Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : SRI UTAMI RUDY


NIM : G40120004
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : NURWAFIYA

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI DAN GENETIKA


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO

MARET, 2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kultur jaringan tanaman merupakan teknologi perbanyakan tanaman dari sel,


jaringan, maupun organ tanaman pada media padat atau cair dalam kondisi
aseptik. Keseluruhan tanaman dapat diregenerasi dari jaringan kecil atau sel
tanaman pada media kultur yang sesuai di bawah kondisi lingkungan yang
terkendali (Gaikwad et al., 2017).

Selain perbanyakan tanaman, kultur jaringan juga dapat digunakan untuk


menghasilkan haploid ganda, kriopreservasi, memperbanyak tanaman varietas
baru, melestarikan tanaman langka dan terancam punah maupun tanaman
yang sulit diperbanyak, serta untuk menghasilkan metabolit sekunder dan
tanaman transgenik. Kelebihan utama dari teknologi kultur jaringan yaitu
dapat menghasilkan bahan tanam dengan kualitas tinggi dan seragam.
Kegiatan ini juga dapat dilakukan sepanjang tahun dalam kondisi bebas
penyakit di mana pun tidak tergantung pada musim maupun cuaca (Jain,
2016).

Tanaman jati memiliki beberapa keunggulan, yakni daya tumbuhnya cepat,


tingkat kelurusannya tinggi, juga warna kuning keemasan dengan seratnya
yang lurus sangat disukai konsumen luar negeri. Dengan percepatan tumbuh
rata rata 20 cm per 10 hari praktis memperpendek masa memanen, sehingga
jati dikenal sebagai tanaman jenis keras yang berumur pendek. Mutu jati
sendiri diklasifikasikan sebagai kayu jati kelas ringan dengan kepadatan 700
kg/m. Tekstur kayu yang lurus akan memudahkan dengan pengerjaan
maksimal, mempercepat waktu dan tenaga sehingga nilai ekonomisnya dapat
kita peroleh semaksimal mungkin (Uwais, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka hal yang melatarbelakangi dilakukannya
praktikum ini adalah kurangnya pengetahuan tentang proses sterilisasi alat
dan bahan, pembuatan media, dan penanaman eksplan dalam kultur jaringan.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui proses sterilisasi, pembuatan


media, dan penanaman eksplan dalam kultur jaringan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan merupakan salah satu teknik memperbanyak suatu tanaman


dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah dalam
keadaan steril. Teknik kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk beberapa
tujuan seperti mendapatkan produksi metabolit sekunder, mendapatkan
keragaman seleksi dan pemuliaan tanaman. Pada dasarnya langkah-langkah dalam
melakukan proses kultur jaringan ada 3 tahap, yaitu tahap persiapan eksplan,
tahap penggandaan dan tahap penndewasaan (Wetherell, 1976).

Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau
bagian dari individu secara buatan (artifisial) yang dilakukan di luar individu
yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro,
sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam
kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari
kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat
dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk
manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu
(Hendra, 2007).

Pertumbuhan dan perkembangan dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh beberapa


faktor, diantaranya faktor genetik, media tumbuh, faktor lingkungan, dan zat
pengatur tumbuh. Menurut Wetherell (1982), zat pengatur tumbuh (ZPT) di dalam
dalam media berfungsi untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman
pada setiap tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Di dalam tanaman terdapat
fitohormon yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan, serta fitohormon
yang menghambat. ZPT akan bekerja secara aditif (sinergis) dengan fitohormon
(pendorong) atau antagonis dengan fitohormon yang menghambat. Resultan dari
interaksi ini akan tampil dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut Gardner (1991). Tanaman pada kultur jaringan tidak dapat menghasilkan
karbohidrat sendiri dalam jumlah cukup sehingga perlu diberikan sumber energi
karbon dalam media berupa sukrosa.

Sterilisasi merupakan tahap awal dalam pelaksanaan kultur jaringan. Menurut


Prayoga (2015), sterilisasi mempunyai peranan penting dalam keberhasilan teknik
kultur jaringan. Dalam kultur jaringan erat kaitannya dengan kontaminasi. Apabila
terjadi kontaminasi maka akan menyebabkan tanaman yang kita tumbuhkan di
dalam media tidak dapat berkembang. Untuk menghidari terjadinya kontaminasi
ini perlu dilakukannya sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh
semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada
jasad renik yang dapat berkembang baik. Sterilisasi harus dapat membunuh renik
yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).

Sterilisasi eksplan merupakan langkah yang sangat penting agar inisiasi kultur
bebas dari kontaminan. Teknik sterilisasi eksplan bergantung pada jenis tanaman.
Bahan sterilan dan waktu sterilisasi dapat berbeda untuk jenis tanaman tertentu.
Sering kali proses sterilisasi dilakukan dengan berbagai cara sampai beberapa kali
agar mencapai kesesuaian. Hal ini sering kali dilakukan pada tanaman kayu
seperti gaharu. Lama pengaplikasian bahan-bahan sterilan mempengaruhi
keberhasilan kultur jaringan. Proses sterilisasi yang sebentar tidak akan dapat
menekan kontaminan. Namun semakin lama proses sterilisasi maka semakin
tinggi terjadinya browning yang merupakan masalah utama tanaman kayu
(Zulkarnain, 2009).

Selain teknik sterilisasi, hasil yang optimum akan didapatkan dengan penambahan
zat pengatur tumbuh untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Zat pengatur
tumbuh eksogen yang sering ditambahkan pada media yaitu sitokinin dan auksin.
Sitokinin penting dalam pengaturan pembelahan sel, morfogenesis dan banyak
berperan dalam mengatur organogenesis, pembentukan tunas, mendorong
proliferasi meristem ujung, menghambat pertumbuhan akar, mendorong
pembentukan klorofil. Zat pengatur tumbuh dalam golongan sitokinin salah
satunya 6-Benzyl amino purin (BAP) (Santoso dan Nursandi, 2004).
Klasifikasi Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) menurut Dasuki (1991).
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Stercuiliaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 22 Februari-10 Maret


2023 pukul 08.00 WITA sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium
Bioteknologi dan Genetika Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu botol selai, hot plate,
autoclave, hunting, spons, sarung tangan, penjepit, kompor gas, wadah kotak
plastik, panci, dan handscoon, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, magnetic
stirrer, spatula, timbangan analitik, pipet tetes, alat tulis, pH meter, pisau,
scalpel, pinset, cawan petri, bunsen dan media tanam. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu plastik tahan panas, karet gelang, deterjen cair,
akuades, alkohol, natrium hipoklorit. tisu. alumunium foil, media MS,
akuades, hormone BAP, Hormon NAA, larutan buffer, HCl, KOH, gula, agar
dan tisu. eksplan (pucuk daun jati), bakterisida, fungisida, alkohol 70%,
akuades dan sunlight.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Sterilisasi

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu, pada sterilisasi autoclave


disiapkan alat-alat yang akan disterilisasi. Sebelum dimasukkan ke
dalam autoclave, alat-alat tersebut dibungkus dengan menggunakan
plastik tahan panas, selanjutnya autoclave diisi dengan air tepat pada
batas yang terdapat di panci autoclave. Lalu dimasukkan alat pad arak
sterilisasi kemudian dimasukkan ke dalam autoclave. Ditutup rapat
autoclave dengan memutar tuas hingga terdengar bunyi klik atau
sampai tidak dapat diputar lagi. Pada sterilisasi media kontaminasi
dengan perebusan, yaitu disiapkan alat-alat yang akan disterilisasi,
dipisah media yang ada di dalam botol uji yang sudah terkontaminasi
jamur dan bakteri ke dalam plastik tahan panas, kemudian dimasukkan
botol uji tersebut ke dalam panci untuk dilakukan perebusan, lalu
direbus hingga mendidih. Setelah mendidih, didiamkan hingga dingin
lalu dibilas dengan air bersih kemudian direndam kembali dengan
menggunakan air yang dicampur dengan natrium hipoklorit.

3.3.2 Pembuatan Media

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Dihitung volume pengenceran yang akan dibuat
dengan rumus pengenceran, kemudian ditimbang media MS sebanyak
0,66 gr, gula 4,5 gr, dan agar 1,17 gr. Setelah itu dimasukkan bahan
yang sudah ditimbang ke dalam gelas kimia dan ditambahkan akuades
yang telah diukur volumenya. Lalu digunakan larutan buffer untuk
mengkalibrasi pH meter, kemudian diukur media yang telah dicampur
sebelumnya hingga mencapai pH 5,8. Jika pH rendah maka
ditambahkan dengan KOH, namun jika terlalu tinggi maka ditambah
dengan HCl. Setelah pH sesuai, dipindahkan campuran media ke dalam
Erlenmeyer yang telah berisi mirrer, lalu ditambahkan agar dan
dihomogenkan manual perlahan. Setelah itu diletakkan erlenmeyer di
atas hot plate dan diatur pemanasan pada suhu 100℃.

3.3.3 Penanaman Media

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Selanjutnya dicuci eksplan menggunakan sunlight
hingga bersih lalu bilas dengan air mengalir, selanjutnya dimasukkan
eksplan ke dalam larutan fungisida selama 30 menit lalu bilas dengan
akuades steril sebanyak 3 kali. Setelah itu eksplan dimasukkan lagi ke
dalam larutan bakterisida selama 30 menit lalu bilas dengan
menggunakan akuades steril sebanyak 3 kali. Kemudian eksplan
dimasukkan ke alkohol 70% sebanyak 100 ml selama 1 menit. Lalu
bilas dengan akuades steril, kemudian eksplan dimasukkan ke dalam
larutan natrium hipoklorit kemudian dibilas kembali dengan akuades.
Selanjutnya untuk penanaman eksplan, dilakukan di dalam ruang
laminar. Lakukan sterilisasi tangan dengan disemprot menggunakan
alkohol 70%, kemudian pinset dan scalpel dilidahapikan lalu eksplan
diambil dengan menggunakan pinset lalu dipotong menjadi bagian-
bagian kecil kemudian pada mulut botol dilidahapikan. Eksplan
selanjutnya ditanam pada media, setelah itu ditutup dan di sela dengan
plastic wrapping
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamamatan pada praktikum ini yaitu:


No. Gambar Keterangan

1. 1. Jamur
2. Eksplan
1 3. Media

2 1. Eksplan

2. Jamur

1 3. Media

3
3. 1. Eksplan

2. Jamur

3. Media
1
2
3
4.2 Pembahasan

Kultur jaringan merupakan salah satu teknik memperbanyak suatu tanaman


dengan cara menanam sebagian kecil jaringan pada medium yang sudah
dalam keadaan steril. Dalam melakukan proses kultur jaringanada beberapa
langkah yang harus dilakukan diantaranya adalah menentukan tujuan yang
ingindicapai hal ini penting karena menyangkut materi yang akan digunakan.
Setelah mengetahuitujuan yang aingin dicapai langkah yang dilakukan
berikutnya adalah menentukan medium yangakan digunakan (Nasir, 2001).

Berdasarkan hasil pengamatan yang didapatkan, setelah diamati selama 1


minggu, pada ke 3 eksplan (pucuk daun jati) tidak mengalami pertumbuhan
dikarenakan terjadi kontaminasi oleh jamur. Kontaminasi oleh jamur ditandai
dengan munculnya koloni-koloni yang berwarna putih disekitar eksplan,
munculnya hifa yang dicirikan dengan adanya garis–garis (seperti benang)
yang berwarna putih sampai abu–abu, dan eksplan akan lebih kering.

Hal ini juga dijelaskan oleh Elfiani dan Jakoni (2015) bahwa kontaminasi
yang disebabkan oleh jamur akan terlihat jelas pada media dimana media dan
eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapas atau miselium yang berwarna
putih dan hijau. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri, pada eksplan
terlihat lendir berwarna kuning sebagian lagi melekat pada media membentuk
gumpalan yang basah.

Faktor yang mempengaruhi kontaminasi kultur ada pada tahap sterilisasi


bahan tanam. Menurut Setiyoko (1995) bahwa setiap kondisi kultur
terkontaminasi sangat ditentukan oleh keahlian pelaksananya, sterilnya
lingkungan kerja, jenis eksplannya, cara sterilisasinya, kondisi suhu dan iklim
pada saat kultur. Proses pembuatan dan sterilisasi media juga menjadi faktor
yang penting dalam mendukung keberhasilan kultur jaringan karena media
tumbuh dan eksplan paling rentan terhadap kontaminasi mikroorganisme.
Gunawan (1988) mengatakan bahwa media kultur jaringan merupakan media
yang sangat mendukung bagi mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut
tumbuh dengan cepat dan akan menutupi permukaan media dan eksplan yang
ditanam. Disamping itu, mikroorganisme akan menyerang eksplan melalui
luka akibat pemotongan dan penanganan waktu sterilisasi sehingga
mengakibatkan kematian jaringan eksplan. Mikroorganisme seperti bakteri
dan jamur membutuhkan nutrisi dimana media kultur mengandung nutrisi
untuk pertumbuhan mikroorganisme tersebut (Waluyo, 2004)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini yaitu kultur jaringan


merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian
tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap
pada eksplan pucuk daun jati terjadi kontaminasi oleh jamur, hal ini
ditunjukkan dengan adanya kontaminan yang berwarna putih dan membentuk
seperti benang (hifa). Kontaminasi bisa terjadi dikarenakan adanya kesalahan
ataupun kurang optimalnya dalam penanaman maupun melakukan hal lain
yang dapat mendukung keberhasilan kultur jaringan tersebut, terutama dalam
hal sterilisasi.

5.2 Saran

Sebaiknya di dalam pelaksanaan praktikum, semuanya harus lebih


menerapkan sikap aseptik selama berada di dalam laboratorium dan fokus
terhadap praktikum, lebih memahami mengenai tahap-tahap pembuatan
media kultur jaringan, serta harus memastikan eksplan yang akan digunakan
untuk kultur dalam kondisi baik dan tidak berpenyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Dasuki, A.U. (1991). Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut


Teknologi Bandung.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Gaikwad, Milind N, Shrirang S Bodke, dan Laxmikant H Kamble. (2017).


Biodiversity of fungal endopyhtes from coleus aromaticus (benth.),
International Journal of Botany Studies, 2 (4).
Gardner, (1991). Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta; Indonesia University
Press.
Hendra, T. (2007). Kultur Jaringan. Teknik Perbanyakan Tanaman Secara
Modern. Jakarta: Panebar Swadaya,
Jain, (2016). Plant Tissue Culture Lab Practices Made Easy (For Beginners).
Maharaja Ranjit International E Publication, Indore.
Kasahara, S. and S. Hemmi. (1995). Medicinal Herb Index in Indonesia 2nd Ed.
Jakarta: PT Eisai.
Prayoga, L. (2015). Proses Sterilisasi Dan Penganan Kontaminasi. Purwokerto:
Fakultas Biologi Unsoed.
Santoso, U. dan Nursandi, F. (2004). Kultur Jaringan Tanaman. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Uwais. (2011). Tanaman Jati. Bogor: Perpustakaan Institut Pertanian Bogor.
Wetherell, D. F. (1976). Pengantar Propagasi Tanaman secara In Vitro.
Terjemahan: D. Gunawan. Semarang: IKIP Semarang Press
Wetherell, D.F. (1982). Pengantar Propagasi Tanaman Secara In Vitro. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Zulkarnain. (2009). Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : SRI UTAMI RUDY


STAMBUK : G 401 20 004
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : NURWAFIYAH

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf


1.

2.

3.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai