Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

KASUS PAJANAN KROMIUM (CR) DAN GANGGUAN FAAL PARU


PEKERJA DI INDUSTRI ELEKTROPLATING
VILLA CHROME KABUPATEN JEMBER

DISUSUN OLEH :
1. Kartika Wahyuning 25010115120144
2. Intan Alfina K 25010115120107
3. Ayu Nidaan Khofiya 25010115120015
4. Khoirotun Nisak 25010115130282
5. Siti Nur Jayanti 25010115120200
6. Margaretha Iandri 25010115120063
7. M. Miftah Farid 25010115120027
8. M. Sayyid Humam 25010115140353

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
A. KASUS PAPARAN CHROMIUM (Cr)
Industri elektroplating adalah industri pelapisan logam dengan bantuan arus
listrik dan senyawa kimia.Salah satu bahan produksi elektroplating adalah kromium
(Cr). Kromium (Cr) merupakan unsur logam berat beracun bagi manusia. Efek toksik
tersebut seperti, munculnya karsinogenesitas,gangguan sistem imun, gangguan
susunan syaraf,gangguan dan kerusakan ginjal, efek terhadap pernafasan.
Gangguan faal paru dapat berupa gangguan paru-paru baik dalam aliran udara
pernafasan maupun kemampuan pengembangan paru yang berkurang. Gangguan ini
berdampak pada fungsi parubaik dalam hal inspirasi maupun ekspirasi. Gangguanfaal
paru yang disebabkan karena gangguan padaaliran udara pernafasan disebut sebagai
gangguanfaal paru obstruktif. Sedangkan gangguan faal paru yang ditandai dengan
berkurangnya kemampuan pengembangan paru disebut dengan gangguan faal paru
restriktif. Gangguan faal paru obstruktif merupakan kelompok kelainan yang
gambaran khasnya berupa obstruksi aliran udara pernafasan. Sedangkan gangguan
faal paru restriktif ditandai oleh berkurangnya kemampuan pengembangan paru (Tao,
2013:96-117)

B. PATOFISIOLOGI
1. FASE EKSPOSISI
Chromium yang ada di lingkungan tempat kerja dan hal ini erat
kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikokimianya. Selama fase eksposisi,
Cr dapat diubah melalui berbagai reaksi kimia/fisika menjadi senyawa yang
lebih toksis atau lebih kurang toksis. Jalur intoksikasinya lewat saluran
pernafasan paparan logam berat kromium (Cr) melalui udara yangmengandung
kromium (Cr) dapat terhirup olehpekerja yang berkontak langsung dengan
kromium(Cr) dan juga dapat terhirup oleh pekerja yang tidakberkontak langsung
dengan kromium (Cr).

2. FASE TOKSIKOKINETIK
Setelah garam kromium (Cr) masuk ke dalamtubuh manusia melalui jalur
inhalasi, logam kromium(Cr) dan kromium Cr (II) akan diabsorpsi
minimal.Beberapa kasus dilaporkan terjadi deposisi lokaldalam paru dari garam
logam tersebut setelah terjadipemaparan, namun tanpa terjadinya efek sistemik.
Bagi pekerja pelapisan kromium (Cr) elektrolitik atau elektroplating kromium
(Cr) yang mengekskresi lebih dari 15 μg/g kreatinin kromium akan mengalami
kelainan spirometrik yang berupa turunnya FEV1.0 sehingga pemaparan kronis
asam kromat dapat menyebabkan kelainan paru obstruktif yang kronis (chronic
obstructive pulmonary disease, COPD). Agency for Toxic Substances and Disease
Registry(2012:386) menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi hal tersebut dapat
dilakukan pengujian kadar kromium (Cr) dalam tubuh. Salah satu cairan
tubuhmanusia yang dapat dijadikan sampel tersebut adalahurine.
Berdasarkan proses absorpsi tersebut, semakinbesar kadar kromium (Cr)
yang masuk ke dalamtubuh pekerja maka pekerja tersebut akan lebihberpotensi
mengalami gangguan faal paru. Hal iniberarti pekerja dengan pajanan kromium
(Cr) tinggicenderung lebih banyak mengalami gangguan faalparu. Pemeriksaan
kadar kromium (Cr) dalam urinedapat mengkonfirmasi terjadinya gangguan faal
parutersebut.

3. FASE TOKSO DINAMIK


Efek toksik kromium terhadap berbagai bagian tubuh, diantaranya:

1. Efek toksik terhadap alat pencernaan


Toksisitas akut Cr melalaui alat pecernaan bias menyebabkan
nekrosis tubulus renalis. Mencerna makanan yang mengandung kadar Cr
(VI) tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan, sakit lambung,
pendarahan dan renalis. Mencerna makanan yang mengandung kadar Cr
(VI) tinggi bisa muntah, konvulsi, luka pada lambung, kerusakan ginjal
dan hepar bahkan dapat menyebabkan kematian.
2. Efek toksik terhadap alat pernapasan
Alat pernafasan adalah merupakan target utama dar Cr (VI), baik
akut maupun kronis, melalui paparan inhalasi. Gejala toksisitas akut Cr
(VI) meliputi nafas pendek, batuk-batuk serta kesulitan bernafas. Apabila
terinhalasi Cr lewat saluran pernapasan, maka akibatnya adalah iritasi dan
kanker paru-paru.
3. Efek Toksik terhadap Kulit dan Mata
Kulit yang alergi terhadap Cr akan cepat bereaksi dengan adanya
paparan Cr meskipun dalam dosis rendah, Kromium dapat menybabkan
kulit gatal dan luka yang tidak lekas sembuh. Paparan Cr (VI) melalui
kontak kulit dapat mengakibatkan dermatitis pada kulit. Senyawa Cr (VI)
bisa menyebab iritasi mata dan luka pada mata.
C. Depo/Penyimpanan Kromium (Cr)
Depo Penyimpanan Kromium (Cr) dalam tubuh :
Kromium (Cr) yang tidak tereksreksi, 11% tertinggal di paru-paru, 8% dalam darah,
1% dalam plasma darah dan 3-4% tertinggal dalam hati dan ginjal (Balk et al, 2007).
Konsentrasi Kromium (Cr) dalam jaringan tubuh manusia :
- Jumlah total Cr dalam tubuh manusia berkisar antara 0,4 dan 6 mg
- Cadangan Cr relatif stabil terhadap berat badan, pada anak yang baru lahir
konsentrasi Cr lebih tinggi di banding orang dewasa (Dubois & Belleville 1991)
- Trivalent Cr cenderung menumpuk dijaringan epidermis (Rambut dll) dan pada
tulang, hati, ginjal, limpa, paru-paru dan usus besar
- Jumlah Cr pada jaringan lain, terutama otot, tampaknya sangat terbatas atau
bahkan tidak ada (Wallach 1985).
D. Mekanisme Eksresi Logam Berat Kromium (Cr)
- Ekskresi krom melalui urin tanpa ada retensi di organ. Sekitar 60% krom (VI)
yang diabsorbsi dikeluarkan dalam bentuk krom (III) dalam waktu 8 jam setelah
tertelan.
- Setelah 24 jam masa injeksi dilakukan, 13% dari dosis yang masuk dibuang lewat
urine . Cr yang di serap akan di eksresikan terutama dalam urin dengan filtrasi
glomerulus, atau terikat pada transporter organik molekul rendah (Ducros 1992).
- 10% akan diekskresi melalui empedu, dan sebagian kecil melalui rambut, kuku,
asi dan keringat. Rata-rata jumlah Cr yang di eksresikan dalam urin manusia
adalah 0,22 µg/hari (Borel dan Anderson 1984) dan asupan harian rata-rata adalah
62-85 µg/hari, dan tingkat penyerapan relatif stabil (kira-kira 0,5 %)
- Eksresi Cr, terutama di sistem saluran kencing, dapat meningkat 10 sampai 300
kali apabila dalam situasi stress atau karena makanan kaya karbohidrat.
E. Pengobatan Dan Mekanisme Penanganan Logam Berat Kromium (Cr)
1. Logam Berat Chelators
Logam berat Chelators telah digunakan untuk mengobati intoksikasi logam
beratbahan kimia yang paling umum digunakan adalah konjugat non-sulfida
seperti etilenadiaminetetraasetat, trietilenetetramin, deferoksamin dan deferipron
atau konjugat sulfat seperti asam meso-2,3-dimercaptosuksinat dan 2, 3-
dimercapto-Asam 1-propanaulfonat dan dietillditokarbamat. Molekul ini telah
menunjukkan efektivitas nyata dalam meningkatkan eliminasi logam berat melalui
urine. Terkait dengan hemodialisis, chelators adalah obat penawar ampuh untuk
menyembuhkan keracunan akut dengan logam berat
2. Inhibitor dan Pemblokir Transportasi Luminal Ginjal.
Beberapa logam, seperti Fe 2+, Co 2+ dan Zn 2+, bersaing dengan
transportasi logam berat pada sel ginjal dan secara signifikan menurunkan
reabsorpsi. Berdasarkan sifat-sifat ini, peningkatan konsentrasi plasma logam-
logam ini dapat menyebabkan peningkatan pembersihan ginjal dari toksin.
Selanjutnya, 'loop diuretik' seperti bumetanide juga dapat digunakan untuk
mengurangi transport paracellular logam berat pada anggota tubuh menaik yang
menumpuk
3. Perlindungan dengan Seng.
Efek perlindungan seng pada toksisitas logam berat dan toksisitas telah
diketahui selama beberapa tahun. Bila Zn 2+ diberikan dengan Cd 2+ selama
paparan kronis, hal ini mencegah pengembangan disfungsi ginjal dan sindrom
Fancon
DAFTAR PUSTAKA

Barbier, Olivia, et al. Effect of Heavy Metals On, and Handling by, the Kidney. Nephron
Physiol 2005;99:P105–P110

Anda mungkin juga menyukai