A. ASAS
1. Asas Umum
Semua zat kimia berpotensi memberikan sifat toksinnya, dimana sifat toksik
tersebut ditentukan oleh dosis. Uji toksikologi merupakan uji yang bertujuan
untuk menentukan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi apabila suatu sel biologi
dipengaruhi oleh zat kimia dan sifat dari efek zat kimia yang ditimbulkan. Kondisi-
kondisi tersebut bergantung pada organisme dan lingkungan, sehingga pada
kondisi tersebut terpenuhi pajanan dengan suatu xenebiotika akan menimbulkan
efek atau aksi.
Segala efek zat kimia atas jaringan hidup merupakan hasil reaksi zat kimia
tersebut dengan suatu komponen biologi hidup atau hasil interaksi antara suatu
bahan kimia tertentu dengan suatu komponen biologic. Studi tentang metode
toksikologik dipusatkan pada deteksi dan evaluasi terhadap sifat perubahan
fungsi dan struktur yang disebabkan oleh pajanan zat kimia serta signifikasi efek-
efek tersebut atas sel-sel hidup. Hasil perkembangan metedologi toksikologi
memunculkan asas-asas umum yang berlaku bagi kebanyakan prosedur uji
toksikologi.
Dosis tertebtu yang dinyatakan dalam milligram berat bahan uji perkilogram berat
badan hewan uji yang menghasilkan 50% respon kematian pada populasi hewan
uji dalam jangka waktu tertentu. Menurut PP no 85 Tahun 1999 menyatakan
bahwa nilai ambang batas lethal dose 50 secara oral adalah 15 mg/kg berat
badan
Dapat berbentuk padat cair maupun gas. Semakin kecil bentuk partikel yang
terhisap (apabila gas) maka semakin banyak tertumpuk didalam paru-paru.
b. Dosis (Konsentrasi)
Semakin besar jumlah bahan kima yang masuk dalam tubuh makin besar efek
bahan racunnya.
c. Lama pemajanan
1) Akut
2) Sub akut
3) Kronis
d. Interaksi bahan kima
1) Aditif: efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kima.
Misal, Organophosphat dengan enzim cholinesterase.
2) Sinergetik: efek yang terjadi lebih berat dari penhumlahan jika diberikan
sendiri.
e. Nilai Ambang Batas (NAB) Bahan Toksin
1) Ukuran sampel dan replikasi (pengulangan pengambilan sampel)
2) Jumlah endpoint (titik akhir yang diamati)
3) Jumlah dosis atau konsentrasi bahan toksik
4) Kemampuan untuk mengukur endpoint
5) Keragaman intrinsic dari endpoint dalam populasi binatang percobaan
Metode statistic yang digunakan
5. Lethal Concentration 50 (LC50)
A. Klasifikasi
a. Klasifikasi menurut waktu, yaitu:
1) Uji hayati jangka pendek ( short term bioassay)
2) Uji hayati Jangka menengah (intermediate bioassay)
3) Uji hanyati jangka Panjang (long term bioassay)
b. Klasifikasi menurut metode
1) Penambahan larutan atau cara aliran larutan yaitu uji hayati static (static
bioassay)
2) Pergantian larutan (renewal bioassay)
3) Mengalir (low trough bioassay)
c. Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian : pemantauan kualitas
air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kima, penentuan toksisitas
serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji.
B. Uji Lethal Concentration
Yaitu nilai toksitas lc 50 dihitung dengan metode Analisa probit Metode Bosvine-
Nash (Lu,1995). Langkah pendugaan nilai LC50 ini dilakukan dengan
menghitung:
1) Probit empiric
2) Probit yang diharapkan
3) Probit yang dikerjakan
4) Probit sementara
b. Cara perhitungan LC50 dari BSLT
1) Buatlah table kemudian masukkan nilai konsentrasi yang dilakukan,
Log10 konsentrasi dan jumlah larva yang digunakan.
2) Jika sudah melakukan BSLT, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap
kolom jumlah larva mati sesuai dengan konsentrasinya.
3) Hitung % moralitasnya denan cara = ((Jumlah yang mati/ jumlah total
larva) x 100%)
4) Perhatikan jumlah larva yabg amti pada konsentrasi 0 atau control. Jika
terdapat yang mati maka hitung mortslitas terkoreksi, sesuai ulangan
5) Setelah % mortalitas terkoreksi didapatkan untuk setiap ulangan maka
rata-ratakan dengan membagi mortalitas terkoreksi dengan jumlah
ulangan yang dilakukan
6) Cari nilai probit (probability unit) untuk mortalitas terkoreksi yang
didapatkan dan masukkan kekolom probit. Mencari nilai probit tinggal
mencocokkan dengan table probit dibawh ini, misalnya mortalitas
terkoreksi 5,26 jika dicari nilai probitnya menjadi 5=3,36. Dalam table
probit tidak ada bilangan decimal jadi harus dibulatkan, pembulatan dapat
dilakukan kebawah atau keatas.
7) Jika nilai probit sudah ada, dilanjutkan membuat grafik hubungan antara
nilai probit. Mortalitas (sb y) dan Log10. Konsentrasi (sbx). Menggunakan
Ms Word/ Excel.
8) Jika persamaan sudah didapat, masukkan nilai 5 karena nilai 5 mewakili
50% nilai probit atau 50% kematian larva. Carilah x dengan memasukkan
nilai 5 ke persamaan kemudian tentukan LC50 dengan antilog(x) atau
10’x atau dengan perangkat lunak seperti R,SAS,SPSS.
Uji Daya Bunuh Suatu Zat Terhadap Nyamuk
A. Pendahuluan
Pengendalian vector telah banyak dilakukan dengan berbagi salah satu metode
yang paling efektif adalah dengan membunuh larvanya. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan larvasida alternative
yaitu menggunakan larvasida nabati dari tanaman yang mengandung bahan
beracun terhadap serangga pada stadium larva. Beberapa penelitian tanaman
sebagai larvasida diantarnya adalah tanaman Oleander N yang banyak dijumpai
di Sulawesi Tengah sebagai tanaman hias dipekarangan rumah dan atau jalan.
Menurut Inchem, 2005 dalam Goktas, 2007 bahwa N Oleander banyak
mengandung senyawa beracun yang paling tinggi kandungannya ialah Oleadrin
dan nerin sebagai glikoosida jantung. Bagian tanaman N. Oleander yang dapat
digunakan sebagai insektisidan adalah akar, batang kulit batang, daun dan
bunga. Tetapi yang paling sering dipakai adalah daunnya karena paling banyak
mengandung oleandrin. Zat tersebut bekerja sebagai racun perut dan
penghambat daya makan larva. Racun perut akan mempengaruhi metabolisme
larva setelah memakan racunm kemudian racun akan masuk kedalam tubuh dan
dicerna dlam saluran tengah yang kemudian diedarkan Bersama cairan yang
berfungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan
mempengaruhi system saraf larva dan menimbulkan kematian.
Larva nyamuk Ae. Aegyptu (INSTAR III), Telur Nyamuk Cx. Quinquefasciatus
yang ditetaskan didalam laboratorium
Daun dikeringkan lalu di blender dan diayak sehingga diperoleh serbuk halus.
Serbuk halus kemudian diekstraksi dengan metode perkolasi, menggunakan
pelarut etanol 70% pada suhu kamar dan hasilnya ditamoung di erlenmayer
kemudian diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental.
C. Uji pendahuluan
Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak daun oleander sesuai dengan
konsentrasi yang diinginkan sampai volume 100 ml masing-masing diisi larva
nyamuk. Percobaan dilakukaan dimangkuk plastic yang telah diisi larva nyamuk
instar III
D. Uji larvasida
Larva nyamuk yang dipakai adalah larva nyamuk Ae. Aegypti dan Cx.
Quinquefasciatus dibagi menjadi 10 kelompok diperlakukan dengan kontorl
posited Bacillus thruingiensis (H-14) dan air sebagai control negative. Masing-
masing kelompok perlakuan terdiri dari 25 larva instar III akhir dengan
Konsentrasi N oleander berbeda selama 24 jam. Setelah itu hitung banyaknya
ulangan (replikasi) dihitung menggunakan rumus Federer : (t-1) (n-1)> 15
Ket:
E. Hasil
Dapat dilihat bahwa nilai rata rata nyamuk meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. Oleander
F. Kesimpulan