Anda di halaman 1dari 28

UJI LC 50 LARUTAN DAUN MIMBA

TERHADAP HEWAN UJI LARVA


NYAMUK

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia banyak kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk.seperti


malaria,DBD,chikungunya, dll. Nyamuk merupakan vektor mekanis ataupun
vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan, yang disebabkan oleh parasit dan
virus. Semakin banyak keberadaan nyamuk maka akan semakin besar pula
peluang mereka untuk menjangkit penyakit pada manusia ataupun hewan. Untuk
itulah perlu dilakukan pengendalian terhadap populasi nyamuk. Pengendalian ini
dilakukan dengan cara memutus mata rantai kehidupan nyamuk sejak masih
berada dalam fase larva, yaitu dengan merusak habitat larva sehingga tidak
memungkinkan larva berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Dalam proses pengendaliannya kita lebih sering bergantung pada pestisida
dari bahan kimia, yang memang lebih efektif dan cepat memberikan hasil.
Namun, seiring berjalannya waktu, bahan-bahan kimia yang terkandung dalam
pestisida tidak hanya dapat membunuh larva tetapi juga dapat merusak lingkungan
sekitar, seperti rusaknya lapisan tanah dan pencemaran air yang tentunya akan
berdampak pula pada kehidupan organisme lain. Efek kerusakan ini harus segera
diminimalisir agar keseimbangan ekologi tetap terjaga, untuk itulah perlu
dikembangkan pestisida yang ramah lingkungan, hal ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan bahan-bahan alami yang tersedia di alam, seperti berbagai jenis
tumbuhan yang terdapat di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati.

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman
dapat berupa larutan dari perasan, rendaman, ekstrak dan rebusan dari bagian
tanaman berupa akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.

Salah satu pestisida nabati ialah tanaman mimba. Tanaman mimba


mengandung azadiracthin (C35H44016), meliantriol, salanin, nimbin, dan lainnya.
Azadiracthin sendiri mengandung sekitar 17 komponen sehingga sulit untuk
menentukan jenis komponen yang paling berperan sebagai pestisida.Bahan aktif

2
terdapat disemua bagian tanaman, tetapi bahan aktif tertinggi terdapat pada
biji.Mengandung minyak 35-45%.

B. Rumusan Masalah
Apakah diantara beberapa azadiracthin (C35H44016), meliantriol, salanin,
nimbin, dan lainnya yang berasal dari tanaman cengkeh memiliki kemampuan
daya bunuh terhadap larva nyamuk.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tingkat toksisitas ekstrak mimba sebagai insektisida
(pestisida nabati) terhadap kematian larva nyamuk.
2. Untuk mengetahui LC-50 (Lethal Concentration 50) ekstrak mimba
terhadap kecepatan jumlah kematian larva nyamuk.
3. Untuk mengetahui konsentrasi pemakaian ekstrak mimba sebagai
Insektisida.
4. Untuk mengetahui manfaat dari ekstrak mimba.
5. Untuk mengetahui kadar konsentrasi yang tepat yang dapat membunuh
50% dari populasi sampel larva nyamuk

D. Manfaat
1. mahasiswa dapat mengetahui dari beberapa jenis pestisida nabati.
2. Mahasiswa dapat mengetahui konsentrasi yang tepat untuk membunuh
larva nyamuk
3. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat toksisitas dari ekstrak mimba sebagai
insektisida (pestisida nabati) terhadap kematian larva nyamuk.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pestisida Nabati

Pestisida nabati dapat disebut sebagai pestisida yang ramah lingkungan,


disebut demikian karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai, dapat dibuat
oleh petani karena bahan baku tersedia disekitar lokasi, dan harga pembuatan
yang terjangkau.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman
dapat berupa larutan dari perasan, rendaman, ekstrak dan rebusan dari bagian
tanaman berupa akar, umbi, batang, daun, biji dan buah.Bahan dan cara umum
pengolahan pestisida organik:
 Bahan mentah berbentuk tepung (nimbi, kunyit, dll)
 Ekstrak tanaman/resin dengan mengambil cairan metabolit sekunder dari
bagian tanaman tertentu
 Bagian tanaman dibakar untuk diambil abunya dan dipakai sebagai
insektisida (serai, tembelekan/Lantana camara).

B. Tanaman Mimba
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Updivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rutales
Family : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta Indica A. Juss

a. Deskripsi tumbuhan mimba


Mimba merupakan pohon dengan ketinggian 10-15 m. Batang tegak,
berkayu, berbentuk bulat, permukaan kasar, percabangan simpodial, dan

4
berwarna cokelat. Daun majemuk, letak berhadapan, berbentuk lonjong, tepi
bergerigi, ujung lancip, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 5-
7 cm, lebar 3-4 cm, tangkai daun panjangnya 8-20 cm, dan berwarna hijau.
Bunga majemuk, berkelamin dua, letak diujung cabang, tangkai silindris,
panjang 8-15 cm. Kelopak berwarna hijau.Mahkota halus dan berwarna putih,
benang sari silindris dan berwarna putih kekuningan.Putik lonjong dan
berwarna cokelat muda.Buah bulat telur dan berwarna hijau.Biji bulat,
diameter sekitar 1 cm, dan berwarna putih.Akar tunggang.Habitat di daerah
panas, di ketinggian 1-700 m dpl, dan tahan cekaman air.Di daerah banyak
hujan bagian vegetatif sangat subur, tetapi sulit untuk menghasilkan biji
(generatif).Perbanyakan melalui biji.
Di negara Jerman, India, Filipina, Kenya, Australila, Thailand, dan
Indonesia mimba telah terdaftar sebagai pestisida. Di India sendiri telah
terdaftar sekitar 200 formula pestisida yang berasal dari mimba.Dalam hal ini
Indonesia masih jauh ketinggalan dibandingkan negara-negara tetangga,
pemakaian pestisida nabati didukung pemerintah, bahkan pemerintah sendiri
turut serta dalam melakukan demonstrasi dan penyuluhan di lapangan.
1) Bagian Tumbuhan yang digunakan
Bagian tumbuhan yang digunakan ialah daun dan biji. Ekstrak mimba
dapat dipersiapkan sendiri oleh petani secara sederhana atau oleh tenaga ahli
laboratorium untuk keperluan industri. Secara sederhana, ekstrak daun dan
biji diperoleh dengan menghaluskan bagian tumbuhan tersebut lalu
mencampurnya dengan air atau pelarut lainnya.
2) Kandungan Aktif
Tanaman mimba mengandung azadiracthin (C35H44016), meliantriol,
salanin, nimbin, dan lainnya. Azadiracthin sendiri mengandung sekitar 17
komponen sehingga sulit untuk menentukan jenis komponen yang paling
berperan sebagai pestisida.Bahan aktif terdapat disemua bagian tanaman,
tetapi bahan aktif tertinggi terdapat pada biji.Bijinya mengandung minyak 35-
45%.

5
3) OPT yang dikendalikan
Tanaman mimba mampu mengendalikan sekitar 127 jenis hama dan
mampu berperan sebagai fingisida, bakterisida, antivirus, nematisida, serta
moluskisida.
Kematian hama sebagai akibat dari penggunaan mimba terjadi pada
pergantian instar-instar berikutnya atau pada proses metamorfosis. Mimba
tidak membunuh hama secara tepat, tetapi berpengaruh terhadap hama pada
daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan
pembentukkan serangga dewasa, menghambat perkawinan dan komunikasi
seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukkan kitin.
Selain itu, mimba juga berperan sebagai pemandul, mengganggu proses
perkawinan serangga hama, menghambat peletakan telur, dan dapat bekerja
secara sistemik.
Selain sebagai bahan pestisida, mimba juga berguna sebagai bahan sabun
mandi, pasta gigi, obat-obatan, sayuran, pengganti pakan ternak, bahan bakar,
bahkan sebagai tanaman hias. Di India, penduduk India menggunakan mimba
untuk membersihkan gigi, obat kulit, tunikum, dan mengusir serangga. Mimba
dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan pakan pengganti dan tanaman obat.Di
Thailand daun mimba yang muda dimakan sebagai sayuran.

6
BAB III
ALAT DAN BAHAN

A. Alat :
1. Beaker Glass 500 ml
2. Gelas Ukur 10ml
3. Petridish 5 pasang
4. Batang pengaduk
5. Pipet tetes
6. Kain kassa
7. Tali raffia
8. Stopwatch
9. Timbang analitik
10. Spidol
11. termometer

B. Bahan :
1. Air keran
2. Ekstrak mimba/ larutan mimba 10%
3. Larva Nyamuk 150 ekor
4. pH universal
5. Kertas timbang

C. Cara Kerja :
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dengan kondisi bersih.
2. Cuci terlebih dahulu alat yang akan digunakan.
3. Beri Label beaker glass 1-4 dan beaker glass no.5 sebagai kontrol.
4. Lakukan perhitungan larutan daun mimba dengan ketentuan :

7
 Uji pendahuluan
o Beaker Ke-1 o Beaker ke-3
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,07 𝑉1 × 10 = 500 × 0,09
35 45
𝑉1 = = 3,5 𝑚𝑙 𝑉1 = = 4,5 𝑚𝑙
10 10
o Beaker ke-2 o Beaker ke-4
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,08 𝑉1 × 10 = 500 × 0,1
40 50
𝑉1 = = 4 𝑚𝑙 𝑉1 = = 5 𝑚𝑙
10 10

 Kemudian sebelumnya ukur larutan menggunakan gelas ukur, catat


hasilnya dan jumlahkan dengan hasil hitung konsentrasi dan tambahan air
dengan cara menghitung ini:
 Beaker 1= 500 - 3,5  Beaker 3= 500 – 4,5
= 496,5 ml air = 495,5 ml air
 Beaker 2= 500 – 4 = 496  Beaker 4= 500 – 5
ml air = 495 ml air
 Uji Eksperimen
o Beaker ke-1 o Beaker ke-3
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,1 𝑉1 × 10 = 500 × 0,3
50 150
𝑉1 = = 5 𝑚𝑙 𝑉1 = = 15 𝑚𝑙
10 10
o Beaker ke-2 o Beaker ke-4
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,2 𝑉1 × 10 = 500 × 0,4
100 200
𝑉1 = = 10 𝑚𝑙 𝑉1 = = 20 𝑚𝑙
10 10

8
 Kemudian sebelumnya ukur larutan menggunakan gelas ukur, catat
hasilnya dan jumlahkan dengan hasil hitung konsentrasi dan tambahan
air dengan cara menghitung ini:
 Beaker 1= 500 -5  Beaker 3= 500 – 15
= 495 = 485
 Beaker 2=500-10  Beaker 4= 500 – 20
= 490 = 480
5. Masukkan masing masing larva nyamuk 30 ekor ke dalam 5 buah
petridish.
6. Masukan air ke dalam beaker glass masing masing 500 ml dikurangi
dengan volume larutan daun mimba dimasing-masing beaker glass
tersebut .
7. Masukkan larutan daun mimba ke dalam beaker glass dengan
konsentrasi yang telah ditentukan untuk masing-masing beaker.
8. Masukanlah masing-masing larva yang telah di hitung ke dalam
masing-masing beaker glass secara bersamaan.
9. Lalu amatilah larva dalam masing-masing beaker glass dalam interval
waktu5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit, dan 24 jam.
10. Catatlah hasil pengamatan.
11. Buatlah tabel hasil pengamatan.

9
BAB IV
HASIL PEGAMATAN

A. Tabel Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan


Waktu Pengamatan Jumlah
Beaker Konsentrasi PH Suhu
5mnt 10mnt 15mnt 30mnt 24jam Awal Akhir

