PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan yang besar di dunia yang memiliki wilayah laut
sumber daya alam hayati laut yang besar. Salah satu sumber daya alam
merupakan bagian dari ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan bagi
beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang bisa hidup
lebih dari 300 jenis karang, lebih dari 200 jenis ikan dan berpuluh-puluh jenis
toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) adalah salah satu metode uji toksisitas
toksik dari bahan alam.Uji toksisitas dengan metode BSLT ini memiliki
tidak membutuhkan biaya yang besar, serta hasilnya dapat di percaya.Uji ini
merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa
ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah
“Brine shrimp lethality test” adalah uji pendahuluan suatu senyawa yang
memiliki keuntungan dimana hasil yang diperoleh lebih cepat (24 jam), tidak
metode yang murah, mudah dan sederhana untuk skrining Bioaktivitas. Yang
sering diasosiasikan sebagai uji aktivitas anti tumor dan anti kanker. Metode
proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik dengan
menentukan harga LC50 senyawa aktif. Metode BST dapat digunakan untuk
dan tumbuhan laut serta senyawa beracun dari tumbuhan darat. Efek toksik
dapat diketahui atau diukur dari kematian larva karena pengaruh bahan uji
dan besar, untuk itu Brine shrimp lethaly test dapat digunakan sebagai uji
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
PEMBAHASAN
toksisitas akut LD50, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik, dan
mekanisme kematian. Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi adanya
data bahayanya setelah pemberian suatu senyawa secara akut dan untuk
dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas selanjutnya (Soeksmanto et al., 2010).
Metode uji toksisitas dilakukan secara in vitro maupun in vivo. Salah satu
metode toksisitas in vitro yang sering digunakan adalah metode Brine Shrimp
Letality Test (BSLT). Metode BSLT merupakan salah satu cara yang cepat dan
murah untuk skrining toksisitas dari ekstrak tanaman dengan menggunakan hewan
laut yaitu larva udang Artemia salina Leach. Uji toksisitas dengan metode BSLT
cepat dan tidak membutuhkan biaya yang besar, serta hasilnya dapat dipercaya. Di
samping itu, metode ini sering dikaitkan dengan metode penapisan senyawa
antikanker. Dengan alasan-alasan tersebut, maka uji ini sangat tepat digunakan
yang mungkin mengandung keragaman yang luas dari molekulnya, sering dengan
efek biologis terbatas. Namun, sebagian besar informasi yang tersedia mengenai
potensi obat tanaman ini tidak dilengkapi dengan data ilmiah yang kredibel.
Untuk alasan ini, beberapa penelitian telah dilakukan untuk menentukan toksisitas
tanaman obat. Sebuah bioassay umum yang muncul mampu mendeteksi spektrum
yang luas dari bioaktivitas kini dalam ekstrak mentah tanaman adalah Brine
Shrimp (Artemia sp.) Lethality Assay (BSLA). BSLA digunakan sebagai indikator
toksisitas umum dan juga sebagai panduan untuk mendeteksi antitumor dan
ketersediaan komersial telur udang air asin murah membuat BSLA sebuah tempat
top metode yang sangat berguna. Pengujian ini telah tercatat sebagai alat yang
berguna untuk isolasi senyawa bioaktif dari ekstrak tumbuhan (Olowa, 2013).
terlebih dahulu pada hewan percobaan. Penelitian ini menerapkan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BST) dengan menggunakan larva udang Artemia salina
leach sebagai hewan uji. Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan untuk pencarian senyawa anti kanker baru yang berasal dari tanaman.
(Mutia, 2010).
BST merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan
dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode
ini dapat digunakan sebagai bioassaygided fractionation dari bahan alam karena
mudah, cepat, murah dan cukup reprodusibel. Beberapa senyawa bioaktif yang
adnya korelasi terhadap suatu uji spesifik antikanker. BST digunakan dalam
ditentukan dengan melihat harga LC50 yang dihitung berdasarkan analisis probit.
Ekstrak ditentukan dengan melihat LC50-nya lebih kecil atau sama dengan 1000
dengan pipet Pasteur yang digunakan untuk pengujian. Sampel uji yang dibuat
ppm, 100 ppm, 10 ppm, 1 ppm, dan 0,1 ppm, masing-masing dalam rangkap tiga.
Berdasarkan criterium Meyer bahwa zat murni dianggap beracun jika nilai LC50
memiliki aktivitas sitotoksik dengan LC50 26,22 ug/ml. Hasil ini divalidasi oleh
obat anti kanker yang umum dari C. roseus adalah vincristine dan vinblastine.
catharanthin menjadi sel kanker diprakirakan akan mendesak dan melarutkan inti
PENUTUP
A. Kesimpulan
LC50-nya lebih kecil atau sama dengan 1000 µg/ml (LC50 < 1000 µg/ml).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada makalah ini adalah penulisan makalah
harus memiliki referensi yang banyak agar hasil yang hendak dicapai dapat
memuaskan dan para pembaca juga merasa puas ketika telah membaca
alam.
DAFTAR PUSTAKA
Frengki, Roslizawaty dan Desi P., 2014, Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Sarang
Semut Lokal Aceh (Mymercodia sp.) dengan Metode BSLT terhadap
Larva Udang Artemia salina Leach, Jurnal Medika Veterinaria, Vol. 8,
No. 1.
Harmita dan Maksum, 2008, Buku Ajar Analisis Hayati Edisi III, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Mutia, D., 2010, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur (Vitis vinifera)
terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BST), Skripsi.
Olowa , L.F., dan O.M. Nuñeza, 2013, Brine Shrimp Lethality Assay of the
Ethanolic Extracts of Three Selected Species of Medicinal Plants from
Iligan City, Philippines, International Research Journal of Biological
Sciences, Vol. 2, No. 11.
Soeksmanto, A., Partomuan S., dan Muhammad, A.S., 2010, Uji Toksisitas Akut
Ekstrak Air Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap
Histologi Organ Hati Mencit, Jurnal Natur Indonesia, Vol. 12, No. 2.
Sunanto, H., 2009, 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas,
PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tisnadjaja, D., 2006, Bebas Kolesterol dan Demam Berdarah, Penebar Swadaya,
Bandung.
Widowati, W., T. Mozef, C. Risdian, H. Ratnawati, S. Tjahjani, dan F. Sandra,
2011, The Comparison of Antioxidative and Proliferation Inhibitor
Properties of Piper betle L., Catharanthus roseus (L) G. Don,
Dendrophtoe petandra L., Curcuma mangga Val. Extracts on T47D
Cancer Cell Line, International Research Journal of Biochemistry and
Bioinformatics, Vol. 1, No. 2.
Zargar, M., Farah F., dan Tahereh N., 2010, Hairy roots production of transgenic
Catharanthus roseus L. plants with Agrobacterium rhizogenes under in
vitro conditions, Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4, No. 21.