Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

DERMATOKSISITAS

DISUSUN OLEH:
LENA DIAN SAPUTRI
H1041161038

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belkang


Iritasi merupakan salah satu reaksi buruk yang terjadi pada kulit, yang dapat
disebabkan oleh beragam faktor diantaranya lama pemberian, luas area
pemberian, tingkat penetrasi dan ketoksikan dari bahan yang diaplikasikan (More,
2013). Munculnya iritasi dapat terjadi setelah beberapa waktu dari pengaplikasian
sediaan, ditandai dengan beberapa gejala seperti kulit akan mengering terasa
nyeri, mengalami pendarahan, dan pecah-pecah. Iritasi yang terjadi pada kulit
ditandai dengan adanya eritema dan endema, dimana eritema atau kemerahan
terjadi karena dilatasi pembuluh darah pada daerah yang teriritasi, sedangkan pada
endema terjadi perbesaran plasma yang membeku pada daerah yang terluka (Irsan
et al., 2013).
Efek toksik mula-mula dapat terjadi karena ikatan antara toksikan dengan
organ vital seperti hati dan ginjal. Oleh karena itu, mengevaluasi efek toksik suatu
zat pada kedua organ tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk
melindungi kesehatan karena pemaparan suatu zat toksik dapat membahayakan
tubuh dan menghasilkan efek samping yang serius pada manusia (Astante, 2002).
Menurut BPOM tahun 2014, bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia
dapat diketahui dengan mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat
menimbulkan efek toksik pada manusia, efek karsinogenik, teratogenik,
mutagenik, dan lain-lain.
Informasi tersebut umumnya dapat diperoleh dari percobbaan menggunakan
hewan uji sebagai model yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas (BPOM,
2014). Penelitian yang dilakukan ini akan diujikan uji toksisitas dermal dari
berbagai tumbuhan untuk mengatahui toksisitas terhadap dermal. Percobaan
dilakukan dengan menggunakan 4 tumbuhan yaitu batang talas, getah rengas,
getah pinang, dan buah lakum serta perlakuan kontrol menggunakan akuades.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada uraian diatas maka rumusan masalah dari praktikum ini
adalah bagaimana pengaruh toksisitas dari getah talas, getah pinang, getah rengas,
ekstrak buah lakum dan akusdes terhadap kadar leukosit dan leukosit differensial
mencit?

1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum toksikologi ini adalah untuk mengetahui toksisitas dari
getah talas, getah pinang, getah rengas, ekstrak buah lakum dan akusdes terhadap
kadar leukosit dan leukosit differensial mencit.

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh toksisitas dari
getah talas, getah pinang, getah rengas, ekstrak buah lakum dan akusdes terhadap
jumlah leukosit dan leukosit differensial mencit.
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Toksisitas


Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksis suatu zat pada
sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis respon yang khas dari sediaan
uji. Data yang diperoleh dapat digunkan untuk memberi informasi mengenai
derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga
dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia.
Uji toksisitas menggunakan hewan uji sebagai model berguna untuk
melihat adanya reaksi biokimia, fisiologik dan patologik pada manusia terhadap
suatu sediaan uji. Hasil uji toksisitas tidak dapat digunakan secara mutlak untuk
membuktikan keamanan suatu bahan/sediaan pada manusia, namun dapat
memberikan petunjuk adanya toksisitas relatif dan membantu identifikasi efek
toksik bila terjadi pemaparan pada manusia.
Faktor-faktor yang menentukan hasil uji toksisitas secara in vivo dapat
dipercaya adalah: pemilihan spesies hewan uji, galur dan jumlah hewan, cara
pemberian sediaan uji, teknik dan prosedur pengujian termasuk cara penanganan
hewan selama percobaan.

2.2 Uji Toksisitas Dermal


Uji toksisitas dermal merupakan pengujian untuk mendeteksi efek toksis
yang muncul setelah pemaparan suatu sediaan uji dalam sekali pemebrian melalui
rute dermal (BPOM, 2014). Pengujian ini perlu dilakukan untuk bahan / sediaan
yang digunakan untuk pemakaian topikal pada kulit, baik yang berupa obat
sintesis maupun dengan bahan baku herbal dan penelitian menggunakan hewan uji
dengan jenis kelamin betina karena kulit betina lebih sensitif dibandingkan
jamntan (BPOM, 2014).
Bahaya akibat pemaparan suatu zat pada manusia dapat dikatahui dengan
mempelajari efek kumulatif, dosis yang dapat menimbbulkan efek toksik pada
manusia, efek karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik. Umumnya informasi
tersebut dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model
yang dirancang pada serangkaian uji toksisitas non klinik secara in vivo meliputi
uji toksisitas akut oral, toksisitas subkronis oral, toksisitas kronis oral,
teratogenesis, sensititasi kulit, iritasi mata, iritasi akut dermal, iritasi mukosa
vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas dan toksisitas subkronis dermal.
Pemilihan uji tersebut tergantung dari tujuan penggunaan zat tersebut. Apabila
penggunaannya ditujukan untuk pemakaian secara topikal/dermal, dilakukan uji
toksisitas dermal untuk mengetahui kemungkinan terjadinya resiko akibat
pemaparan pada manusia. Uji toksisitas dermal berdasarkan waktu jenisnya
bervariasi yaitu uji toksisitas akut dermal, uji toksisitas subkronik dermal, uji
toksisitas kronik dermal dan uji iritasi.

2.3 Tumbuhan yang Digunakan


Tumbuhan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu keladi, pinang,
rengas dan buah lakum. Adapun deskripsi tumbuhan yang digunakan adalah
sebagai berikut:

2.3.1 Talas
Tanaman talas (Colocasia esculenta) merupakan tanaman pangan berupa herba
menahun yang termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), dari keseluruhan
bagian tanaman talas diduga dapat berfungsi sebagai alternatif obat luka, pada
bagian tangkai daun tanaman talas yang sering digunakan sebagai pembalut luka
baru atau sebagai alternatif obat luka (Dalimartha, 2006). Tanaman talas memiliki
kandungan diantaranya yaitu flafonoid dan saponin (Biren et al., 2007). Flavonoid
merupakan senyawa polifenol yang memiliki fungsi sebagai senyawa antibakteri
dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang
mengganggu integritas membran sel bakteri. Flavonoid merupakan senyawa fenol
yang dapat bersifat koagulator protein (Dwidjoseputro, 1994). Saponin
mempunyai tingkat toksisitas yang tinggi melawan fungi, sehingga membantu
dalam proses penyembuhan luka (Faure, 2002)).
2.3.2 Pinang
Pinang adalah salah satu tanaman yang yang berotenso sebagaipestisida
nabati untuk mengendalikan hama. Pinang merupakan tanaman sejenis palma
yang tumbuh di daerah Pasifik, Afrika, dan Asia khususnya Indenesia. Bagian
dari tanaman inang yang paling banyak digunakan sebagai insekstissida nabati
yaitu biji pinang muda (Areca catechu L.) karena bahan aktif yang paling tinggi
ditemukan pada buah pinang masih muda (Haditono, 2010). Biji pinang (Arceha
catechu L.) mengandung bahan aktif arekolin sjenis alkaloid, yang dapat
menyebabkan kelumpuhan dan terhentinya pernafasan serangga (Eri et al.,2013).
2.3.3 Rengas
Rengas (Gluta renghas L.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang ada
di Indonesia. Tumbuhan rengas termasuk dalam famili Anacardiaceae yang
memiliki peran penting dalam bidang furniture. Batang kayu rengas merupakan
sumber kayu yang penting di Indonesia. Selain bermanfaat dalam bdang
furmiture, spesies ini juga dikenal karena getahnya sangat beracun yang dapat
meneyebabkan iritasi berat pada kulit. Mmeski bersifat iritan, namun getah rengas
mempunyai khasiat untukmembasmi jamur. Getah rengas mengandung senyawa
urisol, rengol, glutarengol, laccol dan thitsiol. Selain itu getah rengas mengandung
senaywa golongan steroid, lipid, benzenoid dan flavonoid.
2.3.4 Buah Lakum
Lakum (Cayratia trifolia) merupakan salah satu tumbuhan tropis yang
termasuk ke dalam keluarga Vitaceae yang termasuk jenis tanaman liar yang
mudah dijumpai di hutan, terutama di kawasan tepi sungai. Bagian tumbuhan
lakum yang sering digunakan oleh masyarakat yaitu bagian buah, batang dan
daun. Daun lakum, secara empiris, telah digunakan oleh masyarakat untukk
minuman herbal bagi wanita yang habis melahirkan dan obat bisul (Rumayati et
al., 2014)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum toksikologi lingkungan dilaksanakan pada tanggal 18
November- 2 Desember 2019 bertempat di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
Pontianak.

3. 2 Alat dan Bahan


Alat- alat yang digunakan pada praktikum ini adalah akuarium,
mikroskop, spuit, haemocytometer, gelas objek, pipet tetes, pencukur rambut,
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, serbuk kayu,
pelet ikan, mencit, akuades, Edta, etanol,
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Aklimasi
Mencit diaklimasi di dalam laboratorium selama 1 minggu, selama
aklimasi mencit diberi makan dan minum serta mencit dielus-elus agar jinak.
3.3.2 Pemberian Sediaan Uji
Setelah diaklimasi selama 1 mingggu, mencit kemudian diberi perlakuan
uji dengan cara pertama rambut bagian punggung dan perut dicukur. Setelah itu
diberikan perlakuan kontrol denggan akuades, perlakuan uji denggan
menggunakan getah talas, getah pinang, getah rengas dan ekstrak buah lakum.
Setelah sediian uji diolesi pada kulit yang telah dicukur lalu mencit dibiarkan
selama 1 minggu dan dtiap harinya mencit ditimbang dan diamati perilakunya.
3.3.3 Pemerikasaan Kadar Leukosit dan leukosit Differensial
Mencit yang telah diberikan perlakuan selama 1 minggu kemudian diamati
kadar leukosit dan leukisit differensialnya. Pengamatan kadar leukosit dan
leukosit diferensial dilakukan dengan cara pertama mencit dipingsankan dengan
larutan etanol, setelah mencit pingsan lalu ambil darahnya dengan menggunakan
spuit pada bagian jantungnya. Darah dimasukan pada tabung yang sudah diberi
serbuk Edta agar darah tidak menggumpal. Pemeriksaan kadar leukosit dilakukan
dengan cara darah diambil sebanyak 1 tetes dan diletakan pada gelas objek, darah
kemudin diapus dengan menggunakan sisi dari gelas objek lainnya. Apusan darah
dikeringanginkan kemudia apusan diberikan larutan giemsa dan dikeringanginkan
kemudian dicuci dengan menggunakn akuades dan dibiarkan mengering
kemudian diamati di bawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum toksikologi tentang dermatoktosisitas
adalah sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

Astante, K, 2002, Public Health Risk Assesment for Human Exposure to


Chemicals, Dordrecht: Kluwer Academic Publisher
Biren, NS, Nayak BS, Bhatt SP, Jalapure SS dan Seth AK, 2007, The Anti-
Inflamatory Activity Of The Leaves Of Colocasia esculenta, SPJ, 15:3-4
Dalimartha, S, 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4, Jakarta, Puspa
Swara
Dwidjoseputro, D, 1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jakarta, Djambatan
Faure, D, 2002, The Family-3 Glycosidehydrolises: From Housekeeping Function
To Host-Microbe Interction, APPLIED And environmental Microbiology
64(4): 1485-1490
Irsan, MA, Manggav E, Pakki, Usmar, 2013, Uji Iritasi Krim Antioksidan Ekstrak
Biji Lengkeng (Euphoria longana Stend) pada Kulit Kelinci (Oryctolagus
cuniculus), Majalah Farmasi dan Farmakologi, 17(2): 55-60
More, BH, Sakhawarde SN, Tembhurne SV, Sakarkar DM, 2013, Evaluation for
Skin Irritancy Testing of Developed Formulations Containing Extract of
Butea Monospermafor Its Topical Application, International Journal of
Toxicology and Applied Pharmacology, 3(1) : 10-13
Rumayati, Nora I dan Lia D, 2014, Uji Aktivitas Antioksidan, Total Fenol dan
Toksisitas Dari Ekstrak Daun Dan Batang Lakum (Cayratia trifolis (L)
Domin), JJK, 3(3):30-35

Anda mungkin juga menyukai