Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Toksikologi

Toksikologi merupakan kajian mengenai mekanisme efek berbahaya

(efek toksik) dari suatu bahan kimia terhadap makhluk hidup. Toksin

mempunyai arti sebagai zat yang berpotensi memberikan efek berbahaya

terhadap organisme tertentu (Frank, 1995).

Faktor yang menentukan sifat toksik dari suatu senyawa adalah dosis,

konsentrasi racun di reseptor, sifat senyawa tersebut, paparan terhadap

organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Toksisitas merupakan sifat

relatif dari suatu bahan kimia yang dapat menimbulkan efek berbahaya. Pada

umumnya, efek farmakologis timbul apabila terjadi interaksi antara zat kimia

dengan organisme hidup (Frank, 1995; Priyanto, 2009).

Uji toksisitas merupakan suatu uji untuk menentukan potensial suatu

senyawa sebagai racun, mengenali kondisi biologis setelah efek toksik

tersebut timbul dan mengenali karakteristik efek tersebut (Frank, 1995;

Priyanto, 2009).

Menurut Weil, terdapat lima pedoman pada uji toksisitas, yaitu

(Hodgson dan Levi, 2000) :

1. Menggunakan satu atau lebih spesies yang secara kualitatif memperlakukan

suatu bahan mirip dengan manusia.


2. Menggunakan beberapa jumlah dosis, dengan alasan pemberian dosis yang

berbeda dapat menimbulkan tingkat efek yang berbeda.

3. Efek yang ditimbulkan pada tingkat dosis yang lebih tinggi bermanfaat

untuk menggambarkan mekanisme kerjanya.

4. Uji stastitika untuk uji ini dilakukan hanya pada satuan eksperimental yang

secara matematika telah berada diantara dosis dan kelompok kontrol.

5. Efek yang diperoleh melalui suatu jalur pemberian kepada hewan uji tidak

semerta-merta dapat diterapkan kepada manusia, namun harus melalui uji

lainnya.

B. Uji Toksisitas Akut

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang digunakan untuk menentukan

tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar. Suatu senyawa kimia

bersifat racun akut jika senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun

dalam jangka waktu singkat. Suatu senyawa kimia bersifat racun kronis jika

senyawa tersebut dapat menimbulkan efek racun dalam jangka waktu panjang

(karena kontak yang berulang-ulang walaupun dalam jumlah yang sedikit)

(Dhahiyat, 2009).

Ada tiga cara utama bagi senyawa kimia untuk dapat memasuki tubuh,

yaitu melalui paru-paru (pernafasan), mulut, dan kulit. Melalui ketiga rute

tersebut, senyawa yang bersifat racun dapat masuk ke aliran darah, dan
kemudian terbawa ke jaringan tubuh lainnya (Departemen Farmakologi dan

Terapeutik, 2007).

Salah satu perhatian utama dalam toksisitas adalah kuantitas/dosis

senyawa yang diuji. Sebagian besar senyawa yang berada dalam bentuk

murninya memiliki sifat racun (toksik). Sebagai contohnya adalah senyawa

oksigen yang berada pada tekanan parsial 2 atm mempunyai sifat toksik.

Konsentrasi oksigen yang terlalu tinggi dapat merusak sel (Priyanto, 2009).

Median Lethal Concentration (LC50) yaitu konsentrasi yang

menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat

diestimasi dengan grafik dan perhitungan pada waktu pengamatan tertentu,

misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji

(Pourfraidon, 2009).

Berdasarkan waktu yang diperlukan, metode penambahan larutan uji

dan berdasarkan tujuannya maka uji toksisitas diklasifikasikan sebagai berikut

(Pourfraidon, 2009). :

1. Klasifikasi menurut waktu

A. Uji hayati jangka menengah (intermediate bioassay)

B. Uji hayati jangka pendek (short term bioassay)

C. Uji hayati jangka panjang (long term bioassay)

2. Klasifikasi menurut metode penambahan larutan

A. Uji hayati statik (static bioassay)

B. Uji hayati pergantian larutan (renewal biossay)


C. Uji hayati mengalir (flow trough bioassay)

3. Klasifikasi menurut tujuan penelitian

A. Pemantauan kualitas air limbah

B. Uji bahan atau satu jenis senyawa kimia

C. Penentuan toksisitas serta daya tahan

D. Pertumbuhan organisme uji

Terdapat dua tahapan dalam penelitian menggunakan LC50, yaitu

(Juniarti, 2009) :

1. Uji Pendahuluan. Untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu

konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50%

dan kematian terkecil mendekati 50%.

