Oleh :
Khoirunnisa Mardiah Sari 17030014
Wirda Cahyati 17030016
i
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat nikmat-Nya modul yang
berjudul ” Surveilans Kesehatan Matra ” ini dapat selesai dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Modul ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Surveilans Kesehatan
Masyarakat, dimana sumber materi diambil dari beberapa media pendidikan, dan media internet
guna menunjang keakuratan materi yang nantinya akan disampaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan modul
ini.
Semoga modul ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi pembaca khususnya
mahasiswa Universitas Aufa Royhan Padangsidimpuan dan bermanfaat untuk pembangunan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. KEPMENKES RI NO: 1215/MENKES/SK/XI/2001 tentang Pedoman Kesehatan
Matra
2. Landasan Hukum Surveilans
a. UU nomor 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
b. UU nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
c. UU nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah
d. UU nomor 25 tahun 2000 tentang Propenas
e. PP nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom
Butir J kewenangan pusat : Surveilans Epidemiologi, Pengaturan
pemberantasan dan penanggulangan wabah, penyakit menular dan KLB.
3
Penanggulangan KLB
Perbekalan Kesehatan
Pencatatan dan pelaporan.
b. Kesehatan Transmigrasi
Sasaran : Calon transmigran dan petugas pendamping
Kegiatan :
Pemeriksaan Kesehatan
Promosi Kesehatan
Surveilen Epidemiologi Penyakit
Imunisasi
Pelayanan Medik dan keperawatan
Evakuasi dan rujukan
Pencatatan dan pelaporan
Pencegahan penyakit potensial KLB
Pelaksanaan Higiene dan sanitasi
Penyemprotan/fogging rumah
c. Kesehatan dalam Penanggulangan Korban Bencana
Sasaran : Korban, masyarakat, petugas rawan bencana
Kegiatan :
Melaksanakan triage pada korban bencana
Pelayanan medik kepada Korban
Pelayanan kesehatan dasar pada pengungsi
Pengawasan sanitasi umum
Penyediaan jamban darurat
Pencegahan dan pemberantasan penyakit KLB
Pengendalian vektor
Promosi kesehatan
Pembekalan kesehatan
Evakuasi dan rujukan
Pencatatan dan pelaporan
d. Kesehatan di Bumi Perkemahan
Sasaran : Peserta dan petugas pendamping
4
Kegiatan :
Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan
Promosi kesehatan
Higiene dan sanitasi lingkungan
Surveilen Epidemiologi penyakit
Pelayanan medik dan keperawatan
Evakuasi dan rujukan
Pencatatan dan pelaporan
e. Kesehatan dalam Penanggulangan Gangguan Keamanan Ketertiban Masyarakat
Sasaran : Masyaakat yang terkena gangguan kamtibmas
Kegiatan :
Pelatihan P3K
Promosi kesehatan
Penanganan gizi
Kesehatan Jasmani
Evakuasi dan rujukan
Penyiapan logistik kesehatan
Identifikasi korban dan akibat/sebab
Pencatatan dan pelaporan
f. Kesehatan Lintas Alam
Sasaran : Peserta lintas alam
Kegiatan :
Pemeriksaan Kesehatan
Promosikesehatan
Klimatologi lokasi lintas alam
Penanganan kecelakaan latihan
Pelayanan medik dan keperawatan
Evaluasi dan rujukan
g. Kesehatan Bawah Tanah
Sasaran : Tenaga kerja, petugas pertambangan bawah tanah
Kegiatan :
Pemeriksaan kesehatan dan promosi kesehatan
5
Pelatihan P3K
Higiene dan sanitasi
Penyiapan logistik kesehatan
Pelayanan kesehatan medik dan keperawatan
h. Kesehatan dalam Situasi Khusus
Sasaran : Masyarakat yang terpajan dan petugas
Kegiatan :
Promosi kesehatan
Penyediaan sarana sanitasi dasar
Surveilen Epidemiologi
Pelayanan medik dan keperawatan
Evakuasi dan rujukan
Pencatatan dan pelaporan
i. Kesehatan dalam Operasi dan Latihan Militer di Darat
Sasaran : Anggota militer, petugas kesehatan dan masyarakat
Kegiatan :
Pemeriksaan kesehatan
Penanganan kasus kegawatdaruratan
Pelayanan kesehatan dan keperawatan
Promosi kesehatan
Pelayanan sanitas idasar
Pemulihan gizi dan kesehatan
Evakuasi dan rujukan
Logistik kesehatan
6
b. Pengertian Hiperbarik
Hiperbarik adalah sebuah terapi oksigen yang dilakukan dalam sebuah
chamber atau ruangan bertekanan udara tinggi yaitu lebih dari 1 atmosfer.
Pasien berada di dalam chamber selama beberapa jam untuk menghirup
oksigen murni. Pasien diberikan 3x30 menit untuk menghirup oksigen.
c. Perubahan Fisiologis Organ pada Peselam
Paru-paru akan terjadi hipoventilasi dan penurunan respons terhadap
peningkatan CO2
Jantung akan terjadi bradikardi dan aritmia, turunnya cardiacoutput,
tekanan arteri menurun, sistemik vaskular resistance, menurunnya
kapasitas kerja jantung.
Otak: terjadi penurunan intelektual, psikomotor dan psiko sensorial
secara bertahap. Perubahan elektro fisiologik dan perubahan
neurotransmission.
Mata : akibat dari pancaran sinar akan terjadi indeks refraksi 1,3 kali
dari pada di udara sehingga benda terlihat 25% lebih besar dan lebih
dekat (Hiperopia ± 40 dioptri).
Telinga : nilai ambang pendengaran naik 40 sd 75 db. Konduksi tulang
merupakan hantaran utama pada pendengaran.
d. Potensial Bahaya Biologi
Lingkungan bawah laut memiliki potensial hazard biologi antara lain
binatang laut yang berbahaya karena sengatan atau gigitannya. Untuk
mengantisipasi keparahan penyakit akibat sengatan atau gigitan maka dokter
perlu mengetahui penatalaksanaan penyakitnya.
e. Faktor – Faktor yang Memperberat Risiko Penyelam
1) Faktor Peselam (SDM)
Kondisi Fisik
Kondisi Mental
2) Faktor Peralatan
Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan
snorkling
Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat
7
Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi
apung sabuk pemberat, pakaian selam, pengukur kedalaman,
jam selam, pisau selam, tas kemas
3) Faktor Lingkungan
Tekanan tinggi
Binatang laut berbahaya
Suhu rendah
2. Kesehatan dalam Operasi dan Latihan Militer di Laut
(Sasaran : person militer, petugas kesehatan, masyarakat)
a. Kegiatan
Pemeriksaan kesehatan pelayanan medik dan keperawatan
Promosi kesehatan
Kesemaptaan jasmani
Sarana sanitasi dasar
Pemulihan kesehatan dan gizi
Evaluasi dan rujukan logistik kesehatan
Logistik kesehatan
SDM
b. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan
Cuaca
Jenis latihan/operasi
Jumlah personel
Kejadian kecelakaan,cidera, cacat, mati
Logistik, prasarana dan sarana kesehatan
SDM
(Sasaran : Peserta, masyarakat terpajan, petugas)
c. Kegiatan
Promosi kesehatan
Sarana sanitasi dasar
Surveilans epidemiologi penyakit
Pelayanan medik dan keperawatan
Evakuasi dan rujukan
8
Pencatatan dan pelaporan
3. Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai
a. Manifestasi Pengaruh Lingkungan Pelayaran
Semakin dalam laut; Suhu Udara dalam laut makin rendah dan kelembaban
yang tinggi sehingga tekanan udara semakin besar; sehingga goncangan
kapal makin kuat dan penumpang lebih banyak mengalami mabuk yang
disebabkan antara lain oleh peningkatan produksi urin, pembesaran prostat,
perut kembung.