1 0,07% 6 280 0 0 0 0 2 30 28

2 0,08% 6 280 0 0 0 0 2 30 28

3 0,09% 6 280 0 0 2 1 3 30 24

4 0,1% 6 280 0 0 2 1 4 30 23

5 kontrol 6 280 0 0 0 0 5 30 25

B. Grafik Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan


6

4 5 menit
10 menit
3
15 menit

2 30 menit
24 jam
1

0
0,07 % 0,08 % 0,09 % 0,06% Kontrol

10
C. Tabel Hasil Pengamatan Uji Eksperimen

Waktu Pengamatan Jumlah


Beaker Konsentrasi PH Suhu
5mnt 10mnt 15mnt 30mnt 24 jam Awal Akhir

1 0,1% 6 280 0 0 0 0 6 30 24

2 0,2% 6 280 0 0 3 0 6 30 21

3 0,3% 6 280 0 0 0 0 15 30 15

4 0,4% 6 280 0 0 2 2 13 30 13

5 kontrol 6 280 0 0 0 2 4 30 24

D. Grafik Hasil Pengamatan Uji Eksperimen

16

14

12
5 menit
10
10 menit
8
15 menit
6 30 menit
4 24 jam

0
0,1 % 0,2 % 0,3 % 0,4 % Kontrol

11
BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis
1. Hasil Uji Pendahulan
 Beaker glass 1 terdapat 2 ekor larva yang mati dan 28 larva yang hidup
 Beaker glass 2 terdapat 2 ekor larva yang mati dan 28 larva yang hidup.
 Beaker glass 3 terdapat 6 ekor larva yang mati dan 24 larva yang hidup
 Beaker glass 4 terdapat 7 ekor larva yang mati dan 23 larva yang hidup.
 Beaker glass 5 terdapat 5 ekor larva yang mati dan 25 larva yang hidup.

2. Hasil Uji Eksperimen


 Beaker glass 1 terdapat 6 ekor larva yang mati dan 24 larva yang hidup
 Beaker glass 2 terdapat 9 ekor larva yang mati dan 21 larva yang hidup.
 Beaker glass 3 terdapat 15 ekor larva yang mati dan 15 larva yang hidup
 Beaker glass 4 terdapat 17 ekor larva yang mati dan 13 larva yang hidup.
 Beaker glass 5 terdapat 6 ekor larva yang mati dan 24 larva yang hidup.

Dapat kita lihat, pada beaker glass yang diberi larutan mimba dengan
konsentrasi sedikit, hanya menyebabkan kematian yang tidak terlalu banyak,
kematian yang terjadi hingga 50% hanya pada beaker glass ke 3 pada Uji
Eksperimen. Berarti larutan mimba dengan konsentrasi 0.3% yang dapat
membunuh hingga 50%.Kandungan zat aktif yang terdapat azadirachtin
berpotensi membunuh larva nyamuk.

12
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada uji pendahuluan Lc 50 ekstrak daun mimba 10% , penelitian kami tidak
mendapatkan 50% jumlah kematian larva dari 30 ekor larva yang diuji.
2. Setelah konsentrasi dinaikkan dan dilakukan uji eksperimen LC 50 ekstrak daun
mimba 10%, pada konsentrasi tertinggi 0,3% penelitian ini mendekati jumlah
kematian 50% larva dari 30 ekor larva yang diuji.
3. Jadi, Ekstrak daun mimba memiliki daya untuk membunuh larva nyamuk

B. Saran
Sebaiknya diadakan uji berkelanjutan dengan konsentrasi yang lebih besar,
agar didapatkan kosenterasi Lc 50.Konsenterasi itulah yang dikatakan efetif sebagai
pestisida nabati bagi larva nyamuk.

13
UJI LC 50 LARUTAN DAUN
JARAK TERHADAP HEWAN UJI
LARVA NYAMUK

14
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berkembangnya penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para


petani dan pecinta tanaman untuk mencegah tanamannya dari serangan hama,
ternyata membawa dampak negatif yang cukup besar bagi manusia dan lingkungan.
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) tercatat bahwa di seluruh dunia terjadi
keracunan pestisida antara 44.000 – 2.000.000 orang setiap tahunnya. Dampak
negatif dari penggunaan pestisida sintetis adalah meningkatnya daya tahan hama
terhadap pestisida (resistansi hama itu sendiri), membengkaknya biaya perawatan
akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang kurang tepat dapat
mengakibatkan keracunan bagi manusia dan ekosistem di lingkungan menjadi tidak
stabil / tidak seimbang.
Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi salah satu masalah yang
harus diperhatikan. Di satu sisi, penggunaan pestisida sangatlah penting unuk
menjaga tanaman dari serangan hama yang dapat menyebabkan kerugian. Akan tetapi
di sisi lain, pestisida juga dapat memberikan dampak negatif yaitu mencemari
lingkungan bahkan dapat menyebabkan resistensi terhadap hama itu sendiri dan dapat
membunuh hewan lain yang bukan sasaran.
Secara luas pestisida dapat diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun,
menghambat pertumbuhan atau perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan,
kesehatan, memengaruhi hormon, pembuat mandul dan aktivitas lainnya yang
memengaruhi kerja hama. Penggunaan pestisida sintetis pertama kali diketahui
sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk
mengendalikan tungau di Sumeria. Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi
pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998).
Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era
pestisida” (Murphy, 2005). Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali

15
lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan
setiap tahunnya (Miller, 2002). Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh
dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang (Miller, 2004). Beberapa
dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia pada lahan pertanian yang telah
diketahui, diantaranya: mengakibatkan resistensi hama sasaran (Endo et al. 1988; Oka
1995), gejala resurjensi hama (Armes et al., 1995), terbunuhnya musuh alami
(Tengkano et al. 1992), meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan,
gangguan kesehatan bagi pengguna (Oka 1995; Schumutterer, 1995), bahkan
beberapa pestisida disinyalir memiliki kontribusi pada fenomena pemanasan global
(global warming) dan penipisan lapisan ozon (Reynolds, 1997).
Dilema yang dihadapi dalam menangani masalah produksi pertanian khususnya
pangan adalah apabila kegiatan pertanian dilakukan tanpa penggunaan pestisida maka
sulit diperoleh produksi pertanian yang memadai. Namun, di lain pihak dengan
penggunaan pestisida yang kurang bijaksana (khususnya yang bersifat sintesis) sering
merugikan lingkungan.
Upaya meningkatkan hasil pertanian khususnya dalam mengatasi serangan Opt
terus berkembang, dan lebih cenderung memperhatikan beberapa aspek seperti
keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul istilah
”integrated pest control”, integrated pest control dan selanjutnya menjadi integrated
pest management (IPM), dan dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam
pengendalian hama yang dihasilkan melalui pertemuan panel ahli FAO di Roma
tahun 1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan dalam Keputusan Presiden
No. 3 tahun 1986 dan UU No.12/1992 tentang sistem budidaya tanaman. Namun
tidak tepatnya penggunaan pestisida akibat lemahnya kontrol maka penggunaan
pestisida juga tidak memberikan efek baik bagi lingkungan dan kesehatan.
Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan
tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan
hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan
menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida..Namun

16
penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan
manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi
seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun
dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida diantaranya :
Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi
ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul
pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung
dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida.
Oleh karena itu, maka mulai dikembangkan pestisida nabati yaitu pestisida
yang tidak menggunakan bahan kimia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
memiliki beberapa khasiat untuk mebunuh atau mengendalikan OPT, baik dengan
aroma yang menyengat, dengan rasa yang tidak enak maupun dengan kandungan
alami pada tumbuhan tersebut yang dapat membunuh serangga. Penggunaan pestisida
nabati merupakan salah satu solusi dalam mengendalikan OPT, khususnya pada
tanaman padi, disamping dapat mengurangi efek kerusakan lingkungan maupun
dampak terhadap kesehatan yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia pada
pestisida atau pestisida kimia.
Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun.Famili tumbuhan
yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati antara lain Meliaceae,
Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae.Selain bersifat sebagai insektisida,
jenis-jenis tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida,
nematisida, bakterisida, mitisida maupun rodentisida.Pestisida nabati dapat berfungsi
sebagai penghambat nafsu makan (anti feedant), penolak (repellent), penarik
(atractant) dan berpengaruh langsung sebagai racun.
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida sintesis
maka mulai di masyarakatkannya pestisida yang ramah lingkungan. Secara umum
pestisida nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan.
Pestisia nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang
terbatas. Pestisida nabati juga bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam
sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak

17
peliharaan karena residunya mudah hilang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai pestisida nabati adalah daun jarak pagar

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang
diambiladalah
1. Apakah pestisida nabati yang terbuat dari daun jarakefektif untuk membunuh
hama?
2. Pada konsentrasi berapakah yang dapat menyebabkan kematian 50% larva
nyamuk pada tiap beaker glass?

C. TUJUAN
Mengetahui, dan aplikasi perhitungan Lethal Concentration (LC 50) larutan
daun jarak terhadap hewan uji larva nyamuk.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

Klasifikasi Pohon Jarak

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Audicots

Subkelas : Rosids

Bangsa : Malphiaiales

Suku : Acalyphoideae

Tribe : Acalypheae

Marga : Ricininae

Genus : Ricinus Communis, L

a. Deskripsi Pohon Jarak

Tanaman ini berupa tanaman perdu dan termasuk tumbuhan setahun yang
dapat tumbuh didataran rendah.Batangnya bulat licin berongga, berbuku, dan
bwerwarna hijau kemerahan. Daunnya tunggal tumbuh berseling tangkai daun
panjang dan ujung meruncing, tepi bergigi berwarna hijau, bunga majemuk warna
kuning orange, buahnya bulat, berduri lunak hijau dan berkumpul dalam tandan
dengan 3 ruang berisi 1 biji.

19
1) Kandungan Aktif Daun Jarak

Daun, batang, biji mengandung Ricin yang merupakan bahan aktif dari
tanaman ini, biji jarak mengandung 40% - 60% minyak sedangkan minyaknya
mengandung 80% - 90% Asam Ricin. Hama yang dikendalikan: biji daun jarak
dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai macam hama serangga,
cendawan, dan nematoda parasit tanaman.

2) Hama yang Dikendalikan

Biji jarak dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai macam hama


serangga, cendawan, dan nematoda parasit tanaman. Hasil penelitian Mustika
menunjukkan bahwa ekstrak daun jarak dengan konsentrasi 10% mampu
mengakibatkan mortalitas sebesar 100% populasi nematoda Pratylenchus
brachyurus pada 4 hari setelah aplikasi. Bungkil biji jarak dengan konsentrasi
0,1% pada tanah mampu mengakibatkan mortalitas nematoda P. brachyurus
sebesar 61% pada tanaman nilam.

20
BAB III

METHODE KERJA

A. Alat :

1. Beaker Glass 500 ml


2. Gelas Ukur 10ml
3. Petridish 5 pasang
4. Batang pengaduk
5. Pipet tetes
6. Kain kassa
7. Tali rafia

B. Bahan :
1. Air
2. Ekstrak jarak/ larutan jarak
3. Larva Nyamuk 150 ekor

1. Cara Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Labeli beaker glass 1 – 4 dan ke 5 (kontrol)

3. Hitung kebutuhan larutan daun jarak untuk konsentrasi 0.02%, 0.04%, 0.06%,
0.08% dari larutan daun jarak 10% dengan menggunakan rumus sbb:

V1 x N1 = V2 x N2

4. Ukur pH dan suhu larutan uji dari masing-masing konsentrasi.

21
5. Siapkan larva nyamuk masing-masing 30 ekor taruh di dalam petridish

6. Masukan masing-masing larva yang telah dihitung kedalam masing-masing


beaker glass secara bersamaan.

7. Amatilah larva yang mati dalam masing-masing beaker glass pada interval
waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 30 menit, dan 24 jam.

8. Tutup setiap beaker glass dengan kain kassa dan diikat dengan tali raffia.

9. Catat hasil pengamatan, analisa, kesimpulan dan saran.

 Perhitungan
 Uji pendahuluan
o Beaker Ke-1 o Beaker ke-3
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,02 𝑉1 × 10 = 500 × 0,06
10 30
𝑉1 = = 1 𝑚𝑙 𝑉1 = = 3 𝑚𝑙
10 10
o Beaker ke-2 o Beaker ke-4
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,04 𝑉1 × 10 = 500 × 0,08
20 40
𝑉1 = = 2 𝑚𝑙 𝑉1 = = 4 𝑚𝑙
10 10

22
 Uji Eksperimen
o Beaker ke-1 o Beaker ke-3
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,2 𝑉1 × 10 = 500 × 0,4
100 200
𝑉1 = = 10 𝑚𝑙 𝑉1 = = 20 𝑚𝑙
10 10
o Beaker ke-2 o Beaker ke-4
𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2 𝑉1 × 𝑁1 = 𝑉2 × 𝑁2
𝑉1 × 10 = 500 × 0,3 𝑉1 × 10 = 500 × 0,5
150 250
𝑉1 = = 15 𝑚𝑙 𝑉1 = = 25 𝑚𝑙
10 10

23
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan

Waktu Pengamatan Hewan Uji Jumlah

Beaker Konsent Suh 5


pH 10 15 30 Ak
Glass rasi u meni 24 jam Awal
menit menit menit hir
t

I 0.02% 6 28 0 0 0 0 4 30 26

II 0.04% 6 28 0 0 0 0 5 30 25

III 0.06% 6 28 0 0 0 0 1 30 29

IV 0.08% 6 28 0 0 0 0 2 30 28

Kontrol - 6 28 0 0 0 1 2 30 27

B. Grafik Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan

4 5 menit
10 menit
3
15 menit
30 menit
2
24 Jam

0
0.02% 0.04% 0.06% 0.08% Kontrol

24
C. Hasil Pengamatan Uji Eksperimen

Waktu Pengamatan Hewan Uji Jumlah


Beaker Konsentr
pH Suhu
Glass asi 5 10 15 30 24
Awal Akhir
menit menit menit menit jam

I 0.2% 6 28 0 0 0 0 7 30 23

II 0.3% 6 28 0 0 0 0 7 30 23

III 0.4% 6 28 0 0 0 0 10 30 20

IV 0.5% 6 28 0 0 0 0 13 30 17

Kontrol - 6 28 0 0 0 1 0 30 29

D. Grafik Hasil Pengamatan Uji Eksperimen

25
14

12

10
5 menit
8 10 menit

6 15 menit
30 menit
4
24 Jam
2

0
0,2% 0,3% 0,4% 0,5% Kontrol

26
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis
1. Hasil Uji Pendahuluan

 Beaker glass 1 terdapat 4 ekor larva yang mati dan 26 larva yang hidup
 Beaker glass 2 terdapat 5 ekor larva yang mati dan 25 larva yang hidup.
 Beaker glass 3 terdapat 1 ekor larva yang mati dan 29 larva yang hidup
 Beaker glass 4 terdapat 2 ekor larva yang mati dan 28 larva yang hidup.
 Beaker glass 5 terdapat 3 ekor larva yang mati dan 27 larva yang hidup.

2. Hasil Uji Eksperimen

 Beaker glass 1 terdapat 7 ekor larva yang mati dan 23 larva yang hidup
 Beaker glass 2 terdapat 7 ekor larva yang mati dan 23 larva yang hidup.
 Beaker glass 3 terdapat 10 ekor larva yang mati dan 20 larva yang hidup
 Beaker glass 4 terdapat 13 ekor larva yang mati dan 17 larva yang hidup.
 Beaker glass 5 terdapat 1 ekor larva yang mati dan 29 larva yang hidup.

Dapat kita lihat, pada beaker glass yang diberi larutan jarak dengan konsentrasi, hanya
menyebabkan kematian yang tidak terlalu banyak, kematian yang terjadi hingga 50% hanya
pada beaker glass ke 4 pada Uji Eksperimen. Berarti larutan jarak kepyar dengan konsentrasi
0.18% yang dapat membunuh hingga 50%.Kandungan zat aktif yang terdapat alkaloid
berpotensi membunuh larva nyamuk.

27
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada uji pendahuluan Lc 50 ekstrak daun jarak 10% , penelitian kami tidak mendapatkan
50% jumlah kematian larva dari 30 ekor larva yang diuji.
2. Setelah konsentrasi dinaikkan dan dilakukan uji eksperimen LC 50 ekstrak daun jarak 10%,
penelitian kami tidak mendapatkan 50% jumlah kematian larva dari 30 ekor larva yang diuji.
3. Jadi, Ekstrak daun jarak dengan konsentrasi yang sedikit kurang memiliki daya untuk
membunuh larva nyamuk

B. Saran
Sebaiknya diadakan uji berkelanjutan dengan konsentrasi yang lebih besar, agar
didapatkan kosenterasi Lc 50.Konsenterasi itulah yang dikatakan efetif sebagai pestisida nabati
bagi larva nyamuk.

28

Anda mungkin juga menyukai