Anda di halaman 1dari 15

Masuk 18 april 2022

LAPORAN LENGKAP
PRATIKUM FITOKIMIA LANJUTAN
“Uji Toksisitas”

Oleh:

KELOMPOK I
STIFA B 2019

ASISTEN PENANGGUNGJAWAB
Inez Abigael Likoelangi, S.Farm

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR MAKASSAR
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Indonesia di kenal sebagai salah satu pusat penyebaran berbagai tumbuhan
tropis di dunia. Tumbuhan memiliki potensi kimia dari sebagian besar sumber
daya hayati yang setiap saat dapat memproduksi senyawa kimia berupa produk
metabolit primer dan metabolit sekunder, yang dapat digunakan manusia sebagai
obat-obatan, kosmetik, inteksida dan sebagai bahan dasar sintesis senyawa
organik yang bermanfaat (Mahardika, 2017).
Uji toksisitas merupakan suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat
pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis respon yang khas dari
sediaan uji (Depkes RI, 2018). Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui kemampuan toksik
terhadap sel (sitotoksik) dari suatu senyawa yang dihasilkan oleh ekstrak tanaman
dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach) sebagai bioinduktor
(Kanwar, 2007).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud percobaan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
toksisitas pada konsentrasi berapa dari larutan ekstrak daun kelor (Moringae
oliefera Lim) yang dapat membunuh larva udang (Artemia salina Leach) sebagai
hewan uji.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui
toksisitas pada konsentrasi berapa dari larutan ekstrak daun kelor (Moringae
oliefera Lim) yang dapat membunuh larva udang (Artemia salina Leach) sebagai
hewan uji.
I.4 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dilakukannya percobaan ini adalah pengujian menggunakan
metode BSLT berdasarkan senyawa aktif dan sifat toksik dari larutan ekstrak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uji Toksisitas

Toksisitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan zat kimia dalam


menimbulkan kerusakan pada organisme baik saat digunakan atau saat berada
dalam lingkungan. Timbulnya keracunan dapat disebabkan oleh dosis dan cara
pemberian yang salah. Toksisitas suatu bahan dapat diketahui dengan mempelajari
efek-efek dari pemaparan bahan terhadap organisme. Uji toksisitas suatu senyawa
dibagi menjadi dua golongan yaitu uji toksisitas umum dan uji toksisitas khusus.
Uji toksisitas akut dilakukan untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa
yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24 jam, setelah pemberian dalam dosis
tunggal (Salman ddk, 2015).
Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem
biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data
yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat
bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat
ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia (BPOM, 2014).
II.3 Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
BSLT merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk skrining
senyawa yang berasal dari tanaman Uji BSLT bertujuan menentukan suatu ekstrak
memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan sel dan menjalani
prosedur lebih lanjut dalam proses penemuan obat Analit anti kanker (Kumar et
al., 2013).
Larva Artemia salina dianggap mewakili organisme zoologis untuk uji
kematian secara in vivo. Hasil uji menunjukkan adanya korelasi positif dari sifat
toksisitas senyawa uji terhadap hambatan proliferasi terhadap karsinoma
nasofaring. Uji BSLT dilakukan dengan mengamati tingkat kematian yang
ditimbulkan setelah diberi ekstrak terhadap larva udang setelah diinkubasi selama
1x24 jam. Hasil yang diperoleh kemudian dihitung sebagai nilai LC50 (Lethal
Concentration) ekstrak, dimana konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan
kematian larva udang sebanyak 50% (Chusniasi, 2020).
II.4 Lethal Concentration (LC50)
LC50 adalah suatu perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak
atau senyawa. Makna LC50 (Median Lethal Concentration) adalah pada
konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 % dari organisme uji yang dapat
diestimasi dengan grafik dan perhitungan atau pada suatu waktu pengamatan
tertentu. Nilai LC50 merupakan konsentrasi dimana larutan ekstrak mampu
menyebabkan kematian populasi hingga 50% yang diperoleh dengan memakai
persamaan regresi linier y = ax + b yang dihitung berdasarkan akumulasi kematian
dan hidup artemia (Evri Noerbaeti, 2019).
Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50 pada lingkungan perairan :
Nilai LC50 (ppm) Kategori
< 30 Sangat Toksik
30-1000 Toksik
>1000 Tidak Toksik

II.4 Klasifikasi Daun Kelor

Adapun kedudukan taksonomi tanaman kelor ini adalah (Tilong,


2012): Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Bangsa : Capparales
Suku : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera Lam.
Kelor (Moringa oleifera Lam.) merupakan tanaman yang berasal dari dataran
sepanjang sub Himalaya yaitu India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan.
Kelor termasuk jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau pohon
dengan ketinggian 7-12 meter. Daun kelor berbentuk bulat telur, bersirip tak
sempurna, beranak daun gasal, tersususun majemuk dalam satu tangkai, dan hanya
sebesar ujung jari. Helaian daun kelor berwarna hijau, ujung daun tumpul,
pangkal daun membulat, tepi daun rata, susunan pertulangan menyirip serta
memiliki ukuran 1-2 cm (Tilong, 2012).
Daun kelor sebagai sumber antioksidan alami yang baik karena kandungan
berbagai jenis senyawa antioksidan pada daun kelor seperti asam askorbat,
flavonoid, fenolik, dan karotenoid. Tingginya konsentrasi asam askorbat, zat
estrogen dan β-sitosterol, besi, kalium, fosfor, tembaga, vitamin A, B, C yang
membuat daun kelor memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Kandungan kimia
asam amino yang terdapat pada daun kelor berbentuk asam aspartat, asam
glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, arginin, triptofan, sistein, dan
metionin (Tilong, 2012).
II.5 Klasifikasi Hewan Uji
Adapun Menurut Kurniastuty dan Isnansetyo (1995) adalah sebagai berikut:
Phylum : Anthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Familia : Artemidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat

Adapun alat yang di gunakan pada percobaan ini yaitu, aerator batang
pengaduk, cawan petri, cawan porselin, corong, gelas kimia, gelas ukur, kertas
saring, kain hitam, labu ukur, lampu pijar 5w, mikropipet, panci infusa, pipet
tetes, toples kaca , oven dan vial.
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu air laut, aluminum
foil, aquadest, ekstrak kental daun kelor (Morinda oleifera Lim.), larva udang
Artemia salina L. dan ragi.
III.2 Cara kerja
III.2.1 Pembuatan Simplisia
1. Dikumpulkan daun kelor
2. Disortasi basah untuk menghindari kotoran atau bahan asing
3. Dicuci daun kelor pada air mengalir
4. Dirajang daun kelor
5. Dikeringkan daun kelor
6. Disortasi kering
7. Di simpan daun kelor dalam wadah tertutup
III.2.2 Pembuatan Ekstrak Kental Daun Kelor
1. Disiapkan simplisia daun kelor
2. Diserbukkan simplisia daun kelor menggunakan blender
3. Diayak simplisia menggunakan ayakan nomor 16
4. Ditimbang simplisia sesuai kebutuhan
5. Dimasukkan simplisia kedalam beaker
6. Dibasahi simplisia dengan etanol 96%
7. Diaduk perlahan sampai semua simplisia terbasahi
8. Ditambahkan sisa pelarut dalam wadah maserasi
9. Diamkan selama 4-5 hari sambil dilakukan pengadukan setiap 5 jam
10. Disaring menggunakan kertas saring
11. Dipisahkan antara filtrat dan residu
12. Diambil fitrat dan dilakukan pemekatan di atas penangas air
III.2.3 Penyiapan Larva Udang
1. Ditimbang 1 gram telur larva
2. Dimasukan kedalam toples kaca
3. Ditambahkan 2 Liter air laut
4. Diberikan aerator
5. Diberikan cahaya lampu 5W
6. Ditutup menggunakan kain hitam
7. Dibiarkan dan ditunggu hingga 48 jam
III.2.4 Penyiapan Larutan Ekstrak
1. Ditimbang 100 mg ekstrak daun kelor
2. Dilarutkan dalam 50 mL air laut
3. Dibuat pengenceran dengan 6 seri konsentrasi(o ppm, 25 ppm, 50 ppm, 100
ppm, 200 ppm, 400 ppm)
4. Dimasukan 2 mL air laut kedalam masing-masing vial
5. Dimasukan 10 ekor larva kedalam vial
6. Dimasukan 2-3 tetes ragi
7. Dipipet ekstrak sesuai konsentrasi
8. Ditutup dengan aluminium foil dan diberi lubang kecil
9. Didiamkan hingga 24 jam
10. Dihitung jumlah larva mati setelah 24 jam
11. Di hitung % mortalitas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan
IV.1.1 Tabel Pengamatan Uji Toksisitas
Ekstrak Etanol Daun Kelor
Pengamatan Replikasi Kontrol 25 50 100 200 400
ppm ppm ppm ppm ppm
1 10 10 10 10 10 10
Jumlah 2 10 10 10 10 10 10
Larva Awal 3 10 10 10 10 10 10
Total 30 30 30 30 30 30
1 0 0 2 4 7 10
Jumlah 2 0 1 2 5 7 10
Mortalitas 3 0 2 2 4 6 9
Total 0 3 6 13 20 29
% Mortalitas 0% 10 20 43,3 66,6 96,6

IV.1.2 Tabel Persamaan Regresi

Konsentrasi Log (%)


Probit
(ppm) Konsentrasi Mortalitas

25 1,39 10 3,72
50 1,69 20 4,16
100 2 43,3 4,82
200 2,3 66,6 5,41
400 2,6 96,6 6,75

IV.2 Diagram Analisis


IV.2.1 Diagram Analisis Probit
IV.2.2 Diagram Analisis Non Probit

IV.3 Perhitungan
IV.3.1 Perhitungan % Mortalitas

o 25 ppm jumlah larva mati 100%


jumlah larva awal
3
= 100% = 10%
30
jumlah larva mati
o 50 ppm jumlah larva awal 100%
6
= 100% = 20%
30
jumlah larva mati
o 100 ppm jumlah larva awal 100%
13
= 100% = 43,3%
30
jumlah larva mati
o 200 ppm jumlah larva awal 100%
20
= 100% = 66,6%
30
jumlah larva mati
o 400 ppm jumlah larva awal 100%
29
= 100% = 96,6%
30
IV.3.2 Perhitungan Analisis Probit
Log Konsentrasi (x) dan Nilai Probit
(y) y = ax + b Probit y = 5
5 = 2,4737x + 0,0288
5 − 0,0288
x=
2,4737
4,9712
x= = 2,0096
2,4737
LC50 = antilog x
= antilog 2,0096
= 102,2350 (termaksud Toksik dalam range 30-1000)
IV.3.3 Perhitungan Analisis Non Probit
Konsentrasi (ppm) (x) dan % Mortalitas
(y) y = ax + b Non probit y = 50
50 = 0,2388x + 8,5686
50 − 8,5686
x=
0,2388
41,4314
x= = 173,4983
0,2388
LC50 = x
= 173,4983 (termaksud Toksik dalam range 30-1000)
IV.4 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji toksisitas menggunakan metode BSLT.
Uji ini mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi. Toksisitas akut
mengacu pada efek toksik yang terjadi setelah pemberian sampel dalam kurung
waktu 24 jam. Toksisitas suatu senyawa dapat diketahui dengan menghitung
jumlah kematian larva dengan cara LC50. Makna LC50 merupakan konsentrasi
dimana larutan diperoleh dengan memakai persamaan regresi linear (y=ax+b)
yang dihitung berdasarkan akumulasi kematian dan hidup larva.
Pada praktikum ini, adapun sampel ekstrak yang kami gunakan,ialah ekstrak
daun kelor terhadap hewan uji larva udang yang berumur 48 jam. Sebelum
melakukan percobaan ini, terlebih dahulu kita menyiapkan wadah tempat larva
tersebut menetas. Dimana penyiapannya pada toples kaca yang telah diisi air laut
sebanyak 2 liter, kemudian dimasukkan telur udang sebanyak 1 gram dan
kemudian diberi aerator dan lampu 5 watt serta toples kacanya kita tutupi dengan
kain hitam selama 48 jam sampai telur tersebut menetas.
Setelah larvanya siap, kemudian di uji toksisitasnya dengan larutan ekstrak
daun kelor dari larutan konsetrasi yang dibuat dalam konsentrasi 25 ppm, 50 ppm,
100 ppm, 200 ppm, dan 400 ppm. Dan untuk konsentrasi 0 ppm itu sebagai
kontrol negatif atau baku pembandingnya. Pelarutan ekstrak dengan air laut sering
menimbulkan masalah karena adanya perbedaan tingkat kepolaran sehingga perlu
ditambahkan DMSO untuk membantu kelarutannya.
DMSO digunakan sebagai sukfaktan karena ekstrak tidak dapat larut dalam
air laut. Larva berumur 48 jam ini kemudian dimasukkan kedalam vial yang telah
diberi air laut sebanyak 2 mL dan larutan ragi sebanyak 2-3 tetes, kemudian
dimasukkan masing-masing 10 ekor larva pada setiap perlakuan konsentrasi yang
dilakukan 3 kali replikasi. Setelah itu tambahkan konsentrasi ekstrak yang sudah
ditetapkan dan dicukupkan air laut pada vial sebanyak 10 mL. Kecuali pada
konsentrasi 0 ppm itu, kita tidak memakai larutan ekstrak daun kelor.
Larutan ragi tersebut berfungsi sebagai makanan untuk larva, tujuan kita
menggunakan larva berumur 48 jam karena, berdasarkan morfologinya.
Larvaudang sudah mempunyai mulut dan saluran pencernaan yang lengkap.
Kontrol negatif disini berfungsi untuk mengetahui pengaruh air laut terhadap
kematian pada larva dan untuk membandingkannya dengan konsentrasi lainnya.
Pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa berbagai konsentrasinsetiap
larutan uji memperlihatkan pengaruh yang berbeda terhadap kematian larva. Pada
tabel tersebut dapat dilihat peningkatan kematian larva yang selaras dengan
peningkatan konsentrasi. Dapat kita ketahui pada konsentrasi 0 ppm (larutan
stok/kontrol negatif) tidak ditemukan larva yang mati, sehingga kematian larva
tersebut murni karena pengaruh oleh ekstrak. Hal ini sesuai dengan (Meyer et.al.
1982) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka, semakin
tinggi pula efek toksicnya.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dipraktikumkan, dapat disimpulkan bahwa


air laut yang digunakan ini tidak bersifat toksik, tetapi larutan ekstrak daun kelor
(Moringae oleifera Lim) yang digunakan ini bersifat toksik dari hasil perhitungan
analisis probit dan analisis non probit terhadap larva udang (Artemia salina L)
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Adapun saran untuk dosen diharapkan agar tetap mendampingi dan
mengawasi asisten serta praktikan selama praktikum.
V.2.2 Saran Untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten diharapkan mempertahankan metode
penjelasan yang mudah dipahami.
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Adapun saran untuk laboratorium diharapkan untuk bahan yang sudah tidak
murni lagi dapat diganti dan alat-alat yang kurang atau rusak dapat dilengkapi dan
diganti.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Non Klinik Secara In Vivo. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Dewi Chusniasih. 2020. Uji Toksisitas Dengan Metode Brine Shrimp Lethality
Test (BSLT) Dan Identifikasi Komponen Fitokimia Ekstrak Aseton Kulit
Buah Kakao (Theobroma cacao L.) Fakultas Kedokteran, Universitas
Malahayati.

Endjo Djauhariya, 2006. Karakterisasi Morfologi dan Mutu Buah Mengkudu


Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor

Evri Noerbaeti, 2019. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Bakau, Soneratia Alba,
Terhadap Artemia . Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai
Budidaya Laut Ambon.

Kanwar, A.S. 2007. Brine Shrimp (Artemia salina L.) A Marine Animal For
Simple And Rapid Biological Assey; chinese clinical medicine 2(4) :35-42

Mahardika, N. Erwin. dkk. 2017. “Skrining Fitokimia Dan Toksisitas Pada Daun
Terap (Artocarpus elasticus) Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT)”. Universitas Mulawarman Samarinda : Samarinda.

Meyer, B. N., Ferringal, N. R., Putnaan, J.E., Jacobsen, L. B., Nikolas, D. E.,
Melaughlin, J. L., 1982. Brine shrimp: A Convenient General Bioassay for
Active Plant Constituents. Planta Medica, Volume 45 hal. 31-34.

Salman., ddk , 2015 Uji Toksisitas Akut Ekstrak Buah Bruguiera gymnorrhiza
pada Tikus (Rattusnorvegicus) Fakultas Kedokteran, Universitas Jember.

Tilong AD. 2012. Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes. Yogyakarta: DIVA Press
LAMPIRAN
Gambar Keterangan

Disiapkan vial yang telah dikalibrasi

Larva udang Artemia salina

Larutan ekstrak daun kelor yang telah


dilarutkan dalam air laut
Diambilnya larva yang kemudian
dimasukkan kedalam vial

Dimasukkannya sesuai konsentasi


larutan ekstrak kedalam vial

Anda mungkin juga menyukai