Dehidrasi karena pengeluaran urin yang berlebihan, apabila jika tidak
diimbangi dengan minum secukupnya maka akan terjadi dehidrasi dimana
keadaan tubuh manusia kehilangan dan kekurangan cairan yang diikuti pula
dengan kehilangan dan berkurangnya garam dalam tubuh.
Hipoksia adalah suatu keadaan dimana darah berkurang kadar zat asam atau
oksigennya sehingga berakibat sel-sel dalam tubuh juga kekurangan
oksigen sehingga fungsinya terganggu dan menurun.
b. Aspek Mental (Pengaruh Neuropsikologis)
Mabuk Laut
Kapal beserta isinya dapat mengalami dorongan atau
goncangankesegala arah, apabila menghadapi cuaca buruk dengan
hujan berat dan angin kencang. Kondisi tersebut akan menyebabkan
kapal dapat terombang ambing dan menyebabkan terjadinya gangguan
terhadap aliran cairan didalam alat vestibular, sehingga menimbulkan
mabuk laut.
Jam Biologis
Kecepatan kapal berlayar dapat mengubah dan mengganggu jam
biologis seseorang sehingga perlu diperhatikan berbagai akibat yang
ditimbulkannya. Terutama yang berkaitan dengan berkurangnya
efisiensi kerja dan penurunan daya tahan tubuh karena kelelahan atau
kurang tidur.
Adanya goncangan dan bising dalam kapal
Menyebabkan penumpang mengalami kurangnya nafsu makan sehingga
terjadi dehidrasi dan perut mual/kembung. Hal ini menyebabkan
ketidaknyamanan penumpang dan secara psikologis akan terganggu
9
seperti penumpang akan sulit untuk berpikir, mudah tersinggung,
gelisah, sulit untuk beristirahat, dll.
Kelelahan
Hal ini mengakibatkan efisiensi kerja menurun secara progresif disertai
perasaan tidak enak badan, penurunan daya tahan tubuh, dan efisiensi
jasmani dan daya pikir. Kelelahan muncul antara lain karena perjalan
yang panjang, menunggu, persiapan yang kurang,dll.
Penurunan daya tahan tubuh dan sakit berat
Dapat berdampak pada timbulnya banyak penyakit yang dialami oleh
penumpangseperti ISPA, gejala dari bronkopnemonia (batuk pilek
berat, sakit kepala, demam tinggi, tidak nafsu makan dan minum,lemah
serta mudah diare).
c. Masalah Kesehatan
Wanita yang sedang hamil
Akan mengalami stress fisik dan psikologis yang akan dihadapi karena
kelompok ini biasanya rawan terhadap akibat yang tidak diinginkan.
Tidak tertutup kemungkinan terjadinya abortus atau kelahiran
premature.
Menunda Haid
Sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti tidak ada tempat
khusus untuk membuang pembalut, kurangnya ketersediaan air yang
steril,dll.
Terjadinya penularan penyakit
Perjalanan yang cukup jauh, area yang terbatas, sanitasi lingkungan
yang buruk/ kotor mendukung terjadinya penularan penyakit dari orang
keorang/ hewan ke orang. Seperti penyakit Influensa, kolera, dll.
Pencegahan yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit menular
ini adalah :
Imunisasi : TB, Hepatitis
Sanitasi : Kolera, kolera Eltore, Tifus Abdomenalis, paratifus,
disentri basiler, hepatitis, poliomyelitis
Kontrol Vektor : Pes, demam kuning, tifus bercak wabah
Hiegiene perorangan : AIDS, SARS flu burung
10
Rasa takut dan cemas
Banyak orang mempunyai rasa takut atau cemas dengan perjalanan laut
karena berbagai alas an terutama waktu perjalan yang akan ditempuh
dengan cukup lama. Hal ini menyebabkan penumpang mudah untuk
mengalami stress dan tidak menikmati perjalanan.
11
c. Denitrogenasi.
Pengobatan dekompresi dengan cara :
a. Masker O2 100%
b. Segera mendarat
c. Posisi terlentang
d. Tindakan medis yang sesuai gejala.
5. Hipoksia di penerbangan
Yaitu suatu sindrom yang terjadi secara akut sebagai akibat dari tidak
adekuatnyaoksigenisasi jaringan yang merupakan kelanjutan dari menurunnya
tekanan parsial oksigen dalam udara yang dihisap pada pernapasan. Dapat
menyebabkan gangguan,kerusakan bahkan kematian sel otak. Kumpulan gejala
yang biasa dijumpai antara lain :
a. Perasaan aneh atau pusing
b. Euphoria, sikap dan psikis yang tidak menentu
c. Gangguan penglihatan (hilangnya penglihatan tepi,suram,kabur dan
berkurangnya penglihatan malam)
d. Respons yg berkurang pada komunikasi verbal
e. Pelupa dan bertindak masa bodoh
f. Kesulitan mengontrol pesud
g. Sakit kepala dan mual (hipoksia ringan)
h. Hilang kesadaran (hipoksia berat)
Pencegahan dan penangulanganhipoksia :
Pengobatan adalah pemberian O2 100% pada udara inhalasi
a. Bila pernapasan terhenti pernapasan artifisial perlu diberikan bersama-
sama dengan pemberian 100% O2
b. Bila ada kegagalan sirkulasi perifer maka sebabnya harus dicari dahulu
baru pengobatan diberikan sesuai dengan apa yang ditemukan
c. Pencegahan hiperventilasi pada personil penerbangan terletak pada
d. indoktrinasi, pengajaran pemakaian perlengkapan oksigen dengan tepat
e. Recoveryhypoxia akan berlangsung cepat bila kebutuhan O2 segera
diberikan
f. Ambang kesadaran individu akan segera dicapai setelah pemberian O2
dalam waktu 15 detik
12
g. Pengalaman memperlihatkan bila penderita hipoksia bernapas dalam
menggunakan O2 dia mungkin mengalami rasa pusing sejenak, tetapi
akan segera hilang dan disertai dengan kembalinya semua fungsi
menjadi normal namun performance dapat terganggu untuk waktu 1
sampai 2 jam setelah hipoksia berat.
6. Bising atau fibrasi
Yaitu suara yang tidak nyaman, tidak dikehendaki dan dapat merusak fungsi
pendengaran. Dapat dilakukan pencegahan dengan :
a. Menggunakan alat pelindung telinga
Earplug
Earmuff
Helmet
b. Ruangan kedap suara
c. Ceramah dan pamflet
d. Medex.
7. Ritme sirkardian atau jet lag
Yaitu stres yang dialami setelah melewati beberapa daerah waktu (time zone)
dengan menggunakan pesawat udara. Gejala yang dapat timbul bervariasi
tergantung individu, antara lain :
a. Gangguan pola tidur
b. Konsentrasi terganggu
c. Pola pikir berubah
d. Motivasi dan kinerja berkurang
e. Lelah, letih, lesu, lemah dan dehidrasi
Jet lag yang bersifat normal, berlangsung sementara dan dapat cepat
pulih dalam waktu singkat. Jet lag dapat mengenai setiap penumpang
pada penerbangan jarak jauh (long haul flight), 94% penumpang
mengalaminya dan 45% dengan kategori jet lag berat. Upaya
meringankan jet lagdiantaranya :
Diet anti jet lag
Pengaturan tugas terbang
Waktu istirahat
Waktu tidur
13
Obat-obat untuk mengurangi pengaruh jet lag.
