Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki wilayah laut

sangat luas, dua pertiganya merupakan wilayah laut, indonesia memiliki

sumber daya alam hayati laut yang besar. Salah satu sumber daya alam

tersebut adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang

merupakan bagian dari ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi

beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang bisa hidup

lebih dari 300 jenis karang, lebih dari 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis

moluska, krustasea, sponge, algae, lamundan biota lainnya .

Toksisitas adalah potensi dari suatu senyawa kimia untuk dapat

menyebabkan kerusakan ketika senyawa tersebut mengenai atau masuk

kedalam tubuh makhluk hidup. Toksisitas menandakan adanya efek

toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau

campuran.Uji toksisitas umumnya bertujuan untuk menilai risiko yang

mungkin ditimbulkan dari suatu zat kimia toksikan.

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas

yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat

toksik dari bahan alam.Uji toksisitas dengan metode BSLT ini memiliki

spektrum aktifitas farmakologi yang luas, prosedurnya sederhana, cepat dan

tidak membutuhkan biaya yang besar, serta hasilnya dapat di percaya.Uji ini
merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa

ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah

pemberian dosis uji.

“Brine shrimp lethality test” adalah uji pendahuluan suatu senyawa yang

memiliki keuntungan dimana hasil yang diperoleh lebih cepat (24 jam), tidak

mahal, mudah pengerjaannya dari pengujian lanilla. Merupakan Salah satu

metode yang murah, mudah dan sederhana untuk skrining Bioaktivitas. Yang

sering diasosiasikan sebagai uji aktivitas anti tumor dan anti kanker. Metode

BST juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa toksik dalam

proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan

menentukan harga LC50 senyawa aktif. Metode BST dapat digunakan untuk

berbagai sistem uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan,

anastesik,komponen seperti morfin, karsinogenik dan ketoksikan dari hewan

dan tumbuhan laut serta senyawa beracun dari tumbuhan darat. Efek toksik

dapat diketahui atau diukur dari kematian larva karena pengaruh bahan uji

Senyawa antitumor adalah sitotoksik hal ini berdasarkan pemikiran bahwa

efek farmakologi adalah toksikologi sederhana pada dosis yang rendah

dan besar, untuk itu Brine shrimp lethaly test dapat digunakan sebagai uji

pendahuluan senyawa anti tumor.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Bagaimana cara mengetahui prinsip dasar pengujian ekstrak bahan alam?


2. Bagaimana cara melakukan uji bioassay dengan menggunakan metode

Brine Shrimp Lethality Test (BTS)?

C. Tujuan

Tujuan pada makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui prinsip dasar pengujian ekstrak bahan alam.

2. Untuk melakukan uji bioassay dengan menggunakan metode Brine

Shrimp Lethality Test (BTS).

D. Manfaat

Manfaat pada makalah ini adalah :

3. Dapat mengetahui prinsip dasar pengujian ekstrak bahan alam.

4. Dapat melakukan uji bioassay dengan menggunakan metode Brine

Shrimp Lethality Test (BTS).


BAB II

PEMBAHASAN

Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk menetapkan potensi

toksisitas akut LD50, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik, dan

mekanisme kematian. Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi adanya

toksisitas suatu zat, menentukan organ sasaran dan kepekaannya, memperoleh

data bahayanya setelah pemberian suatu senyawa secara akut dan untuk

memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat

dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas selanjutnya (Soeksmanto et al., 2010).

Metode uji toksisitas dilakukan secara in vitro maupun in vivo. Salah satu

metode toksisitas in vitro yang sering digunakan adalah metode Brine Shrimp

Letality Test (BSLT). Metode BSLT merupakan salah satu cara yang cepat dan

murah untuk skrining toksisitas dari ekstrak tanaman dengan menggunakan hewan

laut yaitu larva udang Artemia salina Leach. Uji toksisitas dengan metode BSLT

ini memiliki spektrum aktivitas farmakologi yang luas, prosedurnya sederhana,

cepat dan tidak membutuhkan biaya yang besar, serta hasilnya dapat dipercaya. Di

samping itu, metode ini sering dikaitkan dengan metode penapisan senyawa

antikanker. Dengan alasan-alasan tersebut, maka uji ini sangat tepat digunakan

dalam mengawali penelitian bahan alam (Frengki et al., 2014).

Beberapa obat tradisional melibatkan penggunaan ekstrak tanaman mentah

yang mungkin mengandung keragaman yang luas dari molekulnya, sering dengan

efek biologis terbatas. Namun, sebagian besar informasi yang tersedia mengenai
potensi obat tanaman ini tidak dilengkapi dengan data ilmiah yang kredibel.

Untuk alasan ini, beberapa penelitian telah dilakukan untuk menentukan toksisitas

tanaman obat. Sebuah bioassay umum yang muncul mampu mendeteksi spektrum

yang luas dari bioaktivitas kini dalam ekstrak mentah tanaman adalah Brine

Shrimp (Artemia sp.) Lethality Assay (BSLA). BSLA digunakan sebagai indikator

toksisitas umum dan juga sebagai panduan untuk mendeteksi antitumor dan

senyawa pestisida. Biaya rendah dan kemudahan melakukan pengujiannya dan

ketersediaan komersial telur udang air asin murah membuat BSLA sebuah tempat

top metode yang sangat berguna. Pengujian ini telah tercatat sebagai alat yang

berguna untuk isolasi senyawa bioaktif dari ekstrak tumbuhan (Olowa, 2013).

Senyawa yang diduga memiliki aktivitas anti kanker, harus diujikan

terlebih dahulu pada hewan percobaan. Penelitian ini menerapkan metode Brine

Shrimp Lethality Test (BST) dengan menggunakan larva udang Artemia salina

leach sebagai hewan uji. Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak

digunakan untuk pencarian senyawa anti kanker baru yang berasal dari tanaman.

(Mutia, 2010).

Uji toksisitas dilakukan sebagai tes awal untuk menentukan potensi

produk alami biologis aktif dalam pengembangan obat-obatan. Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) dianggap sebagai screening awal untuk kehadiran

antitumor atau antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas,

antikanker, dan potensi antioksidan (Utami et al., 2014).

BST merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan

dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode
ini dapat digunakan sebagai bioassaygided fractionation dari bahan alam karena

mudah, cepat, murah dan cukup reprodusibel. Beberapa senyawa bioaktif yang

telah berhasil diisolasi dan aktivitasnya dimonitor dengan BST menunjukkan

adnya korelasi terhadap suatu uji spesifik antikanker. BST digunakan dalam

penapisan senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak tanaman yang

ditunjukkan sebagai toksisitas terhadap larva artemia salina leach. Toksisitas

ditentukan dengan melihat harga LC50 yang dihitung berdasarkan analisis probit.

Ekstrak ditentukan dengan melihat LC50-nya lebih kecil atau sama dengan 1000

µg/ml (LC50 < 1000 µg/ml) (Harmita dan Maksum, 2008).

Uji BST dilakukan dengan sedikit modifikasi. Telur Artemia salina

(sekitar 30 mg) ditempatkan ke dalam penetasan ruang dan disimpan di bawah

aerator konstan selama 24 jam. Setelah menetas, nauplii aktif dikumpulkan

dengan pipet Pasteur yang digunakan untuk pengujian. Sampel uji yang dibuat

sebagai berikut. Dua puluh miligram setiap senyawa disintesis ditimbang,

dilarutkan, dan diencerkan mengikuti prosedur pengenceran dijelaskan oleh

McLaughlin untuk memberikan berbagai jumlah sampel sesuai dengan 1.000

ppm, 100 ppm, 10 ppm, 1 ppm, dan 0,1 ppm, masing-masing dalam rangkap tiga.

Berdasarkan criterium Meyer bahwa zat murni dianggap beracun jika nilai LC50

kurang dari 30 ppm (Rudyanto et al., 2014).

Etanol ekstrak C. roseus memiliki aktivitas antiproliverative, tetapi tidak

memiliki aktivitas antioksidan. Berdasarkan data ekstrak etanol C. roseus

memiliki aktivitas sitotoksik dengan LC50 26,22 ug/ml. Hasil ini divalidasi oleh

penelitian sebelumnya bahwa aktivitas antiproliferatif C. roseus yang disebabkan


oleh yang paling banyak adalah monomer seperti katarantin dan vincloline. Dua

obat anti kanker yang umum dari C. roseus adalah vincristine dan vinblastine.

Catharanthin, mirip dengan senyawa dalam plasma sel kanker. Penyerapan

catharanthin menjadi sel kanker diprakirakan akan mendesak dan melarutkan inti

sel kanker (Widowati et al., 2011).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada makalah ini adalah :

1. Prinsip dasar toksisitas ditentukan dengan melihat harga LC50 yang

dihitung berdasarkan analisis probit. Ekstrak ditentukan dengan melihat

LC50-nya lebih kecil atau sama dengan 1000 µg/ml (LC50 < 1000 µg/ml).

2. Ekstrak herba sereh pada pengujian toksisitas akut mempunyai potensi

toksisitas terhadap larva Artemia salina pada konsentrasi.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada makalah ini adalah penulisan makalah

harus memiliki referensi yang banyak agar hasil yang hendak dicapai dapat

memuaskan dan para pembaca juga merasa puas ketika telah membaca

makalah praktikum fitokimia I yang berjudulkan bioassay ekstrak bahan

alam.
DAFTAR PUSTAKA

Frengki, Roslizawaty dan Desi P., 2014, Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Sarang
Semut Lokal Aceh (Mymercodia sp.) dengan Metode BSLT terhadap
Larva Udang Artemia salina Leach, Jurnal Medika Veterinaria, Vol. 8,
No. 1.

Harmita dan Maksum, 2008, Buku Ajar Analisis Hayati Edisi III, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Mahyuddin, K, 2008, Panduan Lengkap Agribisnis Patin, penebar swadaya,


Jakarta.

Mutia, D., 2010, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur (Vitis vinifera)
terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BST), Skripsi.

Olowa , L.F., dan O.M. Nuñeza, 2013, Brine Shrimp Lethality Assay of the
Ethanolic Extracts of Three Selected Species of Medicinal Plants from
Iligan City, Philippines, International Research Journal of Biological
Sciences, Vol. 2, No. 11.

Rudyanto, M., J. Ekowati, T. Widiandani dan T. Honda, 2014, Synthesis and


Brine Shrimp Lethality Test of Some Benzoxazine and Aminomethyl
Derivatives Of Eugenol, Int J Pharm Pharm Sci, Vol. 6, No. 2.

Soeksmanto, A., Partomuan S., dan Muhammad, A.S., 2010, Uji Toksisitas Akut
Ekstrak Air Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap
Histologi Organ Hati Mencit, Jurnal Natur Indonesia, Vol. 12, No. 2.

Sunanto, H., 2009, 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas,
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Suryo, J., 2009, Herbal Penyembuh Kanker Pada Perempuan, PT Bintang


Pustaka, Yogyakarta.

Thomas, 2007, Tanaman Obat Tradisional 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Utami, A.W., A. T. Wahyudi, dan I. Batubara, 2014, Toxicity, Anticancer and


Antioxidant Activity of Extracts From Marine Bacteria Associated With
Sponge Jaspis sp., International journal of Pharma and Bio Sciences, Vol.
5, No. 4.

Tisnadjaja, D., 2006, Bebas Kolesterol dan Demam Berdarah, Penebar Swadaya,
Bandung.
Widowati, W., T. Mozef, C. Risdian, H. Ratnawati, S. Tjahjani, dan F. Sandra,
2011, The Comparison of Antioxidative and Proliferation Inhibitor
Properties of Piper betle L., Catharanthus roseus (L) G. Don,
Dendrophtoe petandra L., Curcuma mangga Val. Extracts on T47D
Cancer Cell Line, International Research Journal of Biochemistry and
Bioinformatics, Vol. 1, No. 2.

Zargar, M., Farah F., dan Tahereh N., 2010, Hairy roots production of transgenic
Catharanthus roseus L. plants with Agrobacterium rhizogenes under in
vitro conditions, Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4, No. 21.

Anda mungkin juga menyukai