56.9 21.6 41.8 29.5 51 39.4
Selingan 18.3 13.6 22 5.6 23 5.7
Siang 49 26.7 58.7 27.8 54 0
Selingan 9.4 0 9.4 0 18.8 14.1
Malam 49.1 27.7 50.2 48.6 56.8 29.5
KN 3A 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5
SGM 52.5 52.5 42 42 42 42
Sehari 250.2 69 150.5 48 239.6 62 169 54 260.8 67 146.1 46
25

Lampiran 6 Gambar Sisa Hidangan


Hari ke-1

Asupan: Asupan: Asupan:


Makan Pagi: Nasi putih, phu yung hay, kare Selingan pagi buah jeruk Makan Siang nasi, semur daging, putel, cah
tempe, sup sayuran E = 53 Kal P = 0.3 g tahu, sup kacang merah, buah
E = 177 Kal P = 6.9 g L=0 g KH = 13.6 g E = 198Kal P = 10.6 g
L = 12.5 g KH = 21.6 g L = 5.2 g KH = 26.7 g

Asupan: Asupan:
Selingan sore Makan Malam nasi, ayam bacem, putel, tahu,
E = 0 Kal P =0g sup telur puyuh, buah
L=0 g KH = 0 g E = 175 Kal P = 8.5 g
L = 7.4 g KH = 27.7 g

Hari ke-2

Asupan: Asupan: Asupan:


Makan Pagi: Nasi putih, kalio daging, tahu Selingan pagi bubur kacang hijau Makan Siang nasi, chicken katsu, putel, kare
acem, tumis labuh E = 26 Kal P = 1.2 g tempe, sup kimlo, buah
E = 167 Kal P = 5.6 g L=0 g KH = 5.6 g E = 235 Kal P = 9.3 g
L = 2.4 g KH = 29.5 g L = 9.3 g KH = 27.8 g

Asupan:
Asupan:
Selingan sore
Makan Malam nasi, telur tersembunyi, putel,
E = 0 Kal P =0g
rolled tahu, bening bayam, buah
L=0 g KH = 0 g E = 339 Kal P = 16.5 g
L = 8.2 g KH = 48.6 g

Hari ke-3

Asupan: Asupan:
Asupan: Selingan pagi kue lapis Makan Siang nasi, ayam goreng, putel,
Makan Pagi: Nasi putih, semur ayam, E = 25 Kal P = 0.5 g perkedel kentang, sup jamur
krengseng tempe, sup macaroni L = 0.4 g KH = 5.7 g E = 0 Kal P =0g
E = 243 Kal P = 15.9 g L=0g KH = 0 g
L = 2.8 g KH = 39.4 g

Asupan:
Makan Malam nasi, semur daging, putel, kare
Asupan: tempe, sup oyong soun, buah
Selingan sore E = 156 Kal P = 4.7 g
E = 54 Kal P =0g L = 1.5 g KH = 29.5 g
L=0 g KH = 14.1 g
1

Anda mungkin juga menyukai