Pada umumnya, tanaman dapat di kembang biakan dengan cara alami, namun,
tanaman juga dapat di kembang biakan dengan cara cangkok dan stek. Namun, tidak semua
tanaman dapat di stek atau dicangkok, maka untuk tanaman tertentu diperlukan cara lain.
Kini para ahli anatomi tumbuhan telah mengetahui bahwa tumbuhan memiliki sifat
totipotensi, yaitu suatu kemampuan setiap sel untuk tumbuh menjadi individu baru.
Pengetahuan ini dimanfaatkan para ahli untuk memperbanyak tumbuhan dengan teknik kultur
jaringan.
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau
bagian dari individu secara buatan (artifisial). Yang dimaksud secara buatan adalah dilakukan
di luar individu yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro,
sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam kaca") karena
jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri dari kaca atau material tembus
pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik
dari tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia) namun masing-masing jaringan
memerlukan komposisi media tertentu.
1. Meristem culture, budi daya jaringan dengan menggunakan eksplan dari jaringan
muda atau meristem.
2. Polen culture/anther culture, menggunakan eksplan dari polen atau benang sari.
3. Protoplas culture, menggunakan eksplan dari protoplas.
4. Chloroplas culture, menggunakan kloroplas untuk keperluan fusi protoplas.
5. Somatis cross (bilangan protoplas/fusi protoplas), menyilangkan dua macam
protoplas, kemudian di budi dayakan hingga menjadi tanaman kecil yang mempunyai
sifat baru.
Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini mempercayai bahwa
setiap bagian tanaman dapat berkembang biak. karena seluruh bagian tanaman terdiri atas
jaringan-jaringan hidup.
Teori dasar kultur jaringan:
1. Sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenar-nya sama dengan
sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut (Setiap sel berasal dari satu sel).
2. Teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi
genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi
tanaman lengkap.
1. Bentuk regenerasi dalam kultur in vitro: pucuk aksilar, pucuk adventif, embrio
somatik, pembentukan protocorm like bodies, dll.
2. Eksplan, adalah bagian tanaman yang dipergunakan sebagai bahan awal untuk
perbanyakan tanaman. Faktor eksplan yang penting adalah genotip/varietas, umur
eksplan, letak pada cabang, dan seks (jantan/betina). Bagian tanaman yang dapat
digunakan sebagi eksplan adalah pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon,
hipokotil, endosperm, ovari muda, anther, embrio, dll.
3. Media Tumbuh, Di dalam media tumbuh mengandung komposisi garam anorganik,
zat pengatur tumbuh, dan bentuk fisik media. Terda-pat 13 komposisi media dalam
kultur jaringan, antara lain: Murashige dan Skoog (MS), Woody Plant Medium
(WPM), Knop, Knudson-C, Anderson dll. Media yang sering digunakan secara luas
adalah MS. Komposisi media Murashige dan Skoog (MS). Bahan Kimia Konsentrasi
Media (mg/l) yaitu: NH4NO3 1650, KNO3 1900, CaCL2.2H20 440, MgSO4.7H20
370, KH2PO4 170, FeSO4.7H20 27, NaEDTA 37,3, MnSO4.4H20 22,3,
ZnSO4.7H2O 8,6, H3BO3 6,2, KI 0,83, Na2MoO4.2H20 0,25, CuSO4.5H20
0,025, CoCl2.6H20 0,025, Myoinositol 100, Niasin 0,5, Piridoksin-HCL 0,5,
Tiamin-HCL 0,1, Glisin 2, dan Sukrosa 30.000.
4. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
ZPT adalah konsentrasi, urutan penggunaan dan periode masa induksi dalam kultur
tertentu. Jenis yang sering digunakan adalah golongan Auksin seperti Indole Aceti
Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan Indole Acetic Acid
(IBA). Golongan Sitokinin seperti Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P, Zeatin,
Thidiazuron, dan PBA. Golongan Gibberelin seperti GA3. Golongan zat penghambat
tumbuh seperti Ancymidol, Paclobutrazol, TIBA, dan CCC.
5. Lingkungan Tumbuh. Lingkungan tumbuh yang dapat mempengaruhi regenerasi
tanaman meliputi temperatur, panjang penyinaran, intensitas penyinaran, kualitas
sinar, dan ukuran wadah kultur. Beberapa gambaran dan potensi yang bisa
dimunculkan dalam kultur jaringan di antaranya adalah:
Kultur meristem, dapat menghasilkan anggrek yang bebas virus, sehingga sangat tepat
digunakan pada tanaman anggrek spesies langka yang telah terinfeksi oleh hama
penyakit, termasuk virus.
Kultur anther, bisa menghasilkan anggrek dengan genetik haploid (1n), sehingga
bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan anggrek diploid (2n). Dengan
demikian sangat dimungkinkan untuk menghasilkan tanaman anggrek mini, selain itu
dengan kultur anther berpeluang memunculkan sifat resesif unggul yang pada kondisi
normal tidak akan muncul karena tertutup oleh yang dominan
Dengan teknik poliploid dimungkinkan untuk mendapatkan tanaman anggrek “giant”
atau besar. Teknik ini salah satunya dengan memberikan induksi bahan kimia yang
bersifat menghambat (cholchicine)
Kloning, teknik ini memungkinkan untuk dihasilkan anggrek dengan jumlah banyak
dan seragam, khususnya untuk jenis anggrek bunga potong. Sebagian petani anggrek
telah mampu melakukan teknik ini.
Mutasi, secara alami mutasi sangat sulit terjadi. Beberapa literatur peluangnya 1 :
100.000.000. Dengan memberikan induksi tertentu melalui kultur jaringan hal
tersebut lebih mudah untuk diatur. Tanaman yang mengalami mutasi permanen
biasanya memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi
Bank plasma, dengan meminimalkan pertumbuhan secara “in vitro” kita bisa
mengoleksi tanaman anggrek langka tanpa harus memiliki lahan yang luas dan
perawatan intensif. Baik untuk spesies langka Indonesia maupun dari luar negeri
untuk menjaga keaslian genetis yang sangat penting dalam proses pemuliaan anggrek.
Pemberian nitrogen dalam bentuk pupuk buatan secara berlebih ternyata berdampak
negatif yaitu:
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan
adalah:
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam
jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan
morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan
juga memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul. Secara lebih rinci dan jelas berikut ini
akan dibahas secara khusus kegunaan dari kultur jaringan terhadap berbagai ilmu
pengetahuan.
Manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh jika melakukan teknik kultur jaringan
adalah sebagai berikut:
1. Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
2. Sifat identik dengan induk
3. Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
4. Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa.
5. Perbanyakan cepat dari klon. Kecepatan multiplikasi sebanyak 5 akan memberikan 2
juta plantlet dalam 9 generasi yang memerlukan waktu 9 – 12 bulan.
6. Keseragaman genetik. Karena kultur jaringan merupakan perbanyakan vegetatif,
rekombinasi karakter genetik acak yang umum terjadi pada perbanyakan seksual
melalui biji, dapat dihindari. Karenanya, anakan yang dihasilkan bersifat identik. Akan
tetapi, mutasi dapat terjadi pada kultur jaringan pada saat sel bermultiplikasi, terutama
pada kondisi hormon dan hara yang tinggi. Mutasi genetik pada masa multiplikasi
vegetatif ini disebut “variasi somaklonal”.
7. Kondisi aseptik. Proses kultur jaringan memerlukan kondisi aseptik, sehingga
pemeliharaan kultur tanaman dalam kondisi aseptik memberi bahan tanaman yang
bebas patogen.
8. Seleksi tanaman, adalah memungkinkan untuk memiliki tanaman dalam jumlah besar
pada wadah kultur yang relatif kecil. Seperti telah disebutkan sebelumnya, variasi
genetik mungkin terjadi. Juga, adalah memungkinkan untuk memberi perlakuan kultur
untuk meningkatkan kecepatan mutasi. Perlakuan dengan bahan kimia (bahan mutasi,
hormon) atau fisik (radiasi) dapat digunakan.
9. Stok mikro, memelihara stok tanaman dalam jumlah besar mudah dilakukan pada
kultur in vitro. Stok induk biasanya dipelihara in vitro, dan stek mikro diambil untuk
diakarkan di kultur pengakaran atau dengan perbanyakan biasa.
10. Lingkungan terkontrol
11. Konservasi genetik. Kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan spesies
tanaman yang terancam (rare and endangered species). Metode dengan pemeliharaan
minimal, penyimpanan jangka panjang telah dikembangkan.
12. Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk menyelamatkan hibrida dari spesies
yang tidak kompatibel melalui kultur embrio atau kultur ovule.
13. Tanaman haploid dapat diperoleh melaui kultur anther.
14. Produksi tanaman sepanjang tahun.
15. Perbanyakan vegetatif untuk spesies yang sulit diperbanyak secara normal dapat
dilakukan melalui kultur jaringan.
( sumber : http://mcrizzwan.blogspot.co.id/2013/07/artikel-jaringan-tumbuhan-
kultur.html#.WaFCeFzRv60)