Anda di halaman 1dari 16

A.

Tujuan
1. Untuk mengenal disain laboratorium kultur jaringan, fasilitas beserta
peralatannya.
2. Untuk mempelajari prosedur memperoleh kondisi aseptik dalam kultur in
vitro tumbuhan serta mempelajari cara sterilisasi peralatan (gelas dan
metal).
3. Untuk mempelajari penyiapan/ cara pembuatan media dasar dan media
perlakuan kultur in vitro tumbuhan, khususnya media Murashige Skoog
(MS).
4. Untuk mempelajari sterilisasi eksplan yang efektif, sekaligus cara
menanam eksplan pada media serta mengamati pertumbuhan eksplan.
B. Dasar Teori
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya
dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Kultur jaringan bisa juga
diartikan sebagai perbanyakan mikro. Perbanyakan mikro adalah perbanyakan
tanaman secara in vitro, yang memanfaatkan jaringan meristem atau jaringan
non meristem yang telah ada. Terdapat empat metode secara umum dalam
kultur jaringan yaitu kultur pucuk, kultur buku, organogenesis, dan
embriogenesis nonzigotik. Tujuan pokok penerapan perbanyakan mikro
adalah produksi tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat,
terutama untuk varietas-varietas unggul yang baru dihasilkan (Furqoni,2010).
Kultur jaringan memberikan banyak keuntungan dibandingkan
perbanyakan secara konvensional. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan
dengan cepat karena siklus perbanyakan yang lebih singkat. Volume
perbanyakan yang dihasilkan lebih besar pada tanaman hias seperti anggrek,
tanaman berkayu, dan tanaman semak. Melalui kultur jaringan, tanaman dapat

1
diperbanyak dalam jumlah besar dan memudahkan transportasi. Selain itu,
perbanyakan tidak tergantung musim dan dapat memenuhi permintaan pasar
dengan cepat. Namun ada beberapa tanaman yang tidak menguntungkan bila
dikembangkan dengan kultur jaringan. Misalnya, kecepatan multiplikasinya
rendah, terlalu banyak langkah untuk mencapai tanaman sempurna, atau
terlalu tinggi tingkat penyimpangan genetik. Pada prinsipnya perbanyakan
melalui kultur jaringan sangat perlu dalam tanaman yang
persentaseperkecambahan biji rendah, tanaman hibrida yang berasal dari tetua
yang tidak menunjukkan male sterility, hibrida-hibrida unik, perbanyakan
pohon-pohon bernilai ekonomis, serta tanaman yang selalu diperbanyak
secara vegetatif (Furqoni,2010).
Teknik perbanyakan secara kultur jaringan dapat dilakukan secara
organogenesis dan embriogenesis. Organogenesis adalah proses terbentuknya
organ seperti pucuk dan akar. Terdapat dua cara terjadinya organogenesis
yaitu secara langsung atau tidak langsung. Organogenesis langsung terjadi
tanpa terbentuknya kalus terlebih dahulu sedangkan organogenesis tidak
langsung diawali dengan pembentukan kalus lalu muncul organ pada kalus.
Kalus merupakan massa sel yang tidak terdiferensiasi seperti sel meristem
(Furqoni,2010).
Keberhasilan dari kultur jaringan ditentukan oleh berbagai faktor
seperti pemilihan eksplan, keadaan yang steril, kecukupan nutrien dan
pengaruh faktor lingkungan (Fitrianti,2006). Selain itu juga keberhasilan
perbanyakan melalui kultur jaringan bergantung pada kombinasi jenis media,
zat pengatur tumbuh (ZPT), dan bagian eksplan yang digunakan. Media
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman
melalui kultur jaringan (Marlina, 2009).
Metode sterilisasi yang sering digunakan dalam pengerjaan kultur
jaringan tanaman adalah:

2
1) Pemanasan kering
Metode ini digunakan untuk alat gelas, alat logam, atau alat lain yang
tidak hangus pada pemanasan tinggi. Metode ini membutuhkan suhu 1600-
1700C dengan waktu kurang dari 2 jam.
2) Pemanasan basah
Pemanasan basah digunakan untuk sterilisasi larutan media dan alat-
alat yang tidak tahan oleh pemanasan tinggi. Alat yang digunakan adalah
autoklaf dengan suhu 121 0C selama 24 jam.
3) Ultrafiltrasi
Beberapa komponen media misalnya vitamin dan zat pengatur tumbuh
tidak stabil dengan pemanasan. Oleh karena itu disterilkan dengan ultrafiltrasi.
Diameter lubang dari filter untuk sterilisasi pada metode ini adalah 0,22
mikron (Indrayanto, 1988). Membran penyaring ini bekerja sebagai sekat
yang menahan semua partikel dan mikroba yang lebih besar dari ukuran pori
pada permukaannya.
4) Sterilisasi kimia
Permukaan area bekerja biasanya disterilkan dengan etanol 70% atau
isopropanol 70%. Etanol juga digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang
sebelum digunakan, yang kemudian dipijarkan di atas lampu spiritus. Bahan
tanaman yang akan ditanam juga bisa disterilkan dengan metode ini, yaitu
dengan menggunakan 0,5% NaOCl atau larutan kalsium
hipoklorit(Anonim,2010)
a) Eksplan
Eksplan adalah bagian tanaman (dapat berupa sel, jaringan atau organ)
yang digunakan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media
kultur in vitro. Bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan sebaiknya
merupakan bagian yang mempunyai sel aktif membelah, berasal dari tanaman
induk yang sehat dan berkualitas tinggi. Meskipun pada prinsipnya semua sel

3
dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya eksplan dipilih dari bagian tanaman yang
masih muda, yaitu daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji atau
tunas. Ukuran eksplan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan eksplan in
vitro. Apabila eksplan terlalu kecil menyebabkan ketahanan eksplan yang
kurang baik dalam kultur dan apabila eksplan terlalu besar, akan mudah
terkontaminasi oleh mikroorganisme (Fitrianti,2006).
b) Medium MS
Komposisi media kultur sangat berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditanam secara in vitro.
Medium yang digunakan sebagai sumber makanan adalah senyawa organik
dan anorganik yang diperlukan untuk pertumbuhan eksplan. Media kultur
yang memenuhi syarat adalah media yang mengandung nutrien makro dan
nutrien mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu, sumber tenaga, air,
asam amino, vitamin, zat pengatur tunbuh. Kadang-kadang diperlukan
penambahan zat lain seperti yeast, ekstra malt atau cairan tanaman sebagai
sumber zat perangsang pertumbuhan. Selain itu perlu ditambah agar terjadi
kontak antara jaringan tanaman media dengan udara (Fitrianti,2006).
Sampai saat ini dikenal beberapa jenis medium dengan komposisi
kimia yang berbeda dan dapat digunakan untuk kultur in vitro dari tanaman
tertentu. Medium yang sering digunakan untuk sebagian besar spesies
tanaman yang termasuk dikotil maupun monokotil adalah medium Murashige
dan Skoog (MS). Medium MS memiliki unsur-unsur dan persenyawaan yang
lebih lengkap dibandingkan dengan medium yang lain (Fitrianti,2006).
Kadar mineral dalam medium MS relatif lebih tinggi dibandingkan
medium lain. Mineral-mineral ini dapat mendukung pertumbuhan sel-sel
tanaman dalam kultur in vitro. Sebab pada medium MS, nitrogen tersedia
dalam bentuk cairan nitrat dan ammonia sehingga kebutuhan nitrogen akan
selalu terpenuhi. Sumber nitrogen lainadalah asam amino yang dapat

4
dimanfaatkan secara langsung oleh jaringan tanaman daripada nitrogen yang
terdapat dalam bentuk nitrogen anorganik. Asam amino berperan sebagai
bahan pembangun protein. Adapun kompisisi medium kultur jaringan
tanaman adalah sebagai
berikut:
1) Air
Air merupakan komponen yang penting di dalam pengkulturan
eksplan karena 95% dari medium mengandung air. Untuk tujuan penelitian,
digunakan air destilasi, dan untuk penelitian dengan materi eksplan dari
protoplas, meristem dan sel sebaiknya digunakan Aquabides. Dimana air
destilasi (air suling) tersebut telah steril dari kontaminasi mikroorganisme atau
substansi yang dapat merusak proses perkembangan eksplan.
2) Larutan Garam Anorganik
Tiap tanaman memerlukan setidaknya 6 elemen makronutrien, yaitu
unsur yang diperlukan dalam jumlah besar meliputi N, K, Mg, Ca, S, P dan 7
elemen mikronutrien, yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah kecil
meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cl.
3) Zat-zat organik
Senyawa kimia organik yang biasa dipakai sebagai sumber energi
dalam kultur in vitro adalah karbohidrat. Karbohidrat tersusunatas unsur-
unsur C, H, O sebagai elemen penyusun utama. Bahan-bahan organik yang
termasuk karbohidrat meliputi gula, pati dan
selulosa. Karbohidrat mempunyai dua fungsi utama yaitu sebagai sumber
energi untuk jaringan dan untuk keseimbangan tekanan osmotik dalam
medium. Karbohidrat yang sering digunakan adalah sukrosa meskipun
kadang-kadang diganti dengan glukosa. Glukosa dan fruktosa dapat
digunakan tetapi harganya lebih mahal hasilnya tidak selalu lebih baik
daripada sukrosa. Konsentrasi sukrosa yang digunakan berkisar 1 – 5% (10 -

5
15 g/l), tetapi untuk kebanyakan pengkulturan konsentrasi optimum sukrosa
adalah 2 - 3%. Kadar sukrosa untuk keperluan pengkulturan berkisar antara 2
- 4%. Kadar sukrosa yang digunakan sebagai sumber energi untuk
menginduksi pertumbuhan eksplan dalam medium adalah 2 - 7%. Sukrosa
bersifat labil terhadap suhu tinggi sehingga apabila disterilkan dalam autoklaf
bersama-sama zat lain akan mengakibatkan penguraian sukrosa menjadi
kombinasi antara sukrosa, D-glukosa, dan D-fruktosa. Keuntungan dari
penguraian ini adalah terbentuknya aldosa (D-glukosa) dan ketosa (D-
fruktosa) yang melimpah ruah, sehingga gula pereduksi yang berfungsi
mereduksi indikator-indikator seperti ion 2+ + kupri (Cu ) menjadi bentuk
kupro (Cu ) yang bermanfaat pada perkembangan dan perbaikan
(Fitrianti,2006).
Secara umum laboratorium kultur jaringan terdiri dari :
1. Ruang Pencucian
Ruang pencucian harus mempunyai bak cuci, meja kerja yang terbuat dari
bahan yang tahan terhadap asam dan basa, rak pengering dan mempunyai
saluran untuk air demineralisasi atau destilasi, ruang untuk tempat oven
pengering, alat/mesin pencuci dan pengering, serta rak atau lemari
penyimpanan alat.
2. Ruang Persiapan Media
Di dalam ruang persiapan media harus tersedia tempat untuk penyimpanan
bahan-bahan kimia, gelas kultur dan penutupnya, dan peralatan gelas yang
diperlukan untuk pembuatan media. Peralatan yang biasanya ada di ruang
persiapan dan pembuatan media antara lain alat vaccum, distiling unit,
bunsen, refrigerator (kulkas) dan freezer untuk penyimpanan larutan stok dan
bahan kimia, mikrowave, kompor gas, oven dan autoclave untuk sterilisasi
media, peralatan gelas dan peralatan lain. Didalam pembuatan media kultur,

6
bahan-bahan kimia yang digunakan harus yang bertaraf analitik dan
penimbangannya harus baik dan benar
3. Ruang Transfer
Teknik kultur jaringan dapat berlangsung dengan sukses apabila dilakukan
dibawah kondisi laboratorium yang sangat bersih. Oleh karena itu
pemindahan atau transfer biakan dikerjakan dalam ruang transfer steril atau
laminar air flow. Laminar air flow yang digunakan dalam kultur jaringan
tanaman adalah tipe horizontal dan dirancang dengan mempunyai ruangan
yang bebas dari partikel debu yang halus dan dilengkapi dengan sinar ultra
violet (UV) serta unit penyaring udara. Penyaring udara harus mempunyai
filter udara dengan efisiensi tinggi atau ”high-efficiency particulate air (HEPA
filter). Semua permukaan ruang kerja dalam laminar harus dirancang dan
mempunyai konstruksi sedemikian rupa sehingga debu dan mikroorganisme
tidak dapat berakumulasi dan permukaan tempat kerja dapat mudah
dibersihkan dan diidisinfeksi.
4. Ruang Kultur
Semua jenis kultur harus disimpan dalam tempat yang terkontrol baik
temperatur, sirkulasi udara, kelmbaban maupun kualitas dan lamanya cahaya.
Faktor-faktor lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses pertumbuhan
dan diferensiasi biakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kultur
protoplas, suspensi sel dan kultur anther adalah yang paling sensitif terhadap
kondisi lingkungan. Suhu ruang kultur untuk pertumbuhan umumnya berkisar
antara 15o – 30oC, dengan fluktuasi kurang dari ±0.5oC; akan tetapi kisaran
suhu yang lebih besar mungkin diperlukan untuk tujuan percobaan. Ruang
kultur harus mempunyai pencahayaan hingga 10.000 lux. Suhu dan cahaya
harus dapat diprogram selama 24 jam. Ventilasi udara harus baik dengan
kelembaban berkisar 20-98% (Anonim,2010)

7
C. Metode
- Alat dan Bahan
1. Alat:
- Autoklaf - Laminar air flow
- Rak-rak kultur - Cawan petri
- Skalpel - Pinset
- Sikat - Botol-botol kultur
- Lampu busen - Neraca analitik
- pH meter - hotplate
- magnetic stirer - Erlenmeyer
- Gelas piala - Pipet tetes

2. Bahan:
- Detergen - fungisida
- Korek api - byclean
- Alkohol 70% - KOH
- Aquades steril - alkohol 96%
- Aluminium foil - Media MS
- Sukrosa - Aquades
- Kertas label

- Cara Kerja
Acara1:
1. Setiap praktikan mempelajari masing-masing ruang yang ada dalam
laboratorium kultur jaringan bergantian.

8
2. Masing-masing peralatan yang ada dalam laboratorium dan terkait dengan
teknik kultur jaringan harus dipahami pemakaian dan kegunaannya oleh
masing-masing praktikan.

Acara 2:
1. Botol-botol kultur dan cawan petri dicuci dengan detergen, dibilas dengan
air mengalir, disimpan pada rak-rak kultuir dan dibiarkan kering dengan
mulut botol/cawan petri menghadap ke bawah.
2. Peralatan lain seperti skalpel, pinset dan gunting dicuci bersih dan
dikeringkan dengan kertas tissue.
3. Botol-botol kultur yang sudah kering ditutup dengan aluminium foil,
sedangkan alat-alat lain (skalpel, gunting, pinset, cawan petri) dibungkus
dengan kertas.
4. Beberapa botol kultur diisi dengan aquades kira-kira ¾ volume, dan
ditutup dengan aluminium foil (untuk aquades steril).
5. Semua alat-alat disterilisasi dengan memasukkannya ke dalam autoklaf
pada suhu 1210C, tekanan 1,5 atm, selama 1 jam.
6. Sebelum menggunakan autoklaf, autoklaf dicek dulu (air ahrus mencapai
lempeng berpori pada dasar tabung autoklaf)
7. Semua alat ditata rapi pada keranjang, dimasukkan ke dalam autoklaf dan
ditutup rapat.
8. Timer diatur sesuai ketentuan sterilisasi (peralatan perlu waktu 1 jam,
media perlu waktu 15-20 menit). Autoklaf dalam posisi aktif.
9. Tanda naiknya tekanan uap diperhatikan. Semua katup/saluran
pengeluaran air/gas harus dalam posisi tertutup.
10. Autoklaf dibuka saat tekanan uap mencapai 0, peralatan dikeluarkan dan
disimpan di rak-rak kultur.

9
11. Untuk laminar air flow, sebelum penanaman eksplan, meja laminar
disemprot dengan alkohol 70% dan disterilisasi dengan UV selama 2 jam.
Acara 3 :
1. Media MS ditimbang
2. Ditambahkan air 250 ml
3. Diaduk di magnetic stirer hingga tercampur sempurna
4. Diukur pH-nya (5,6-5,8)
5. Ditambahkan agar
6. Ditambahkan aquades hingga 500 ml
7. Diaduk di magnetic stirer hingga tercampur sempurna
8. Dimasukkan ke dalam botol-botol kultur
9. Diautoklaf
Acara 4 :
1. Eksplan disterilisasi mengunakan detergen, fungisida, alkohol dll.
2. Media yang sudah disterilisasi disiapkan
3. Laminar air flow disterilisasi 2 jam sebelum digunakan
4. Semua yang akan masuk ke dalam laminar air flow disterilisasi
menggunakan alkohol 70%.
5. Digunakan masker, sarung tangan dan jas lab pada saat melakukan
penanaman.
6. Eksplan ditanam dimedia menggunakan pinset steril kemudian botol
ditutup lagi menggunakan aluminium foil
7. Selanjutnya eksplan diletakkan di rak-rak kultur.
8. Diamati seminggu sekali (yang mengalami kontaminasi dikeluarkan dari
rak kultur).
D. Hasil
Rata- rata terdapat kontaminasi pada media dan eksplan, hanya pada eksplan
yang berhasil bertahan selama 2 minggu.

10
E. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mengenal disain laboratorium kultur
jaringan, fasilitas beserta peralatannya. Mempelajari prosedur memperoleh
kondisi aseptik dalam kultur in vitro tumbuhan serta mempelajari cara
sterilisasi peralatan (gelas dan metal). Mempelajari penyiapan/ cara
pembuatan media dasar dan media perlakuan kultur in vitro tumbuhan,
khususnya media Murashige Skoog (MS). Mempelajari sterilisasi eksplan
yang efektif, sekaligus cara menanam eksplan pada media serta mengamati
pertumbuhan eksplan.
Percobaan ini dimulai dengan pengenalan alat-alat laboratorium yang
digunakan untuk kultur jaringan dan ruangan-ruangan laboratorium kultur
jaringan. Pada percobaan ini diketahui bahwa ada 3 ruangan laboratorium
kultur jaringan, yaitu ruang persiapan, ruang penanaman dan ruang kultur.
Ruang persiapan digunakan untuk menyiapkan media, eksplan, peralatan dan
penyimpanan alat-alat. Peralatan yang terdapat di ruangan ini adalah autoklaf,
timbangan analitik, hotplate, magnetic stirer, lemari es, oven, rak pengering,
microwave dan alat-alat gelas. Ruang penanaman digunakan untuk menanam
eksplan ke dalam media steril dan selanjutnya akan dikulturkan. Sebelum
dilakukan penanaman sterilisasi eksplan dilakukan terlebih dahulu. Peralatan
yang terdapat di ruangan ini adalah laminar air flow, AC, alat-alat
diseksi(pinset, skalpel), handsprayer alkohol, lampu spirtus, meja untuk
media.
Ruangan kultur digunakan untuk penyimpanan dan tempat pemeliharaan
eksplan yang telah ditanam pada media steril. Ruangan ini harus terjaga
kebersihannya, suhu dan kelembaban juga harus stabil, semuanya harus steril
pintu tertutup, aliran udara harus lancar. Peralatan yang ada di ruangan ini
adalah rak-rak kultur, AC, lampu flourescent,shaker, dll.

11
Setelah pengenalan alat dan ruang yang digunakan untuk kultur jaringan
selanjutnya adalah sterilisasi peralatan. Fungsi sterilisasi peralatan adalah
untuk menghindari dan memperkecil kontaminasi. Karena yang terpenting
dalam teknik kultur jaringan adalah menekan terjadinya kontaminasi.
Sterilisasi peralatan menggunakan metode basah yaitu menggunakan alat
autoklaf. Sebelum dimasukkan ke autoklaf, semua alat yang akan disterilisasi
dicuci bersih menggunakan sabun cair dan dikeringkan dirak pengering.
Kemudian botol-botol ditutup menggunakan aluminium foil/plastik dan untuk
cawan petri, pinset, scalpel dibungkus dengan kertas yang dan dimasukkan ke
dalam autoklaf. Pada saat menyalakan autoklaf dilihat dulu air dalam autoklaf
cukup, air harus mencapai lempeng berpori pada dasar tabung autoklaf. Untuk
sterilisasi alat-alat gelas, autoklaf diatur pada tekanan 1,5 atm, suhu 121 0C
selama 1 jam sedangkan untuk media cair hanya butuh waktu 15-20 menit
pada tekanan dan suhu yang sama. Autoklaf dibuka jika tekanan sudah
kembali 0, jangan sekali-kali membuka autoklaf pada saat tekanan uap belum
mencapai 0, karena uap air panas dalam tabung autoklaf dapat tersembur
keluar.
Media yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah media MS. Dalam
percobaan ini media digunakan media MS instan sehingga tinggal
menambahkan agar dan gula sesuai dengan kebutuhan. Media MS yang sudah
jadi ditimbang sesuai kebutuhan kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker
500 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 250 ml. Selanjutnya diaduk
menggunakan magnetic stirer dan diukur pH-nya (5,6-5,8). Setelah itu
dimasukkan agar secukupnya (sekiranya dapat menjendal 3-11 gr) serta
ditambahkan aquades sampai volume 500 ml, diaduk menggunakan magnetic
stirer dan dididihkan hingga homogen(tercampur sempurna). Selanjutnya
dituang ke dalam botol-botol kultur dan ditutup rapat menggunakan alumnium

12
foil, selanjutnya diautoklaf untuk sterilisasi media. Media yang sudah
menjendal disimpan di rak kultur.
Percobaan ini menggunakan eksplan anther pisang dan daun melati, kedua
eksplan disterilisasi menggunakan sabun cair hingga bersih, untuk anther di
sterilisasi menggunakan fungisida juga ini berfungsi sebagai sterilisasi
permukaan. Setelah itu di laminar air flow disterilisasi menggunakan bayclean
selama 10 menit dan dibilas dengan aquades steril 3-5 kali. Disterilisasi
dengan alkohol 70% selama 3 menit dan dibilas dengan aquades 3-5 kali.
Eksplan ditanam di media yang sudah jadi, selanjutnya diamati seminggu
sekali.
Pada eksplan anther pisang minggu pertama sudah terjadi kontaminasi dari
jamur dan berwarna putih bentuk serabut pada media dan sedikit pada
eksplan. Ini mungkin dikarenakan sterilisasi yang kurang bersih dan pada saat
penanaman terlalu banyak mikroorganisme, dan keluar masuk benda tidak
disterilisasi menggunakan alkohol, karena seharusnya pada saat penanaman
semua harus dalam kondisi steril. Untuk eksplan daun melati mampu bertahan
hingga 2 minggu lebih akan tetapi tidak tumbuh kalus, ini disebabkan oleh
media yang cocok tapi kurang akan zat pengatur tumbuh, sehingga eksplan
hanya mampu bertahan.

F. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Laboratorium kultur jaringan memiliki 3 ruangan yaitu ; ruang persiapan,
ruang penanaman/ transfer dan ruang kultur.
2. Dalam kultur jaringan hal yang paling penting adalah sterilisasi dari
beberapa metode sterilisasi yang sering digunakan adalah metode basah
yaitu menggunakan alat autoklaf.

13
3. Media yang sering digunakan untuk kultur jaringan adalah media MS,
yang komposisinya, makro, mikronutrien, garam organik, sumber karbon,
dll.
4. Sterilisasi eksplan harus dilakukan dengan cermat dan sterilan yang sering
digunakan adalah klorox/ bayclean dan sabun cair serta alkohol.
5. Hasil dari percobaan ini adalah eksplan anther terkontaminasi jamur
sedangkan eksplan daun melati bertahan hingga 2 minggu lebih meski
tanpa tumbuh kalus.

G. Daftar Pustaka
Anonim.www.google.co.id. [29 November 2010]
Fitrianti. 2006. Efektivitas asam 2,4 Diklorofenoksiasetat (2,4-D) dan
Kinetine pada Medium MS dalam Induksi Kalus Sambiloto dengan
Eksplan Potongan Daun. Semarang : UNNES
Furqoni, H. 2010. Induksi Embrio Somatik Melon (Cucumis melo L.) pada
Beberapa Media yang dilengkapi dengan Auksin dan Sitokinin.
Bogor: IPB
Marlina, N. 2009. Teknik Perbanyakan Lili dengan Kultur Jaringan. Buletin
Teknik Pertanian Vol. 14 No. 1. [6-8]

H. Kritik dan Saran


o Kritik
- Asistennya kurang
- Aluminium foilnya kurang bagus, susah melekat pada botol kultur
- Airnya kadang mati sehingga peralatan kurang bersih waktu pencucian
ini dapat mengakibatkan kontaminasi.
- Terlalu banyak orang diruang penanaman
- Susah mencari eksplan

14
o Saran
- Asistennya ditambah
- Aluminium foilnya yang bagus sehingga mudah melekat pada botol
kultur
- Orang yang masuk ke ruang penanaman dibatasi
- Eksplan diseragamkan

15
I. Lampiran

16

Anda mungkin juga menyukai