Anda di halaman 1dari 10

Kaidah Uji Daya Bunuh

A. ASAS

1. Asas Umum

Semua zat kimia berpotensi memberikan sifat toksinnya, dimana sifat toksik
tersebut ditentukan oleh dosis. Uji toksikologi merupakan uji yang bertujuan
untuk menentukan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi apabila suatu sel biologi
dipengaruhi oleh zat kimia dan sifat dari efek zat kimia yang ditimbulkan. Kondisi-
kondisi tersebut bergantung pada organisme dan lingkungan, sehingga pada
kondisi tersebut terpenuhi pajanan dengan suatu xenebiotika akan menimbulkan
efek atau aksi.

2. Asas metodologi eksperimental toksikologi

Segala efek zat kimia atas jaringan hidup merupakan hasil reaksi zat kimia
tersebut dengan suatu komponen biologi hidup atau hasil interaksi antara suatu
bahan kimia tertentu dengan suatu komponen biologic. Studi tentang metode
toksikologik dipusatkan pada deteksi dan evaluasi terhadap sifat perubahan
fungsi dan struktur yang disebabkan oleh pajanan zat kimia serta signifikasi efek-
efek tersebut atas sel-sel hidup. Hasil perkembangan metedologi toksikologi
memunculkan asas-asas umum yang berlaku bagi kebanyakan prosedur uji
toksikologi.

B. Pedoman Uji Daya Bunuh

Terdapat lima pedoman menurut (weli,1972)

1. Bila dianggap praktis sedapat mungkin menggunakan satu atau lebih


spesies yang secaa biologis memperlakukan suatu bahan yang secara
kualitatif semirip mungkin dengan manusia
2. Bila mudah dikerjakan, gunakan beberapa tingkatan dosis, aksi atau efek
pada manusia dan hewan berkaitan dengan dosis
3. Efek yang ditimbulkan pada tingkat dosis yang lebih tinggi bermanfaat
untuk menggambarkan kerja mekanisme aksi, tetapi untuk suatu bahan
dan efek berbahaya, ada tingkat dosis untuk manusia atau hewan dengan
dosis rendah dimana efek berbahaya ini tidak akan muncul/
1. Uji statistika untuk signifikasi pada satuan eksperimental yang secara
matematika telah diperhitungkan diantara dosis dan kelompok control
bersangkutan
2. Efek yang di peroleh melalui suatu jalur oemberian kepada hewan uji
tidak apreori dapat diterapkan pada efek manusia jalur pemberian lain
pada manusia. Jalur yang dipilih adalah dimana eksposisi akan terjadi.

C. Prisnsip Uji Toksikologi

menurut I Made, 2006 :

1. ada persamaan system biokimia pada spesies hewanuji dan mekanisme


system bilogi mamalia.
2. Subtansi uji dapat menyebabkan disfungsi dan kerusakan jaringan pada
beberapa dosis pemaparan
3. Data toksikologi dari hewan coba dapat digunakan untuk mengukur dosis
yang tidak menyebabkan efek negative pada manusia
4. Hubungan antara konsentrasi bahankima pada lokasi kontak dengan
pengaruh yang ditimbulkan adalah hal yang penting untuk diperhatikan
A. Lethal Dose 50 (LD50)
1. Pengertian

Dosis tertebtu yang dinyatakan dalam milligram berat bahan uji perkilogram berat
badan hewan uji yang menghasilkan 50% respon kematian pada populasi hewan
uji dalam jangka waktu tertentu. Menurut PP no 85 Tahun 1999 menyatakan
bahwa nilai ambang batas lethal dose 50 secara oral adalah 15 mg/kg berat
badan

Batasan-Batasan untuk Lethal Dose 50

2. Bahan Kimia Beracun

Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan


manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap kedalam tubuh karena
tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.

3. Tingkat keracunan bahan beracun


4. Faktor Yang Menentukan Tingkat Keracunan
a. Sifat fisik bahan kima

Dapat berbentuk padat cair maupun gas. Semakin kecil bentuk partikel yang
terhisap (apabila gas) maka semakin banyak tertumpuk didalam paru-paru.

b. Dosis (Konsentrasi)

Semakin besar jumlah bahan kima yang masuk dalam tubuh makin besar efek
bahan racunnya.

c. Lama pemajanan

Gejala yang ditimbulkan:

1) Akut
2) Sub akut
3) Kronis
d. Interaksi bahan kima
1) Aditif: efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kima.
Misal, Organophosphat dengan enzim cholinesterase.
2) Sinergetik: efek yang terjadi lebih berat dari penhumlahan jika diberikan
sendiri.
e. Nilai Ambang Batas (NAB) Bahan Toksin
1) Ukuran sampel dan replikasi (pengulangan pengambilan sampel)
2) Jumlah endpoint (titik akhir yang diamati)
3) Jumlah dosis atau konsentrasi bahan toksik
4) Kemampuan untuk mengukur endpoint
5) Keragaman intrinsic dari endpoint dalam populasi binatang percobaan
Metode statistic yang digunakan
5. Lethal Concentration 50 (LC50)

Yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50 % dari organisme


uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu
pengamatan tertentu. LC 50 adalah suatu perhitungan untuk menentukan
keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. LC 50 adalah Analisa statistic
menggunakan uji whole effluent toxicity (WET) untuk menaksir lethalitas sampel
effeluent.

A. Klasifikasi
a. Klasifikasi menurut waktu, yaitu:
1) Uji hayati jangka pendek ( short term bioassay)
2) Uji hayati Jangka menengah (intermediate bioassay)
3) Uji hanyati jangka Panjang (long term bioassay)
b. Klasifikasi menurut metode
1) Penambahan larutan atau cara aliran larutan yaitu uji hayati static (static
bioassay)
2) Pergantian larutan (renewal bioassay)
3) Mengalir (low trough bioassay)
c. Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian : pemantauan kualitas
air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kima, penentuan toksisitas
serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji.
B. Uji Lethal Concentration

Ada dua tahapan dalam penelitian (Rossiana 2006):


1. Uji pendahuluan yaitu untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu
konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50%
dan kematian terkceil mendekati 50%
2. Uji lanjutan yaitu setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan
konsentrasi akut berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi
oleh Rochini dkk (1982) diacu dalam Rossiiana (2006)

Adapun kriteria toksitisitas suatu perairan:

a. Analisi Probit Metode Bosvine-Nash

Yaitu nilai toksitas lc 50 dihitung dengan metode Analisa probit Metode Bosvine-
Nash (Lu,1995). Langkah pendugaan nilai LC50 ini dilakukan dengan
menghitung:

1) Probit empiric
2) Probit yang diharapkan
3) Probit yang dikerjakan
4) Probit sementara
b. Cara perhitungan LC50 dari BSLT
1) Buatlah table kemudian masukkan nilai konsentrasi yang dilakukan,
Log10 konsentrasi dan jumlah larva yang digunakan.
2) Jika sudah melakukan BSLT, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap
kolom jumlah larva mati sesuai dengan konsentrasinya.
3) Hitung % moralitasnya denan cara = ((Jumlah yang mati/ jumlah total
larva) x 100%)
4) Perhatikan jumlah larva yabg amti pada konsentrasi 0 atau control. Jika
terdapat yang mati maka hitung mortslitas terkoreksi, sesuai ulangan
5) Setelah % mortalitas terkoreksi didapatkan untuk setiap ulangan maka
rata-ratakan dengan membagi mortalitas terkoreksi dengan jumlah
ulangan yang dilakukan
6) Cari nilai probit (probability unit) untuk mortalitas terkoreksi yang
didapatkan dan masukkan kekolom probit. Mencari nilai probit tinggal
mencocokkan dengan table probit dibawh ini, misalnya mortalitas
terkoreksi 5,26 jika dicari nilai probitnya menjadi 5=3,36. Dalam table
probit tidak ada bilangan decimal jadi harus dibulatkan, pembulatan dapat
dilakukan kebawah atau keatas.
7) Jika nilai probit sudah ada, dilanjutkan membuat grafik hubungan antara
nilai probit. Mortalitas (sb y) dan Log10. Konsentrasi (sbx). Menggunakan
Ms Word/ Excel.
8) Jika persamaan sudah didapat, masukkan nilai 5 karena nilai 5 mewakili
50% nilai probit atau 50% kematian larva. Carilah x dengan memasukkan
nilai 5 ke persamaan kemudian tentukan LC50 dengan antilog(x) atau
10’x atau dengan perangkat lunak seperti R,SAS,SPSS.
Uji Daya Bunuh Suatu Zat Terhadap Nyamuk

A. Pendahuluan

Pengendalian vector telah banyak dilakukan dengan berbagi salah satu metode
yang paling efektif adalah dengan membunuh larvanya. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka perlu dilakukan usaha untuk mendapatkan larvasida alternative
yaitu menggunakan larvasida nabati dari tanaman yang mengandung bahan
beracun terhadap serangga pada stadium larva. Beberapa penelitian tanaman
sebagai larvasida diantarnya adalah tanaman Oleander N yang banyak dijumpai
di Sulawesi Tengah sebagai tanaman hias dipekarangan rumah dan atau jalan.
Menurut Inchem, 2005 dalam Goktas, 2007 bahwa N Oleander banyak
mengandung senyawa beracun yang paling tinggi kandungannya ialah Oleadrin
dan nerin sebagai glikoosida jantung. Bagian tanaman N. Oleander yang dapat
digunakan sebagai insektisidan adalah akar, batang kulit batang, daun dan
bunga. Tetapi yang paling sering dipakai adalah daunnya karena paling banyak
mengandung oleandrin. Zat tersebut bekerja sebagai racun perut dan
penghambat daya makan larva. Racun perut akan mempengaruhi metabolisme
larva setelah memakan racunm kemudian racun akan masuk kedalam tubuh dan
dicerna dlam saluran tengah yang kemudian diedarkan Bersama cairan yang
berfungsi seperti darah. Racun yang terbawa cairan tersebut akan
mempengaruhi system saraf larva dan menimbulkan kematian.

B. Bahan Dan Metode

Larva nyamuk Ae. Aegyptu (INSTAR III), Telur Nyamuk Cx. Quinquefasciatus
yang ditetaskan didalam laboratorium

Pembuatan ekstrak dau Oleander

Daun dikeringkan lalu di blender dan diayak sehingga diperoleh serbuk halus.
Serbuk halus kemudian diekstraksi dengan metode perkolasi, menggunakan
pelarut etanol 70% pada suhu kamar dan hasilnya ditamoung di erlenmayer
kemudian diuapkan sehingga diperoleh ekstrak kental.

C. Uji pendahuluan
Larutan uji dibuat dengan melarutkan ekstrak daun oleander sesuai dengan
konsentrasi yang diinginkan sampai volume 100 ml masing-masing diisi larva
nyamuk. Percobaan dilakukaan dimangkuk plastic yang telah diisi larva nyamuk
instar III

D. Uji larvasida

Larva nyamuk yang dipakai adalah larva nyamuk Ae. Aegypti dan Cx.
Quinquefasciatus dibagi menjadi 10 kelompok diperlakukan dengan kontorl
posited Bacillus thruingiensis (H-14) dan air sebagai control negative. Masing-
masing kelompok perlakuan terdiri dari 25 larva instar III akhir dengan
Konsentrasi N oleander berbeda selama 24 jam. Setelah itu hitung banyaknya
ulangan (replikasi) dihitung menggunakan rumus Federer : (t-1) (n-1)> 15

Ket:

t= jumlah perlakuan (10 konsentrasi ekstrak daun N. Oleander)

n= jumlah ulangan (diperoleh ulangan sebanyak empat kali)

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah kematian larva nyamuk


setelah 24 dan 48 jam. perlakuan untuk penentuan LC50 dan LC90. Uji statistic
digunakan adalah uji probit untuk mencari LC 50 dan LC90 serta dilakukan uji T-
test untuk menghitung perbedaan kematian pada larva nyamuk Ae. Aegypti dan
Cx. Quinquefasciatus.

E. Hasil

Hasil pengukuran suhu ruangan selama pengujuan berkisar 27 C, merupakan


kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan larva serta pH medium control dan
larutan uji rata-rata 7 dan kelembaban 68%

Dapat dilihat bahwa nilai rata rata nyamuk meningkat seiring dengan
meningkatnya konsentrasi ekstrak daun N. Oleander
F. Kesimpulan

Ekstrak daun N. oleander lebih efektif membunuh larva nyamuk Cx.


Quinquefasciatus dari pada larva nyamuk Ae. aegypti

Anda mungkin juga menyukai