8. Motionsickness
Yaitu suatu kumpulan gejala yang terdiri dari :
a. Lemas
b. Pucat
c. Keringat dingin
d. Menguap
e. Sakit kepala
f. Daya pikir menurun
g. Mual dan muntah
Sebagai reaksi terhadap rangsangan gerak yang belum terbiasa. Tindakan yang
dapat dilakukan apabila terjadi motionsickness adalah :
1) Latihan
a. Adaptasi, tingkatkan jam terbang
b. Motivasi terbang diciptakan
2) Penyesuaian ringan
a. Makan sedikit
b. Usahakan suhu udara dalam kokpit tetap dingin
c. Melihat kedalam atau keluar kokpit
d. Terbang lurus dan bertingkat
3) Obat Anti Mabuk
a. Kombinasi parasimpatolitik dengan simpatomimetik
b. TransdermScopolamine 0,5 mg (Koyo pada postauricularpatch)
4) Teknik Relaksasi
a. Desensitisasibiofeedback
b. Mental imagery
c. Pengendalian pernapasan
9. Disorientasi
Yaitu berkurangnya kemampuan (interaksi = instrument-manusia-media)
seseorang untuk menentukan posisinya terhadap permukaan bumi, atau dengan
benda-benda di lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dapat dilakukan apabila
disorientasi terjadi adalah :
a. Kewaspadaan untuk menghadapinya bila hal tersebut terjadi
14
b. Mata merupakan satu-satunya alat orientasi yang dapat dipercaya
c. Latih keterampilan terbang instrumen.
10. Nightflight
Yaitu kemampuan mata penerbang untuk :
a. Visual acuity : dapat menemukan sasaran
b. Colorvision : dapat mengidentifikasi signalflares
c. Deepperception : mampu mendarat dan tinggal landas dengan aman
d. Nightvision : berguna maksimal pada operasi malam
Berikut ini adalah ciri khas penglihatan malam :
a. Ketajaman penglihatan sangat rendah, hanya tampak bayangan hitam
atau siluet
b. Susah membedakan warna
c. Pusat penglihatan tidak pada fokus (sentral), melainkan terkonsentrasi
pada bagian perifer ±20° dari sentral (tidak memandang langsung)
d. Dengan kekuatan cahaya yang sama dan diturunkan perlahan-lahan
maka warna yang menghilang lebih dahulu adalah merah, oranye,
kuning, hijau, biru kemudian violet
Warna merah dapat membantu adaptasi gelap
Hipoksia menurunkan kemampuan melihat
Mengalami Night Myopia dan Autokinetik Phenomenon
(waspada).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Upaya kesehatan berguna untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental terhadap
lingkungan yang berubah baik di lingkungan darat, laut dan udara. Ruang lingkup kesehatan
matra adalah kesehatan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, kesehatan
kedirgantaraan.
Kesehatan lapangan meliputi kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan dalam
penanggulangan korban bencana, kesehatan di bumi perkemahan, kesehatan dalam situasi
khusus, kesehatan lintas alam, kesehatan bawah tanah, kesehatan dalam penanggulangan
keamanan dan ketertiban masyarakat, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di darat.
Kesehatan kelautan dan bawah air meliputi kesehatan pelayaran dan lepas pantai, kesehatan
penyelaman dan hiperbarik, kesehatan dalam operasi dan latihan militer di laut. Sedangkan
kesehatan kedirgantaraan meliputi kesehatan penerbangan dirgantara dan kesehatan dalam
operasi dan latihan militer dirgantara.
3.2 Saran
Dengan adanya pemahaman mengenai Kesehatan Matra dan Ruang Lingkup Kesehatan
Matra, maka diharapkan adanya upaya kesehatan yang berguna untuk meningkatkan
kemampuan fisik dan mental terhadap lingkungan yang berubah, baik di lingkungan darat,
laut dan udara, sehingga bermanfaat secara menyeluruh terhadap Kesehatan Masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
17