TIA NOERFITRIANI
Tia Noerfitriani
NIM J3F110043
iv
v
ABSTRAK
ABSTRACT
TIA NOERFITRIANI. Nutrition management of Nephrotic Syndrome at
RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Under the guidance of KARINA RAHMADIA
EKAWIDYANI.
Nephrotic Syndrome is a collection signs and symptoms characterized by
the inability of kidneys to maintain nitrogen balance as a result of increasing
membrane permeability of the glomerulus capillary. The general objective of the
observation was to study nutrition management of Nephrotic Syndrome at RSAB
Harapan Kita Jakarta Barat. Primary and secondary data was taken. Primary data
taken were subjective data, intake and anthropometry data. Secondary data taken
were patient identity, physical examination and laboratory test. Nutritional
problems in domain clinic of the patient were edema and ascites caused by low
plasma albumin. Diet given was high protein and low salt with normal
consistency. The average of energy adequacy level during observation was 79%,
and the average of protein adequacy level was 74%.
RINGKASAN
TIA NOERFITRIANI
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus :
xii
xiii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Sukabumi pada tanggal
31 Juli 1992. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak
Yayat A Sudradjat dan Ibu Neni Rukmini, dan memiliki tiga
kakak laki-laki.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah
Menengah Atas di SMA Negeri 1 Cicurug Sukabumi pada
tahun 2007 sampai tahun 2010. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB)
pada tahun 2010 di Program Keahlian Manajemen Industri
Jasa Makanan dan Gizi melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
Selama menempuh pendidikan penulis melakukan PKL (Praktik Kerja
Lapang) di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita Jakarta Barat selama tiga
bulan mulai tanggal 2 Juli 2012 hingga 28 September 2012. Penulis juga pernah
melakukan PKL di Hotel Royal Bogor selama tiga bulan mulai tanggal 9 Oktober
2012 sampai dengan 9 Januari 2013.
xiv
xv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan praktek kerja lapang Penatalaksanaan
Diet di RSAB Harapan Kita telah berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
kegiatan praktek kerja lapang yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 sampai
dengan Agustus 2012 adalah Persiapan dan Pengolahan Lauk Hewani di Rumah
Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih pada
kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dalam segi moril dan materil
serta semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama dalam menyusun
laporan PKL ini, diantaranya adalah Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc
selaku dosen pembimbing, Ibu dr. Vera Uripi, S.Ked selaku Koordinator Program
Keahlian, Ibu Siti Dharma Azizah selaku kepala instalasi gizi, Ibu Sandra, SKM
selaku pembimbing lapangan, para ahli gizi di RSAB Harapan Kita, dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat
diaplikasikan pada pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih, semoga laporan ini bermanfaat.
Tia Noerfitriani
xvi
xvii
DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Kerangka Pikir 2
2 METODE KAJIAN 3
2.1 Waktu, Tempat dan Pengamatan 3
2.2 Jenis dan Cara Pengambilan Data 3
2.3 Pengolahan Data 3
2.4 Batasan Istilah 5
4 SN (SINDROM NEFROTIK) 8
4.1 Assessment 8
4.1.1 Riwayat Penyakit 8
4.1.2 Kebiasaan Makan Sebelum Masuk Rumah Sakit 8
4.1.3 Pemeriksaan Klinis dan Antopometri 9
4.1.4 Pemeriksaan Laboratorium 9
4.1.5 Obat-obatan yang diberikan 10
4.2 Analisis Assesment 10
4.3 Patofisiologi 11
4.4 Penatalaksanaan Diet 12
4.4.1 Jenis Diet dan Konsistensi 12
4.4.2 Tujuan dan Syarat Diet 12
4.4.3 Bahan Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan 13
4.5 Evaluasi Asupan Energi dan Zat Gizi 13
4.5.1 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Energi 13
4.5.2 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Protein 14
4.5.3 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-1 14
4.5.4 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-2 15
4.5.5 Kebutuhan, Asupan dan Kontribusi Zat Gizi Hari ke-3 15
4.5.6 Kebutuhan, Asupan dan Tingkat Kecukupan Natrium 15
DAFTAR PUSTAKA 18
LAMPIRAN 19
xix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pikir 2
2 Patofisiologi Sindrom Nefrotik 11
3 Tingkat Kecukupan Energi Kasus An.I 13
4 Tingkat Kecukupan Protein An. I 14
5 Kontribusi Zat Gizi Hari Ke-1 An. I 14
6 Kontribusi Zat Gizi Hari Ke-2 An. I 15
7 Kontribusi Zat Gizi Hari Ke-3 An. I 16
8 Tingkat Kecukupan Natrium 16
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari pengamatan ini adalah mengkaji penatalaksanaan diet
pada penderita sindrom nefrotik di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita.
Tujuan Khusus adalah:
1. Mengkaji permasalahan gizi penderita sindrom nefrotik yang dilakukan
melalui identifikasi riwayat penyakit dan riwayat gizi, tanda dan gejala
penyakit, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif.
2
Assesment
Perumusan
Evaluasi
Masalah
Intervensi Gizi
Monitoring
(Pemberian Diet)
Gambar 1 Kerangka Pikir
Proses asuhan gizi melalui lima tahap, dimulai dari tahap assesment
permasalahan gizi penderita yang dilakukan melalui identifikasi riwayat penyakit,
berupa keluhan dan gejala penyakit penderita, yang dirasakan secara subyektif,
pemeriksaan antropometri, klinis, laboratorium, dan pemeriksaan lain yang
mendukung. Kebiasaan makan penderita sebelum masuk rumah sakit diperlukan
untuk mengetahui masalah gizi pada domain behavior. Tahap berikutnya adalah
perumusan masalah dari data subyektif dan obyektif yang ada, sehingga dapat
ditetapkan diagnosa penyakit terhadap pasien. Berdasarkan perumusan masalah
yang dihadapi penderita dan patofisiologi terjadinya permasalahan tersebut maka
dapat ditetapkan diagnosa penyakit dan dapat ditetapkan pemberian diet yang
sesuai dengan keadaan pasien melalui intervensi secara bertahap. Pemberian diet
serta jumlah kebutuhan energi, zat gizi lain serta jenis konsistensi makanan
termasuk ke dalam tahap intervensi gizi.
Tahap monitoring merupakan tahap dimana dilakukan pengawasan
terhadap pasien baik dari keadaaan umum, nafsu makan, daya terima makanan
dari intervensi yang diberikan, dan keberhasilan dari pemberian intervensi. Tahap
selanjutnya adalah tahap evaluasi, yaitu dimana dilakukan evaluasi terhadap
intervensi yang sudah dilakukan terhadap pasien. Evaluasi yang dimaksud adalah
evaluasi asupan makan pasien berupa konsumsi energi dan zat gizi lain. Kegiatan
monitoring dan evaluasi sangat diperlukan untuk diterapkan, hal ini bertujuan
untuk mengetahui keberhasilan diet yang diberikan dengan terus mengikuti
perkembangan keadaan pasien setiap harinya. Proses asuhan gizi tidak terhenti
hanya pada tahap evaluasi, setelah penderita sembuh dan pulang dari rumah sakit
maka tetap diberikan saran yang terkait dengan menu dan pola makan yang tetap
baik selama di rumah sehingga keadaan pasien tetap dalam keadaan baik.
3
2 METODE KAJIAN
2.1 Waktu, Tempat dan Pengamatan
Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 17-19 September 2012, di ruang
rawat inap RSAB Harapan Kita Jakarta Barat. Obyek pengamatan adalah seorang
anak perempuan berusia 3 tahun yang dirawat di ruang Gambir. Penderita yang
diamati dalam keadaan sadar, menerima diet, bersedia untuk dilakukan
pengamatan, terdapat anggota keluarga yang dapat diwawancarai dan pasien
dirawat inap minimal tiga hari.
Data status gizi diolah kembali dengan cara mengukur BBA (Berat Badan
Aktual) dan menentukan BBI (Berat Badan Ideal) pada persentil 50 sesuai dengan
indeks kemudian dikali 100%. Hasil perhitungan kemudian dikategorikan.
BB aktual
BB ideal pada persentil 50 sesuai dengan indeks
Kategori:
Gizi cukup : 110%-90%
Gizi Kurang : 75%-90%
Gizi Buruk : <75%
diberikan standar sesuai dengan perhitungan kebutuhan kalori yang telah dibuat
oleh ahli gizi.
Makanan yang diberikan khusus untuk penderita sindrom nefrotik dengan
diet tinggi protein rendah garam akan diberikan putih telur. Frekuensi dan
banyaknya pemberian putih telur tergantung dengan kadar albumin pada pasien
tersebut.
4 SN (Sindrom Nefrotik)
4.1 Assesmen
Assesmen permasalahan gizi penderita dilakukan melalui identifikasi
riwayat penyakit, berupa keluhan dan gejala penyakit penderita, yang dirasakan
secara subyektif, pemeriksaan antropometri, klinis, laboratorium dan pemeriksaan
lain yang mendukung. Kebiasaan makan penderita sebelum masuk rumah sakit
diperlukan untuk mengetahui masalah gizi pada domain behaviour.
normal yang disebabkan oleh tingginya ekskresi. Kadar albumin pasien sangat
rendah (Hipoalbuminemia), hal tersebut terjadi akibat proteinuri (protein yang
terkandung pada urin) dengan protein yang keluar 3.6 g perhari.
4.3 Patofisiologi
Sindrom nefrotik adalah kumpulan manifestasi penyakit yang ditandai oleh
ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat
meningkatnya permeabilitas membran kapiler glomerulus. Kehilangan protein
melalui urin yang ditandai oleh proteinuria (>3.5g protein/24 jam) menyebabkan
hipoalbuminemia yang diikuti oleh edema (retensi air), hipertensi, hiperlipidemia,
anoreksia dan rasa lemah. Patofisiologi Sindrom Nefrotik dapat dilihat pada
Gambar 2.
Hipoalbuminemia
Ginjal Kompenasi dengan
cara meningkatkan
retensi natrium dan air
Hipovolemia Edema
dan Asites
Hipertensi
Gambar 2 Patofisiologi Sindrom Nefrotik
Total cairan dalam bentuk minum yang dapat diterima Os adalah 1 100 ml,
dikurangi kebiasaan pasien minum susu sehari 2 x 180 ml (360 ml) sehingga
pasien hanya dapat minum air mineral sebanyak 740 ml sehari. Os dalam sehari
hanya dapat minum air mineral sebanyak 3 kali dengan setiap kali minum kurang
lebih 250 ml atau setara dengan satu gelas belimbing.
Protein
17% 13%
Lemak
22%
Karbohidrat
48%
Kekurangan
9% 14%
Protein
Lemak
23%
Karbohidrat
54% Kekurangan
Kontribusi lemak pada hari ketiga kurang dari kebutuhan lemak pasien yaitu
sebesar 20%.
Kontribusi asupan karbohidrat terhadap kebutuhan energi pada hari ketiga
sedikit menurun dari hari kedua yaitu dari 54% menjadi 46%. Kontribusi
karbohidrat pada hari ketiga belum mencukupi kebutuhan karbohidrat pasien yaitu
sebesar 65%. Hal tersebut terjadi karena pasien jarang menghabiskan nasi,
sehingga kebutuhan karbohidratnya belum tercukupi. Grafik kontribusi zat gizi
dapat dilihat pada Gambar 7.
Kontribusi Zat Gizi Hari ke-3 An.I
10%
Protein
33% 12%
Lemak
Karbohidrat
46% Kekurangan
Berdasarkan Gambar 7 asupan zat gizi makro pada hari ketiga masih
belum mencukupi kebutuhan. Kekurangan zat gizi makro pada hari ketiga masih
cukup tinggi yaitu 32%, hal tersebut disebabkan oleh Os yang tidak memakan
hidangan makan siang. Os terlalu sibuk bermain game pada siang hari sehingga
sulit untuk dibujuk makan.
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
[PERSAGI] Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Kamus Gizi. Jakarta (ID): PT
Kompas Media Nusantara.
Almatsier S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier S. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta (ID):
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid
1. Jakarta: PT Dian Rakyat.
LAMPIRAN
20
Asupan: Asupan:
Selingan sore Makan Malam nasi, ayam bacem, putel, tahu,
E = 0 Kal P =0g sup telur puyuh, buah
L=0 g KH = 0 g E = 175 Kal P = 8.5 g
L = 7.4 g KH = 27.7 g
Hari ke-2
Asupan:
Asupan:
Selingan sore
Makan Malam nasi, telur tersembunyi, putel,
E = 0 Kal P =0g
rolled tahu, bening bayam, buah
L=0 g KH = 0 g E = 339 Kal P = 16.5 g
L = 8.2 g KH = 48.6 g
Hari ke-3
Asupan: Asupan:
Asupan: Selingan pagi kue lapis Makan Siang nasi, ayam goreng, putel,
Makan Pagi: Nasi putih, semur ayam, E = 25 Kal P = 0.5 g perkedel kentang, sup jamur
krengseng tempe, sup macaroni L = 0.4 g KH = 5.7 g E = 0 Kal P =0g
E = 243 Kal P = 15.9 g L=0g KH = 0 g
L = 2.8 g KH = 39.4 g
Asupan:
Makan Malam nasi, semur daging, putel, kare
Asupan: tempe, sup oyong soun, buah
Selingan sore E = 156 Kal P = 4.7 g
E = 54 Kal P =0g L = 1.5 g KH = 29.5 g
L=0 g KH = 14.1 g
1