Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Getaran (vibrasi adalah suatu factor fisik yang menjalar ketubuh manusia, mulai dari
tangan sampai ke seluruh tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan
mekanikyang dipergunakan dalamtempat kerja. Secara istilah getaran merupakan osilasi
terhadap suatu titik keseimbangan. Osilasi ini dapat berupa osilasi periodik seperti gerakan
pendulum atau osilasi acak seperti gerakan roda mobil akibat ketidakrataan permukaan jalan.
Pada beberapa kasus, getaran dibutuhkan oleh manusia seperti getaran pada garpu tala,
getaran pada loud speaker dan juga getaran pada beberapa instrument (alat) musik. Akan
tetapi, pada banyak kasus, getaran tidak diinginkan kerena dapat membuang energy,
menimbulkan ketidaknyamanan, menghasilkan bunyi derau (noise) dan bahkan dapat
menyebabkan kerusakan.
Selain dapat terjadi pada sistem mekanik dan sistem elektrik yang notabene berskala
kecil, getaran juga dapat terjadi pada struktur dengan skala yang sangat besar seperti
jembatan suspensi, gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang angkasa. Dewasa ini,
pembangunan struktur skala besar dengan bobot kecil menjadi trend baru karena dapat
mengurangi biaya dan energi. Akan tetapi, semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran
struktur tersebut akan menyebabkan struktur lebih lentur sehingga menjadi sangat sensitif
terhadap masalah getaran.
Getaran akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada manusia/pekerja dan akan
Mengurangi produktivitas kerja serta gangguanfa’al pada tubuh manusia mulai dari gejala
ringan sampai dengan berat. Oleh karena itu kami dalam pratikum kali ini ingin mengetahui
dan melakukan pengukuran terhadap sumber getaran yang terjadi pada tenaga kerja sehingga
dapat mengetahui penanggulangan dampak dari getaran tersebut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum ini adalah :
1. Mahasiswa mengenal metoda dan peralatan pengukuran getaran
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran getaran
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran getaran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Getaran


Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-
balik dari kedudukan seimbang. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan
motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Getaran ialah gerakan ossilasi di sekitar
sebuah titik (J. M. Harrington, 2003).
Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran meknais,
misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya (J.F.Gabriel, 1996). Getaran (vibrasi) adalah
suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai ke seluruh
tubuh turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan
dalam tempat kerja (Emil Salim, 2002).
2.2 Jenis Getaran
Getaran karena gerakan udara, pengaruhnya terurtama pada akustik, getaran udara
juga disebabkan oleh benda bergetar dan diteruskan melalui udara sehingga akan
mencapai telinga dan getarn karena gerakan mekanis, mengakibatkan resonansi atau
bergetarnya alat-alat tubuh. Getaran mekanis dapat dibedakan berdasarkan pajanannya.
Terdapat dua bentuk yaitu getaran seluruh tubuh dan getaran pada lengan dan tangan.
2.3 Sumber Getaran
Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri logam, perakitan
kapal dan otomotif juga di pertambangan, kehutanan dan pekerjaan konstruksi. Perkakas
yang paling banyak digunakan adalah bor pnumatik, alat-alat ini menghasilakan getaran
mekanik dengan ciri fisiknya dan efeknya merugikan kesehatan.
2.4 Efek Getaran Mekanis
Getaran yang menerpa tubuh manusia dibedakan dalam dua jenis, yaitu getaran
seluruh tubuh (whole body vibration), yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja
sambil duduk atau sedang berdiri dimana landasannya menimbulkan getaran. Biasanya
frekuensi getran ini dialami oleh pengemudi kendaraan seperti traktor, bus, helikopter, dan
kapal. Frekuensi getaran ini 5-20 Hz (Emil Salim, 2002) dan getaran pada tangan dan
lengan (hand and arm vibration), yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat
pemakaian peralatan yang bergetar, frekuensi antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling
berbahaya adalah 128 Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran
ini berbahaya pada pekerja, seperti operator gergaji rantai, tukang semprot, potong rumput,
gerinda, penempa palu.
2.5 Nilai Ambang Batas (NAB)
Pengukuran getaran yang ada kemudian dibandingkan dengan standar acauan nilai
amabang batas yang tercantum pada keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 tahun 1999
tentang nilai amabang batas faktor fisik di tempat kerja.
Nilai Ambang Batas Getaran
Jumlah Waktu Pajanan Nilai Percepatan pada Frekuensi Dominan
m/ s2 Gram
per Hari Kerja
4 jam dan < 8 jam 4 0,4
2 jam dan < 4 jam 6 0,61
1 jam dan < 2 jam 8 0,81
< 1 jam 12 1,22

2.6 Penyakit Akibat Paparan Getaran Alat Kerja


 Angioneurosis jari-jari tangan, fenomena Raynaud (jari-jari putih) adalah syndrome
akibat getaran yang paling sering di wilayah-wilayah dunia yang dingin. Gejala spesifik
pertama adalah akroparestesia pada tangan dan perasaan kebal di jari-jari tangan pada
waktu kerja atau sebentar sesudahnya.
 Gangguan tulang, sendi dan otot, patologi osteoartikularis seringkali terbatas pada
tulang-tulang karpal (khususnya lunata dan navikularis) sendi radio ulnaris dan sendi
siku. Perubahan radiogram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal, radio ulnaris
dan siku, serta pseudokista (terutama pada tulang-tulang karapal, yang dapat pula
memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trabekula yang menebal dan
menjadi jarang).
 Neuropati, kerusakan saraf yang yang disebabkan getaran meliputi persarafan otonom
perifer.

2.7 Pengendalian Getaran


 Pengendalain secara Teknis
- Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan
damping/peredam)
- Menyisipkan dumping di antara tangan dan alat, misal membalut pergelangan
tangan pegangan alat dengan karet
- Memelihara dan merawat peralatan dengan baik
- Meletakan peralatan dengan benar dan teratur
- Menggunakan remote control, sehinga tenaga kerja tidak terkena getaran, karena
dikendalikan dari jauh.
 Pengendalian secara Administratif
- Mengatur waktu kerja, merotasi pekerjaan (bergantian)
- Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku
 Pengendalian secara Medis, pada saat awal dan kemudian pemeriksaan berkala setiap
5 tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil
adalah 2-3 tahun sekali.
 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), pengurangan paparan dapat dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).
BAB III

CARA KERJA PRATIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Adapun peralatan dan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Vibration meter
2. Lembar pengukuran intensitas getaran
3.2 Cara Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu:
1. Dilakukan kalibrasi alat.
2. Dicek kondisi baterai, masih bagus atau perlu dilakukan pergantian.
3. Diletakkan alat pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin yang
langsung berhubungan dengan angota tubuh operator yang akan diukur.
4. Ditekan tombol on kemudian Harm.
5. Dicatat setiap hasil pergerakan yang diperoleh dalam waktu satu detik misalkan 10
dt, 20 dt, 30 dt,…., menit selanutnya dijumlahkan dan dirata-ratakan hasilnya pada
lembar/form data.

Ikuti modul ibu

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil praktikum pengukuran getaran didapatkan 2 studi kasus sebagai


berikut:
a. Seorang operator chainsaw berumur 35 tahun bekerja selama 6 jam berturut-turut
dengan intensitas getaran yang terukur 12 m/s 2, sehingga dapat disimpulkan pekerja
terpapar getaran melebihi NAB dalam ruang lingkup percepatan getaran.
b. Seorang operator Bulldozer bekerja selama 4 jam, berumur 40 tahun dengan
intensitas getaran yang terukur 12 m/s2. Sehingga dapat disimpulkan pekerja
terpapar getaran melebihi NAB dalam ruang lingkup percepatan getaran

No. Lokasi/Bagian TK terpajan Waktu Pengukuran Intensitas Getaran NAB


Percepatan (m/s2) Kecepatan (m/s) Gravitasi (g)
1 Chainsaw Pria (35 tahun) 15.00-21.00 WITA (6 jam) 12 - 10 m/s2 4 m/s
2 Bulldozer Pria (40 tahun) 13.00-17.00 WITA (4 jam) 12 - 10 m/s2 4

4.2 Pembahasan

Dari hasil 2 studi kasus diatas dapat diketrahui bahwa:


a. kasus pada pekerja chainsaw
Pada studi kasus pertama pekerja di tempat kerja pada operator chainsaw yaitu
terpapar getaran melebihi standar NAB yaitu 12 m/s2 selama kurang dari 1 jam,
sementara dia bekerja selama 6 jam berturut-turut dengan keterpaparan getaran 12 m/s2
bekerja tiap harinya. Hal dikarenakan posisi pekerjaannya yang menghendaki dia
terpapar getaran setiap harinya.
Jika ditinjau lebih jauh dapat diprediksikan pekerja tersebut akan terpapar getaran
jenis hand and arm vibration, hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan pada tangan dan lengan. sedangkan untuk jangka panjangnya pekerja . jika
pekerjaan ini dilakukan terus menerus maka akan berdampak pada gangguan
kesehatan seperti kelainan pada peredaran darah dan persyarafan (Vibratian White
Finger) dan kerusakan pada persendian tulang sedangkan pada efek vaskuler-
pemucatan episodik pada buku jari ujung yang bertambah parah saat suhu dingin
(fenomena raynaud) dan efek neurologik-buku jari ujung mengalami kesemutan total
dan baal. Gangguan lain juga dapat berupa gangguan kenikmatan dalam bekerja
karena adanya proses pembentukan asam laktat yang memicu kelelahan cepat terjadi.
Metabolisme dalam tubuh dan sel serta syaraf ikut mengalami perubahan yang cukup
signifikan dirasakan oleh penderita yang terpapar. Kemungkinan lain adalah adanya
faktor tambahan dari segi umur dimana pekerja memiliki umur 35 tahun, hal ini
mengindikasikan kemampuan tubuh dalam merespon dan meregenerasi telah
mengalami penurunan.
Berdasarkan kasus diatas dapat dilakukan upaya pengendalian getaran di tempat
kerja pada operator chainsaw yaitu:
 Pengendalain secara Teknis, menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas
getarannya (dilengkapi dengan damping/peredam) misal membalut pergelangan tangan
pegangan alat dengan karet seperti melengkapi peralatan mekanis yang dapat menahan
serta menyerap getaran seperti sock absorben atau sock breaker
 Pengendalian secara Administratif, mengatur waktu kerja, merotasi pekerjaan
(bergantian) dan mengurangi jam kerja sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku,
misalnya pada kasus pekerja chainsaw ini sebaiknya dilakukan pengurangan waktu
pemaparan terhadap getaran sehingga lamanya bekerja kurang dari 1 jam pada percepatan
12 m/s2, diselingi dengan waktu istirahat yang cukup.dan menambahkan jumlah shift
kerja yang ada.
 Pengendalian secara Medis, pada saat awal dan kemudian pemeriksaan berkala setiap
5 tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil
adalah 2-3 tahun sekali.
 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), pengurangan paparan dapat dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).

b. Kasus pada Pekerja Bull Dozer


Pada studi kasus pada pekerja Bull Dozer terpapar getaran melebihi standar NAB yaitu
12 m/s2 selama kurang dari 1 jam, sementara dia bekerja selama 4 jam dengan
keterpaparan getaran 12 m/s2 tiap harinya. Hal dikarenakan posisi pekerjaannya yang
menghendaki dia terpapar getaran setiap harinya.
Jika ditinjau lebih jauh dapat diprediksikan pekerja tersebut akan terpapar getaran
jenis Whole Body Vibration hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
pada torak (dada dan perut), bagian kepala dan rahang sedangkan untuk jangka
panjangnya pekerja akan mengalami osteoatritis pada tulang belakang. Gangguan lain
juga dapat berupa gangguan kenikmatan dalam bekerja karena adanya proses
pembentukan asam laktat yang memicu kelelahan cepat terjadi. Metabolisme dalam
tubuh dan sel serta syaraf ikut mengalami perubahan yang cukup signifikan dirasakan
oleh penderita yang terpapar.
Kemungkinan lain adalah adanya faktor tambahan dari segi umur dimana pekerja
memiliki umur 40 tahun, hal ini mengindikasikan kemampuan tubuh dalam merespon
dan meregenerasi telah mengalami penurunan.
Berdasarkan kasus diatas dapat dilakukan upaya pengendalian getaran di tempat kerja
yaitu:
 Pengendalain secara Teknis
- Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan
damping/peredam) misalnya memperbaiki desain ergonomis dari tempat duduk dan
peralatan control sehingga getaran dapat diminimalisir, dan meningkatkan
maintanence pada mesin karena sumber getaran utama terdapat pada mesin kendaraan
- Menyisipkan dumping di antara tangan dan alat, misal membalut pergelangan
tangan pegangan alat dengan karet misalnya melengkapi peralatan mekanis yang
dapat menahan serta menyerap getaran seperti sock absorben atau sock breaker
- Memelihara dan merawat peralatan dengan baik
 Pengendalian secara Administratif
- Mengatur waktu kerja, merotasi pekerjaan (bergantian) dan mengurangi jam kerja,
sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku dengan melakukan pengurangan waktu
pemaparan terhadap getaran sehingga lamanya bekerja kurang dari 1 jam pada
percepatan 12 m/s2, diselingi dengan waktu istirahat yang cukup.dan menambahkan
jumlah sift yang ada.
-
 Pengendalian secara Medis, pada saat awal dan kemudian pemeriksaan berkala setiap
5 tahun sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil
adalah 2-3 tahun sekali.
 Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), pengurangan paparan dapat dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

,
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sponsor Pendamping.http://free.vism.org.

Anonim, 2009. Penyakit Akibat Getaran.http://godinet.blogspot.com.

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta; EGC.

Salim, Emil. 2002. Green Compa. Jakarta: PT. Astra Internasional Tbk.

Suma’mur, P. K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai