Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN

ACARA IV
KULTUR KALUS

Disusun Oleh:
Nama : Elly Nurhalimah
NPM 2120401058
Kelas : 1C
Asisten Praktikum : Syafha Dwi Handayani

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara
perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun,
mata tunas, sel, protoplas dan menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam
media buatan yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh yang dilakukan dengan
teknik aseptik.. Kultur jaringan sering disebut juga dengan kultur in vitro. Teori
yang mendasari teknik kultur jaringan adalah teori sel oleh Schawann dan
Scheleiden yang menyatakan sifat totipotensi sel (Kurnianingsih dkk.,2020).
Teori totipotensi menyebutkan bahwa setiap sel tanaman memiliki kapasitas
untuk beregenerasi membentuk tanaman secara utuh. Tanaman baru yang
diperoleh dengan cara ini bersifat identic dengan induknya dan disebut plantlet.
Salah satu metode kultur jaringan adalah kultur kalus.
Menurut Purwaningrum (2013), kalus adalah suatu kumpulan sel
amorphous yang terjadi dari sel-sel yang membelah diri dan terdiri atas sel
parenkim. Terdapat banyak keuntungan dalam penggunaan kultur kalus,
diantaranya dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan kondisi
lingkungan yang terkontrol, tidak memerlukan lahan yang luas, dan dapat
menghasilkan metabolit yang lebih
tinggi dari tanaman aslinya.
Terdapat banyak kelebihan dari penerapan kultur jaringan dengan
metode kultur kalus. Sehingga perlu dilakukannya praktikum kultur jaringan
yang mempelajari teknik kultur kalus serta mempelajari factor – factor yang
mendukung keberhasilan kultur kalus. Dilakukannya praktikum ini bertujuan
agar mahasiswa mengetahui cara melakukan kultur kalus dengan baik dan
benar.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum acara 4 mengenai “Kultur Kalus” yaitu
mahasiswa mampu mengetahui cara menghasilkan kalus dari bagian tanaman
yang ditumbuhkan pada media kultur jaringan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kultur Kalus

Kalus merupakan Kumpulan masa sel yang belum terorganisasi


(amorphous) yang terjadi dari sel – sel jaringan yang membelah diri secara
terus menerus. Secara in vitro, kalus dapat terbentuk pada bekas-bekas luka
irisan karena sebagian sel pada permukaan irisan tersebut akan mengalami
proliferasi. Adapun tipe – tipe kalus yaitu kalus embriogenik, kalus proliferatif,
dan kalus senesen (Fauziyyah dkk., 2013). Kalus dapat diinduksi dari berbagai
organ tumbuhan seperti batang, petiol, daun, hipokotil, kotiledon, akar, dan
lain – lain pada medium padat. Pada umumnya jaringan yang masih muda dan
bersifat meristematic memberikan respon lebih baik disbanding jaringan
dewasa yang sudah mengalami diferensiasi. Pemberian hormon auksin dengan
sitokinin berpandingan 1:1, umumnya berhasil menginduksi kalus dari
berbagai jenis jaringan eksplan (Mastuti.2017).

2.2 Sumber Eksplan dan Sterilisasi

Tahap paling awal yang menentukan keberhasilan program kultur


jaringan adalah adanya seleksi sumber eksplan yang sesuai. Hampir setiap
jaringan tanaman atau organ dapat digunakan sebagai eksplan tetapi derajat
keberhasilan yang diperoleh akan tergantung pada sistem kultur yang
digunakan, spesies yang dikultur dan penghilangan kontaminan permukaan
dari eksplan.

Syarat utama yang harus dipenuhi yaitu bahan tanaman yang tumbuh
sehat dan bebas penyakit. Hal yang penting dalam memilih eksplan adalah
eksplan harus mengandung sel yang hidup, jaringan muda mengandung sel
yang aktif membelah dengan proporsi yang tinggi juga harus sehat dan bebas
penyakit dan harus sedang aktif tumbuh, tidak memasuki periode dormansi.
Selanjutnya hal yang perlu diperhatikan yaitu metode isolasi dan sterilisasi
yang harus disesuaikan denga nasal dan morfologi eksplan. Jaringan eksplan
yang berasal dari organ tumbuhan di dalam tanah membutuhkan bahan
sterilant dengan konsentrasi yang lebih tinggi atau waktu sterilisasi yang lebih
lama. Hal yang sama juga dilakukan pada organ yang memiliki permukaan
berbulu atau berambut. Isolasi dan keberhasilan kultur kalus tidak hanya
ditentukan oleh kondisi sumber bahan tanaman tetapi juga pada kondisi kultur
yang dikembangkan (Mastuti,2017).

2.3 Medium Kultur

Kultur kalus agar dapat mengalami pertumbuhan aktif diperlukan


garam – garam anorganik, vitamin, sukrosa, dan zat pengatur tumbuh (ZPT).
Respon jaringan eksplan pada medium kultur kalus sangat bergantung pada
konsentrasi auksin dan sitokininin jika semua elemen lain pada level optimum.
Selain itu, respon jaringan juga bergantung pada level ZPT endogen di dalam
jaringan dan suplai eksogen di dalam medium. Adapun auksin eksogen yang
umum digunakan yaitu IAA, IBA, NAA, dan 2,4-D. pertumbuhan kalus juga
membutuhkan adanya berbagai asam amino di dalam medium. Asam amino
yang umum digunakan untuk mendukung pertumbuhan kalus yaitu glisin,
arginin, atau campuran asam amino seperti kasein hidrolisat (Mastuti,2017).

Pada umumnya, kultur kalus ditumbuhkan pada medium padat.


Adapun bahan pemadat yang sering digunakan yaitu agar, gelatin, atau agarose
murni. Agen pemadat yang paling banyak digunakan yaitu agar yang
ditambahkan sebanyak 6-10 g/L. Satu keuntungan menggunakan agar sebagai
bahan pemadat medium adalah bahwa Ketika dikombinasikan dengan air maka
akan membentuk gel yang akan mencair pada suhu 1000C dan akan memadat
pada suhu sekitar 450C. Selain itu, gel agar tidak bereaksi dengan komposisi
medium dan tidak dicerna oleh enzim tanaman. Selain itu, pH pada media juga
perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh pada tingkat kelarutan senyawa
dalam bentuk garam dan efisiensi agar dalam menyerap komponen –
komponen senyawa pada media. Adapaun pH optimal yaitu berkisar 5,5 – 5,8,
dimana pada pH yang terlalu rendah akan menyebabkan agar tidak memadat
dengan baik, sebalikbnya pada pH tinggi maka agar akan mempunyai tingkat
kepadatan tinggi (Dwiyani,2015). Menurut Pangestika dkk., (2015)
menyatakan bahwa keberhasilan kultur jaringan dipengaruhi oleh beberapa
factor diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, factor lingkungan
meliputi pH, cahaya, dan temperature, serta kandungan ZPT dalam medium
kultur.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum acara 4 mengenai “Kultur Kalus” dilaksanakan pada :

Hari, Tanggal : Kamis,5 Oktober 2023

Pukul : 14.30 WIB – 16.00 WIB

Tempat : Laboratorium Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman,


Laboratorium Terpadu

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain LAF cabinet, 2 pinset steril, 3 botol
kultur steril, 1 lampu bunsen, 2 scalpel steril, 2 cawan petri steril berisi kertas
saring, 2 erlenmayaer 1 liter berisi air steril. Sementara bahan yang digunakan
antara lain wortel, media MS + 1 mg/l IBA + 0,5 mg/l BAP, alkohol 70%,
aquades steril, plastic wrap, detergen .

