Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERLINDUNGAN TANAMAN

ACARA 6

PERLINDUNGAN TANAMAN SECARA KIMIA DAN NABATI

Disusun oleh :
Nama : Listiya Hidayah
NPM : 1710401096
Kelompok : C2
Asisten : Suci Rahayu Saputri

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2019
BAB 1

TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum perlindungan tanaman secara kimia dan nabati ini
antara lain :

a. Mengetahui macam-macam pestisida


b. Memahami perhitungan formulasi pembuatan larutan pestisida
c. Mengetahui teknik perlindungan tanaman secara kimia
d. Mengetahui kekurangan dan kelebihan perlindungan tanaman secara kimia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Perlindungan tanaman mempunyai makna yang sangat penting


didalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman.
Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk
melindungi sesuati atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap
suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau
mengganggu proses hidupnya yang normal. Sedangkan tanaman adalah
tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk tujuan
tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai
hasil atau produksi tanaman yang berkualitas tinggi dan berkualitas baik
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang
membudidayakan. Dengan demikian, perlindungan tanaman adalah
usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang
dapat merusak, merugikan, dan mengganggu proses hidupnya yang
normal, sejak pra-tanam sampai pasca panen (Djafaruddin, 1996).
Perlindungan tanaman merupakan bagian yang sangat penting
dalam upaya menekan kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan oleh
OPT. Penggunaan pestisida sebagai salah satu komponen pengendalian
OPT sebaiknya diterapkan secara bijaksana. Hal ini berkaitan dengan
dampak negatif yang ditimbulkan berupa resusgensi, matinya populasi
musuh alami, dan pencemaran lingkungan melalui residu yang
ditinggalkan serta terjadinya keracunan pada manusia (Petrus dan
Ismaya, 2014).
Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest
yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara
sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau,
tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi,
bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan (Djojosumarto, 2008).
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan
efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan
lingkungan pada umumnya. Penggunaan pestisida pada petani dengan
cara penyemprotan. Petani yang tidak dilengkapi alat pelindung diri
pada saat menggunakan pestisida, besar kemungkinan akan terpapar
pestisida yang dapat memasuki tubuh baik melalui pernapasan maupun
kontak dengan kulit. Selain kecerobohan pada saat penggunaan pestisida
di bidang pertanian, juga ketidaktahuan atau karena higiene perorangan
masyarakat yang menggangap remeh dampak buruk terhadap kesehatan
(Achmadi, 1993)
Insektisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tanaman atau tumbuhan. Insektisida nabati juga merupakan salah
satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah hama.
Penggunaaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, harganya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan
pestisida sintetik. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu
serangga hama dan penyakit melalui perpaduan berbagai cara atau
secara tunggal. Cara kerja insektisida nabati sangat spesifik, yaitu: (1)
merusak perkembangan telur, larva, dan pupa; (2) menghambat
pergantian kulit; (3) mengganggu komunikasi serangga; (4)
menyebabkan serangga menolak makan; (5) menghambat reproduksi
serangga betina; (6) mengurangi nafsu makan; (7) memblokir
kemampuan makan serangga; (8) mengusir serangga; dan (9)
menghambat perkembangan patogen penyakit (Duriat, 1995).
Pestisida nabati merupakan suatu pestisida yang dibuat dari
tumbuhtumbuhan yang residunya mudah terurai di alam sehingga aman
bagi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai pestisida nabati antara lain tembakau, mimba,
mindi, mahoni, srikaya, sirsak, tuba, dan juga berbagai jenis gulma
seperti babandotan. Teknik pengendalian hama menggunakan pestisida
nabati yang merupakan pengendalian hama terpadu diharapkan dapat
menciptakan lingkungan yang aman. Pestisida nabati memiliki berbagai
fungsi seperti: Repelan atau penolak serangga misalnya bau menyengat
yang dihasilkan tumbuhan. Antifidan atau penghambat daya makan
serangga atau menghambat perkembangan hama serangga. Atraktan
atau penarik kehadiran serangga sehingga dapat dijadikan tumbuhan
perangkap hama (Samsudin, 2008).
Kelebihan dari insektisida berbahan baku nabati antara lain : (1)
mengalami degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari; (2)
memiliki efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan
serangga walapun jarang menyebabkan kematian; (3) toksitasnya
umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia;
(4) memiliki spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan
syaraf) dan bersifat selektif; (5) dapat diandalkan untuk mengatasi OPT
yang telah kebal pada pestisida sintetis; (6) Phitotoksitas rendah, yaitu
tidak meracuni dan merusak tanaman. Sedangkan kelemahan
penggunaan pestsida nabati sebagai berikut: (1) cepat terurai dan
aplikasinya harus lebih sering; (2) daya racunnya rendah (tidak langsung
mematikan serangga/ memiliki efek lambat); (3) kapasitas produksinya
masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan
tanaman untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara
khusus); (4) ketersediaannya di toko-toko pertanian masih terbatas
(Samsudin, 2008).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

Praktikum pengendalian hama secara kimia dan nabati


dilaksanakan pada hari Senin, 17 Juni 2019 pukul 09.00-11.00 WIB
yang bertempat di Laboratorium P203 Fakultas Pertanian Universitas
Tidar Magelang.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain ulat
hongkong (Tenebrio molitor), air, daun mimba, bawang putih, decis 25
EC, dan pestisida Trichoderma.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain toples
plastik sebanyak 5 buah, bak plastik sebanyak 1 buah, keranjang plastik
sebanyak 1 buah, pinset sebanyak 1 buah, saringan sebanyak 1 buah,
gelas ukur ukuran 500 ml sebanyak 1 buah, blender sebanyak 1 buah,
timbangan digital sebanyak 1 buah, dan hand sprayer sebanyak 1 buah.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu :
a. Pembuatan pestisida dari daun mimba
Langkah yang dilakukan yaitu memisahkan daun mimba dengan
batangnya. Kemudian daun mimba ditimbang sebanyak 100 gram,
setelah itu menyiapkan air sebanyak 500 ml. Kemudian air dan daun
mimba tersebut dimasukkan ke dalam blender. Dan diblender kurang
lebih sampai 3 menit atau sampai kedua campuran tersebut homogen.
Setelah homogen, kemudian dimasukkan di dalam handsprayer dan di
aplikasikan pada ulat hongkong yang berjumlah 10 ulat di dalam toples
plastik. Penyemprotan dilakukan 1 hari sekali selama kurun waktu 1
minggu.
b. Pembuatan pestisida dari bawang putih
Langkah yang dilakukan yaitu mengupas bawang putih sebanyak
5 siung, kemudian menyiapkan air sebanyak 500 ml. Setelah itu bawang
putih dan air dimasukkan ke dalam blender. Dan diblender urang lebih
sampai 3 menit atau sampai kedua campuran tersebut homogen. Setelah
homogen, kemudian dimasukkan di dalam handsprayer dan di
aplikasikan pada ulat hongkong yang berjumlah 10 ulat di dalam toples
plastik. Penyemprotan dilakukan 1 hari sekali selama kurun waktu 1
minggu.
c. Pembuatan pestisida decis 25 EC
Langkah yang dilakukan yaitu memasukkan pestisida decis 25
EC sebanyak 0,5 ml kedalan toples plastik, kemudian memasukkan air
sebanyak 1 Liter kedalam toples plastik yang sama. Setelah itu, keddua
campuran tersebut di aduk sampai homogen. Setelah homogen,
kemudian dimasukkan di dalam handsprayer dan di aplikasikan pada
ulat hongkong yang berjumlah 10 ulat di dalam toples plastik.
Penyemprotan dilakukan 1 hari sekali selama kurun waktu 1 minggu.
d. Pembuatan pestisida Trichoderma
Langkah yang dilakukan yaitu menimbang pestisida bubuk
Trichoderma sebanyak 10 gram dengan timbangan digital. Selanjutnya
mengambil air sebanyak 2,5 Liter. Setelah itu, bubuk pestisida
Trichoderma dan air di campur dalam bak plastik dan di aduk hingga
homogen. Setelah homogen, kemudian dimasukkan di dalam
handsprayer dan di aplikasikan pada ulat hongkong yang berjumlah 10
ulat di dalam toples plastik. Penyemprotan dilakukan 1 hari sekali
selama kurun waktu 1 minggu.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Setelah dilakukan praktikum dapat ditunjukkan hasil dari
pengamatan sebagai berikut :

Jenis Pestisida Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke


1 2 3 4 5
Ekstrak Daun Mimba - - - - 10 mati
Ekstrak Bawang Putih - - 10 Mati - -
Decis 25 EC - - 10 Mati - -
Trichoderma - - 9 Mati 1 Mati -
Kontrol - - 10 Mati - -

4.2 Pembahasan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk 10 ulat hongkong
yang disemprot dengan ekstrak daun mimba pada hari ke-1 sampai hari
ke-4 tidak ada perubahan atau belum ada yang mati satupun. Akan tetapi
pada hari ke-5 10 ulat hongkong yang di semprot dengan daun mimba
tersebut mengalami kematian.
Untuk 10 ulat hongkong yang disemprot dengan ekstrak bawang
putih, decis 25 EC, dan kontrol pada hari ke-1 sampai hari ke-2 tidak
ada perubahan atau belum ada yang mati satupun. Akan tetapi 10 ulat
hongkong yang disemprot dengan ekstrak daun bawang, decis 25 EC,
dan kontrol mati pada hari ke-3 sehingga untuk hari ke-4 dan ke-5 tidak
dilakukan pengamatan.

Untuk 10 ulat hongkong yang disemprot dengan Trichoderma


pada hari ke-1 dan ke-2 tidak mengalami perubahan atau belum ada
yang mati satupun. Akan tetapi pada hari ke-3 ada 9 ulat hongkong yang
mati dan pada hari ke-4 ada 1 ulat hongkong yang mati. Sehingga untuk
hari ke-5 tidak dilakukan pengamatan.

Sehingga menurut Duriat (1995) pestisida nabati dapat


membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui
perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja insektisida
nabati sangat spesifik, yaitu:(1) merusak perkembangan telur, larva, dan
pupa;(2) menghambat pergantian kulit;(3) mengganggu komunikasi
serangga;(4) menyebabkan serangga menolak makan;(5) menghambat
reproduksi serangga betina;(6) mengurangi nafsu makan;(7) memblokir
kemampuan makan serangga;(8) mengusir serangga dan;(9)
menghambat perkembangan patogen penyakit.

Pestisida adalah subtansi yang digunakan untuk membunuh atau


mengendalikan berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest
yang berarti hama dan cida yang berarti pembunuh. Jadi secara
sederhana pestisida diartikan sebagai pembunuh hama yaitu tungau,
tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi,
bakteri, virus, nematode, siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan (Djojosumarto, 2008).
BAB 5

KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengamatan dapat disimpulkan bahwa untuk


semua jenis pestisida yaitu ekstrak daun mimba, ekstrak bawang putih,
decis 25 EC, Trichoderma, maupun kontrol pada hari ke-1 dan ke-2 ulat
hongkong yang di uji belum ada yang mati. Kebanyakan dari semua
jenis pestisida yang diujikan kepada ulat hongkong tersebut mati pada
hari ke-3. Untuk rentang waktu yang paling lama mematikan ulat
hongkong yaitu pada ekstrak daun mimba, sedangkan rentang waktu
yang paling cepat mematikan ulat hongkong yaitu pada ekstrak bawang
putih, Trichoderma, dan kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.,F., 1993. Manajemen Penyakit Berbasis Lingkungan.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: Bumi
Aksara.
Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian Edisi
Revisi. Yogyakarta: Kanisius.
Duriat, A.S. 1995. Hasil penelitian cabai merah 305 Dalam Prosiding
Seminar dan Evaluasi Hasil PenelitianTA 1993/1994. hlm. 201
Hortikultura. Jakarta: Pusat Penelitian Hortikultura.
Petrus & Ismaya NR Parawansa. 2014. Efektivitas Ekstrak Daun
Kembang Bulan (Tithonia diversifolia) Terhadap Pengendalian
Hama Ulat Plutella xylostella pada Tanaman Sawi. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Vol. 10. No.2. Hlm : 162
169.
Samsudin. 2008. Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani.
Jakarta: Lembaga Pertanian Sehat.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai