Anda di halaman 1dari 4

Ekstraksi

 Faktor-faktor yang berpengaruh dalam ekstraksi yaitu penyiapan bahan sebelum


ekstraksi, ukuran partikel, pelarut, perbandingan bahan dengan pelarut, metode yang
digunakan dalam ekstraksi, waktu, suhu, serta proses pemisahan pelarut dari hasil
ekstraksi. Perbandingan bahan dengan pelarut berpengaruh terhadap proses ekstraksi
karena semakin banyak pelarut yang digunakan maka semakin banyak senyawa
yang dapat diekstrak. Lama ekstraksi pada bahan baku berkaitan dengan lama kontak
antara bahan dengan pelarut sampai pada batas tertentu senyawa yang diekstrak habis
dalam bahan. Waktu juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi. Waktu ekstraksi sangat berpengaruh terhadap senyawa yang dihasilkan, waktu
maserasi yang tepat akan menghasilkan senyawa yang optimal. Waktu maserasi yang
terlalu singkat mengakibatkan tidak semua senyawa terlarut dalam pelarut yang
digunakan dan waktu maserasi terlalu lama maka mengakibatkan rusaknya senyawa aktif
yang diekstrak (Widhiana Putra et al., 2020). Perbandingan bahan dengan pelarut yang
digunakan yaitu 1:10, 1:15, 1:20.
 Proses maserasi menggunakan rasio bahan : pelarut 1:5 dan 1: 9. Hal ini menunjukkan
ketika mengekstraksi bahan dengan menggunakan pelarut dalam jumlah banyak maka
semakin banyak pula senyawa yang dapat diekstrak. Semakin banyak pelarut yang
digunakan, semakin besar keterkaitan senyawa pada ekstrak. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi rasio pelarut, semakin besar perbedaan konsentrasi antara pelarut dan
senyawa dalam sampel. Akibatnya, rendemen ekstrak semakin meningkat. Selain itu,
peningkatan luas kontak sampel dengan pelarut diduga meningkatkan nilai rendemen.
Kesimpulan dari hasil yang diperoleh adalah ekstraksi maserasi jantung pisang dengan
pelarut etanol 99,7% : HCl 1% dengan rasio bahan : pelarut sebesar 1:9 dan lama
ekstraksi selama 6 jam menghasilkan rendemen teringgi (2,64%) dan, kadar total
antosianin tertinggi (0,119 g/100 gram) (Widyastutik et al., 2022). menyatakan bahwa
semakin tinggi rendemen ekstrak maka semakin tinggi kandungan zat yang
tertarik ada pada suatu bahan baku (Senduk et al., 2020).
Keuntungan Metode BSLT
 BSLT adalah metode skrining farmakologi awal yang relatif murah dan telah teruji
hasilnya dengan tingkat kepercayaan 95%. BSLT telah digunakan sebagai bioassay
pendahuluan dalam rangka menilai toksisitas ekstrak fungi, tumbuhan, logam berat,
substansi toksin dari sianobakteri dan pestisida (Arsanti & Subiantoro, 2021).
 Metode ini mudah dikerjakan, murah, cepat, dan cukup akurat (Chusniasih & Tutik,
2020).
 Uji toksisitas pada ekstrak tumbuhan dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan
suatu ekstrak. Pengujian toksisitas senyawa aktif atau bahan yang akan digunakan
sebagai obat merupakan salah satu penelitian yang penting sebagai syarat uji keamanan
suatu obat baru, sehingga dapat diketahui jumlah takaran yang tepat. Salah satu metode
awal yang sering dipakai untuk mengamati toksisitas pada tumbuhan adalah metode
brine shrimp lethality test (BSLT). Metode BSLT merupakan salah satu cara yang cepat,
murah dan mudah untuk toksisitas dari ekstrak tanaman dengan menggunakan hewan
laut yaitu artemia salina Leach (Nuralifah et al., 2018).
Alasan Penggunaan Artemia Salina Leach sebagai hewan coba.
 Larva udang Artemia salina untuk uji BSLT ini ialah sifatnya yang peka terhadap bahan
uji, waktu siklus hidup yang lebih cepat, dan mudah dibiakkan. Sifat peka Artemia salina
kemungkinan disebabkan oleh keadaan membran kulitnya yang sangat tipis sehingga
memungkinkan terjadinya difusi zat dan lingkungan yang mempengaruhi metabolisme
dalam tubuhnya (Nuralifah et al., 2021).
Alasan metode BSLT termasuk Uji Invitro
 Uji toksisitas in vitro (suatu uji yang dilaksanakan diluar tubuh hewan coba) dan dalam
pengujian hewan coba larva artemia salina L. sampel berada dilingkungan hidup
organisme yang kemudian berdifusi secara kontinue ke dalam hewan uji (Meles, 2010).
 Salah satu metode toksisitas in vitro yang sering digunakan adalah metode Brine Shrimp
Letality Test (BSLT) (Tarukbua et al., 2018). Kebanyakan jurnal membahas bslt
termasuk uji in vitro salah satu contohnya seperti jurnal di atas.
Suatu ekstrak dan fraksi memiliki aktivitas toksik apabila dapat membunuh 50 % hewan uji
pada konsentrasi < 30 ppm bersifat sitotoksik, 30-200 ppm berpotensi sebagai antibakteri,
sedangkan 200-1000 ppm berpotensi sebagai pestisida (Mojo et al., 2015).
Metode BSLT merupakan pengujian pendahuluan untuk menentukan toksisitas akut suatu senyawa
atau ekstrak dengan menggunakan larva udang (Artemia salina Leach) sebagai hewan uji dengan
parameter Lethal Concentration 50 (LC50) < 1000 ppm. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Salah
satu metode yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas sitotoksik suatu senyawa atau ekstrak. Uji
toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut yaitu efek toksik dari suatu senyawa
ditentukan dalam waktu singkat, pada rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji
(Sadiyah et al., 2019).
Larutan induk 1000 ppm dibuat dengan melarutkan 1 mg ekstrak pekat kulit batang terap dalam 100
mL air laut, namun jika sampel sukar larut dalam air laut ditambahkan DMSO, larutan diaduk
sampai homogen dan diperoleh konsentrasi sampel 1000 ppm (Fauzi et al., 2007).
Tingkat toksisitas suatu ekstrak berdasarkan Lc50, yaitu kategori sangat tinggi (highly toxic) apabila
mampu membunuh 50 % larva pada konsentrasi 0-100 ppm, sedang (medium toxic) pada konsentrasi
100-500 ppm, rendah (low toxic) pada konsentrasi 500-1000 ppm dan tidak toksik (non toxic) pada
konsentrasi > 1000 ppm
Alasan Memakai Kontrol Negatif
 Pengujian toksisitas akut pada ekstrak dan fraksi dibuat larutan uji dengan variasi
konsentrasi yaitu 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm
(Sumihe dkk., 2014). Selain itu disiapkan pula larutan kontrol negatif DMSO dan air
laut dengan larva Artemia salina Leach tanpa adanya penambahan larutan ekstrak
dan fraksi. Untuk menguji pengaruh pelarut maupun air laut yang berpengaruh
terhadap kematian larva. Sehingga dpt di pastikan bahwa kematian larva disebabkan
oleh pengaruh ekstrak ataupun fraksi yg ditambahkan.