3.3 Cara Kerja

Adapun langkah kerja acara 4 yaitu wortel dikupas, kemudian wortel


dicuci dengan detergen dan wortel dibilas dengan air steril 3x. Wortel dipotong
– potong dengan pinset dan scalpel steril berbentuk kubus ukuran 0,5 x 0,5 x
0,5 cm3. Wortel dicelupkan kedalam fungisida, kemudian kedalam aquades, lalu
alcohol 70%, semuanya dilakukan selama 30 detik. Wortel dilewatkan diatas
api bunsen, kemudian dicelupkan kedalam alkohol dan dilakukan pengulangan
selama 3x, lalu wortel diletakkan ke cawan petri steril. Diambil botol kultur
yang telah berisi media dan dibuka pelan-pelan di sekitar api bunsen. Pinset dan
scalpel direndam kedalam alkohol 70% sebelum digunakan. Saat akan
digunakan, pinset dan scalpel harus selalu dilewatkan api bunsen dan dilakukan
secara hati-hati karena alkohol memiliki sifat mudah terbakar. Eksplan yang
telah disterilisasi ditanam pada media dengan meletakkan ¼ bagian eksplan
ditenggelamkan kedalam media dan ¾ bagian berada diatas media. Botol kultur
yang telah ditanami eksplan ditutup kembali hingga rapat dan dipasang plastik
wrap untuk menyegel botol.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

No. Keterangan Gambar


1. Eksplan wortel yang
telah ditanam dengan
teknik kultur kalus

4.2 Pembahasan

Kalus merupakan proliferasi massa sel yang belum terdiferensiasi


dan terdiri dari sel yang tidak teratur. Kultur kalus merupakan kultur
sekumpulan sel yang tidak terorganisir yang berasal dari berbagai jaringan
tumbuhan . Kultur kalus digunakan untuk memperoleh kalus dari eksplan
yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali (Indah dan
Ermavitalini, 2013). Salah satu faktor keberhasilan perbanyakan tanaman
secara in vitro adalah pemilihan bahan eksplan. Bahan eksplan yang masih
muda adalah eksplan yang baik untuk perbanyakan tanaman secara in vitro.
Semakin tua organ tanaman eksplan, maka proses pembelahan dan
regenerasi sel cenderung menurun, oleh karena itu jaringan yang masih
muda lebih baik digunakan karena pada umumnya jaringan tersebut masih
berproliferasi daripada jaringan yang berkayu atau yang sudah tua. Faktor
lain penunjang keberhasilan kultur jaringan tanaman adalah komposisi
media tanam. Komposisi media kultur jaringan umumnya meliputi unsur
makronutrien, mikronutrien, zat pengatur tumbuh, dan asam amino
(Rasullah dkk, 2013). Pada praktikum ini digunakan juga media MS
(Murashige-Skoog) yang merupakan media yang banyak digunakan dalam
kegiatan kultur jaringan, karena media tersebut lebih kompleks dan
mengandung hampir semua unsur yang dibutuhkan untuk tanaman (Pratama
dan Nilahayati, 2018). Media ini mempunyai konsentrasi garam - garam
mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk ammonium dan nitrat
(Anitasari dkk,2018). Selanjutnya yaitu penambahan zat pengatur tumbuh
berupa BAP. BAP adalah sitokinin yang meningkatkan pembelahan sel dan
pembesaran pada sel kultur jaringan yang mampu merangsang pertumbuhan
tunas planlet. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Herawan dkk
(2015) menunjukkan bawah pemberian hormon BAP mampu meningkatkan
jumlah tunas pada tanaman anggrek. Selanjutnya yaitu juga diberikan zat
pengatur tumbuh berupa IBA. IBA berfungsi sebagai pemicu pemanjangan
sel, pembentukkan kalus, pembentukan akar adventif dan memicu
embriogenesis dalam kultur suspensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho dkk (2019) pada biji kecapi terbukti bahwa organ
tumbuhanberupa akar akan terbentuk pada saat kombinasi ZPT IBA dan
BAP dengan konsentrasi yang rendah. Tidak semua tanaman dapat terjadi
pembentukan organ tumbuhan akar dengan konsentrasi yang rendah. Sebab
jika konsentrasi Auksin tinggi cenderung memacu perakaran dan kalus.
Sedangkan jika konsentrasi Sitokinin tinggi cenderung memacu pertunasan.
Kedua zat pengatur tumbuh tersebut harus dikombinasikan secara seimbang
untuk hasil kultur yang lebih baik.
Adapun langkah kerja dalam melakukan kultur kalus yaitu wortel
dikupas kulitnya sampai bersih, kemudian dicuci menggunakan detergen
dengan air mengalir. Fungsi utama penggunaan detergen dalam sterilisasi
yaitu untuk melepaskan kotoran-kotoran yang melekat atau menempel pada
eksplan wortel. Selain itu, detergen juga mampu untuk membunuh bakteri
dan jamur yang ada di luar jaringan yang digunakan dalam proses sterilisasi
(Surya dan Ismaini,2021). Selanjutnya pinset dan scalpel dimasukkan
kedalam alcohol 70%. Setelah itu wortel dipotong – potong berbentuk kubus
dengan ukuran kurang lebih 0,5 x 0,5 x 0,5 cm3 lalu dilakukan sterilisasi.
Sterilisasi merupakan usaha membersihkan dan membebaskan suatu benda
dari mikroorganisme seperti protozoa, fungi, bakteri, dan virus (Anitasari
dkk,2015). Jenis sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi dengan api atau
sterilisasi dengan menggunakan api bunsen. Cara sterilisasi pada praktikum
ini yaitu wortel yang sudah dipotong tadi dimasukkan ke dalam fungisida
terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam aquades, dan dimasukkan
kedalam alcohol 70%. Semua proses tersebut dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali dengan lama perendaman selama 30 detik. Alkohol
merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki gugus -OH. Pada
umumnya senyawa alkohol yang digunakan dalam proses sterilisasi dalam
bentuk etanol (C2H5OH). Alkohol 70% mampu mengurangi tingkat
kontaminasi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri (Lukmana dan
Rahmawati, 2018). Selain digunakan untuk sterilisasi eksplan, alkohol juga
digunakan sebagai salah satu bahan untuk sterilisasi alat dan lingkungan
kerja pada kegiatan kultur jaringan (Surya dan Ismaini, 2021). Selanjutnya
eksplan wortel dilewatkan diatas api bunsen lalu dicelupkan kedalam
alcohol 70%. Hal tersebut diulang sebanyak 3 kali. Setelah itu, botol kultur
dibuka dan ¼ bagian eksplan wortel ditenggelamkan di dalam botol kultur
dengan ¾ bagian eksplan berada dibagian atas media kultur. Kemudian
botol kultur ditutup kembali dan dilapisi plastic wrap secara rapat. Semua
langkah tersebut dilakukan di dekat api bunsen dan dilakukan secara hati –
hati.
Indicator keberhasilan dalam kultur jaringan yaitu munculnya atau
terjadi peningkatan jumlah tunas yang dapat diukur secara kuantitatif,
selanjutnya juga diiukti adanya peningkatan jumlah daun sebagai indicator
pertumbuhan tunas yang baik (Hardiyana dkk, 2015). Selanjutnya Utami
dkk., (2022) menambahkan antara lain munculnya akar, dan tanaman
terlihat tegak, tidak ada yang menguning atau mati.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu semua alat dan
bahan serta waktu pengerjaan kultur kalus harus dilakukan secara aseptis.
Teknik sterilisasi yang digunakan yaitu sterilisasi dengan api berupa api bunsen.
Keberhasilan dalam kultur kalus dapat dicapai dengan menerapkan teknik
aseptis, memperhatikan komponen media, penggunaan zat pengatur tumbuh,
serta pemilihan eksplan. Salah satu pemilihan eksplan yang baik yaitu tidak
terlalu tua dan tidak terlalu muda. Ciri – ciri kultur kalus yang berhasil yaitu
apabila muncul tunas, akar, dan daun.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum kedepannya yaitu sebaiknya asisten praktikum


menjelaskan terlebih dahulu mengenai langkah kerja dalam kultur kalus dan
juga praktikan harus belajar terlebih dahulu agar praktikum berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Anitasari, S. D., D. N. R. Sari., I. A. Astarini., dan M. R. Defiani. 2018. Dasar


Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Deepublish. Yogyakarta
Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Pelawa Sari. Denpasar
Fauziyah, D., T. Hardiyati., dan Kamsinah. 2013. Upaya memacu pembentukan
kalus eksplan embrio kedelai (Glycine max L.) dengan pemberian
kombinasi 2,4-D dan sukrosa secara kultur in vitro. Jurnal Pembangunan
Pedesaan. 12)1):30-37
Hardiyana, A., M. A. Syabana., dan Susiyanti. 2015. Inisiasi tunas secara kultur
jaringan pada stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) dengan konsentrasi indole
butyric acid (IBA) and benzyl amino purine (BAP) yang berbeda. Jurnal
Agroekoteknologi. 7(2): 147-152
Kurnianingsih, R., M. Ghazali., S. Roidah., A. Muspiah., S. P. Astuti., dan A.
Nikmatullah. 2020. Pelatihan teknik dasar kultur jaringan tumbuhan. Jurnal
Masyarakat Mandiri. 4(5):888-896
Lukmana, M. dan L. Rahmawati. 2018. Sterilization effectiveness of rubber leaf
explant (Hevea brasiliensis) in in-vitro culture. Biosprospek. 13(1):19-25
Mastuti, R. 2017. Dasar-dasar kultur jaringan tumbuhan. Universitas
Brawijaya Press. Malang
Nugroho, A. B. H., E. D. Pujawati., dan E. Prihatiningtyas. 2020. Respon
pertumbuhan biji kecapi (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr) terhadap
pemberian ZPT IBA dan BAP secara in vitro. Jurnal Sylva Scienteae, 2(6),
1073-1081.
Pangestika, D., Samanhudi., dan E. Triharyanto. Kajian pemberian IAA dan
paclobutrazol terhadap pertumbuhan eksplan bawang putih. Jurnal
Kewirausahaan dan Bisnis. 17(9):34-47
Pratama. J., dan Nilahayati. 2018. Modifikasi Media MS Dengan Penambahan
Air Kelapa Untuk Subkultur I Anggrek Cymbidium. Jurnal Agrium. 15(2):
96-109
Purwaningrum, Y. 2013. Kultur kalus sebagai penghasil metabolit sekunder
berupa pigmen. Agriland. 2(2):117-127
Rasullah. F. F.F., T. Nurhidayati., dan Nurmalasari. 20130. Respon
pertumbuhan tunas kultur meristem apical tanaman tebu (Saccharum
officinarum) varietas NXI 1-3 secara in vitro pada media MS dengan
penambahan arginin dan glutamin. Jurnal Sains dan Semi Pomits.
2(2):2337-3520
Surya, M. I. dan L. Ismaini. 2021. Perbandingan metode sterilisasi untuk
perbanyakan Rubus rosifolius secara in vitro. Jurnal Biologi. 1491): 127-
137
Utami, N. R., M. Rahayuningsih., E. Suwarsi., D. Alighiri., dan S. Yuwono.
Aklimatisasi anggrek species hasil kultur jaringan melalui pemberdayaan
Masyarakat dusun gempol. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat.
19(1):171:181
LAMPIRAN

Gambar 1. Wortel dikupas Gambar 2. Wortel Gambar 3. Wortel


dibersihkan dengan dipotong menjadi kubus
detergen

Gambar 4. Wortel di Gambar 5. Wortel ditanam Gambar 6. Eksplan wortel


sterilisasi pada media yang sudah ditanam

Anda mungkin juga menyukai