2. Uji Lanjutan. Setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan

konsentrasi akut berdasarkan seri logaritma konsentrasi yang dimodifikasi

oleh Rochini dkk (1982) diacu dalam Rossiana (2006). Adapun kriteria

toksisitas suatu perairan adalah sebagai berikut:

Tabel A.1. Kategori toksisitas berdasarkan nilai LC50

Kategori Nilai LC50 (g/ml)


Sangat Toksik < 30
Toksik 30-100
Tidak toksik >1000
C. Metode BSLT

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode skrining

untuk menentukan sifat toksik suatu senyawa atau ekstrak secara akut dengan

menggunakan hewan coba Artemia salina. Klasifikasi Artemia salina adalah

sebagai berikut:

Gambar A.1. Artemia salina

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Bangsa : Anostraca

Suku : Artemidae

Marga: Artemia

Jenis : Artemia salina


Penetasan telur Artemia salina yang baik perlu memperhatikan beberapa

faktor yaitu: hidrasi dari kista-kista, aerasi, penyinaran, suhu, derajat

keasaman (pH), dan kepadatan telur dalam media penetasan.

Metode BSLT merupakan langkah pertama untuk uji toksisitas suatu

ekstrak atau senyawa. Metode ini merupakan metode uji hayati yang

sederhana, cepat, murah, dan dapat dipercaya. Daya toksisitas suatu senyawa

dapat diketahui dengan menghitung jumlah kematian larva Artemia salina

dengan parameter lethal concentration 50 (LC50). Suatu ekstrak dinyatakan

bersifat toksik menurut metode BSLT ini jika memiliki LC50 kurang dari 1000

g/ml. Jika hasil uji BSLT menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan bersifat

toksik maka dapat dikembangkan ke penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi

senyawa sitotoksik tumbuhan sebagai usaha pengembangan obat alternatif anti

kanker (Meyer, 1982; Firdayani, 2003).

Keuntungan dari metode BSLT antara lain pengerjaan yang cepat hanya

membutuhkan waktu pengamatan selama 24 jam, murah, merupakan metode

yang sederhana, dan hanya dibutuhkan sampel yang sedikit, selain itu dalam

pelaksanaannya tidak membutuhkan keahlian khusus (Laughlin dan Roger,

1998).
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: FKUI.

Dhahiyat, Yayat. 2009. Uji Toksisitas Akut Lc-50 Dan Kronis Terhadap Daphnia
Carinata King. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Firdayani, Agustini K, Kusumaningrum S. 2003. Uji sitotoksisitas ekstrak methanol


spons Gelliodes fibulatus terhadap A. salina. Jurnal Farmasi Indonesia 2003;
1 (3): 141-5.

Frank, C.L. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko. 2nd
ed. Jakarta: UI Press.

Hodgson, E. dan Levi, P.E. 2000. A Textbook of Modern Toxicology. 2nd ed.
Singapore: McGraw-Hill Higher Education.

Juniarti, Delvi Osmeli, Yuhernita. 2009. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas
(Brine Shrimp Lethality Test) dan Antioksidan (1,1-Diphenyl-2-
Pikrilhydrazyl) Dari Ekstrak daun Saga (Abrus Precatorius L.). Makara
Sains. April;13(1): 50-54.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL.
1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituents. Planta Med.

Pourfraidon, Zahra. 2009. Biological activity of prominent anti-cancer plants using


Brine Shrimp Lethality Test. Journal of Microbial World.

Priyanto. 2009. Toksikologi: Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko.


Depok: Leskonfi.

Anda mungkin juga menyukai