KULTUR JARINGAN
DISUSUN OLEH:
MARET, 2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kultur jaringan atau biakan jaringan merupakan teknik pemeliharaan jaringan atau
bagian dari individu secara buatan (artifisial) yang dilakukan di luar individu
yang bersangkutan. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro,
sebagai lawan dari in vivo. Dikatakan in vitro (bahasa Latin, berarti "di dalam
kaca") karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari
kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan secara teoretis dapat
dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan maupun hewan (termasuk
manusia) namun masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu
(Hendra, 2007).
Sterilisasi eksplan merupakan langkah yang sangat penting agar inisiasi kultur
bebas dari kontaminan. Teknik sterilisasi eksplan bergantung pada jenis tanaman.
Bahan sterilan dan waktu sterilisasi dapat berbeda untuk jenis tanaman tertentu.
Sering kali proses sterilisasi dilakukan dengan berbagai cara sampai beberapa kali
agar mencapai kesesuaian. Hal ini sering kali dilakukan pada tanaman kayu
seperti gaharu. Lama pengaplikasian bahan-bahan sterilan mempengaruhi
keberhasilan kultur jaringan. Proses sterilisasi yang sebentar tidak akan dapat
menekan kontaminan. Namun semakin lama proses sterilisasi maka semakin
tinggi terjadinya browning yang merupakan masalah utama tanaman kayu
(Zulkarnain, 2009).
Selain teknik sterilisasi, hasil yang optimum akan didapatkan dengan penambahan
zat pengatur tumbuh untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Zat pengatur
tumbuh eksogen yang sering ditambahkan pada media yaitu sitokinin dan auksin.
Sitokinin penting dalam pengaturan pembelahan sel, morfogenesis dan banyak
berperan dalam mengatur organogenesis, pembentukan tunas, mendorong
proliferasi meristem ujung, menghambat pertumbuhan akar, mendorong
pembentukan klorofil. Zat pengatur tumbuh dalam golongan sitokinin salah
satunya 6-Benzyl amino purin (BAP) (Santoso dan Nursandi, 2004).
Klasifikasi Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) menurut Dasuki (1991).
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Stercuiliaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu botol selai, hot plate,
autoclave, hunting, spons, sarung tangan, penjepit, kompor gas, wadah kotak
plastik, panci, dan handscoon, erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, magnetic
stirrer, spatula, timbangan analitik, pipet tetes, alat tulis, pH meter, pisau,
scalpel, pinset, cawan petri, bunsen dan media tanam. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu plastik tahan panas, karet gelang, deterjen cair,
akuades, alkohol, natrium hipoklorit. tisu. alumunium foil, media MS,
akuades, hormone BAP, Hormon NAA, larutan buffer, HCl, KOH, gula, agar
dan tisu. eksplan (pucuk daun jati), bakterisida, fungisida, alkohol 70%,
akuades dan sunlight.
3.3.1 Sterilisasi
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Dihitung volume pengenceran yang akan dibuat
dengan rumus pengenceran, kemudian ditimbang media MS sebanyak
0,66 gr, gula 4,5 gr, dan agar 1,17 gr. Setelah itu dimasukkan bahan
yang sudah ditimbang ke dalam gelas kimia dan ditambahkan akuades
yang telah diukur volumenya. Lalu digunakan larutan buffer untuk
mengkalibrasi pH meter, kemudian diukur media yang telah dicampur
sebelumnya hingga mencapai pH 5,8. Jika pH rendah maka
ditambahkan dengan KOH, namun jika terlalu tinggi maka ditambah
dengan HCl. Setelah pH sesuai, dipindahkan campuran media ke dalam
Erlenmeyer yang telah berisi mirrer, lalu ditambahkan agar dan
dihomogenkan manual perlahan. Setelah itu diletakkan erlenmeyer di
atas hot plate dan diatur pemanasan pada suhu 100℃.
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Selanjutnya dicuci eksplan menggunakan sunlight
hingga bersih lalu bilas dengan air mengalir, selanjutnya dimasukkan
eksplan ke dalam larutan fungisida selama 30 menit lalu bilas dengan
akuades steril sebanyak 3 kali. Setelah itu eksplan dimasukkan lagi ke
dalam larutan bakterisida selama 30 menit lalu bilas dengan
menggunakan akuades steril sebanyak 3 kali. Kemudian eksplan
dimasukkan ke alkohol 70% sebanyak 100 ml selama 1 menit. Lalu
bilas dengan akuades steril, kemudian eksplan dimasukkan ke dalam
larutan natrium hipoklorit kemudian dibilas kembali dengan akuades.
Selanjutnya untuk penanaman eksplan, dilakukan di dalam ruang
laminar. Lakukan sterilisasi tangan dengan disemprot menggunakan
alkohol 70%, kemudian pinset dan scalpel dilidahapikan lalu eksplan
diambil dengan menggunakan pinset lalu dipotong menjadi bagian-
bagian kecil kemudian pada mulut botol dilidahapikan. Eksplan
selanjutnya ditanam pada media, setelah itu ditutup dan di sela dengan
plastic wrapping
BAB IV
1. 1. Jamur
2. Eksplan
1 3. Media
2 1. Eksplan
2. Jamur
1 3. Media
3
3. 1. Eksplan
2. Jamur
3. Media
1
2
3
4.2 Pembahasan
Hal ini juga dijelaskan oleh Elfiani dan Jakoni (2015) bahwa kontaminasi
yang disebabkan oleh jamur akan terlihat jelas pada media dimana media dan
eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapas atau miselium yang berwarna
putih dan hijau. Kontaminasi yang disebabkan oleh bakteri, pada eksplan
terlihat lendir berwarna kuning sebagian lagi melekat pada media membentuk
gumpalan yang basah.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
2.
3.
LAMPIRAN