1. Morfogenesis langsung : terbentuknya pucuk, tunas adventif atau embrio somatik langsung dari
jaringan eksplan yang digunakan (dinokulasi)
2. Morfogenesis secara tidak langsung: Terbentuknya tunas adventif atau embrio somatik dari kalus yang
terbentuk dari jaringan eksplan yang digunakan (dinokulasi)
a. Morfogenesis langsung
Eksplan yang digunakan: Sel/jaringan meristem, Pucuk terminal, pengakaran membentuk Planlet
Tunas aksilar (tunas ketiak daun) pucuk (pengakaran) membentuk planlet
Eksplan: tunas adventif pengakaran planlet,
Embrio somatik bibit somatik (planlet)
b. Morfogenesis tidak langsung
Eksplan (dari berbagai sumber) kalus atau protokorm (subkultur) tunas adventif atau embrio somatik
Eksplan kalus kultur suspensi embrio somatik dan tunas adventif
Interaksi ZPT endogen dengan eksogen (jenis dan konsentrasi ZPT yang ditambahkan).
- mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang dikulturkan.
- tergantung dari jenis eksplan yang dikulturkan dan tujuan pengkulturannya.
- tergantung pula dari eksplan yang dikulturkan serta kandungan hormon pertumbuhan endogen yang
terdapat pada eksplan tersebut.
Komposisi ZPT yang sesuai dapat diperkirakan melalui percobaan-percobaan yang telah
dilakukan disertai percobaan untuk mengetahui komposisi ZPT yang sesuai dengan kebutuhan dan arah
pertumbuhan eksplan yang diinginkan.
4. Panjang gelombang
Cahaya ultra violet dekat atau biru menghambat pertumbuhan kultur, karena :
- terbentuknya senyawa fenolik
- rusaknya senyawa sitokrom oksidase
- meningkatnya biosintesis giberelin.
- meningkatnya metabolisme auksin.
Ø Cahaya merah dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan jaringan tanaman dan efeknya
sama dengan penambahan sitokinin ke dalam medium.
Ø Kombinasi kinetin (dalam media) dengan cahaya merah yang diberikan selama 15 menit setiap 8
jam menghasilkan pertumbuhan kultur terbaik.
Ø Kalus atau kultur suspensi ditransfer ke ruang inkubasi bercahaya, sebagian sel mampu membantuk
kloroplas untuk berfotosintesis, tetapi jarang yang menjadi autotrop
5. Lama penyinaran (fotoperiodesitas)
Kultur in vitro pada umumnya membutuhkan penyinaran 14-16 jam/hari. eksplan anggur membutuhkan
lama penyinaran 10 jam per hari. Penyinaran yang terlalu singkat dapat terjadi etiolasi pada kultur.
6. Intensitas cahaya.
Multiplikasi dan pembentukan tunas in vitro umumnya membutuhkan cahaya 500-3000 lux dan
ditingkatkan untuk planlet menjelang aklimatisasi.
D. FISIOLOGI JARINGAN EKSPLAN
a. Fase fisiologi tanaman
i. Kultur pucuk yang berasal dari tanaman juvenil atau kecambah multiplikasi tunas dan pembentukan
akar 2x lebih cepat dibandingkan dari pucuk yang berasal dari tanaman dewasa.
ii. Kalus dari eksplan yang tanamannya masih juvenil :
1. laju pertumbuhannya tinggi
2. ukuran selnya besar
3. mudah menghasilkan galur-galur sel baru
4. mudah membentuk tunas adventif.
Kalus yang berasal dari jaringan dewasa lebih banyak membentuk embrio somatik.
b. Perlakuan tanaman induk.
q Perlakuan stress pada tanaman induk (mother plants), pertumbuhan dan morfogenesis eksplannya
sangat lambat.
q Eksplan yang diambil dari tanaman yang vigor, mata tunas lateral langsung tumbuh.
c. Eksplan
Umur eksplan mempengaruhi inisiasi dan morfogenesis langsung atau tidak langsung dari suatu
kultur.
• Meristem apikal (aktif membelah dan belum terdiferensiasi), mudah membentuk organ.
• Kalus mudah terbentuk dari eksplan yang diambil dari tanaman tua dibandingan dengan yang
diambil dari kecambah atau kotiledon.
• Tanaman Solanum, kalus dari daun tua mampu membentuk tunas dengan cepat sedangkan yang
berasal dari daun muda yang belum berkembang penuh pembentukan tunasnya sangat lambat.
• Stek yang berasal dari jaringan juvenil lebih mudah membentuk akar dibandingkan dengan jaringan
tua (in vivo). Hal yang sama juga berlaku untuk in vitro (tanaman berkayu dan semak, eksplan
yang diisolasi dari jaringan juvenil lebih baik dari fase yang lainnya).