Anda di halaman 1dari 20

MODUL

SURVEILANS KESEHATAN MATRA


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan dalam Mata Kuliah Surveilans Kesehatan
Masyarakat yang dibina Oleh Ibu Arinil Hidayah, M.Kes.

Oleh :
Khoirunnisa Mardiah Sari 17030014
Wirda Cahyati 17030016

PROGRAM STUDI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
PADANGSIDIMPUAN
2020
KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmat-Nya modul yang
berjudul ” Surveilans Kesehatan Matra ” ini dapat selesai dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Modul ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Surveilans Kesehatan
Masyarakat, dimana sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan, dan media internet
guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan modul
ini.

Semoga modul ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca khususnya
mahasiswa Universitas Aufa Royhan Padangsidimpuan dan bermanfaat untuk pembangunan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padangsidimpuan, 14 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2

2.1 Pengertian Kesehatan Matra..........................................................................................2

2.2 Dasar Hukum..................................................................................................................2

2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Matra...................................................................................3

2.3.1 Kesehatan Lapangan...............................................................................................3

2.3.2 Kesehatan Kelautan dan Bawah Air.......................................................................6

2.3.3 Kesehatan Kedirganteraan...................................................................................11

BAB III PENUTUP..............................................................................................................16

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................16

3.2 Saran..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1215/ Menkes/SK/XI/2001 tentang


pedoman kesehatan matra pasal 1 menyebutkan bahwa Kesehatan Matra adalah bentuk
khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
dalam lingkungan matra yang serba berubah. Matra adalah berpindahnya/perubahan dari satu
tempat ke tempat lain yang tidak sama tempatnya dan berpengaruh terhadap pelaksanaan
kegiatan manusia dalam lingkungan tersebut.
            Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap
lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup kesehatan
matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan
kedirgantaraan.
            Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam
penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan dalam situasi
khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan dalam penanggulangan
keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat.
Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan pelayaran dan lepas pantai, kesehatan
penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di laut. Sedangkan
kesehatan kedirgantaraan meliputi kesehatan penerbangan dirgantara dan kesehatan dalam
operasi dan latihan militer dirgantara.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan kesehatan matra?
b. Apa saja dasar hukum mengenai kesehatan matra?
c. Apa saja ruang lingkup kesehatan matra?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Untuk mengetahui pengertian kesehatan matra
b. Untuk mengetahui dasar hukum mengenai kesehatan matra
c. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan matra

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Matra


   Matra adalah dimensi atau lingkungan atau wahana atau media tempat seseorang atau
sekelompok orang melangsungkan hidup serta melaksanakan kegiatan. Kondisi matra
adalah keadaan dari seluruh aspek pada matra yangserba berubah dan berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan kegiatan manusia yang hidup dalam
lingkungan tersebut. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan fisikdan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan
yang berubah secara bermakna baik di lingkungan darat, laut dan udara. Kesehatan
Kedirgantaraanadalah kesehatan matra yang berhubungan dengan penerbangan dan
kesehatanruang angkasa dengan keadaan lingkungan yang bertekanan rendah (hipobarik)
(NafsiahMboi, 2013).Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Pasal 1, ayat 1 dan 2,
No.1215Tahun 2001 tentang Pedoman Kesehatan Matra, jenis-jenis kesehatan matra
meliputi :
a. Kesehatan lapangan
b. Kesehatan kelautan dan bawah air
c. Kesehatan kedirgantaraan.

2.2 Dasar Hukum


1. Kesehatan Matra
a. Pasal 97 – UU no. 36/2009
(1) Kesehatan matra sebagai bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam
lingkungan matra yang serba berubah maupun di lingkungan darat, laut dan
udara.
(2) Kesehatan matra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah
air, serta kesehatan kedirgantaraan.
(3) Penyelenggaraan kesehatan matra harus dilaksanakan sesuai dengan standar
dan persyaratan
(4) Ketentuan mengenai kesehatan matra sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
diatur dengan Peraturan Menteri

2
b. KEPMENKES RI NO: 1215/MENKES/SK/XI/2001 tentang Pedoman Kesehatan
Matra
2. Landasan Hukum Surveilans
a. UU nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b. UU nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
c. UU nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah
d. UU nomor 25 tahun 2000 tentang Propenas
e. PP nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom
 Butir J kewenangan pusat : Surveilans Epidemiologi, Pengaturan
pemberantasan dan penanggulangan wabah, penyakit menular dan KLB.

2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Matra


Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap
lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup kesehatan
matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan
kedirgantaraan.

2.3.1 Kesehatan Lapangan


Kesehatan matra darat, disebut dengan kesehatan lapangan yang meliputi kegiatan :
a. Kesehatan Haji
Sasaran : CJH, petugas Kesehatan dan non kesehatan
Kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan awal dan akhir
 Promosi kesehatan
 Peningkatan Kesehatan fisik dan mental
 Imunisasi
 Surveilen Epidemiologi Penyakit
 Higiene dan Sanitasi
 Pelayanan Medik dan Keperawatan
 Pelayanan Evakuasi danrujukan
 Identifikasi dan Administrasi jenazah
 Pelayanan Safari wukuf

3
 Penanggulangan KLB
 Perbekalan Kesehatan
 Pencatatan dan pelaporan.
b. Kesehatan Transmigrasi
Sasaran : Calon transmigran dan petugas pendamping
Kegiatan :
 Pemeriksaan Kesehatan
 Promosi Kesehatan
 Surveilen Epidemiologi Penyakit
 Imunisasi

 Pelayanan Medik dan keperawatan
 Evakuasi dan rujukan
 Pencatatan dan pelaporan
 Pencegahan penyakit potensial KLB
 Pelaksanaan Higiene dan sanitasi
 Penyemprotan/fogging rumah
c. Kesehatan dalam Penanggulangan Korban Bencana
Sasaran : Korban, masyarakat, petugas rawan bencana
Kegiatan :
  Melaksanakan triage pada korban bencana
 Pelayanan medik kepada Korban
 Pelayanan kesehatan dasar pada pengungsi
  Pengawasan sanitasi umum
 Penyediaan jamban darurat
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit KLB
 Pengendalian vektor
 Promosi kesehatan
 Pembekalan kesehatan
 Evakuasi dan rujukan
 Pencatatan dan pelaporan
d. Kesehatan di Bumi Perkemahan
Sasaran : Peserta dan petugas pendamping

4
Kegiatan :
 Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan
 Promosi kesehatan
 Higiene dan sanitasi lingkungan
 Surveilen Epidemiologi penyakit
 Pelayanan medik dan keperawatan
  Evakuasi dan rujukan
 Pencatatan dan pelaporan
e. Kesehatan dalam Penanggulangan Gangguan Keamanan Ketertiban Masyarakat
Sasaran : Masyaakat yang terkena gangguan kamtibmas
Kegiatan :
 Pelatihan P3K
 Promosi kesehatan
 Penanganan gizi
  Kesehatan Jasmani
  Evakuasi dan rujukan
 Penyiapan logistik kesehatan
 Identifikasi korban dan akibat/sebab
 Pencatatan dan pelaporan
f. Kesehatan Lintas Alam
Sasaran : Peserta lintas alam
Kegiatan :
 Pemeriksaan Kesehatan
 Promosikesehatan
 Klimatologi lokasi lintas alam
 Penanganan kecelakaan latihan
 Pelayanan medik dan keperawatan
  Evaluasi dan rujukan
g. Kesehatan Bawah Tanah
Sasaran : Tenaga kerja, petugas pertambangan bawah tanah
Kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan dan promosi kesehatan

5
 Pelatihan P3K
 Higiene dan sanitasi
 Penyiapan logistik kesehatan
 Pelayanan kesehatan medik dan keperawatan
h. Kesehatan dalam Situasi Khusus
Sasaran : Masyarakat yang terpajan dan petugas
Kegiatan :
 Promosi kesehatan
 Penyediaan sarana sanitasi dasar
  Surveilen Epidemiologi
   Pelayanan medik dan keperawatan
   Evakuasi dan rujukan
 Pencatatan dan pelaporan
i. Kesehatan dalam Operasi dan Latihan Militer di Darat
Sasaran : Anggota militer, petugas kesehatan dan masyarakat
Kegiatan :
 Pemeriksaan kesehatan
 Penanganan kasus kegawatdaruratan
 Pelayanan kesehatan dan keperawatan
  Promosi kesehatan
 Pelayanan sanitas idasar
 Pemulihan gizi dan kesehatan
  Evakuasi dan rujukan
  Logistik kesehatan

2.3.2 Kesehatan Kelautan dan Bawah Air


Kesehatan kelautan dan bawah air sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi :
1. Kesehatan penyelaman dan hiperbarik
a. Pengertian Penyelaman
Menyelam/Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan
air,dengaan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik
fisik maupun biologi.

6
b. Pengertian Hiperbarik
Hiperbarik adalah sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam sebuah
chamber atau ruangan bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1 atmosfer.
Pasien berada di dalam chamber selama beberapa jam untuk menghirup
oksigen murni. Pasien diberikan 3x30 menit untuk menghirup oksigen.
c. Perubahan Fisiologis Organ pada Peselam
 Paru-paru akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap
peningkatan CO2
 Jantung akan terjadi bradikardi dan aritmia, turunnya cardiacoutput,
tekanan arteri menurun, sistemik vaskular resistance, menurunnya
kapasitas kerja jantung.
 Otak: terjadi penurunan intelektual, psikomotor dan psiko sensorial
secara bertahap. Perubahan elektro fisiologik dan perubahan
neurotransmission.
 Mata : akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali
dari pada di udara sehingga benda terlihat 25% lebih besar dan lebih
dekat  (Hiperopia ± 40 dioptri).
 Telinga : nilai ambang pendengaran naik 40 sd 75 db. Konduksi tulang
merupakan hantaran utama  pada pendengaran.
d. Potensial Bahaya Biologi
Lingkungan bawah laut memiliki potensial hazard biologi antara lain
binatang laut yang berbahaya karena sengatan atau gigitannya. Untuk
mengantisipasi keparahan penyakit akibat sengatan atau gigitan maka dokter
perlu mengetahui penatalaksanaan penyakitnya.
e. Faktor – Faktor yang Memperberat Risiko Penyelam
1) Faktor Peselam (SDM)
 Kondisi Fisik
 Kondisi Mental
2) Faktor Peralatan
 Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan
snorkling
 Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat

7
 Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat, pakaian selam, pengukur kedalaman,
jam selam, pisau selam, tas kemas
3) Faktor Lingkungan
 Tekanan tinggi
 Binatang laut berbahaya
 Suhu rendah
2. Kesehatan dalam Operasi dan Latihan Militer di Laut
(Sasaran : person militer, petugas kesehatan, masyarakat)
a. Kegiatan
 Pemeriksaan kesehatan pelayanan  medik dan keperawatan
 Promosi kesehatan
 Kesemaptaan jasmani
 Sarana sanitasi dasar
 Pemulihan kesehatan dan gizi
 Evaluasi dan rujukan logistik kesehatan
 Logistik kesehatan
 SDM
b. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan
 Cuaca
 Jenis latihan/operasi
 Jumlah personel
 Kejadian kecelakaan,cidera, cacat, mati
 Logistik, prasarana dan sarana kesehatan
 SDM   
(Sasaran : Peserta, masyarakat terpajan, petugas)
c. Kegiatan
 Promosi kesehatan
 Sarana sanitasi dasar
 Surveilans epidemiologi penyakit
 Pelayanan medik dan keperawatan
 Evakuasi dan rujukan

8
 Pencatatan dan pelaporan
3. Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai
a. Manifestasi Pengaruh Lingkungan Pelayaran
 Semakin dalam laut; Suhu Udara dalam laut makin rendah dan kelembaban
yang tinggi sehingga tekanan udara  semakin  besar; sehingga goncangan
kapal makin kuat dan penumpang lebih banyak mengalami mabuk yang
disebabkan antara lain oleh peningkatan produksi urin, pembesaran prostat,
perut kembung.
 Dehidrasi karena pengeluaran urin yang berlebihan, apabila jika tidak
diimbangi dengan minum secukupnya maka akan terjadi dehidrasi dimana
keadaan tubuh manusia kehilangan dan kekurangan cairan yang diikuti pula
dengan kehilangan dan berkurangnya garam dalam tubuh.
 Hipoksia adalah suatu keadaan dimana darah berkurang kadar zat asam atau
oksigennya sehingga berakibat sel-sel dalam tubuh juga kekurangan
oksigen sehingga fungsinya terganggu dan menurun.
b. Aspek Mental (Pengaruh Neuropsikologis)
 Mabuk Laut
Kapal beserta isinya dapat mengalami dorongan atau
goncangankesegala arah, apabila menghadapi cuaca buruk dengan
hujan berat dan angin kencang. Kondisi tersebut akan menyebabkan
kapal dapat terombang ambing dan menyebabkan terjadinya gangguan
terhadap aliran cairan didalam alat vestibular, sehingga menimbulkan
mabuk laut.
 Jam Biologis
Kecepatan kapal berlayar dapat mengubah dan mengganggu jam
biologis seseorang sehingga perlu diperhatikan berbagai akibat yang
ditimbulkannya. Terutama yang berkaitan dengan berkurangnya
efisiensi kerja dan penurunan daya tahan tubuh karena kelelahan atau
kurang tidur.
 Adanya goncangan dan bising dalam kapal
Menyebabkan penumpang mengalami kurangnya nafsu makan sehingga
terjadi dehidrasi dan perut mual/kembung. Hal ini menyebabkan
ketidaknyamanan penumpang dan secara psikologis akan terganggu

9
seperti penumpang akan sulit untuk berpikir, mudah tersinggung,
gelisah, sulit untuk beristirahat, dll.
 Kelelahan
Hal ini mengakibatkan efisiensi kerja menurun secara progresif disertai
perasaan tidak enak badan, penurunan daya tahan tubuh, dan efisiensi
jasmani dan daya pikir. Kelelahan muncul antara lain karena perjalan
yang panjang, menunggu, persiapan yang kurang,dll.
 Penurunan daya tahan tubuh dan sakit berat
Dapat berdampak pada timbulnya banyak penyakit yang dialami oleh
penumpangseperti ISPA, gejala dari bronkopnemonia (batuk pilek
berat, sakit kepala, demam tinggi, tidak nafsu makan dan minum,lemah
serta mudah diare).
c. Masalah Kesehatan
 Wanita yang sedang hamil
Akan mengalami stress fisik dan psikologis yang akan dihadapi karena
kelompok ini biasanya rawan terhadap akibat yang tidak diinginkan.
Tidak tertutup kemungkinan terjadinya abortus atau kelahiran
premature.
 Menunda Haid
Sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti tidak ada tempat
khusus untuk membuang pembalut, kurangnya ketersediaan air yang
steril,dll.
 Terjadinya penularan penyakit
Perjalanan yang cukup jauh, area yang terbatas, sanitasi lingkungan
yang buruk/ kotor mendukung terjadinya penularan penyakit dari orang
keorang/ hewan ke orang. Seperti penyakit Influensa, kolera, dll.
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit menular
ini adalah :
 Imunisasi : TB, Hepatitis
 Sanitasi : Kolera, kolera Eltore, Tifus Abdomenalis, paratifus,
disentri basiler, hepatitis, poliomyelitis
 Kontrol Vektor : Pes, demam kuning, tifus bercak wabah
 Hiegiene perorangan : AIDS, SARS flu burung

10
 Rasa takut dan cemas
Banyak orang mempunyai rasa takut atau cemas dengan perjalanan laut
karena berbagai alas an terutama waktu perjalan yang akan ditempuh
dengan cukup lama. Hal ini menyebabkan penumpang mudah untuk
mengalami stress dan tidak menikmati perjalanan.

2.3.3 Kesehatan Kedirganteraan


Kesehatan kedirgantaraan sebagaimana dimaksud di atas meliputi :
a. Kesehatan penerbangan di dirgantara
b. Kesehatan dalam operasi dan latihan militer di dirgantara.
c. Penyakit akibat matra kedirgantaraan beserta stressor
Stressor matra kedirgantaraan antara lain dengan adanya faktor geofisika, geografi,
biologi, sosial, mekanik dan fisika.
Gangguan atau penyakit yang dapat timbul antara lain :
3. Gaya akselerasi
Yaitu perubahan dari kecepatan besar dan arah yang besar. Dampak dari gaya
akselerasi :
a. Pandangan kabur menyempit (Grayout)
b. Pandangan gelap (Black out)
c. Kongesti retina (Red out)
d. Syok, tidak sadar, kejang dan aritmia
e. Gangguan pernapasan, nyeri, pembuluh darah robek
f. Kesulitan gerak, keterampilan menurun
Teknik perlindungan dari gaya akselerasi yang berlebihan adalah dengan cara :
a. StrainingManeuvers atau M1 - L1
b. G Suit
c. Reorientasi posisi tubuh
d. PositivePressureBreathing.
4. Penyakit dekompresi
Yaitu gejala yang timbul sebagai akibat dari penguapan gas atau pengembangan
gas dalam rongga tubuh,pada waktu tekanan udara luar menurun. Dapat dicegah
dengan :
a. Mempertahankan berat badan ideal
b. Tingkat kesamaptaan jasmani yang tinggi

11
c. Denitrogenasi.
Pengobatan dekompresi dengan cara :
a. Masker O2 100%
b. Segera mendarat
c. Posisi terlentang
d. Tindakan medis yang sesuai gejala.
5. Hipoksia di penerbangan
Yaitu suatu sindrom yang terjadi secara akut sebagai akibat dari tidak
adekuatnyaoksigenisasi jaringan yang merupakan kelanjutan dari menurunnya
tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihisap pada pernapasan. Dapat
menyebabkan gangguan,kerusakan bahkan kematian sel otak. Kumpulan gejala
yang biasa dijumpai antara lain :
a. Perasaan aneh atau pusing
b. Euphoria, sikap dan psikis yang tidak menentu
c. Gangguan penglihatan (hilangnya penglihatan tepi,suram,kabur dan
berkurangnya penglihatan malam)
d. Respons yg berkurang pada komunikasi verbal
e. Pelupa dan bertindak masa bodoh
f. Kesulitan mengontrol pesud
g. Sakit kepala dan mual (hipoksia ringan)
h. Hilang kesadaran (hipoksia berat)
Pencegahan dan penangulanganhipoksia :
Pengobatan adalah pemberian O2 100% pada udara inhalasi
a. Bila pernapasan terhenti pernapasan artifisial perlu diberikan bersama-
sama dengan pemberian 100% O2
b. Bila ada kegagalan sirkulasi perifer maka sebabnya harus dicari dahulu
baru pengobatan diberikan sesuai dengan apa yang ditemukan
c. Pencegahan hiperventilasi pada personil penerbangan terletak pada
d. indoktrinasi, pengajaran pemakaian perlengkapan oksigen dengan tepat
e. Recoveryhypoxia akan berlangsung cepat bila kebutuhan O2 segera
diberikan
f. Ambang kesadaran individu akan segera dicapai setelah pemberian O2
dalam waktu 15 detik

12
g. Pengalaman memperlihatkan bila penderita hipoksia bernapas dalam
menggunakan O2 dia mungkin mengalami rasa pusing sejenak, tetapi
akan segera hilang dan disertai dengan kembalinya semua fungsi
menjadi normal namun performance dapat terganggu untuk waktu 1
sampai 2 jam setelah hipoksia berat.
6. Bising atau fibrasi
Yaitu suara yang tidak nyaman, tidak dikehendaki dan dapat merusak fungsi
pendengaran. Dapat dilakukan pencegahan dengan :
a. Menggunakan alat pelindung telinga
 Earplug
 Earmuff
 Helmet
b. Ruangan kedap suara
c. Ceramah dan pamflet
d. Medex.
7. Ritme sirkardian atau jet lag
Yaitu stres yang dialami setelah melewati beberapa daerah waktu (time zone)
dengan menggunakan pesawat udara. Gejala yang dapat timbul bervariasi
tergantung individu, antara lain :
a. Gangguan pola tidur
b. Konsentrasi terganggu
c. Pola pikir berubah
d. Motivasi dan kinerja berkurang
e. Lelah, letih, lesu, lemah dan dehidrasi
Jet lag yang bersifat normal, berlangsung sementara dan dapat cepat
pulih dalam waktu singkat. Jet lag dapat mengenai setiap penumpang
pada penerbangan jarak jauh (long haul flight), 94% penumpang
mengalaminya dan 45% dengan kategori jet lag berat. Upaya
meringankan jet lagdiantaranya :
 Diet anti jet lag
 Pengaturan tugas terbang
 Waktu istirahat
 Waktu tidur

13
 Obat-obat untuk mengurangi pengaruh jet lag.
8. Motionsickness
Yaitu suatu kumpulan gejala yang terdiri dari :
a. Lemas
b. Pucat
c. Keringat dingin
d. Menguap
e. Sakit kepala
f. Daya pikir menurun
g. Mual dan muntah
Sebagai reaksi terhadap rangsangan gerak yang belum terbiasa. Tindakan yang
dapat dilakukan apabila terjadi motionsickness adalah :
1) Latihan
a. Adaptasi, tingkatkan jam terbang
b. Motivasi terbang diciptakan
2) Penyesuaian ringan
a. Makan sedikit
b. Usahakan suhu udara dalam kokpit tetap dingin
c. Melihat kedalam atau keluar kokpit
d. Terbang lurus dan bertingkat
3) Obat Anti Mabuk
a. Kombinasi parasimpatolitik dengan simpatomimetik
b. TransdermScopolamine 0,5 mg (Koyo pada postauricularpatch)
4) Teknik Relaksasi
a. Desensitisasibiofeedback
b. Mental imagery
c. Pengendalian pernapasan
9. Disorientasi
Yaitu berkurangnya kemampuan (interaksi = instrument-manusia-media)
seseorang untuk menentukan posisinya terhadap permukaan bumi, atau dengan
benda-benda di lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dapat dilakukan apabila
disorientasi terjadi adalah :
a. Kewaspadaan untuk menghadapinya bila hal tersebut terjadi

14
b. Mata merupakan satu-satunya alat orientasi yang dapat dipercaya
c. Latih keterampilan terbang instrumen.
10. Nightflight
Yaitu kemampuan mata penerbang untuk :
a. Visual acuity : dapat menemukan sasaran
b. Colorvision : dapat mengidentifikasi signalflares
c. Deepperception : mampu mendarat dan tinggal landas dengan aman
d. Nightvision : berguna maksimal pada operasi malam
Berikut ini adalah ciri khas penglihatan malam :
a. Ketajaman penglihatan sangat rendah, hanya tampak bayangan hitam
atau siluet
b. Susah membedakan warna
c. Pusat penglihatan tidak pada fokus (sentral), melainkan terkonsentrasi
pada bagian perifer ±20° dari sentral (tidak memandang langsung)
d. Dengan kekuatan cahaya yang sama dan diturunkan perlahan-lahan
maka warna yang menghilang lebih dahulu adalah merah, oranye,
kuning, hijau, biru kemudian violet
 Warna merah dapat membantu adaptasi gelap
 Hipoksia menurunkan kemampuan melihat
 Mengalami Night Myopia dan Autokinetik Phenomenon
(waspada).

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap
lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup kesehatan
matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan
kedirgantaraan.
Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam
penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan dalam situasi
khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan dalam penanggulangan
keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat.
Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan pelayaran dan lepas pantai, kesehatan
penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di laut. Sedangkan
kesehatan kedirgantaraan meliputi kesehatan penerbangan dirgantara dan kesehatan dalam
operasi dan latihan militer dirgantara.

3.2 Saran
Dengan adanya pemahaman mengenai Kesehatan Matra dan Ruang Lingkup Kesehatan
Matra, maka diharapkan adanya upaya kesehatan yang berguna untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental terhadap lingkungan yang berubah, baik di lingkungan darat,
laut dan udara, sehingga bermanfaat secara menyeluruh terhadap Kesehatan Masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arnold dan dkk .2002. A member of theholderheadlinegroup. Great Britain :


DivingSubaquaticMedicine.
Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 . Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. Jakarta.
Fiskes.2013.Hiperbarik.http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2013/08/hiperbari
k-oksigen-terapi.html, (diakses, tanggal 17 Maret 2016)
Larn Richard dan WhistlerRex .1993. Commercial Diving Manual. USA : Best Publishing
Company.
Mboi, Nafsiah. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2013 Tentang Kesehatan Matra. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Rooses, Anisa. 2012. Matra Laut dan Udara. http://www.scribd.com/doc/94954566/Matra-
Laut-dan-Udara (diakses, tanggal 17 Maret 2016)
Sujudi, Achmad. 2001. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 215/
Menkes/ Sk/ Xi/ 2001 Tentang Pedoman Kesehatan Matra. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Susan dan SupondhaErick .2012. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena Pajanan
Hiperbarik dan Penyakit Lain Akibat Penyelaman.(online),
(http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2012/09/tatalaksana-penyakit-
akibat-kerja.html, (diakses, tanggal 17 Maret 2016)
Yapor Y dan Wesley .2002. On-Site of ScubaDivingandBoatingEmergencies. USA :
Diversificationseries.

17

Anda mungkin juga menyukai