Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

“PROPAGASI TANAMAN SECARA IN VITRO”

Disusun Oleh :
Diannisa’ Hanifah Az-Zahra
19025010046
Golongan B1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi merupakan ilmu yang mempelajari manfaat makhluk hidup
dalam menghasilkan barang dan jasa, sehingga dalam praktiknya bioteknologi
memanfaatkan makhluk hidup sebagai teknologi dalam membuat suatu produk
dan selain dari makhluk hidup tersebut maka produk tidak dapat dibuat.
Pemanfaatan bioteknologi sudah sangat lama digunakan oleh manusia. Saat ini
pengembangan bioteknologi sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia. Contoh kemajuan bioteknologi saat ini atau bioteknologi modern adalah
kultur jaringan.
Kultur jaringan tanaman adalah suatu metode atau teknik mengisolasi
bagian tanaman (protoplasma, sel, jaringan, dan organ). Kultur jarring dilakukan
dengan menumbuhkannya pada media buatan dalam kondisi aseptik di dalam
ruang yang terkontrol sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan mengandung dua prinsip
yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali.
Penggunaan bahan totipotensi saja tidak cukup mendukung keberhasilan kegiatan
dalam kultur jaringan, keadaan media tanam, lingkungan tumbuh (kelembaban,
temperatur dan cahaya) serta sterilitas mutlak harus terjamin.
Salah satu pembatas dalam keberhasilan kultur jaringan adalah kontaminasi
yang dapat terjadi pada setiap saat dalam masa kultur. Kontaminasi dapat berasal
dari faktor internal maupun eksternal, untuk itu diperlukannya pemahaman
mengenai pentingnya sterilisasi alat dalam mencegah terjadinya kontaminasi.
Faktor lainnya berupa media untuk mendukung pertumbuhan eksplan (bagian
tanaman yang akan dikulturkan), media setidaknya mengandung unsur hara
makro, hara mikro, karbohidrat, zat tumbuh, maupun bahan pemadat (agar).
Media yang baik tidak hanya lengkap secara kimianya, namun juga faktor
lingkungannya, seperti pH, suhu, kelembaban serta sterilitasnya perlu terjamin.
Demikian telah dijabarkan, pentingnya memahami dan mampu melaksanakan
mengenai prinsip-prinsip kerja alat dan bahan yang digunakan agar setiap
mahasiswa mampu melaksanakan kultur jaringan propagasi tanaman secara in
vitro dengan berhasil.

1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan agar praktikan mampu mengetahui proses propagasi
in vitro menggunakan umbi bawang putih secara aseptik dan membuat tanaman
mini in vitro unik yang memiliki daya jual.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi bidang bioteknologi tanaman melalui teknik kultur jaringan


merupakan metode yang potensial dalam untuk mengatasi permasalahan produksi
benih tanaman. Teknik kultur jaringan dimulai dengan mengisolasi bagian-bagian
tanaman (sel, jaringan, organ) yang disebut eksplan, kemudian menumbuhkannya
secara aseptis pada suatu media tumbuh sehingga bagain-bagian tanaman tersebut
dapat memperbanyak diri (Kaur dan Sandhu, 2015). Kultur jaringan sering disebut
juga dengan kultur in vitro. Teori yang mendasari teknik kultur jaringan adalah
teori sel oleh Schawann dan Scheleiden yang menyatakan sifat totipotensi sel.
Setiap sel tanaman dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis
yang lengkap dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh pada kondisi
lingkungan yang sesuai. Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil
ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya (Yusnita,
2015).
Teknik kultur in vitro sebagai teknik pembudidayaan tanaman melalui sel
atau organ tanaman secara aseptis dengan nutrisi tertentu dan lingkungan sesuai
yang dapat menghasilkan biomassa dan memproduksi klon tanaman dengan gen
identik dengan induknya. Klon yang identik dengan induknya dapat diperbanyak
untuk tujuan komersial sebagai perbanyakan tanaman atau mikropropagasi.
Mikropropagasi melewati tahapan-tahapan yaitu, prapropagasi, inisiasi eksplan,
subkultur eksplan untuk perkembangbiakan, pertunasan, perakaran dan persiapan
untuk aklimatisasi dalam skala industri dengan perawatan yang ketat (Harshal dan
Ghautam, 2014).
Kultur in vitro dapat memproduksi biomassa berupa kalus yang
mengandung berbagai metabolit sekunder dan juga dapat memproduksi tanaman
yang adaptif terhadap perubahan iklim. Langkah-langkah kultur in vitro untuk
memproduksi tanaman yang adaptif dengan beberapa tahapan yaitu: desinfeksi
dimulainya kultur, inisiasi kultur, perbanyakan atau multiplikasi, pengembangan
tunas dan akar dan aklimatisasi atau penanaman di lahan (Khayat, 2012). Faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kultur jaringan yaitu sumber
eksplan (bagian tanaman yang akan dikulturkan), media, hormon, zat pengatur
tumbuh (ZPT), dan lingkungan fisik kultur jaringan (Sandra, 2018).Tahapan
dalam kultur jaringan meliputi tahap persiapan, tahap pembuatan media, dan tahap
inokulasi eksplan. Tahap persiapan bertujuan untuk memastikan alat dan bahan
telah tersedia. Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam kultur jaringan
adalah menciptakan kondisi aseptis, sehingga alat dan bahan yang akan digunakan
harus disterlisasi. Tahap selanjutnya adalah pembuatan media. Media yang
digunakan merupakan media buatan yang mengandung unsur hara makro, mikro,
vitamin, sumber energi dan zat pengatur tumbuh. Tahap inokulasi eksplan adalah
penanaman eksplan (bahan tanam) pada media. Kultur jaringan membutuhkan
kondisi aseptis dan lingkungan yang terkontrol sehingga keberadaan laboratorium
sangat diperlukan (Kurnianingsih dkk., 2020).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Bioteknologi Pertanian materi “Propagasi Tanaman Secara In
Vitro” dilaksanakan pada Jumat, 7 Mei 2021 pukul 07.30-09.10 WIB di rumah
mahasiswa masing-masing (Jalan Sunan Giri Gang Pusaka No. 31 Kecamatan
Lamongan, Kabupaten Lamongan) dengan metode daring.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Glassware (beaker glass, gelas ukur, cawan petri)
2. Timbangan analitik
3. Hot plate dan magnetic stirer
4. Laminar Air Flow
5. Alat diseksi (pinset, scalpel, lampu bunsen)
3.2.2 Bahan
1. Media kultur
2. Aquadest steril
3. Bahan sterilan (detergen atau sabun cair, bakteri dan fungisida,
Clorox/Na-Hipoklorit 5% dan 10%, dan alkohol 70%)
4. Betadine
5. Eksplan Meristem Bawang Putih

3.3 Cara Kerja


1. Merendam umbi bawang putih menggunakan deterjen selama 15 menit.
2. Membilas umbi hasil rendaman dengan menggunakan air sampai bersih.
3. Menimbang fungisida dan bakterisida masing-masing 1 gram.
4. Memasukkan fungisida dan bakterisida ke dalam beaker glass.
5. Menambahkan air hingga volume mencapai 1000 ml.
6. Memasukkan umbi ke dalam larutan fungisida dan bakterisida.
7. Merendam selama 24 jam sambal mengaduknya dengan
menggunakan hot plate.
8. Membuang larutan fungisida dan bakterisida.
9. Membuat larutan klorox 5% dan 10%, untuk larutan klorox 5%
mencampurkan 5 ml ke dalam 100 ml aquades steril sedangkan untuk
larutan klorox 10% mencampurkan 10 ml ke dalam 100 ml aquades
steril.
10. Menyemprot Laminar Air Flow menggunakan alcohol 70% sebelum
digunakan.
11. Membilas umbi bawang putih menggunakan aquades steril sebanyak
3x.
12. Merendam umbi bawang putih pada larutan klorox 5% selama 10
menit.
13. Membilas kembali umbi bawang putih menggunakan aquades steril
sebanyak 3x.
14. Merendam umbi bawang putih kembali pada larutan klorox 10%
selama 5 menit.
15. Membilas kembali umbi bawang putih menggunakan aquades steril
sebanyak 3x.
16. Merendam umbi bawang putih menggunakan alkohol 70% selama 3
menit.
17. Membilas kembali umbi bawang putih menggunakan aquades steril
sebanyak 1x.
18. Memotong umbi dan mengambil bagian tengah untuk dijadikan
sebagai eksplan.
19. Memasukkan betadine sebanyak 5 tetes ke dalam cawan petri steril
dan menambahkan aquades steril hingga mencapai setengah bagian
cawan petri.
20. Memasukkan eksplan ke dalam larutan betadine.
21. Menanam eksplan ke dalam media MS.
22. Mengatur jarak penanaman eksplan pada media MS untuk mencegah
terjadinya kontaminasi.
23. Menutup media tanam menggunakan plastik dan karet.
24. Meletakkan media MS ke dalam rak kultur di dalam ruang inkubasi.
25. Mencatat dan mendokumentasikan hasil propagasi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Propagasi Tanaman In Vitro
No. Gambar Keterangan
1. Hasil propagasi umbi bawang putih
selama 3 minggu penanaman.

Gambar 5.1
Hasil Propagasi Umbi Bawang
Putih

4.2 Pembahasan
Propagasi secara in vitro atau kultur jaringan merupakan teknik dalam
menumbuhkan dan memperbanyak sel, jaringan dan organ pada media
pertumbuhan secara aseptik dalam lingkungan yang terkontrol. Menurut Anitasari
dkk. (2018) prinsip utama dari kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman
dengan memakai bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan. Berbeda
dari teknik perbanyakan secara konvensional, teknik kultur jaringan merupakan
teknik yang dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam sebuah boltor kultur dengan
medium serta kondisi tertentu. Dilakukan dengan steril bertujuan agar sel dan
bagian-bagian lain yang hendak ditumbuhkan akan mudah dalam beregenerasi
menjadi tanaman utuh kembali.
Praktikum propagasi tanaman secara in vitro dilaksanakan menggunakan
umbi bawang putih yang akan diambil eksplannya dan sudah direndam dalam
larutan fungisida dan bakterisida selama 24 jam. Lalu membilas umbi bawang
putih agar bersih dari sisa fungisida dan bakterisida menggunakan aquades pada
laminar air flow sebanyak tiga kali bilas. Umbi bawang putih selanjutnya
direndam dalam lautan klorox 5% selama 10 menit dan lautan klorox 10% selama
5 menit lalu dibilas sebanyak 3 kali. Selain direndam larutan klorox dengan
konsentrasi berbeda, umbi juga direndam alkohol 70% selama 3 menit lalu dibilas
sebanyak sekali. Proses pembilasan dilakukan menggunakan aquades steril. Umbi
dipotong-potong dan diambil pada bagian tengahnya untuk dijadikan eksplan dan
direndam pada betadine yang diencerkan dalam cawan petri. Eksplan lalu ditanam
pada media MS dengan jarak penanaman antar eksplan tidak terlalu berdekatan
kemudian ditutup menggunakan plastik dan karet. Kultur yang telah siap
diletakkan pada rak kultur dalam ruang inkubasi.
Hasil pengamatan propagasi tanaman secara in vitro menunjukkan setelah 3
minggu penanaman eksplan bawang putih dengan kultur jaringan yang telah
diinkubasi terdapat tunas yang tumbuh. Pertumbuhan tersebut dapat disebabkan
oleh adanya hormon yang terkandung dalam media tersebut. Kemunculan tunas
menandakan bahwa eksplan berhasil ditumbuhkan. Pangestika dkk. (2015)
berpendapat bahwa kemunculan tunas menunjukkan keberhasilan regenerasi
eksplan yang diinokulasi melalui kultur jaringan. Pertumbuhan eksplan yang
diamati secara visual terlihat berupa pemanjangan dan pembesaran jaringan.
Keberhasilan kultur jaringan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, media penanaman eksplan, faktor
lingkungan seperti pH, cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat
Pengatur Tumbuh) dalam medium kultur. Menurut Putri dkk. (2017) lingkungan
tidak menguntungkan adalah akibat proses-proses sterilisasi senyawa-senyawa
kimia sterilan. Media dasar yang digunakan dalam kultur jaringan adalah
Murashige and Skoog (media MS). Karjadi dan Buchori (2017) mengungkapkan
bahwa keunggulan media MS terdapat pada kandungan konsentrasi nutrisinya
yang lebih tinggi dibandingkan dengan media dasar lainnya diantaranya adalah
Media MS mengandung 1120,52 mg L-1 nitrogen dalam bentuk NO3- dan 812,37
mg L-1 nitrogen dalam bentuk NH4+.
Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan merupakan peluang besar
untuk mengatasi kebutuhan bibit dalam jumlah besar, serentak, dan bebas
penyakit sehingga bibit yang dihasilkan lebih sehat serta seragam dalam waktu
relative singkat sehingga lebih ekonomis dan teknik perbanyakan tanaman ini
dapat dilakukan sepanjang waktu tanpa tergantung musim. Selain itu itu kultur
jaringan juga dapat digunakan dalam pelestarian plasma nutfah yang hampir
punah, percepatan pemulian tanaman. Menurut Zulkarnain (2011) manfaat lain
dari kultur jaringan yaitu keseragaman genetik dan memperbanyak tanaman yang
sulit secara vegetatif. Sedangkan kelemahan propagasi tanaman secara in vitro
menurut Sandra (2018) antara lain dibutuhkannya biaya investasi awal yang relatif
lebih besar untuk pengadaan laboratorium, dibutuhkan keahlian khusus untuk
mengerjakannya, tanaman yang dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi
aseptik, relatif memerlukan perlakuan khusus setelah aklimitisasi, serta perlu
penyesuaian kembali ke lingkungan luar.
Teknik propagasi tanaman dengan cara in vitro telah memacu
perkembangan ilmu tanaman dengan pesat. Propagasi tanaman in vitro kini bukan
hanya sekedar bertujuan untuk perbanyakan tanaman pangan saja, namun telah
meluas kepada berbagai komoditi tanaman. Basri (2016) mengungkapkan bahwa
aplikasi teknik kultur jaringan bertujuan untuk eliminasi suatu penyakit atau
produksi bibit bebas penyakit, kelestarian plasma nutfah, memperoleh varietas
unggul dan produksi senyawa metabolit sekunder. Oleh karena itu, teknik kultur
jaringan sangat penting diterapkan dalam perbanyakan tanaman baik untuk
tanaman pertanian maupun tanaman perkebunan.
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum bioteknologi pertanian


materi propagasi tanaman secara in vitro yaitu:
1. Propagasi tanaman secara in vitro sangat penting diterapkan dalam
perbanyakan tanaman yang baik dan masa tumbuh yang relatif cepat
untuk tanaman dengan setiap tahapan kegiatannya harus dalam kondisi
yang aseptik khususnya alat dan eksplan yang digunakan agar tidak
terjadi kontaminasi dan kegagalan.
2. Hasil pengamatan propagasi tanaman secara in vitro menunjukkan
eksplan bawang putih yang dikulturkan berhasil tumbuh yang ditandai
dengan munculnya tunas setelah 3 minggu penanaman.
3. Keberhasilan propagasi tanaman secara in vitro dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, media
penanaman eksplan, faktor lingkungan seperti pH, cahaya dan
temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dalam medium
kultur.
DAFTAR PUSTAKA

Anitasari, S. D., D. M. Rikhma Sari, I. A. Astarini, dan M. R. Defiani. 2018.


Dasar Teknik Kultur Jaringan Tanaman. Yogyakarta: Deepublish.
Basri, A. H. H. 2016. Kajian Pemanfaatan Kultur Jaringan dalam Perbanyakan
Tanaman Bebas Virus. Agrica Ekstensia, 10(1): 64-73.
Harshal, A. B. dan Gautam, S. P. 2014. Plant tissue culture: A review, 2(6): 565-
572.
Karjadi, A.K. dan A. Buchori. 2017. Pengaruh NAA dan BAP Terhadap
Pertumbuhan Jaringan Meristem Bawang Putih pada Media B5. J. Hort,
17 (3): 217-223.
Kaur A, dan Sandhu JS. 2015. High Throughtput in vitro Micropropagation of
Sugarcane (Saccharum officinarum L.) from Spindle Leaf Roll Segments:
Cost Analysis for Agribusiness Industry. Plant Cell Tiss Organ Culture,
120(1): 339-350.
Khayat, E. 2012. An Engineering View to Micropropagation and Generation of
True to Type and Pathogen-free Plants. In Plant Biotechnology and
Agriculture, 229-241.
Kurnianingsih, R., Ghazali, M., Rosidah, S., Muspiah, A., Astuti, S. P., dan
Nikmatullah, A. 2020. Pelatihan Teknik Dasar Kultur Jaringan
Tumbuhan. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(5): 888-896.
Pangestika, D., Samanhudi, dan Eddy, T. 2015. Kajian Pemberian IAA dan
Paclabutrazol Terhadap Pertumbuhan Eksplan Bawang Putih. Jurnal TKB.
16(9): 34-47.
Putri, A. I., Herawan, T., Prastyono, dan Haryjanto, L. 2017. Pengaruh Teknik
Sterilisasi Explan Terhadap Tingkat Perolehan Kultur Jaringan Aksenik
Ramin (Gonystylus bancanus). Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 11(2):
131-138.
Sandra, E. 2018. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan.
Bogor: IPB Press.
Yusnita. 2015. Kultur Jaringan Tanaman Sebagai Teknik Penting Bioteknologi
Untuk Menunjang Pembangunan Pertanian. Bandar Lampung: Penerbit
Aura Publishing.
Zulkarnain. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai