Disusun Oleh :
Kelompok 5
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2023
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari ibu Siska Rita Mahyuny, S.Pd., M.Pd pada mata kuliah Kultur Jaringan . Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Siska Rita Mahyuny, S.Pd., M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Kultur Jaringan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar isi ii
Bab I Pendahuluan 1
2. 1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media
buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi suatu tanaman yang
lengkap (Indrianto, 2002).
Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna)
dikondisi in vitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan
yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus
pandang lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan,
baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel
(Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu
memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme
multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel
tersebut, setiap sel berasal dari satu sel (Harianto, 2009).
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan
fungsi yang sama, jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi
tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Pramono, 2007).
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus
dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas
jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman
indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah
kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta
bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in vitro (Andini, 2001).
1
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan yaitu
sebagai berikut yang dimulai dari pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran,
aklimatisasi (Harianto, 2009).
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel, jaringan ataupun
irisan organ tanaman di laboratorium pada suatu media buatan yang mengandung nutrisi yang
aseptik (steril) untuk menjadi tanaman secara utuh. Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak
keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama proses
kultur berlangsung.
Kultur jaringan tanaman didasari oleh teori totipotensi sel (cellular totipotency) yang
menyebutkan bahwa setiap sel tanaman memiliki kapasitas untuk beregenerasi membentuk
tanaman secara utuh.Tanaman baru yang diperoleh dengan cara ini bersifat identik dengan
induknya, dan disebut plantlet.
Metode perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan teknik kultur jaringan tergolong
perbanyakan vegetatif, artinya tidak melibatkan adanya fertilisasi antara sel telur dan sel kelamin
jantan seperti halnya pembentukan biji pada tanaman, itu sebabnya plantlet yang dihasilkan
identik dengan induknya.
2.2 Sterilisasi
Tahapan awal yang penting dalam teknik in vitro adalah sterilisasi bahan tanaman dan
media sehingga terjaga kondisi yang aseptik. Bakteri dan jamur merupakan 2 kontaminan yang
paling banyak dalam kultur. Sterilisasi LAFC (Laminar Air Flow Cabinet) dan ruang kultur.
Sterilisasi LAFC yang paling baik adalah dengan menggunakan sinar UV. Waktu sterilisasi
tergantung pada ukuran transfer dan harus dilakukan ketika tidak ada kegiatan dalam ruang
tersebut. LAFC yang sudah dilengkapi UV sehingga sterilisasinya dilakukan dengan UV dan
diikuti dengan membersihkan permukaan LAFC dengan alkohol 70%. Sterilisasi peralatan gelas
dan peralatan lain. Peralatan yang terbuat dari metal, alumunium foil, gelas dan lain lain dapat
disterilisasi dengan cara pengeringan di dalam oven bersuhu 130°-170°C selama 2-4 jam. Setelah
3
disterilisasi dalam oven, peralatan diseksi atau alat tanam didalam LAFC harus direndam dahulu
ke dalam alkohol 96% kemudian dibakar diatas. lampu bunsen. Teknik ini disebut sterilisasi
pembakaran (flame sterilizationInisiasi
2.3 Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas atau satu buku tunas.
Penggunaan medium nutrisi yang dilengkapi dengan sukrosa namun tanpa hormon untuk eksplan
awal merupakan tindakan yang umum dilakukan. Hal ini dapat menghindarkan pemborosan
medium di mana ada sebagian kultur yang terpaksa dibuang akibat infestasi atau akibat kematian
eksplan selama persiapan. Kebanyakan infestasi jamur atau bakteri akan terlihat dalam waktu dua
minggu.
Dalam beberapa hal, pestisida dapat digunakan di dalam medium inisiasi atau tidak
memasukkan sukrosa di dalam medium guna memungkinkan eksplan tumbuh dari bahan.
Tanaman yang mengalami infestasi. Pertumbuhan baru selanjutnya dapat dipotong untuk
disubkulturkan. Akan sulit menghindari transfer infestasi, terutama jika sporulasi telah mulai
berlangsung. Akan tetapi, begitu dikulturkan pada medium yang mengandung sukrosa, infestasi
residual akan berlangsung. Harus diberikan penanganan yang hati-hati guna menghindarkan
kontaminasi terhadap ruang kultur.
2.4 Subkultur
Subkultur merupakan proses pemindahan kultur yang telah diinisiasi ke media baru untuk
memperbanyak eksplan. Subkultur dilakukan jika media sudah berwarna cokalt atau eksplan
telah memenuhi botol kultur. Waktu untuk melakukan subkultur berkisar antara tiga sampai
enam minggu dari masa setelah tanam.
2.5 Aklimatisasi
4
penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka
secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama
dengan pemeliharaan bibit generatif.
Keberhasilan perbanyakan in vitro dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain respon
tanaman, jenis media tumbuh yang digunakan dan garam- garam mineral, vitamin, ZPT yang
tepat, serta kondisi lingkungan kultur (Kristina dan Syahid, 2012).
Keberhasilan dalam penggunaan metode in vitro sangat bergantung pada media yang
digunakan. Media kultur yang memenuhi syarat adalah media yang mengandung unsur hara
makro dan unsur hara mikro, vitamin,zat pengatur tumbuh, dan glukosa dalam kadar dan
perbandingan tertentu. Dari sekian banyak jenis media dasar yang digunakan dalam kultur in
vitro, tampaknya media Murashige dan Skoog (MS) mengandung jumlah hara yang layak untuk
memenuhi kebutuhan banyak jenis sel tanaman dalam kultur (Zulkarnain, 2019).
Manfaat kultur jaringan paling banyak ialah untuk perbanyakan tanaman secara massal
dan cepat pada tanaman hias, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan. Tujuannya untuk
mendapatkan bibit secara cepat dalam jumlah banyak dan seragam khususnya varietas-varietas
unggul (Lestari, 2016).
Aplikasi kultur jaringan terus berkembang selain untuk perbanyakan bibit, telah
diaplikasikan pula untuk penyimpanan dan pelestarian berbagai aksesi plasma nutfah yang
tergolong langka. Aplikasi kultur in vitro lebih bnayak untuk perbaikan kualitas tanaman
(Lestari, 2016).
Secara umum kultur jaringan adalah suatu teknologi budidaya tanaman yang
menggunakan bagian dari tanaman tersebut untuk di tumbuhkan di dalam wadah yang bening
dan steril, dengan diberi media tanam yang dibutuhkan oleh bagian tanaman tersebut untuk
tumbuh dan dengan kondisi lingkungan yang diatur sedemikian rupa sehingga menunjang
pertumbuhan tanaman tersebut. Dalam hal ini termasuk dalam kategori sistem reproduksi
vegetatif yaitu sistem reproduksi tumbuhan secara tak kawin yang terjadi secara alami tanpa
adanya campur tangan dari manusia. Biasanya tumbuhan yang memiliki sistem reproduksi
vegetatif alami ini akan berkembang biak dengan bagian lainnya dari tumbuhan tersebut. Hasil
5
reproduksi vegetatif akan menghasilkan vegetatif yang sama dengan induknya karena yang
diwariskan adalah bagian somatis atau sel tubuh bukan gen kelamin.
Teknik kultur jaringan akan berhasil apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi.
Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus,
penggunaan medium yang cocok, keadaan aseptik dan pengaturan udara yang baik. Meskipun
pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi sebaiknya dipilih dari bagian
meristem, misalnya daun muda, ujung akar, ujung batang dan sebagainya. Bila menggunakan
embrio atau bagian bagian biji yang lain sebagai eksplan, perlu diperhatikan kemasakan embrio,
waktu imbibisi, temperatur dan dormansi (Panjaitan, 2015).
Teknik ini memberikan beberapa keuntungan yang tidak didapat dari pemakaian teknik
perbanyakan vegetatif lainnya. Beberapa keuntungan yang didapat antara lain, perbanyakan
tanaman dapat dilakukan dengan cepat dalam jumlah besar, hasil perbanyakan bebas dari hama,
virus dan patogen karena dilakukan dalam kondisi aseptik, dapat menggunakan bagian-bagian
kecil (eksplan) dari tanaman dan hasilnya dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama (Silva
dalam Wijayani dan Muafi, 2016).
6
BAB III
KESIMPULAN
7
Daftar Pustaka
Elfiani dan Jakoni. 2015. STERILISASI EKSPLAN DAN SUB KULTUR ANGGREK, SIRIH
MERAH, DAN KRISAN PADA PERBANYAKAN TANAMAN SECARA IN VITRO.
Jurnal Dinamika Pertanian, XXX (2) : 117-124.
Taji A.M., William A. D., dan Richard R. W. 2006. TEKNIK KULTUR JARINGAN
TANAMAN. Katalog dalam terbitan : Zulkarnain.