DISUSUN OLEH :
1. Kartika Wahyuning 25010115120144
2. Intan Alfina K 25010115120107
3. Ayu Nidaan Khofiya 25010115120015
4. Khoirotun Nisak 25010115130282
5. Siti Nur Jayanti 25010115120200
6. Margaretha Iandri 25010115120063
7. M. Miftah Farid 25010115120027
8. M. Sayyid Humam 25010115140353
B. PATOFISIOLOGI
1. FASE EKSPOSISI
Chromium yang ada di lingkungan tempat kerja dan hal ini erat
kaitannya dengan perubahan sifat-sifat fisikokimianya. Selama fase eksposisi,
Cr dapat diubah melalui berbagai reaksi kimia/fisika menjadi senyawa yang
lebih toksis atau lebih kurang toksis. Jalur intoksikasinya lewat saluran
pernafasan paparan logam berat kromium (Cr) melalui udara yangmengandung
kromium (Cr) dapat terhirup olehpekerja yang berkontak langsung dengan
kromium(Cr) dan juga dapat terhirup oleh pekerja yang tidakberkontak langsung
dengan kromium (Cr).
2. FASE TOKSIKOKINETIK
Setelah garam kromium (Cr) masuk ke dalamtubuh manusia melalui jalur
inhalasi, logam kromium(Cr) dan kromium Cr (II) akan diabsorpsi
minimal.Beberapa kasus dilaporkan terjadi deposisi lokaldalam paru dari garam
logam tersebut setelah terjadipemaparan, namun tanpa terjadinya efek sistemik.
Bagi pekerja pelapisan kromium (Cr) elektrolitik atau elektroplating kromium
(Cr) yang mengekskresi lebih dari 15 μg/g kreatinin kromium akan mengalami
kelainan spirometrik yang berupa turunnya FEV1.0 sehingga pemaparan kronis
asam kromat dapat menyebabkan kelainan paru obstruktif yang kronis (chronic
obstructive pulmonary disease, COPD). Agency for Toxic Substances and Disease
Registry(2012:386) menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi hal tersebut dapat
dilakukan pengujian kadar kromium (Cr) dalam tubuh. Salah satu cairan
tubuhmanusia yang dapat dijadikan sampel tersebut adalahurine.
Berdasarkan proses absorpsi tersebut, semakinbesar kadar kromium (Cr)
yang masuk ke dalamtubuh pekerja maka pekerja tersebut akan lebihberpotensi
mengalami gangguan faal paru. Hal iniberarti pekerja dengan pajanan kromium
(Cr) tinggicenderung lebih banyak mengalami gangguan faalparu. Pemeriksaan
kadar kromium (Cr) dalam urinedapat mengkonfirmasi terjadinya gangguan faal
parutersebut.
Barbier, Olivia, et al. Effect of Heavy Metals On, and Handling by, the Kidney. Nephron
Physiol 2005;99:P105–P110