Bunuh
DILLA ROSITA DEVI
1913081006
Materi dalam modul ini meliputi:
Asas ini beranjak dari pengertian toksikologi itu sendiri, dimana pada dasarnya toksikologi
menyangkut suatu pemahaman tentang segala efek dari zat kimia pada organisme hidup. Mengingat
postulat Paracelcius, bahwa semua zat kimia berpotensi memberikan sifat toksiknya, dimana sifat
toksik tersebut ditentukan oleh dosis. Oleh karena itu berbagai uji toksikologi merupakan uji yang
bertujuan menentukan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi apabila suatu sel biologi dipengaruhi oleh
zat kimia dan sifat dari efek zat kimia yang ditimbulkan.
Asas ini didasarkan atas premis bahwa segala efek zat kimia atas jaringan hidup merupakan
hasil reaksi zat kimia tersebut dengan suatu komponen sistem biologi hidup, atau hasil interaksi
antara suatu bahan kimia tertentu dengan suatu komponen biologik. Studi tentang metode
toksikologik dipusatkan pada deteksi dan evaluasi terhadap sifat perubahan fungsi dan struktur yang
disebabkan oleh pejanan zat kimia serta signifikansi efek-efek tersebut atas sel-sel hidup.
B. PEDOMAN UJI DAYA BUNUH
Terdapat lima pedoman uji toksisitas (Weil, 1972) dalam buku ajar toksikologi umum (I
Made, 2006) yaitu:
1. Bila dianggap praktis sedapat mungkin menggunakan satu atau lebih spesies yang secara biologis
memperlakukan suatu bahan yang secara kualitatif semirip mungkin dengan manusia.
2. Bila mudah dikerjakan, gunakan beberapa tingkatan dosis, dengan alasan aksi/efek pada manusia dan
hewan berkaitan dengan dosis.
3. Efek yang ditimbulkan pada tingkat dosis yang lebih tinggi bermanfaat untuk melukiskan kerja mekanisme
aksi, tetapi untuk suatu bahan dan efek berbahaya, ada tingkat dosis untuk manusia atau hewan dengan dosis
rendah dimana efek berbahaya ini tidak akan muncul.
4. Uji statistika untuk signifikansi itu sahih hanya pada satuan eksperimental yang secara matematika telah
dirambang di antara dosis dan kelompok kontrol bersangkutan
5. Efek yang diperoleh melalui suatu jalur pemberian kepada hewan uji tidak „apreori“ dapat diterapkan pada
efek melalui jalur pemberian lain pada manusia. Jalur yg dipilih adalah dimana eksposisi akan terjadi.
C. PRINSIP UJI TOKSIKOLOGI
Bahan Kimia Beracun (Toxic) adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan,
lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau
kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu.
Penetapan secara akurat nilai ambang batas dengan tanpa memberikan suatu efek,
tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Ukuran sampel dan replikasi (pengulangan) pengambilan sampel
b. Jumlah endpoint (titik akhir) yang diamati
c. Jumlah dosis atau konsentrasi bahan toksik
d. Kemampuan untuk mengukur endpoint
e. Keragaman intrinsik dari endpoint dalam populasi binantang percobaan
f. Metode statistik yang digunakan
B. LETHAL CONCENTRATION (LC50)
Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas
dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu
limbah. Suatu senyawa kimia dikatakan bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan
efek racun dalam jangka waktu singkat.
Analisis Probit Metode Bosvine-Nash yaitu nilai toksitas (LC50) dihitung dengan
menggunakan metode analisa Probit Metode Bosvine-Nash (Lu, 1995). Langkah perhitungan
pendugaan nilai LC50 ini dilakukan dengan menghitung :
a. Probit Empirik
b. Probit yang diharapkan
c. Probit yang dikerjakan dan
d. Probit sementara.
5. Cara Perhitungan LC50 dari BSLT
a. Buatlah tabel kemudian masukkan nilai konsentrasi yang dilakukan, Log10 konsentrasi dan Jumlah
larva yang digunakan.
b. Jika sudah melakukan BSLT, tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap kolom Jumlah larva mati
sesuai dengan konsentrasinya.
c. Hitung % mortalitasnya dengan cara = ((Jumlah yang mati / Jumlah total Larva) × 100
%)
d. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol. Jika terdapat yang mati maka hitung
mortalitas terkoreksi, sesuai ulangan.
e. Setelah % mortalitas terkoreksi didapatkan untuk setiap ulangan maka rata-ratakan dengan membagi
total mortalitas terkoreksi dengan jumlah ulangan yang dilakukan. Masukkan hasil rata-rata tersebut ke
kolom rata-rata % mortalitas terkoreksi.
f. Cari nilai probit (probability unit) untuk mortalitas terkoreksi yang didapatkan dan masukkan ke kolom
probit.
g. Jika nilai probit sudah ada, dilanjutkan membuat grafik hubungan antara nilai probit mortalitas (sb.y)
dan Log10. konsentrasi (sb.x), menggunakan Microsoft Word/Excel.
h. Jika persamaannya sudah didapat, kemudian masukkan nilai keramat untuk LC50 adalah nilai 5.
A. LD 50%
Dalam melakukan uji LD50 ada beberapa syarat yang harus ditaati dan syarat tersebut
cukup sulit dilakukan untuk laboratorium yang kurang berpengalaman dalam melakukan uji
LD50. Syaratnya adalah:
3. Rute aplikasi:
a. Peroral/dermal (bahan padat atau cair) menggunakan, tikus, mencit terutama tikus
b. Inhalasi (bentuk gas); menggunakan tikus/ kelinci
c. Jumlah hewan perkelompok minimum 8
4. Waktu:
a. Akut (minimum 24 jam)
b. Kronis (14-28 hari—6 bulan), untuk uji:
1) Mutagenicity
2) Karsinogenicity
3) Reproduktivity
5. Kondisi pemeliharaan:
a. Kondisi kandang, bersih, ventilasi cukup
b. Perawatan baik: cukup air, pakan, diet dsb
c. Suhu, kelembaban, sinar dsb
6. Pengamatan:
a. Sering diamati (minimum 1hari 1 kali untuk uji kronis)
b. Dicatat gejala yang terlihat dan lesi-lesi yang timbul
c. Pencatatan kematian
d. Kelainan tingkah laku
e. Dilakukan nekropsi pada hewan yang mati
7. Laporan:
a. Nilai hasil uji LD50 dilaporkan untuk setiap jenis kelainan, terutama adanya perbedaan respons
untuk setiap jenis kelamin
b. Dilaporkan juga kurva dosis mortalitas dan konfiden limit
c. Dilaporkan gejala toksisitas yang terlihat, jumlah kematian, jumlah hewan yang tidak terpengaruh
untuk semua tingkat dosis
d. Untuk uji dermal: dilaporkan pengaruh local tempat pemberian
e. Untuk uji inhalasi: ukuran partikel aerosol harus dilaporkan
f. Untuk uji toksisitas kronis perlu dicatat juga waktu terjadinya kematian
g. Hasil nekropsi perlu dilaporkan seperti: timbulnya lesi-lesi, perubahan berat organ target,
gambaran hematology, biokimiawi, histopatologi dsb.
Median efektif dosis(ED50) dapat digunakan untuk pemberian dosis obat yang
menyebabkan 50% dari hewan uji:
a. berekasi atau tidak bereaksi (reaksi yang diharapkan)
b. hidup atau mati (LD50)
c. positif atau negatif
d. masuk dalam kategori yang diharapkan atau tidak
Untuk menghitung ED50 dengan rumus: