Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

“ KULTUR JARINGAN “

Disusun Oleh:

Syahmia M. Nambobu (2017 59 013)

Aldi Rohman Haryono (2017 59 032)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAPUA

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami nikmat Iman, kesehatan, serta keselamatan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Bioteknologi yang berjudul
“Kultur Jaringan Tumbuhan”.
Makalah ini berisi 3 bab yakni bab 1 berupa pendahuluan yang merupakan
uraian gambaran umum dari kultur jaringan. Bab 2 berupa pembahasan dari kultur
jaringan berupa sejarah kultur jaringan, pengertian kultur jaringan, media serta
alat yang digunakan dalam kultur jaringan dan aplikasi kultur jaringan tumbuhan.
Dan bab 3 berupa kesimpulan yang berupa ringkasan dari pembahasan.
            Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan 

Manokwari, 13 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.............................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan......................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1 Sejarah Kultur Jaringan............................................................................................6

2.2 Pengertian Kultur Jaringan.......................................................................................6

2.3 Landasan Kultur Jaringan.........................................................................................8

2.4 Tujuan Kultur Jaringan.............................................................................................8

2.5 Jenis Kultur Jaringan Tumbuhan............................................................................11

2.6 Media Kultur Jaringan Tumbuhan..........................................................................16

2.7 Metode Kultur Jaringan Tumbuhan........................................................................19

2. 8 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan Tumbuhan........................................21

BAB III............................................................................................................................22

PENUTUP.......................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan............................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan bioteknologi salah satunya adalah kultur jaringan, yang


hingga sekarang berkembang begitu cepat dan signifikan. Apa dasar utama yang
menjadikan kultur jaringan berkembang dengan cepat? Salah satunya adalah
teknik pemakaian kultur jaringan yang dengan hanya menggunakan bagian sel
tumbuhan, maka akan didapatkan tanaman yang sempurna yang dapat melakukan
reproduksi. Jadi sebenarnya apa yang dimaksud dengan kultur jaringan? Kultur
Jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan
seperti protoplasma sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada
media buatan yang steril dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang
aseptic, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan
beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Beberapa teknik dalam kultur
jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaanya, dan syarat pokok kultur jaringan adalah laboratorium dengan
segala fasilitasnya berupa alat-alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi
aseptic terkendali dan fasilitas dasar seperti air, listrik maupun bahan bakar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian kultur jaringan secara umum?


2. Bagaimana sejarah singkat dari kultur jaringan tumbuhan?
3. Bagaimana teknik dan media sert alat yang digunakan dalam kultur
jaringan tumbuhan?
4. Bagaimana keuntungan dan kerugian dari kultur jaringan tumbuhan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian kultur jaringan secara umum.


2. Mengetahui sejarah singkat dari kultur jaringan tumbuhan.
3. Mengetahui teknik dan media serta alat yang digunakan dalam kultur
jaringan tumbuhan.
4. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari kultur jaringan tumbuhan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kultur Jaringan

Orang yang melakukan kultur jaringana tumbuhan adalah :


o Tahun 1904 Hannig melakukan kultur embrio pada tanaman cruciferae.
o Tahun 1922 Knudson berhasil mengecambahkan anggrek secara in vitro.
o Tahun 1922 Robbins mengkulturkan ujung akar secara in vitro.
o Tahun 1939 Skoog dkk telah menemukan sitokinin dan orang
pertama yang sukses dalam melakukan kultur jaringan.
o Tahun 1940 Gautheret melakukan ku.ltur jaringan kambim secara in vitro
pada tanaman Ulmus untuk study pembentukan tunas adventif.
o Tahun 1941 Van Overbeek menggunakan air kelapa untuk campuran
media dalam kultur Datura.
o Tahun 1944 Skoog membentuk tunas adventif pertama pada kultur
tembakau secara in vitro.
o Tahun 1946 Ball melakukan proses penanaman lengkap pertama dapat
dihasilkan dari eksplan kultur tunas ujung pada Lupinus dan Tropaeolum.
o Tahun 1954 Muir berhasil menumbuhkan tanaman lengkap dari kultur sel
tunggal.
o Tahun 1955 Miller dkk menemukan kinetin yang dapat memacu
pembelahan sel.
o Tahun 1964 Guha dapat memproduksi tanaman haploid pertama.
o Tahun 1971 Takebe melakukan penanaman lengkap dihasilkan dari
eksplan protoplas.

2.2 Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk


mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur
yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagianbagian tersebut dapat
memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Kultur jaringan tanaman bermula dari pembuktian teori totipotensi sel
yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden (1838). Menurut teori ini, setiap
sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang
lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh, jika
kondisinya sesuai.
5
Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi
tanaman utuh (sempurna) dikondisi invitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro
dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi
atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Secara teoritis
teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan,
hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel (Total
Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu
mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel
dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan
sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut, setiap sel berasal dari satu sel.
Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut
sebagai tissue culture. Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok
sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti
membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang
mempunyai sifat seperti induknya.
Kultur jaringan (Tissue Culture) merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman
dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang
kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi
tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan
tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media
buatan yang dilakukan di tempat steril.
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-
bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat

6
pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap.
Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang
dilakukan di tempat steril. 

2.3 Landasan Kultur Jaringan

Landasan kultur jaringan didasarkan atas tiga kemampuan dasar dari


tanaman, yaitu:
1. Totipotensi adalah potensi atau kemampuan dari sebuah sel untuk tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman secara utuh jika distimulasi dengar benar dan
sesuai. Implikasi dari totipotensi adalah bahwa semua informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme terdapat di dalam sel.
Walaupun secara teoritis seluruh sel bersifat totipotensi, tetapi yang
mengekspresikan keberhasilan terbaik adalah sel yang meristematik.
2. Rediferensiasi adalah kemampuan sel-sel masak (mature) kembali menjadi ke
kondisi meristematik dan dan berkembang dari satu titik pertumbuhan baru
yang diikuti oleh rediferensiasi yang mampu melakukan reorganisasi manjadi
organ baru.
3. Kompetensi menggambarkan potensi endogen dari sel atau jaringan untuk
tumbuh dan berkembang dalam satu jalur tertentu. Contohnya embrioagenikali
kompeten sel adalah kemampuan untuk berkembang menjadi embrio funsional
penuh. Sebaliknya adalah non-kompeten atau morfogenetikali tidak mempunyai
kemampuan.

2.4 Tujuan Kultur Jaringan

Saat ini teknik kultur jaringan tumbuhan bukan hanya sebagai sarana
untuk mempelajari aspek-aspek fisiologi dan biokimia tanaman saja, tetapi sudah
berkembang menjadi metode untuk berbagai tujuan yakni :

a. Mikropropagasi (perbanyakan tanaman secara mikro)


Teknik kultur jaringan telah digunakan dalam membantu produksi
tanaman dalam skala besar melalui mikropropagasi atau perbanyakan klonal dari
berbagai jenis tanaman. Jaringan tanaman dalam jumlah yang sedikit dapat
menghasilkan ratusan atau ribuan tanaman secara terus menerus. Teknik ini telah
digunakan dalam skala industri di berbagai negara untuk memproduksi secara
komersial berbagai jenis tanaman seperti tanaman hias (anggrek, bunga potong,
dll.), tanaman buah-buahan (seperti pisang), tanaman industri dan kehutanan
(kopi, jati, dll). Dengan menggunakan metoda kultur jaringan, jutaan tanaman

7
dengan sifat genetis yang sama dapat diperoleh hanya dengan berasal dari satu
mata tunas. Oleh karena itu metoda ini menjadi salah satu alternatif dalam
perbanyakan tanaman secara vegetatif.

b. Pebaikan Tanaman
Dalam usaha perbaikan tanaman melalui metoda pemuliaan secara
konvensional, untuk mendapatkan galur murni diperlukan waktu enam sampai
tujuh generasi hasil penyerbukan sendiri maupun persilangan. Melalui teknik
kultur jaringan, dapat diperoleh tanaman homosigot dalam waktu singkat dengan
cara memproduksi tanaman haploid melalui kultur polen, antera atau ovari yang
diikuti dengan penggandaan kromosom. Tanaman homosigot ini dapat digunakan
sebagai bahan pemuliaan tanaman dalam rangka perbaikan sifat tanaman.
c. Produksi Tanaman yang Bebas Penyakit
Teknologi kultur jaringan telah memberikan kontribusinya dalam
mendapatkan tanaman yang bebas dari virus. Pada tanaman yang telah terinfeksi
virus, sel-sel pada tunas ujung (meristem) merupakan daerah yang tidak terinfeksi
virus. Dengan cara mengkulturkan bagian meristem akan diperoleh tanaman yang
bebas virus.
d. Transformasi Genetik
Teknik kultur jaringan telah menjadi bagian penting dalam membantu
keberhasilan rekayasa genetika tanaman (transfer gen). Sebagai contoh transfer
gen bakteri (seperti gen cry dari Bacillus thuringiensis) ke dalam sel tanaman
akan terekspresi setelah regenerasi tanaman transgeniknya tercapai.

8
e. Produksi Senyawa Metabolit Sekunder
Jadi, Kultur jaringan tumbuhan juga dapat digunakan untuk memproduksi
senyawa biokimia (metabolit sekunder) seperti alkaloid, terpenoid, phenyl
propanoid dll. Teknologi ini sekarang sudah tersedia dalam skala industri. Sebagai
contoh produksi secara komersial senyawa “shikonin” dari kultur sel
Lithospermum erythrorhizon.
Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman
baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat, yang mempunyai
sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Dari teknik kultur
jaringan tanaman ini diharapkan juga memperoleh tanaman baru yang bersifat
unggul.
Secara lebih rinci dan jelas berikut ini akan dibahas secara khusus manfaat
dari kultur jaringan  antara lain:
 Mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang
relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis
dengan induknya. Dari teknik kultur jaringan tanaman ini diharapkan juga
memperoleh tanaman baru yang bersifat unggul.
 Dapat diperoleh sifat-sifat tanaman yang dikehendaki
 Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu
tanaman  dewasa
 Produksi tanaman bebas virus dengan teknik kultur meristem.
 Pelestarian plasma nutfah tanaman juga dapat dilakukan dengan teknik
kultur jaringan dengan penyimpanan untuk jangka panjang dengan
penggunaan nitrogen cair pada temperatur –196oC. Ada juga penyimpanan
sementara, yaitu pada temperatur antara 0oC sampai –9oC.
 Untuk dapat menghasilkan tanaman dengan jumlah banyak dan beragam.
 Perbanyakan tanaman secara besar-besaran telah dibuktikan
keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan tebu. Dengan cara
kultur jaringan dapat klon suatu komoditas tanaman dalam relatif cepat.
Manfaat yang dapat diperoleh cukup banyak, misalnya: di luar pulau Jawa
akan didirikan suatu perkebunan yang membutuhkan bibit tanaman dalam
jumlah ribuan, maka sudah dapat dibayangkan betapa mahalnya biayanya
hanya untuk trasnportasi saja. Hal ini dapat diatasi denga usaha kultur
jaringan, karena hanya perlu membawa beberapa puluh botol planlet yang
berisi ribuan bibit. Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan biaya
9
yang cukup banyak dalam persiapan pemberangkatan ataupun
transportasinya. Pada ekspor anggrek, misalnya, orang luar negeri
menghendaki bunga anggrek yang seragam baik bentuk maupun
warnanya. Dalam hal ini dapat dipenuhi juga dengan usaha kultur jaringan.
Bibit-bibit tanaman dari usaha mericlono (tanaman hasil budidaya
meristem) akan berharga lebih mahal, karena induknya dipilih dari
tanaman yang mempunyai sifat paling bagus (unggul).
 Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam
punah. Dengan usaha kultur jaringan ini, populasi dari tanaman tersebut
akan terselamatkan, bahkan dapat bertambah, sekaligus sifat-sifat yang
dimiliki oleh tanaman tersebut tetap terjamin.
 Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi,
karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk
pembuatan obat-obatan, yaitu dengan memisahkan unsur-unsur yang
terdapat di dalam kalus ataupun protokormus, misalnya alkoloid, steroid,
dan terponoid. Dengan ditemukannya cara mendapatkan metabolit
skunderdari kalus suatu eksplan yang di tumbuhkan dalam medium kultur
jaringan, maka berarti dapat menghemat waktu dan tenaga. Persenyawaan
yang bermanfaat yang diambil dari kalus dapat ditingkatkan kadarnya
dengan cara memanipulasinya.
 Kultur jaringan juga sangat bermanfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada
tanaman anggrek misalnya, telah berhasil diketahui bahwa jika ujung
akarnya diiris melintang akan memperlihatkan warna tertentu. Warna
tersebut nantinya akan sama dengan warna bunganya. Hal ini sangat
berguna dalam bidang perdangan bunga hias, sebab walaupun tanamannya
belum berbunga orang sudah dapat mengetahui warna bunga yang akan
muncul.
 Melalui perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga
berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya, dengan terlaksananya
ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisan
negara dibidang pertanian.

10
   Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim

2.5 Jenis Kultur Jaringan Tumbuhan

1. Kultur meristem
Kultur meristem adalah kultur yang menggunakan eksplan yang berasal
dari jaringan meristem, biasanya di peroleh dari meristem apikalnatau meristem
tunas aksilar. Pada ujung pucuk, jaringan ini berada dibagian dalam, oleh karena
itu, untuk mengambil jaringan ini agar dapat digunakan sebagai eksplan, kita
membutuhkan mikroskop.
Jadi pada setiap pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan pengirisan
bagian pucuk secara transversal, lalu jaringan meristem yang tertutupi oleh
primordia daun akan dapat diambil, semua kegiatan ini dilakukan dibawah
mikroskop. Apabila kultur meristem ini adalah untuk mengeliminir penyakit,
terutama virus, karena jaringannya jauh berada dibagian dalam, sehingga penetrasi
penyakit diharapkan belum menjauhkan jaringan ini, penyimpanan plasma nutfah
bebas virus.
Kultur meristem telah banyak diterapkan pada berbagai tanaman. Pada
anggrek cymbidium, ternyata dengan teknik ini dapat dihasilkan kelipatan jumlah
planlet dibanding kultur lainnya. Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem
ini berasal dari jaringan vegetatif, sehingga planlet yang dihasilkan berupa klon
( seragam ).
Untuk pelaksanaan perbanyakan mikro dengan teknik kultur jaringan ini,
apabila kita mengguanakan eksplannya adalah daerah meristem pucuk (yaitu
bagian ujung dari pucuk, dimana jaringannya terdapat dibagian dalam dan banyak
dilapisi oleh jaringan – jaringan primordial yang nantinya akan membentuk tunas
dan daun ) yang berukuran sangat kecil ( 0,2 mm ), dan dalam pelaksanaanya
digunakan perlakuan pemberian zat kimia untuk membunuh penyakit, maka hasi
yang diperoleh kemungkinan besar adalah bebas patogen.
Tanaman yang dihasilkan dari kultur meristem disebut meriklon
( mericlone ). Saat ini sudah banyak beredar anggrek meriklon terutama, vanda
dan cymbidium, karena harganya yang cukup mahal. Namun sayangnya anggrek –
anggrek tersebut adalah hasil import dari negara Taiwan. Tanaman meriklon
lainnya adalah kedelai, kentang, anyelir, capsella.
Melalui kultur m eristem, jaringan meristem sebagai sumber eksplan dapat
langsung diregenerasikan untuk membentuk tunas dengan subkultur berulang dan
menggunakan variasi ZPT, atau melalui fase kalus terlebih dahulu, seperti yang
telah dilakukan ahli kultur jaringan morel, yang memperoleh meristem poucuk
anggrek yang bebas virus, kemudian dikulturkan membentuk kalus, kemudian
dikulturkan untuk membentuk protocorm dan akhirnya dikulturkan untuk
berdiferensiasi lebih lanjut guna membentuk tunas dan akar.

11
2. Kultur protoplasma
Protoplas adalah sel dalam keadaan telanjang. Fusi protoplas (yang terjadi
didalam sel tanpa campur tangan manusia) adalah proses alamiah yang terjadi
pada tumbuhan rendah sampai tingkat tinggi. Pada proses pembuahan terjadi
penyatuan gamet jantan (sub protoplas) dengan gamet betina (protoplas) menjadi
zigot (hibrida seksual). Sel-sel tanaman tingkat tinggi berhubungan satu dengan
lainnya melalui plasmodesmata, hubungan sel melalui plasmodesmata ini
merupakan fusi protoplas dengan protoplas terapi terjadi secara alamiah.
Modifikasi genetik dengan fusi protoplas bertujuan untuk :
 Mengatasi masalah ilompatibilitas
 Mengatasi masalah sterilitas
 Mendapatkan sifat yang diinginkan
 Melalui fusi sel guna menghasilkan hibrida somatik
 Mendapatkan tanaman bebas virus, penyakit
 Mendapatkan tanaman dengan variasi somaklonal yang baik
Protoplas dapat diisolasi secara mekanik dengan menggunakan prinsip
proses plasmolisis sel, juga dapat diisolasi secara enzimatis. Umummnya saat ini
digunakan cara terakhir ini. Enzim-enzim digunakan untuk mengisolasi protoplas
antara lain : sellulase, driselase. Zymolase, pectiolyase, pectinase, hemisellulase,
maserase.
Sumber protoplas yang umum untuk diisolasi adalah : daun (paling sering
digunakan), pucuk, buah, akar, nodul akar. Jaringan mesofil daun (diutamakan
berasal dari in-vitro) yang paling mudah diisolasi karena susunannya yang jarang
sehingga penetresi enzim lebih cepat.
Seluruh rangkaian isolasi protoplas, menurut sterilitas lebih tinggi
dibanding dengan kultur in vintro biasa. Hal ini di karenakan kita bekerja dengan
sel telanjang. Media untuk mengkulturkan protoplas maupun hasil fusi hasil

12
protoplas umumnya adalah media Ms atau Bs dengan berbagai modifikasi garam
mineral ZPT.
Osmotikum sangat dibutuhkan mulai dari prosesi isolasi mengkulturkan
hasil fusi protoplas, hingga terbentuk dinding sel. Larutan osmotikum biasanya
digunakan mannitol dan sorbitol. Setelah dinding sel terbentuk maka harus
diteteskan media tanpa manitol atau sorbitol, untuk menurunkan tekanan osmotik.
Jika tekanan osmotik tetap tinggi dan regenerasi sel menjadi terhambat.
Fusi sel (protoplas) tanaman dilakukan dengan cara memfusikan dua
macam protoplas yang sama atau berbeda. Teknik fusi protoplas yang
dikembangkan saat ini:
 Fusi antara protoplas dengan protoplas
 Fusi antara sub prtoplas dengan protoplas
 Fusi antara sub protoplas dengan sub protoplas sub protoplas terdiri dari
sitoplasma ( protoplas tanpa inti ), inti (karyoplas, protoplas mini), kloroplas
mitokondria.

3. Kultur Kalus
Pada awal kultur kalus bertujuan untuk mempelajari proses dediferensiasi
dan diferensiasi sel dan jaringan pada kultur in vitro dan memperoleh kalus dari
eksplan yang dikulturkan. Saat ini kultur kalus dan suspensi sel banyak dilakukan
dalam penelitian untuk menghasilkan metabolit sekunder.
Kalus adalah kumpulan masa sel yang amorphus yang terdiri dari sel-sel
atau jaringan-jaringan yang membelah diri terus menerus. Kalus tersusun oleh sel-
sel parenkim yang mana ikatannya dengan sel lainnya sangat rengggang. Jaringan

13
ini belum mengalami deferensiasi lanjut. Untuk menginduksi terbentuknya tunas
diperlukan media regenerasi dengan modifikasi ZPT.
Kemampuan jaringan dalam menbentuk kalus sangat terkait dengan:
 Umur fisiologi jaringan waktu isolasi dilakukan. Jaringan yang masih
meristematis lebih mudah penanganannya dibanding jaringan yang sudah
berdeferensiasi
 Musim pada saat tanaman diisolasi
 Jenis tanaman-tanaman berkayu seperti manggis sangat sulit untuk
mendapatkan kalus yang variable.
 Bagian tanaman yang diisolasi, bagian yang sudah tua akan memerlukan
modifikaasi dengan merejuvenilisasikan sel nya kembali.
Medium yang digunakan untuk kultur kalus adalah medium dasar dengan
modifikasi ZPT. Umumnya digunakan auksin 2,4-0, kadang-kadang digunakan
bahan organik kompleks seperti sari pisang, air kelapa.
Eksplan yang digunakan untuk menginduksi kalus adalah : batang, akar,
daun, embrio, kotiledon dan lainnya. Eksplan awal ini kemudian ditempatkan
pada media padat. Kalus yang tumbuh, harus disubkultur ke media baru dalam
kurun waktu tertentu, agar keterwidiaan hara dan airnya tetap ada dan mencegah
terhambatnya pertumbuhan kalus akibat keluarnya senyawa-senyawa hasil
metabolisme kalus tersebut.
Subkultur dapat dilakukan ke media yang sama atau media regenerasi. Hal
ini tergantung kepada tujuan subkultur tersebut. Untuk tujuan menghasilkan
senyawa atau metabolit sekunder maka jangan menggunakan media regenerasi.
Namun subkultur yang berulang-ulang dengan sumber eksplan yang terdiri dari
sel-sel yang heterogen yang dapat menyebebkan perubahan berupa :
 Aberasi kromosom, dapat terjadi pematahan kromosom, mengakibatkan
terjadinya mutasi gen.
 Poliploidi, yang disebabkan oleh pembelahan kromosom yang tidak diikuti
dengan terbentuknya dinding sel anak, sehingga terjadi penggandaan jumlah
kromosom.
 Delesi, translokasi, substitusi
Untuk melakukan praktek kultur kalus, dari pengalaman penulis
menunjukkan, penempatan pada daerah gelap tanpa sinar akan lebih memacu
pembentukan kalus. Hal ini dapat kita pahami bersama karena untuk proses
pembentukan kalus, zat pengatur tumbuh yang sangat berperan adalah auksin.
Auksin akan sangat baik bekerja dengan kondisi gelap. Sementara dengan adanya

14
cahaya maka kerja auksin akan terganggu, sehingga kalus yang dihasilkan juga
tidak baik kualitasnya.
Perlakuan membungkus dengan kain hitam pada tanaman yang akan
diinduksi kalusnya, pada tanaman krisan menunjukkan respon yang sangat baik,
dengan memperlihatkan kumpulan kalus yang terbentuk lebih banyak dibanding
botol yang tidak dibungkus kain hitam.
Kalus yang baik adalah kalus yang uriable dan mempunyai spot-spot hijau
pada permukaan atasnya. Kalus yang padat akan sulit beregenerasi membentuk
emrio somatik dan tunas.

4. Kultur Suspensi
Kultur suspensi sangat berguna dalam penelitian metabolit primer maupun
sekunder, juga untuk regulasi nitrogen didalam organ dan asimilasi sulfur,
metabolisme karbohidrat dan karbon fotosintetik. Namun kultur sel kulit dipakai
untuk penelitian-penelitian path-way (biosintesis) senyawa tertentu.
Kultur sel dilakukan dengan menggunakan eksplan adalah kalus. Kalus
dipindahkan ke media cair untuk menginduksi sel-sel independen atau inisiasi
suspensi sel. Pada kutur sel ini juga harus dilakukan subkultur secara periodik,
tergantung tujuannya yaitu ke media yang sama atau modifikasi untuk
memperbanyak suspensi sel atau ke media regenerasi (media padat). Untuk
regenerasi harus didahulukan menginduksi munculnya tunas, setelah muncul
tunas kemudian baru diinduksi pembentukan akar.
Umumnya kultur sel digunakan untuk :
 Sumber protoplas
 Perlakuan dengan mutagen kimia, penyakit dan lain-lain.
 Memproduksi metabolit sekunder

15
 Untuk keperluan seleksi in vitro dalam pemuliaan tanaman
Kultur sel harus terus berkembang terutama untuk melihat hubungan
tanaman dengan mikroba, tidak hanya dalam pembentukan tunas tetapi juga dalam
proses biokimia dan perkembangan virus, phytotoksin, resistensi penyakit.

5. kultur anther/haploid
Kultur anther (anther culture) sering juga disebut kultur haploid jika
serbuk sari yang digunakan sebagai sumber eksplan maka disebut kultur serbuk
sari (polen culture). Kultur serbuk sari ini lebih tepat disebut kultur haploid
dibanding dengan kultur anther. Kultur haploid lain adalah kultur ovul, dimana
sebagai sumber eksplannya adalaah ovul. Kultur haploid adalah kultur yang
menghasilkan tanaman haploid. Tanaman haploid adalah tanaman yang memiliki
jumlah kromosom yang sama dengan jumlah kromosom gamet (N).jadi tidak
harus sama dengan kromosom dasar. Untuk tanaman diploid (2N), jumlah
kromosom gamet (N) adalah sama dengan kromosom dasar, tetapi untuk tanaman
tetraploid (4N) maka jumlah kromosom gamet adalah 2 kali kromosom dasar
(N=2X). Dengan demikian istilah haploid pada tanaman tetraploid dibedakan atas
dihaploid (N=2X) dan monohaploid (N=X)
Keuntungan dari tanaman haploid adalah :
 Semua sifat ditampilkan dalam kondisi monohaploid, baik sifat dominan
ataupun resesif
 Seleksi pada level haploid jauh lebih mudah dibanding level ploidi yang tinggi
 Penggandaan kromosom tanaman haploid akan menghasilkan tanaman
dihaploid yang homozigot, penggandaan kromosom berikutnya akan
menghasilkan tanaman tetraploid homozigot
 Hibridisasi seksual dengan tanaman diploid akan menghasilkan tanaman
triploid

16
2.6 Media Kultur Jaringan Tumbuhan

Media Kultur Jaringan merupakan faktor penentu dalam perbanyakan


kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan
unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino. Sumber
karbohidrat , zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air
kelapa, ekstrak buah, dll. Bahan pemadat berupa agar-agar dan gelrite dan juga
menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu beberapa tanaman.
Unsur hara makro dan mikro diberikan dalam bentuk garam-garam
anorganik. Pada umumnya biasa diberikan dalam komposisi tertentu seperti media
berupa MS, WPM, BS dll, tergantung dari jenis tanaman yang akan dikulturkan.
Vitamin yang banyak digunakan adalah vitamin B12 (thiamin), nicotinic acid,
vitamin B6, dan vitamin E atau C untuk antioksidan. Asam amino yang akan
dipakai sebagai sumber N organik, yang biasa digunakan adalah glycine,
asparagin, glutamine, alanin dan threonin.
Media yang baik harus selalu berada pada PH yang optimal yaitu 5,5 – 5,8.
Selain itu, harus dibuat dalam tempat steril, autoclave sering dipakai untuk
sterilisasi dalam pembuatan media kultur jaringan.
Salah satu media kultur jaringan adalah :

A. GARAM-GARAM ANORGANIK
Garam-garam mineral merupakan gabungan unsur-unsur esensial makro
dan mikro. Konsentrasi optimum dari tiap-tiap komponen untuk mencapai
kecepatan pertumbuhan yang maksimal untuk berbagai tanaman sangatlah
bervariasi.

A.1 Unsur Makro

17
Merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar yang terdiri atas :
C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg.
A.2 Unsur Mikro
Merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit yang terdiri atas :
Cl, B, Mo, Mn, Cu, Fe, Zn, Co.
B. ZAT-ZAT ORGANIK
Zat-zat organik yang biasanya ditambahkan pada medium kultur jaringan
adalah gula, myo-inosito, vitamin, asam-asam amino, dan zat pengatur tumbuh.
 Gula
Gula diberikan pada medium kultur jarinagan berfungsi untuk sumber
energy yang diperlukan untuk induksi dan pertumbuhan sel, kalus, tunas tanaman.
 Myo-inositol
Myo-inositol ditambahkan pada medium untuk membantu differensiasi
dan pertumbuhan jaringan. Myo-inositol merupakan perantara pada
perubahan glukosa menjadi asam galakturonat, juga berperan sebagai
precursor untuk pembentukan pektin dan penyusunan dinding sel.
 Vitamin
Vitamin ditambahkan pada medium untuk mempercepat pertumbuhan dan
differensiasi kalus, serta menurunkan stress tanaman/eksplan. George dan
Sherringtone mengungkapkan beberapa macam vitamin yang umum
digunakan pada berbagai macam medium dasar antara lain : Thiamin-HCl,
Nicotinic, Acid, Pyridoxin HCl, Ca D-Pantotenate, Biotic, Folic, dan lain-
lain.
 Asam-asam Amino
Asam amino merupakan sumber N organik yang lebih cepat diambil
daripada N anorganik didalam medium yang sama. Sumber N yang
berbeda ini, akan memberikan pengaruh yang berbeda juga. Adapun asam-
asam amino yang sering digunakan pada medium dasar, pada umumnya
adalah : L-Argarin, L-Apartic acid, L-Cystein, L-Glutamate, L-Asparagin,
L-Methionine, L-Tyrosine, Glycine.
 Zat Pengatur Tumbuh
Merupakan komponen yang dibutuhkan untuk pembuatan media.

18
C. SUBSTANSI ORGANIK KOMPLEKS
Banyak jenis subtansi organic kompleks yang telah dicobakan ke medium
kultur jaringan antara lain yeast ekstraks, mal ekstraks, bermacam-macam bahan
tanaman seperti air kelapa, endosperm jagung, orange juice, tomato juice, dll.
Beberapa yang sudah digunakan adalah air kelapa, yang diindikasikan
mengandung sitokinin endogen yang tinggi sehingga diharapkan dapat
menginduksi tunas tanaman. Penelitian terakhir mendapatkan kandungan air
kelapa yaitu asam amino, asam organic, asam nukleat, purin, gula, gula alcohol,
vitamin, mineral, zat pengatur tumbuh.
ZPT yang terdapa didalam air kelapa adalah :
1. 9-B-D ribofuranosyl zeatin
2. Zeatin
3. N-N-Diphenyl urea
4. 2(3-methyl but 2-eyl amino)-purin 6-one
Beberapa kelemahan subtansi organik kompleks ini (kecuali air kelapa)
adalah tidak konsisten kadarnya dan tidak diketahui dengan pasti komposisinya.
Media kultur jaringan tumbuhan sangat ditentukan oleh :
PH Media
PH tertentu dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan tanaman agar tidak
mengganggu fungsi membrane sel dan PH sitoplasma. Jaringan yang
ditumbuhkan pada medium kultur biasanya mempunyai PH berkisar antara 4,8-
5,8. PH ini perlu dipertahankan selama medium kultur digunakan.
Bahan Pemadat
Medium yang komposisinya sudah ditetapkan, diberi bahan pemadat.
Bahan pemadat yang sering digunakan adalah agar-agar sejumlah 7-10 gr/l. Bahan
pemadat lain yang jarang digunakan adalah gelrite, yakni bahan yang lebih bening
dari pada agar-agar. Pemakaian gelrite juga lebih sedikit dibanding dengan agar-
agar untuk mencapai kepadatan yang sama sekitar 2 gr/l.
19
Penggunaan bahan pemadat baik gelrite maupun agar-agar memiliki
banyak kelemahan yaitu :hanya sebagian eksplan yang kontak dengan medium
terjadi gradient nutrisi yang tidak sama, mobilitas zat hara menjadi kurang baik
dan terjadi akumulasi zat-zat toksik yang dikeluarkan oleh eksplan.
Arang Aktif
Arang aktif merupakan arang yang dihasilkan dari proses pemanasan yang
menggunakan uap atau udara yang panas. Bahan ini dapat mengabsorbsi berbagai
bahan(zat). Banyak digunakan dalam medium inisiasi, regenasi, dan pengakaran
tanaman kultur.
Beberapa pengaruh zat arang aktif didalam kultur jaringan tumbuhan
adalah :
 Mengabsorbsi senyawa toksik yang terdapat dalam media.
 Mengabsorbsi ZPT.
 Merangsang perakaran.
 Memacu pertumbuhan jumlah anakan.

2.7 Metode Kultur Jaringan Tumbuhan

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak


tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara
generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu
yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit
lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan
secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional,
teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur
dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut
kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena
jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi
tertentu. Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi. Teori ini
mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh
bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup. Oleh karena itu, semua
organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis
dengan induknya.
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga
cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui
pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung
maupun melalui tahap pembentukan kalus. Ada beberapa tipe jaringan yang
digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah
20
jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah
(meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan
tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi
daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah
jaringan parenkim, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami
diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan
daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi
sebagai tempat cadangan makanan.

Tahapan Pelaksanaan Kultur Jaringan


Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur
jaringan adalah:
1) Pembuatan media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. 
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon.  Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan
lain-lain.  Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan.  Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-
botol kaca.  Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara
memanaskannya dengan autoklaf.

2)    Inisiasi
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur
jaringan adalah tunas. 

3) Sterilisasi
21
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus
dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat
yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan
etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan.  Teknisi
yang melakukan kultur jaringan juga harus steril. 

4)    Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam
eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari
adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan.  Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di
tempat yang steril dengan suhu kamar.

5)    Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan
mulai berjalan dengan baik.  Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi
oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan
gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan
bakteri). 

22
6)    Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan
aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu
dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari
udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat
rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan
dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan
bibit generatif. 

2. 8 Kelebihan dan Kekurangan Kultur Jaringan Tumbuhan

Kelebihan

1.Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
2.Sifat identik dengan induk

23
3.Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
4.Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman
dewasa

Kerugian

1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara
luar
2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
3. Membutuhkan modal ivestasi awal yang tinggi untuk bangunan
(laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan.
4. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan
kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan
5. Produk kultur jaringan pd akarnya kurang kokoh
6. Mahal

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk


mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur
yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagianbagian tersebut dapat
memperbayak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.

24
Kelebihan Kultur Jaringan
1. Bibit (hasil) yang didapat berjumlah banyak dan dalam waktu yang singkat
2. Sifat identik dengan induk
3. Dapat diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki
4. Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman
dewasa

Kerugian Kultur Jaringan


1. Bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap hama penyakit dan udara
luar
2. Bagi orang tertentu, cara kultur jaringan dinilai mahal dan sulit.
3. Membutuhkan modal ivestasi awal yang tinggi untuk bangunan
(laboratorium khusus), peralatan dan perlengkapan.
4. Diperlukan persiapan SDM yang handal untuk mengerjakan perbanyakan
kultur jaringan agar dapat memperoleh hasil yg memuaskan
5. Produk kultur jaringan pd akarnya kurang kokoh
6. Mahal
Manfaat Kultur Jaringan adalah :

 Mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu yang


relatif singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis
dengan induknya.
 Dapat diperoleh sifat-sifat tanaman yang dikehendaki
 Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu
tanaman  dewasa
 Produksi tanaman bebas virus dengan teknik kultur meristem.
 Pelestarian plasma nutfah tanaman juga dapat dilakukan dengan teknik
kultur jaringan dengan penyimpanan untuk jangka panjang.
 Untuk dapat menghasilkan tanaman dengan jumlah banyak dan beragam.
 Perbanyakan tanaman secara besar-besaran telah dibuktikan
keberhasilannya pada perkebunan kelapa sawit dan tebu.
 Usaha yang paling tepat untuk melestarikan tanaman yang terancam
punah.
 Kultur jaringan juga mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi,
karena dari usaha ini dapat dihasilkan metabolit skunder upaya untuk
pembuatan obat-obatan.
 Melalui perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan ternyata juga
berpengaruh terhadap devisa negara. Misalnya, dengan terlaksananya
ekspor tanaman anggrek ke negara lain, maka akan menaikkan devisan
negara dibidang pertanian.

25
   Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim

DAFTAR PUSTAKA

https://www.berbagaireviews.com/2018/05/sejarah-kultur-jaringan-dan-
pengertian.html
https://leqi.files.wordpress.com/2009/02/sejarah-singkat-kultur-jaringan-tanaman.pdf
https://p4ndhit.files.wordpress.com/2010/03/sejarah-kultur-jaringan-tumbuhan1.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ir.%20Victoria%20Henuhili,
%20%20M.Si./Kultur%20Jaringan%20_%20ppt.pdf

26
27

Anda mungkin juga menyukai