DAPUS
Arsanti, I. A., & Subiantoro, A. W. (2021). Jurnal Pendidikan Biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi, 10(1), 24–31. http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/JPB
Chusniasih, D., & Tutik, T. (2020). UJI TOKSISITAS DENGAN METODE BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN
FITOKIMIA EKSTRAK ASETON KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.).
Analit: Analytical and Environmental Chemistry, 5(02), 192–201.
https://doi.org/10.23960/aec.v5.i2.2020.p192-201
Fauzi, M. H., Fauzi, M. H., Kimia, J., Mulawarman, U., Kehutanan, F., & Mulawarman, U.
(2007). UJI FITOKIMIA , TOKSISITAS ( BRINE SHRIMP LETHALITY TEST )
SERTA ANTIOKSIDAN KULIT BATANG TERAP ( Artocarpus elasticus reinw )
DENGAN METODE DPPH ( 2 , 2- diphenyl -1- picrylhidrazyl ) THE
PHYTOCHEMICAL TEST , BRINE SHRIMP LETHALITY TEST , AND
ANTIOXIDANT. Prosiding Seminar Nasional April Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas MulawarmanFakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mulawarman, 74–78.
Meles, D. K. (2010). Peran Uji Praklinik Dalam Bidang. Pusat Penerbitan Dan Percetakan
Unair (AUP), 1–33.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/767616f64cd58798f36164d0c93
96ffb.pdf
Mojo, T., Abidjulu, J., & Runtuwene, M. R. J. (2015). Kajian Toksisitas dari Fraksi Heksana,
Etil Asetat, dan Etanol Daun Soyogik (Sauraia bracteosa DC). Jurnal MIPA, 4(2), 40.
https://doi.org/10.35799/jm.5.1.2016.11411
Nuralifah, N., Jabbar, A., Parawansah, P., & Iko, R. A. (2018). Uji Toksisitas Akut Ekstrak
Etanol Daun Notika (Archboldiodendron calosercium (Kobuski)) Terhadap Larva
Artemia salina Leach dengan Menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Pharmauho: Jurnal Farmasi, Sains, Dan Kesehatan, 4(1), 1–5.
https://doi.org/10.33772/pharmauho.v4i1.4618
Nuralifah, N., Parawansah, P., & Nur, H. (2021). Uji Toksisitas Akut Ekstrak Air Dan
Ekstrak Etanol Daun Kacapiring (Gardenia jasminoides Ellis) Terhadap Larva Artemia
Salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Indonesian Journal
of Pharmaceutical Education, 1(2), 98–106. https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i2.11462
Sadiyah, E. R., Said, A. A., & Mulkiya, K. (2019). Uji Potensi Sitotoksik Ekstrak Dan Fraksi
Biji Kenari (Canarium Indicum L.) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (Bslt).
Prosiding Farmasi.
Senduk, T. W., Montolalu, L. A. D. Y., & Dotulong, V. (2020). The rendement of boiled
water extract of mature leaves of mangrove Sonneratia alba. Jurnal Perikanan Dan
Kelautan Tropis, 11(1), 9. https://doi.org/10.35800/jpkt.11.1.2020.28659
Tarukbua, Y. S. F., Queljoe, D. E., & Bodhi, W. (2018). Skrining Fitokimia Dan Uji
Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Brotowali (Tinospora crispa). Jurnal Ilmiah Farmasi-
UNSRAT, 7(3), 330–337.
Widhiana Putra, I. K., Ganda Putra, G. ., & Wrasiati, L. P. (2020). Pengaruh Perbandingan
Bahan dengan Pelarut dan Waktu Maserasi terhadap Ekstrak Kulit Biji Kakao
(Theobroma cacao L.) sebagai Sumber Antioksidan. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Agroindustri, 8(2), 167. https://doi.org/10.24843/jrma.2020.v08.i02.p02
Widyastutik, Y., Hardani, P. T., & Sari, D. P. (2022). Optimasi Perbandingan Pelarut dan
Lama Maserasi terhadap Kadar Total Antosianin Ekstrak Jantung Pisang (Musa
acuminata x Musa balbisiana). Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 19(2), 167–175.
https://doi.org/10.23917/pharmacon.v19i2.19834

Anda mungkin juga menyukai