Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENANAMAN BIJI ANGGREK, SUB KULTUR KRISAN PADA MEDIA


MS PENAMBAHAN ZAT PENGANTUR TUMBUH(ZPT) 2 BAP 1 NAA
DAN AKLIMATISASI ANGGREK BULAN

Disusun Oleh:

Nama : Hanipa
NPM : E1J021030
Dosen : Dr. Ir. Marlin, M.Sc;
Co-ass : Victorianus Chandra Suwandana(E1J019090)
Shift : A1/ Selasa, 14.00 – 16.00 WIB

LABORATORIUM AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
ABSTRAK

Perbanyakan tanaman secara generatif mengalami kendala seperti sulitnya terbentuk biji, tidak
adanya cadangan makanan pada biji, sehingga beberapa tanaman banyak di perbanyak melalui
teknik kultur jaringan. Kultur jaringan merupakan perbanyakan tanaman menggunakan bagian
vegetatif tanaman baik berupa sel, jaringan maupun organ tanaman dimana kultur jaringan ini
dapat memperbanyak tanaman dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif singkat.
Praktikum ini bertujuan mengetahui apa itu teknik perbanyakan tanaman melalui kultur
jaringan serta mengetahui proses-proses perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan,
praktikum ini dimulai dari pengenalan alat-alat dan ruangan di laboratorium kultur jaringan
sampai proses aklimatisasi. Dari perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan pada
perbanyakan eksplan buah anggrek dari penanaman tiga botol kultur satu botol berisi eksplan
terkena kontaminasi, sementara pada sub kultur krisan dari lima botol berisi eksplan dua botol
mengalami kontaminasi. Kontaminasi pada eksplan kebanyakan di sebabkan oleh jamur
ditandai dengan adanya hifa pada media tanam.

Kata kunci :Perbanyakan tanaman, kultur jaringan, eksplan, kontaminasi

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan laporan akhir teknik kultur jaringan tanaman
dengan judul penanaman biji anggrek, sub kultur krisan pada media ms penambahan zat
pengantur tumbuh(zpt) 2 bap 1 naa dan aklimatisasi anggrek bulan ini dengan baik.

Laporan ini di tulis untuk memenuhi tugas akhir praktikum dari mata kuliah teknik
kultur jaringan tanaman selain itu, penulis juga berharap dari laporan ini dapat memberikan
pengertahuan terbaru bagi para pembacanya. Laporan ini memberikan pengetahuan sekaligus
menambah wawasan mengenai perbanyakan tanaman angggrek dan subkultur krisan secara in
vitro(kultur jaringan) dengan menggunakan media MS (Murashige & Skoog) penambahan Zat
Pengantur Tumbuh(ZPT) sitokini berupa 2ml BAP serta auksin sebanyak 1ml NAA serta
aklimatisasi anggrek bulan.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Ir. Marlin, M.Sc;
selaku dosen pembimbing dan juga kepada bang Victorianus Chandra Suwandana selaku
coass yang telah memberikan arahan selama praktikum berlangsung. Dan juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu selama praktikum
berlangsung sehingga semua kegiatan praktikum dapat terlaksana dengan baik.

Penulis juga menyadari masih ada kekurangan pada penulisan laporan akhir praktikum
ini. Oleh sebab itu, saran dan kritikan selalu di harapkan demi perbaikan penulisan laporan ke
depannya. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat terutama bagi pembacanya.

Bengkulu, 01 Mei 2023

Hanipa

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat
tinggi, menyebabkan banyak spesies baik berupa hewan maupun tumbuhan tumbuh di
daerah Indonesia. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak tumbuh dan di gemari oleh
masyarakat Indonesia ialah Anggrek, dimana anggrek merupakan tanaman yang
memiliki nilai estetika yang sangat tinggi. Selain bunga tanaman anggrek yang memiliki
beragam warna yang menarik, anggrek juga memiliki keindahan bentuk, ukuran, serta
aroma bunga yang sangat khas. Tanaman anggrek juga memiliki nilai ekonomis yang
sangat tinggi bila dibandingkan dengan tanaman hias yang lain.
Sebagai tanaman yang memiliki nilai ekonomis tanaman anggrek diperlukan dalam
jumlah yang banyak agar bisa memenuhi permintaan pasar akan tanaman anggrek.
Tetapi, perbanyakan anggrek secara generatif sering menghadapi kendala seperti
memerlukan waktu yang lama agar dapat membentuk biji (Rita Soelistijono, 2015)
menambahkan bahwa perbanyakan anggrek secara generatif sering menghadapi kendala
fisiologis seperti rendahnya kemampuan, lamanya waktu yang diperlukan biji untuk
berkecambah serta adanya simbiosis anggrek dengan mikoriza. Biji tanaman anggrek
memiliki sedikit sekali bahkan hampir tidak memiliki endosperma, sehingga tidak
tersedianya cadangan makanan pada awal perkecambahan biji yang menyebabkan
tertundanya perkecambahan. Karena beberapa kendala inilah yang menyebabkan
perbanyakan anggrek lebih sering dilakukan secara vegetatif yaitu dengan teknik kultur
jaringan. Kultur jaringan merupakan suatu teknik mengisolasi bagian tanaman, baik
berupa organ, jaringan, sel ataupun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian
tanaman tersebut pada media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan
terkendali (Heriansyah, et al. 2020).
Teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan menggunakan bagian
vegetative tanaman baik berupa sel, jaringan, maupun organ tanaman pada kondisi
aseptik(streril). Perbanyakan melalui kultur jaringan merupakan teknologi yang dapat
memperbanyak tanaman dalam waktu yang relatif singkat dengan jumlah yang sangat
banyak. Tetapi, perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan harus dilakukan pada
lingkungan yang benar-benar dalam kondisi steril karena salah satu faktor kegagalan
perbanyakan pada kultur jaringan ialah kontaminasi. Kontaminasi ialah masuknya
mikroorganisme baik berupa jamur maupun bakteri ke dalam media ataupun eksplan

iv
dimana mikroorganisme ini mengambil nutrisi pada media sehingga menyebabkan
eksplan kekurangan nutrisi yang pada akhirnya eksplan akan mati.
Agar eksplan yang di tanam tidak terkena kontaminasi harus memperhatikan
kesterilan baik dari alat, bahan, media, lingkungan kerja serta pekerjanya. Selain itu,
harus diperhatikan juga bagaimana prosedur perbanyakan secara kultur jaringan agar
tidak terjadi kesalahan. Prosedur mulai dari pengenalan laboratorium, penggunaan alat,
pembuatan media, strelisasi, penanaman hingga proses aklimatisasi atau penyesuaian
planlet dari lingkungan dalam botol yang nutrisinya diatur pada suatu ruangan ke
lingkungan alam bebas. Semua prosedur ini harus di pelajari dan diperhatikan agar saat
melakukan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan tidak terjadi kesalahan,
(Royani,et al. 2021) menambahkan bahwa teknik kultur jaringan (in vitro) dapat
berhasil dengan baik, apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat
tersebut meliputi: eksplan, medium tumbuh zat pengatur tumbuh, dan lingkungan fisik.
Kultur jaringan merupakan teknik yang dapat digunakan untuk menumbuhkan bagian
tanaman, melalui: bagian sel, jaringan, dan organ dalam kondisi aseptik secara in vitro.
Perbanyakan tanaman melalui in vitro tersebut dapat menghasilkan bibit dalam jumlah
banyak, seragam, dan dalam waktu yang singkat.

1.2 Tujuan praktikum


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1 Mengetahui apa itu teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan


2 Mengetahui proses-proses perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk perbanyakan tanaman, yaitu kultur
jaringan. Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman, seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri hingga tumbuh menjadi tanaman-tanaman yang
baru kembali dengan sifat yang sama. Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip
perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara
konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur
dengan medium dan kondisi tertentu. (Yulia, et al. 2022).

Kultur jaringan merupakan suatu teknik mengisolasi bagian tanaman, baik berupa organ,
jaringan, sel ataupun protoplasma dan selanjutnya mengkultur bagian tanaman tersebut pada
media buatan dengan kondisi lingkungan yang steril dan terkendali (Heriansyah, et al. 2014).
Bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi hingga membentuk tanaman lengkap
(Sulichantini, et a., 2021).

Kultur jaringan tanaman merupakan teknologi perbanyakan tanaman dari sel, jaringan,
maupun organ tanaman pada media padat atau cair dalam kondisi aseptik. Keseluruhan
tanaman dapat diregenerasi dari jaringan kecil atau sel tanaman pada media kultur yang sesuai
di bawah kondisi lingkungan yang terkendali (Gaikwad et al., 2017).

Kultur jaringan merupakan metode yang digunakan untuk mengisolasi bagian tanaman
seperti jaringan tumbuhan, dimana proses penumbuhannya dalam kondisi aseptik. Teknik
kultur jaringan bertujuan untuk menghasilkan bibit yang berkualitas yang terbebas dari virus.
(Adihaningrum, 2019).

Kultur jaringan tanaman merupakan teknologi untuk menumbuhkan dan


mengembangbiakkan bagian dari suatu tanaman baik berupa sel, jaringan, maupun organ
tanaman secara in vitro dalam keadaaan yang bebas dari infeksi mikroorganisme penyebab
penyakit (aseptik) (Dwiyani, 2015). Selain itu, (Apriliyani, 2021) menambahkan bahwa kunci
keberhasilan kultur jaringan adalah aseptik(steril) baik peralatan yang digunakan, bahan dan
lingkungan kerja. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan yaitu media, bahan
eksplan dan lingkungan kerja yang akan digunakan harus steril.

Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan yang dapat memperbanyak tanaman


dalam aktu yang singkat, dan dalam jumlah yang banyak (Santoso, et al. 2020). Adapun

vi
keuntungan yang diperoleh dari kultur jaringan adalah dapat menghasilkan tanaman baru
secara massal dalam waktu yang relatif lebih singkat (Isda, 2014). Mengenai keuntungan
teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan Ismadi, et al. (2022) menambahkan
keuntungan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan adalah diperolehnya tanaman
baru yang sama persis dengan induk tanaman secara massal dalam waktu yang relatif lebih
singkat.

Keuntungan teknik perbanyakan kultur jaringan ialah dapat memperbanyak tanaman yang
sulit dilakukan secara konvensional (biji tidak memiliki endosperm atau biji yang
endospermnya rusak), serta dapat digunakan untuk tujuan konservasi plasma nutfah.
Perbanyakan tanaman in vitro tidak tergantung musim karena lingkungan in vitro terkendali,
menghasilkan tanaman yang bebas penyakit walaupun eksplan yang digunakan mengandung
patogen internal, menggunakan bahan tanam yang sedikit sehingga tidak merusak tanaman
induk, serta tidak membutuhkan tempat tanam yang luas untuk produksi massal (Rasud et al.,
2015).

Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan teknik kultur jaringan merupakan metode


perbanyakan yang sangat efisien untuk memperbanyak tanaman dalam jumlah besar dengan
menggunakan bahan tanam yang sedikit atau langka. Selain itu perbanyakan melalui kultur
jaringan dapat dilakukan sepanjang tahun, tidak tergantung musim, dan memerlukan ruang
yang sempit untuk memproduksi bibit dalam jumlah besar.(Sulichantini, 2016).

Tujuan kultur jaringan adalah memproduksi tanaman dalam waktu yang singkat dengan
jumlah yang sangat banyak (Sandra, 2019). Selain perbanyakan tanaman, kultur jaringan juga
dapat digunakan untuk menghasilkan haploid ganda, kriopreservasi, memperbanyak tanaman
varietas baru, melestarikan tanaman langka dan terancam punah maupun tanaman yang sulit
diperbanyak, serta untuk menghasilkan metabolit sekunder dan tanaman transgenik.
Kelebihan utama dari teknologi kultur jaringan yaitu dapat menghasilkan bahan tanam dengan
kualitas tinggi dan seragam. Kegiatan ini juga dapat dilakukan sepanjang tahun dalam kondisi
bebas penyakit di mana pun tidak tergantung pada (Jain, 2016).

Perbanyakan tanaman yang dilakukan secara in vitro(kultur jaringan) memberikan


prospek keuntungan yang lebih baik daripada perbanyakan tanaman secara konvensional
(Hasibuan et al., 2019).

vii
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini adalah sebagai
berikut:

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya ialah gelas piala,
gelas ukur, erlenmeyer, pipet ukur, pipet tetes, plastic wrap, petridist, labu ukur,
timbangan, botol kultur, karet gelang, autoclave, laminal air flow cabinet, rak
kultur, pinset, scalpel, mata scalpel,gunting, Ph meter, hot plate, timbangan
analitik, stik, alumunium foil, label, karet gelang, cup plastik serta terakhir alat
yang digunakan pada praktikum ini ialah ember

3.1.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini ialah NH4 82,5
gram,

KNO3 250 gram

Cacl.2H20 44gram

Mg.SO4.7H2O 37 gram

KH2PO4 17 gram

F2SO4.7H2O 5,5 gram

Na2EDTA 7,46 gram

Mn.SO4.4HO2 2,46 gram

Zn.SO4.7H2O 1,72 gram

H3BO3 1,24 gram

K1 1,66 gram

Na2MoO42H2O 0,-5 gram

CuSO4,5H2O 0,005 gram

viii
Myo inositol 1 gram

Niacin 0,05 gram

Prydoxine-HCL 0,05 gram

Thiamine-HCL 0,01 gram

Glycine 0,2 gram

Aquades

Larutan stok

Gula

Agar-agar

Buah anggrek

Aquades

Natrium hipoklorit 5,25 ml

Eksplan krisan

Alcohol

Fungisida

Spiritus

Kapas

Kertas koran

Tisu

3.2 Cara kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum acara ini ialah sebagai berikut:

ix
1. Melakukan pengenalan laboratorim, mulai dari ruangan dan alat alat yang
digunakan.
2. Membuat denah laboratorium kultur jaringan dan mencatat fungsi dari alat-alat
yang ada.
3. Membuat larutan stok media MS, berupa Stok A ( NH4NO3) sebanyak 1.650 mg/l
kepekatan 50, Stok b (KNO3)=1.900 mg/l kepekatan 50, Stok C (CaCl2.2H2O)
=440 mg/l kepekatan 100, Stok D MgSO4.7H2O = 370 mg/l kepekatan 100 dan
KH2PO4 =170 mg/l kepekatan 100, Stok E FeSO4.7H2O = 27,8 mg/l kepekatan
200 dan Na2EDTA =37,3 mg/l kepekatan 200, Stok F MnSO4.4H2O =22,3 mg/l
kepekatan 200, ZnSO4.7H2O= 8,6 mg/l kepekatan 200, H3BO3=6,2 mg/l
kepekatan 200, KI=0,83 mg/l kepekatan 200, Na2MoO4.2H2O=0,25 mg/l
kepekatan 200, CuSO4.5H2O =0,025 mg/l kepekatan 200 dan CoCl2.6H2O=0,025
mg/l kepekatan 200, Stok G Myo-inositol =100 mg/l kepekatan 10, Stok h Niacin
=0,5 mg/l kepekatan 100, Pyridoxine-HCL =0,5 mg/l , kepekatan 100, Thiamine-
HCL=0,1 mg/l , kepekatan 100, Glycine = 2 mg/l , kepekatan 100.
4. Menghitung larutan stok menggunkan rumus pengenceran yaitu : V1. N1 = V2. N2
5. Membuat media tanam dengan perlakuan Naa = 1 ml BAP = 2 ml. (kelompok 2).
Terdapat 8 larutan MS masing masing diambil dengan menggunakan pipet tetes
sesuai dengan rumus pengenceranya sehingga jumlah semua larutan tersebut
menjadi 81 ml . Selanjutnya penambahan larutan Naa = 1 ml, BAP = 2 ml ,
sehingga jumlah keseluruhan larutan menjadi 84 ml, selanjutnya penambahan 916
ml aquades sehingga jumlah keseluruhan menjadi 1 liter.
6. Mengaduk larutan agar menjadi homogen menggunakan hot plate sampai larut .
Hot plate dapat mengaduk larutan (menjadi homogen) dengan secara otomatis.
Penambahan gula sebanyak 30 gram juga dilakukan sebelum proses pengadukan .
7. Melakukan pengukuran ph larutan . Ph larutan yang diinginkan yaitu 5,8 jika
kurang ditambahakan NaOH dan jika pH tinggi ditambahkan HCL
8. Melakukan pencampuran agar agar sebanyak 7 gram kedalam media dan
pemasakan sampai mendidih.
9. Kemudian menyiapkan botol-botol kuljar yang sebelumnya sudah disterilkan. Botol
botol ini digunakan sebagai tempat peletakkan media .
10. Setelah agar pada media tanam tersebut memadat kemudian siap digunakan sebagai
media tanam pada eksplan aggrek.
11. Merendam eksplan anggrek agar streril dengan larutan larutan natrium hipoklorit
sebanya 5,25 ml, kemudian menambahan air steril sampai 350 ml selama 30 menit.
x
12. Setelah 30 menit kemudian membilas buah anggrek tersebut dengan menggunakan
air steril sebanyak tiga kali. Melakukan perendaman yang kedua dengan larutan
fungisida selama 30 menit. Eksplan anggrek yang sudah direndam fungisida
kemudian di bilas sebanyak lima kali menggunkan air steril,
13. Melakukan penanaman eksplan anggrek di LAC (laminal Air Flow Cabinet).
Setelah semuanya selesai botol kultur di beri label dan diletakkan lagi kedalam
ruangan kultur dengan suhu sekitar 22oC, dan cahaya sebanyak 16 jam/hari
14. Melakukan penanaman sub kultur krisan. Krisan yang sudah tumbuh di botol di
potong di LAC dan kemudian melakukan penanaman seperti penanaman pada
anggrek.
15. Melakukan aklimatisasi / pemindahaan bibit dari botol ke cup yang berisi media
tanam akar gambut. Aggrek yang akan di aklimatisasi direndaam dulu dengan
larutan fungisida selama 15 menit dan di bilas lalu siap di pindahtanamkan .
Melakukan penyiraman agar akar anggrek lembab namun jangan terlalu basah agar
tidak cepat busuk.
16. Menyimpan aggrek tersebut di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara
langsung.

xi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah di laksanakan dimulai dari pengenalan laboratorium
kultur jaringan sampai aklimatisasi, didapatkan hasil berupa tabel sebagai berikut:

No. Kegiatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan ketiga


pertama kedua
1. Penanaman
biji anggrek

2. Sub kultur
krisan

3. Aklimatisasi
anggrek

- -

4.2 Pembahasan

Pada praktikum teknik kultur jaringan tanaman kegiatan yang dilakukan terdiri
dari beberapa proses dimana prosesnya antara lain sebagai berikut:
4.2.1 Pengenalan laboratorium dan alat-alat laboratorium
Sebelum di lakukan proses praktikum praktikan di kenalkan dengan ruangan-
ruangan serta alat-alat yang terdapat di laboratorium. Pada laboratorium terdapat
beberapa rungan diantara ruang persiapan media, ruang stok, ruang transfer, ruang
analisa terakhir ruang kultur. Ruang persiapan media dipergunakan sebagai tempat

xii
untuk mempersiapkan eksplan, medium, dan alat-alat. Persiapan eksplan yang
dilakukan meliputi pencucian, pemotongan/pembuangan bagian-bagian tanaman yang
tidak dipergunakan serta perlakuan awal untuk mengurangi kontaminan yang ada
dipermukaan tanaman. Persiapan medium meliputi penimbangan bahan kimia
medium, pengenceran medium, penuangan kedalam wadah kultur dan sterilisasi. Alat-
alat yang terdapat di ruangan ini medical strelizer, rak penyimpanan, troli, pipet ukur,
magnetic stir, orbital mixer, kompor, inkubator, serta autoclave.
Ruang stok dipergunakan untuk menyimpan alat-alat steril dan medium yang
sudah jadi (steril), biasanya pada ruang stok terdapat kulkas sebagai tempat
penyimpanan media agar tetap steril. Ruang transfer, pada ruangan ini selalu dalam
keadaan steril dimana diruangan inilah akan dilakukan proses penanaman eksplan,
dimana (Silalahi, 2015) menambahkan bahwa Ruang transfer merupakan ruangan
dimana semua kegiatan aseptis dimulai. Kegiatan yang dilakukan meliputi : sterilisasi,
isolasi bagian-bagian tanaman, dan penanaman eksplan dalam medium. Kegiatan
subkultur, sterilisasi medium dengan ultrafiltrasi juga dilakukan diruangan ini.
Ruangan ini mutlak harus steril, sehingga terdapat mungkin bebas dari debu dan
hewan kecil, dinding ruangan dilapis porselin atau bahan lain yang kedap air dan
mudah dibersihkan. Pada ruangan transfer terdapat Laminal Air Flow Cabinet(LAC).
Ruang analisa dipergunakan sebagai tempat menganalisa, mengamati, mendiskusikan
atau mengevaluasi mengenai hasil perlakukan terhadap eksplan yang telah di tanam.
Terakhir ruang kultur dipergunakan sebagai tempat penyimpanan eksplan yang telah
di tanam, menumbuhkan serta hasil penanaman eksplan. Pada ruang kultur terdapat
alat-alat seperti rak kultur, botol-botol kultur berisi eksplan, dan lain sebagainya.
4.2.2 Perhitungan dan pembuatan larutan stok media
Pada praktikum ini media yang digunakan ialah media MS(Murashige &
Skoog), Media Murashige dan Skoog(MS) merupakan media yang sangat luas
pemakaiannya karena kelebihan dari medium MS ini memiliki kandungan nitrat,
kalium, dan amonium yang tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman
(Wetter,1991). Perhitungan untuk stok media MS menggunakan kepekatan dan
volume larutan sesuai dengan ketentuan. Pada praktikum ini kami membuat larutan
stok A dimana cara kerjanya ialah sebagai berikut:
1 Menimbang NH4NO3 sebanyak setengah dari stok untuk 1 liter yaitu 82,5 gram
menjadi 41,25 gram(karena hanya akan membuat 500 ml larutan saja).

xiii
2 Setelah menimbang NH4NO3 kemudian NH4NO3 dimasukkan ke dalam gelas
piala setelahnya menambahkan air steril(berupa air AC yang telah di autoklaf)
sebanyak 250 ml.
3 Kemudian mengaduk larutan tersebut agar homogen dengan menggunakan
magnetic steril kecepatannya 3 - 4 sampai larutan tercampur rata
4 Memindahkan larutan yang telah rata dari magnetic steril ke dalam gelas ukur dan
menambahkan air steril lagi hingga volume akhir larutan menjadi 500 ml.
5 Memindahkan larutan yang telah bervolume akhir 500 ml ke dalam erlenmayer
kemudian menutup larutan dan memberi label pada larutan tersebut.
6 Dibutuhkan 20 ml larutan A untuk 1 liter media MS

Selain menggunakan media MS ditambahkan juga Zat Pengatur Tumbuh(ZPT)


yang perlakukan nya berbeda-beda dimana kelompok saya mendapatkan perlakuan
berupa sitokinin yaitu BAP sebanyak 2 ml serta auksin berupa NAA 1 ml.
4.2.3 Pembuatan media tanam
Sebelum dibuat larutan stok media MS sebagai media tanam terlebih dahulu
dilakukan sterilisasi botol-botol kultur dengan menggunakan autoclave, dimana
Wulandari, et al. (2021) berpendapat bahwa sterilisasi merupakan kegiatan yang
berguna untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada peralatan kultur jaringan, media
kultur, dan bahan tanam yang digunakan. Selain itu, Fauzan et al. (2017) juga
menambahkan bahwa kunci utama sterilisasi adalah membunuh atau menghilangkan
penyebab kontaminasi tetapi tidak merusak atau mematikan jaringan tanaman yang
diinisiasi.
Setelah dilakukan sterilisasi botol-botol kultur baru di lakukan pembuatan media
tanam berupa media MS ditambah ZPT, dimana langkah-langkah pembuatan media
ialah sebagai berikut:
1 Pengambilan larutan stok media dari larutan stok media A sampai larutan stok
media H sesuai dengan perhitungan rumus pengenceran pada media MS, dimana
pada larutan stok A dan stok B diambil sebanyak 20 ml, larutan stok C, D, dan H
di ambil sebanyak 10 ml, larutan stok E dan stok G diambil sebanyak 5 ml
terakhir larutan stok F di ambil sebanyak 1 ml. Setelah semua larutan di ambil
dengan menggunakan pipet ukur diletakkan pada erlenmayer semua pengabungan
larutan stok volumenya menjadi 81 ml.
2 Kemudia larutan media MS yang telah terdapat pada erlenmayer, larutan
selanjutnya di beri perlakuan yang berbeda-beda setiap kelompoknya. Pada

xiv
kelompok 2 diberikan perlakukan 1 MS + 2 BAP + 1 NAA, dimana setelah semua
larutan ditambahkan volume larutan bertambah menjadi 84 ml. Karena volume
akhir larutan ialah 1000 ml sementara pada larutan hanya ber volume 84 ml maka
perlu menambahkan air steril sebanyak 916 ml.
3 Memasukkan aquades sebanyak 916 ml
4 Meletakkan media tanam pada magnetic stir agar larutan tersebut tercampur
dengan sempurna setelahnya larutan ditambahkan gula sebanyak 30 g/L.
Kemudian mengecek PH larutan tersebut, PH media yang ideal ialah 5,8. Jika PH
larutan kurang dari 5,8 maka di tambah larutan NaOH sementara lebih dari 5,8
maka untuk menurunkan PH diberi larutan HCL.
5 Setelah larutan PH nya 5,8 memasukkan agar-agar sebanyak 7g/L kedalam larutan
tersebut. Kemudian mengaduk larutan sampai mendidih pada kompor.
6 Menyiapkan botol-botol kultur yang telah di sterilkan, setelah larutan media
tanam mendidih memasukkan larutan tersebut ke dalam botol-botol kultur yang
telah di siapkan.
7 Untuk 50 botol kultur pada masing-masing kelompok memasukkan 20 ml larutan
untuk setiap 1 botol kultur.
8 Setelah memasukkan larutan botol kultur menutup dengan plastik kemudian
mengikat plastik penutup botol kultur dengan menggunakan karet gelang sampai
penutup botol rapat tidak terdapat celah udara bisa masuk ke dalam botol tersebut.
9 Memberi label pada botol kultur.
10 Memasukkan botol-botol berisi media tanam ke dalam autoklaf untuk di sterilkan,
setelahnya meletakkan botol-botol tersebut ke dalam ruang kultur.
4.2.4 Sterilisasi eksplan dan penanaman eksplan
Eksplan yang digunakan pada praktikum ini ialah buah anggrek, dimana sebelum
eksplan ditanam dilakukan proses sterilisasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
Eksplan atau bagian dari jaringan tanaman yang akan dikulturkan sering menjadi
sumber utama kontaminasi. Eksplan yang digunakan kemungkinan besar dihinggapi
banyak jamur maupun bakteri yang tidak mati pada saat dilakukan sterilisasi. Terdapat
banyak mikroorganisme yang ditemukan pada permukaan, celah kecil, dan diantara
lapisan luar dari bagian yang bundar (Smith, 2013). Sumber kontaminasi pada kultur
jaringan berasal dari eksplan, alat, ruangan kultur dan media kultur jaringan. Eksplan
tanaman dapat menjadi sumber kontaminan karena berasal dari luar dan pada pohon
induknya mengandung spora, bakteri atau virus (Heriansyah, 2020).

xv
Eksplan di sterilisasi dengan direndam menggunakan larutan natrium hipoklorid
dengan konsentrasi 1,5%(5, 25ml) serta direndam atau di sterilkan dengan fungisida,
seperti halnya Setiani, et al. (2018) menyatakan bahwa eksplan yang akan digunakan
harus dibersihkan dari kotoran dan mikroorganisme yang terbawa. Kontaminasi yang
bersumber dari eksplan tanaman dapat dicegah dengan cara eksplan disterilkan
terlebih dahulu sebelum di sub kultur menggunakan sterilan berupa
disinfektan/bakterisida/fungisida dan sebagainya. Setelahnya eksplan di sterilkan di
dalam Laminal Air Flow Cabinet(LAC).
Dilakukan proses penanaman pada LAC setelah proses sterilisasi eksplan, dimana
langkah-langkah penanaman eksplan ialah sebagai berikut:
1. Mengambil media tanam pada ruang kultur dengan menggunakan troli.
2. Sebelum memasuki ruang transfer untuk penanaman, menggulung baju sampai ke
siku agar saat penanaman tidak terjadi kontaminasi dari bakteri yang berasal dari
baju.
3. Membawa botol kultur yang berisi media tanam ke ruang transfer, menyemprot
botol kultur dan juga tangan menggunakan alkohol 70% agar saat penanaman
dalam kondisi yang steril. Menanam dilakukan pada LAC.
4. Membuka penutup botol kultur kemudian mendekatkan plastik sebagai penutup
botol ke api spiritus tetapi, jangan terlalu dekat karena nantinya plastik tersebut
akan terbakar.
5. Mendekatkan pinggiran atau bagian mulut pada botol kultur ke api spiritus.
6. Mengambil eksplan dengan menggunakan pinset setelahnya menggetok pinset
pada botol kultur agar eksplan dapat masuk ke botol kultur.
7. Setelah eksplan masuk, mengikat kembali botol kultur dengan plastik penutup dan
karet gelang sampai rapat.
8. Wrapping pada bagian mulut botol kultur dengan menggunakan plastik wrap.
9. Memberi label pada botol kultur berupa nama, NPM, waktu penanaman dan
tanaman apa yang ditanam beserta nama latin dari tanaman tersebut.
10. Menyimpan kembali botol kultur yang telah ditanam eksplan pada ruang kultur.
4.2.5 Sub kultur krisan inisiasi batang

Subkultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman melalui kultur
jaringan. Pada dasarnya subkultur adalah memotong, membelah dan menanam
kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak.
(Elfiani, 2015). Pada praktikum ini dilakukan sub kultur berupa eksplan krisan dari

xvi
iniasi batang, langkah-langkah sub kultur ini sama seperti langkah-langkah dalam
proses penanaman eksplan berupa buah anggrek.

Kontaminasi pada eksplan ini berupa garis-garis putih pada botol pertama,
sementara pada botol kedua terdapat lendir-lendir diduga kontaminasi berasal dari
bakteri. Bakteri yang masuk menyebabkan terjadinya kontaminasi Wati et al. (2020)
menambahkan bahwa bakteri yang tumbuh pada media kultur jaringan masuk melalui
bekas luka pada potongan eksplan sehingga media dan eksplan mengalami
kontaminasi.

4.2.6 Aklimatisasi

Proses terakhir dari perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan ialah
proses aklimatisasi, dimana aklimatisasi bibit merupakan kegiatan memindahkan bibit
dari botol dan ditanam di dalam pot dengan media tanam. Bibit tanaman berupa bibit
dalam botol yang berasal dari perbanyakan generatif dengan seedling yang
sebelumnya telah dikembangbiakan di laboratorium. Bibit dalam botol yang dapat
ditanam dalam pot kompot adalah bibit yang telah memiliki minimal dua akar dan dua
daun. (Yasmin, et al. 2018). Proses aklimatisasi dilakukan saat planlet sudah memiliki
organ yang telah terbentuk sempurna, pada praktikum ini pratikan melakukan
aklimatisasi anggrek bulan. Dimana sebelum dilakukan aklimatisasi dilakukan proses
pengeluaran planlet dari botol kultur setelahnya planlet dibersihkan dari sisa agar-agar
yang menempel pada planlet, hal ini dikarenakan agar-agar yang masih menempel
pada planlet menyebabkan planlet akan cepat busuk saat di lakukan proses
aklimatisasi. Setelahnya planlet di sterilkan dengan direndam menggunakan fungisida
sebanyak 3g/L selama 15 menit.

xvii
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:

1 Teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan adalah sebuah metode


perbanyakan tanaman yang menggunakan bagian vegetatif tanaman baik berupa sel,
jaringan maupun organ tanaman dimana perbanyakan tanaman ini dilakukan pada
kondisi yang aseptik(steril). Teknik perbanyakan melalui kultur jaringan mampu
memperbanyak tanaman dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat.
2 Proses-proses dalam melakukan perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan
dimulai dari pensterilan alat-alat yang akan di gunakan seperti botol kultur, pinset,
dan lain sebagainya pada autoklaf. Dilanjutkan dengan pembuatan stok media yang
akan digunakan serta dilakukan juga strelisasi media agar tidak terjadi kontaminasi.
Setelahnya dilakukan proses sterilisasi eksplan yang akan digunakan untuk
perbanyakan tanaman kemudian baru dilakukan penanaman eksplan, dimana
penanaman ini dilakukan di Laminal Air Flow Cabinet dalam kondisi yang steril.
Pada proses pembentukan bibit tanaman ada proses sub kultur dimana sub kuktur
merupakan proses pemindahan eksplan ke media atau ke tempat yang lebih besar,
setelah nya eksplan di amati sampai telah terbentuk organ tanaman yang sempurna.
Setelah terbentuk organ tanaman yang sempurna pada planlet dilakukan proses
aklimatisasi, atau proses penyesuain planlet dari lingkungan dalam botol yang
nutrisinya di atur pada suatu ruangan ke lingkungan alam bebas.

5.2 Saran
Saya menyarankan untuk praktikum kultur jaringan ke depannya supaya praktikan
di beri buku panduan praktikum agar praktikan memiliki gambaran mengenai apa
yang akan di lakukan pada acara praktikum, juga agar praktikum berjalan dengan
lancar serta praktikan lebih memahami tentang praktikum yang akan dilaksanakan.

xviii
DAFTAR PUSTAKA
Adihaningrum, H., & Rahayu, T. (2019). Potensi biosida serbuk pelepah pisang kepok pada
kultur in vitro benih beras hitam. Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan
Biologi dan Saintek) Ke-4.

Adihaningrum, H., & Rahayu, T. (2019). Potensi biosida serbuk pelepah pisang kepok pada
kultur in vitro benih beras hitam. In Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek
(SNPBS) ke-IV (p.133).

Andriani, D., & Heriansyah, P. (2021). Identifikasi jamur kontaminan pada berbagai eksplan
kultur jaringan anggrek alam (Bromheadia finlaysoniana (Lind.) Miq. Agro Bali:
Agricultural Journal, 4(2):192-199.

Apriliyani, R., & Wahidah, B. F. (2021). Perbanyakan Anggrek Dendrobium Sp. Secara In
Vitro: Faktor-Faktor Kebehasilannya. Jurnal Mahasiswa Biologi, 1(2):33-46.

Bhojwani, S.S. and P.K. Dantu. (2013). Plant Tissue Culture: And Introductory Text.
Springer, India.

bimaensis Undaharta & Ardaka Dengan Teknik Kultur Jaringan. Journal of Biological

Dwiyani, R. (2015). Kultur Jaringan Tanaman. Denpasar: Pelawa Sari Sciences, 7(1):112-
122.

Elfiani, E., & Jakoni, J. (2015). Sterilisasi eksplan dan sub kultur anggrek, sirih merah dan
krisan pada perbanyakan tanaman secara in vitro. DINAMIKA PERTANIAN,
30(2):117-124.

Fauzan, Y.S.A., Supriyanto, & Tajuddin, T. (2017). Efektivitas Merkuri Klorida (HgCl2)
pada Sterilisasi Tunas Samping Jati (Tectona grandis) In Vitro. Jurnal Bioteknologi &
Biosains Indonesi,. 4(2): 78-84.

Fitriani, Y., G. Wijana & Darmawati, IAP. (2019). Teknik sterilisasi dan efektivitas 2,4-D
terhadap pembentukan kalus eksplan daun nilam (Pogostemon cablin Benth) in vitro.
8 (1): 41-52.

Gaikwad, A.V., S.K. Singh, and R. Gilhotra. (2017). Plant tissue culture – a review. Journal
of Pharmaceutical Research and Education 2(1):217 – 220.
xix
Gupta, N.V. and Shukshith K.S. (2016). Qualification of autoclave. International Journal of
Pharm Tech Research. 9(4): 220-226

Hasibuan, A., Isa, M., Siregar, W. V., & Nrartha, I. M. A. (2019). Sumber bahan bakar dari
limbah padat pada pembangkit listrik di pabrik kelapa sawit. Ready Star, 2(1):187–
193

Heriansyah P, Seprido, and Andriani D. (2020). Identifikasi anggrek alam pada kawasan
kaawan Gangguan di Suaka Margasatwa Bukit Rimbang dan Bukit Baling Resort
Kuantan Singingi. Journal Agro Bali: Agricultural 3(2): 164-170

Heriansyah, P. & Indrawanis, E. (2020). Uji tingkat kontaminasi eksplan anggrek


(Bromheadia finlysoniana L.miq) dalam kultur in-vitro dengan penambahan ekstrak
tomat. Jurnal Agroaqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan, 18(2):
223-232.

Heriansyah, P. (2020). Rahasia Mudah Menguasai Kultur Jaringan Tanaman: Teori dan
Praktiknya. Penerbit Lindan Bestari.

Heriansyah, P., Sagiarti, T. and Rover, R., (2014). Pengaruh pemberian myoinositol dan
arang aktif pada media sub kultur jaringan tanaman anggrek (Dendrobium SP).
Jurnal Agroteknologi, 5(1):9-16.

Ikenganyia, E.E., M.A.N. Anikwe, T. E. Omeje, and J. O. Adinde . (2017). Plant tissue
culture regeneration and aseptic techniques. Asian Journal of Biotechnology and
Bioresource Technology 1(3):1-6.

Isda, M. N., & Fatonah, S. (2014). Induksi akar pada eksplan tunas anggrek rammatophylum
scriptum var. Citrinum secara in vitro pada media MS dengan penambahan NAA dan
BAP. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 7(2): 53-57.

Ismadi, I., Nasruddin, N., Handayani, R. S., Liwanza, N., Sajadah, S., & Ningrum, S. (2022).
Peningkatan keterampilan teknologi kultur jaringan tanaman skala rumah tangga
Komunitas Gayo Pecinta Anggrek Provinsi Aceh. Jurnal Solusi Masyarakat Dikara,
2(3):111-116.

Jain, (2016). Plant Tissue Culture Lab Practices Made Easy (For Beginners). Maharaja Ranjit

Lase, N. K. (2020). Analisis pengetahuan mahasiswa prodi pendidikan biologi ikip


gunungsitoli tentang peralatan laboratorium dan fungsinya. DIDAKTIK: Jurnal
xx
Ilmiah Pendidikan, Humaniora, Sains dan Pembelajarannya, 14(1):2377-2386.

Oratmangun, K. M., Pandiangan, D., & Kandou, F. E. (2017). Deskripsi jenis-jenis


kontaminan dari kultur kalus (Catharanthus rosues (L.) G. Don. Jurnal MIPA,
6(1):47-52.

Rasud, Y., Ulfa, S., & Baharia, B. (2015). Pertumbuhan jeruk manis (Citrus sinensis L.)
dengan penambahan berbagai konsentrasi sitokinin secara in vitro. Agroland: Jurnal
Ilmu-ilmu Pertanian, 22(3):197-204.

Royani, I., Imran, A., & Dharmawibawa, I. D. (2021). Pengaruh zat pengatur tumbuh dari
sampah rumah tangga sebagai media tanam krisan (Dendranthema grandiflora
Tzvelev.) secara In Vitro. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(2) : 681-687.

Sandra, I. E. (2019). Cara mudah memahami dan menguasai kultur jaringan skala rumah
tangga. PT Penerbit IPB Press.

Santoso, I. B., Hardiyati, T., Dwiati, M., & Kamsinah, K. (2020). Teknologi kultur invitro
anggrek untuk meningkatkan keragaman tanaman di agrowisata Serang. Prosiding,
9(1)

Sciences, 7(1):112-122.

Setiani, N. A., Nurwinda, F., & Astriany, D. (2018). Pengaruh desinfektan dan lama
perendaman pada sterilisasi eksplan daun sukun (Artocarpus atilis (Parkison ex. F.
A Zorn) Fosberg). Journal of Biotropika, 6(3):78-82.

Shofiyani, A., & Hajoeningtijas, O. D. (2010). Pengaruh sterilan dan waktu perendaman pada
eksplan daun kencur (Kaemferia galanga L) untuk meningkatkan keberhasilan kultur
kalus. Agritech: Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto,
12(1).

Silalahi, M. (2015). Bahan Ajar Kultur Jaringan.Wetter, L.R. dan F. Constabel, F. (1991).
Metode Kultur Jaringan Tanaman. Bandung: ITB Press.

Sjahril, R., Haring, F., Rukka, R. M., & Dermawan, R. (2019). Perbenihan kultur jaringan
anggrek pada teaching industry Universitas Hasanuddin. Jurnal Dinamika
Pengabdian (JDP), 4(2):146-156

xxi
Smith, R. (2013). Plant Tissue Culture Thrid Edition: Techniques and Experiments.
California: Elsevier Inc.

Soelistijono, R. (2015). Kajian efektifitas rhizoctonia sp mikoriza dataran rendah dan


sedang pada tingkat keparahan penyakit (dsi) Anggrek (Phalaenopsis amabilis)
terhadap Fusarium sp. Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education, 7(2).

Sulichantini, E. D. (2016). Pertumbuhan tanaman eucalyptus pellita f. Muell di lapangan


dengan menggunakan bibit hasil perbanyakan dengan metode kultur jaringan, stek
pucuk, dan biji. Ziraa'ah Majalah Ilmiah Pertanian, 41(2):269-275.

Sulichantini, E.D., Eliyani, E., Saputra, A. and Susylowati, S., (2021). Pengaruh zat pengatur
tumbuh dan bahan organik terhadap pertumbuhan anggrek tebu (Grammatophyllum
speciosum Blume) Secara Kultur jaringan. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab,
4(1)

Wati, T., Astarini. I. A, Pharmawati. M, and Hendriyani. E. (2020). Propagation Of Begonia


Bimaensis Undaharta & Ardaka. Using Tissue Culture Technique. Journal of
Biological Sciences, 7(1): 112-122.

Wulandari, S., Nisa, Y. S., Taryono, T., Indarti, S., & Sayekti, R. S. (2021). Sterilisasi
peralatan dan media kultur jaringan. Agrotechnology Innovation (Agrinova), 4(2):
16-19.

Yasmin, Z. F., Aisyah, S. I., & Sukma, D. (2018). Pembibitan (kultur jaringan hingga
pembesaran) anggrek (Phalaenopsis) di Hasanudin Orchids, Jawa Timur. Buletin
Agrohorti, 6(3):430-439.

Yulia, R., Putrizalda, H., Afiah, A., Armiliandi, R., Pinta, S. R., & Advinda, L. (2022).
Perbanyakan tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) dengan teknik kultur
jaringan kombinasi iaa dan bap. In Prosiding Seminar Nasional Biologi, 2(2):776-
789).

Zuhra, F., Nurhayati, N., & Septiani, S. (2021). Pengenalan alat-alat laboratorium ipa
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa di era new normal. JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri), 5(2):396-404.

xxii
LAMPIRAN

Pengenalan alat-alat laboratorium Pengenalan ruangan laboratorium

Sterilisasi botol kultur Pembuatan media tanam Sterilisasi eksplan

Penanaman eksplan biji anggrek Subkultur krisan Aklimatisasi anggrek

xxiii

Anda mungkin juga menyukai