ABSTRACT
DAYU KURNIAWAN. Control of Saprolegnia sp. in Tilapia (Oreochromis niloticus) with
Different Water Salinity. Under academic supervision By SURYANTO DWI and RIRI
EZRANETI.
Water quality in fish culture is one of the most important factor that have to be
maintained. Unproper maintained of water quality may result on increase of disease
prevalence to the fish. One of the disease affected tilapia culture is saprolegniasis caused by
Saprolegnia sp.. This study aimed to determine the growth of the fungus Saprolegnia sp. in tilapia
(Oreochromis niloticus) in different water salinity as well as to determine the optimum salinity levels
to inhibit the Saprolegnia sp. growth. The growth rate, feed efficiency, survival, fungal colonies,
temperature, pH, and DO was measured. The study was conducted with 3 replications and 4
treatments, ie 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, and 15 ppt.. The result showed that growth rate were from 0,7 –
2,9%, feed efficiency ranged from 30,99 – 61,05%, the survival rate ranged from 6,67 – 90 %
and fungal colonies decreased to range between 2,33 – 8,67. Temperatures ranged from 24,9
– 26,1°C, pH ranged from 8,3 – 9,0, DO ranged from 6,5 – 7,0 mg/l. Optimum salinity to
decrease Saprolegnia sp. in 15 ppt.
ABSTRAK
Kualitas air pada budidaya ikan adalah salah satu faktor yang paling penting yang
harus dijaga. Kualitas air yang tidak dijaga dengan baik dapat mengakibatkan peningkatan
pada prevalensi penyakit pada ikan. Salah satu penyakit yang mempengaruhi budidaya ikan
nila adalah saprolegniasis yang disebabkan oleh Saprolegnia sp.. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan jamur Saprolegnia sp. pada ikan nila (Oreochromis niloticus)
pada salinitas air yang berbeda serta untuk mengetahui tingkat salinitas optimum untuk
menghambat Saprolegnia sp.. Laju pertumbuhan, efisiensi pakan, kelangsungan hidup, koloni
jamur, suhu, pH, dan DO diukur. Penelitian dilakukan dengan 3 ulangan serta 4 perlakuan,
yaitu 0 ppt, 5 ppt, 10 ppt, dan 15 ppt. Diperoleh hasil bahwa laju pertumbuhan harian 0,7 –
2,9 %, efisiensi pakan berkisar antara 30,99 – 61,05 %, sintasan berkisar antara 6,67 – 90 %
serta koloni jamur mengalami penurunan hingga berkisar antara 2,33 – 8,67 koloni. Suhu
berkisar antara 24,9 – 26,1oC, pH berkisar 8,3 − 9,0, DO berkisar 6,5 – 7,0 mg/l. Salinitas
optimum untuk menurunkan Saprolegnia sp. di 15 ppt.
Pertumbuhan
adalah oksigen terlarut, salinitas, 2.2
2 0.7
temperatur dan pH. Pengukuran
Laju
(%)
salinitas dilakukan setiap hari dalam 0
waktu yang sama sehingga fluktuasi 0 ppt 5 ppt 10 ppt 15 ppt
salinitas dapat segera teratasi. Perlakuan
54.28
Hasil 50.00 30.99 39.98
Infeksi Saprolegnia sp.
(%)
50.00
Laju Pertumbuhan Ikan Nila 6.67
Laju pertumbuhan harian ikan nila 0.00
tertinggi dimiliki oleh ikan nila pada 0 ppt 5 ppt 10 ppt 15 ppt
perlakuan 15 ppt sebesar 2,9 %, dan laju Perlakuan
pertumbuhan harian terendah dimiliki oleh
ikan nila pada perlakuan 0 ppt sebesar 0,7 %. Gambar 4. Sintasan Ikan Nila
Perbandingan yang menunjukkan laju
Pengaruh Kadar Garam Terhadap Saprolegnia sp. disebabkan luka yang dibuat
Jamur Saprolegnia sp. pada tubuh ikan dan faktor lingkungan.
Koloni jamur Saprolegnia sp. Kondisi ini menyebabkan ikan mengalami
diperoleh dengan menumbuhkan isolat stress dan penurunan sistem imun. Hal ini
jamur Saprolegnia sp. dengan cara sesuai dengan Quiniuo dkk., (1998)
mengambil sampel air media sebanyak 10 menyatakan bahwa serangan jamur dapat
ml yang kemudian diencerkan hingga 10-3. memberikan pengaruh negatif terhadap
Sampel air media yang telah diencerkan kondisi ikan dianggap bersifat oportunis,
tersebut kemudian ditanam pada media PDA menyerang ikan ketika ikan mengalami stres
selama 2 hari, kemudian koloni yang atau sistem imun yang menurun karena
tumbuh dihitung. Koloni jamur Saprolegnia kondisi lingkungan yang kurang
sp. memiliki jumlah rata- rata yang cukup menguntungkan atau efek sekunder dari
tinggi diawal penelitian yaitu berkisar antara infeksi bakteri dan virus atau ketika ikan
11.33-15 koloni, kemudian mengalami nilai tersebut kehilangan perlindungan lendir
penurunan yang cukup signifikan pada akhir karena penanganan yang kurang baik.
penelitian yaitu berkisar antara 2,33-8,67 Ikan nila yang terserang jamur
koloni. Isolat koloni jamur Saprolegnia sp. Saprolegnia sp. terlihat bergerak lambat dan
serta perbandingan koloni ketika awal dan berenang tidak teratur serta pada bagian
akhir penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. tubuh yang luka terdapat hifa yang berwarna
100.00% 79.43% putih. Sembiring (2012) menyatakan bahwa
53.45% 67%
Penurunan
Persentase
50.00% 27.75%
dan hanya bergerak lambat di bagian pinggir
0.00% akuarium serta tidak seimbang. Ikan nila
0 ppt 5 ppt 10 ppt 15 ppt
yang terserang Saprolegnia sp. juga terlihat
Perlakuan
mengalami penurunan nafsu makan,
Gambar 5. Perbandingan koloni jamur memisahkan diri dari ikan yang lain,
Saprolegnia sp. berenang secara pasif, keseimbangannya
terganggu dan mengalami kerusakan pada
Parameter Kualitas Air kulit dan sirip. Ikan yang sakit akan
Berdasarkan pengukuran parameter menunjukkan gejala-gejala klinis seperti
kualitas air selama penelitian, maka menggosok-gosokan tubuhnya pada suatu
diperoleh hasil parameter kualitas air yang permukaan benda dan tidak mau makan
dapat dilihat pada Tabel 1. (Kordi, 2004).
Tabel Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Saprolegnia sp. memiliki hifa putih
Air bening dimana warna koloni atas dan bawah
berwarna putih bening. Pengamatan secara
Parameter Perlakuan (ppt)
mikroskopis dengan melakukan preparat
0 5 10 15 basah menunjukkan bahwa pada
pH 8.8 8.3 8.3 9.0 Saprolegnia sp. hifanya bercabang serta
DO 6.3 6.9 6.5 6.0 pada bagian ujung terdapat zoosporangium
suhu 25.4 24.9 24.9 26.1 berwarna lebih gelap. Webster dan Weber
(2007) Saprolegnia sp. memiliki hifa yang
senositik, tidak bersekat, bercabang dan
Pembahasan
pada ujung hifa terdapat zoosporangium
Infeksi Saprolegnia sp.
yang berisi zoospora. Zoospora ini
Berdasarkan hasil penelitian yang
merupakan suatu alat reproduksi aseksual
telah dilakukan ikan yang terserang jamur
yang bersifat motil, terdapat dua tipe osmoregulasi berjalan normal (Halver,
zoospora yaitu zoospora utama dan zoospora 1988).
pembantu dan yang akan berkembang
menjadi individu baru adalah zoospora yang Efisiensi Pakan Ikan Nila
utama pada Saprolegnia sp.. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa benih
Laju Pertumbuhan Ikan Nila ikan nila pada media salinitas 5 ppt memiliki
Berdasarkan penelitian yang telah tingkat persentase efisiensi pakan tertinggi
dilakukan didapatkan hasil bahwa laju sebesar 61,05%. Tingginya efisiensi pakan
pertumbuhan harian tertinggi benih ikan nila ikan nila pada media salinitas 5 ppt karena
terdapat pada salinitas 15 ppt, yaitu sebesar ikan nila di media tersebut pada kondisi
2,9 %. Benih ikan nila pada media dengan hipoosmotik sehingga melakukan
salinitas 15 ppt membutuhkan energi yang osmoregulasi yang tinggi. Hal ini juga
lebih kecil untuk proses osmoregulasi, berlaku saat kondisi ikan nila berada dalam
sehingga energi yang digunakan untuk keadaan hiperosmotik. Dalam melakukan
pertumbuhan lebih besar. Stickney (1979) osmoregulasi ikan nila membutuhkan energi
menyatakan pada kondisi isoosmotik yang cukup banyak. Setyo (2006)
kandungan ionik media mendekati kondisi menyatakan bahwa tingkat kebutuhan
ionik darah ikan, sehingga energi untuk energi bagi ikan yang melakukan
kebutuhan osmoregulasi lebih kecil, serta osmoregulasi sangat besar. Untuk memenuhi
energi untuk pertumbuhan tersedia dalam kebutuhan akan energi tersebut ikan nila
jumlah yang lebih besar. Jelas bahwa mengkonsumsi pakan lebih banyak,
peningkatan salinitas berperan terhadap sehingga pakan yang digunakan untuk
pemanfaatan energi pakan, karena lebih memenuhi kebutuhan aktivitas osmoregulasi
banyak protein tersimpan (diretensi) dan dan pertumbuhan dapat terpenuhi secara
hanya sedikit yang terurai atau dimanfaatkan maksimal. Setiawati dan Suprayudi (2003)
untuk energi dalam mempertahankan menyatakan bahwa pemanfaatan energi
keseimbangan garam-garam tubuh pakan pada ikan nila lebih menguntungkan
(homeostasi). di media bersalinitas dan ikan ini dapat
Laju pertumbuhan harian benih ikan tumbuh baik pada media bersalinitas 10-20
nila terendah terdapat pada media ppt. Hal ini yang menyebabkan benih ikan
bersalinitas 0 ppt. Selain dipengaruhi oleh nila pada media bersalinits 15 ppt berada di
rendahnya sintasan pada salinitas 0 ppt, ini posisi kedua yaitu sebesar 54,28%, sehingga
juga dipengaruhi oleh rendahnya pakan yang mempengaruhi laju pertumbuhan harian
mampu dikonsumsi oleh benih ikan nila. yang dimilikinya. Dengan efisiensi pakan
Menurut Brett (1971), jumlah pakan yang yang cukup tinggi maka pemanfaatan energi
mampu dikonsumsi ikan setiap harinya untuk pertumbuhan juga lebih tinggi.
merupakan salah satu faktor yang Efisiensi pakan terendah terdapat
mempengaruhi potensi ikan untuk tumbuh pada media bersalinitas 0 ppt sebesar
secara maksimal. Perubahan yang terjadi 30,99%. Ini dapat diduga karena tekanan
pada proses osmoregulasi juga osmotik media yang tidak seimbang dengan
menyebabkan peningkatan kebutuhan energi tekanan osmotik benih ikan nila. Hal tesebut
ikan untuk beradaptasi dengan perubahan sesuai dengan Rosdianasari (2013) yang
lingkungan dan mengurangi alokasi energi menyatakan bahwa tekanan osmotik
untuk pertumbuhan. Energi tersebut lingkungan perairan yang lebih rendah
digunakan untuk mengatur menjaga agar dibandingkan dengan tekanan osmotik
cairan tubuh ikan, akibatnya ikan cenderung Saprolegniaceae yang termasuk ke dalam
banyak mengeluarkan energi untuk proses Oomycetes yang merupakan patogen utama
osmoregulasi. pada ikan air tawar.