Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEKNOLOGI PASCAPANEN
“Teknologi Pascapanen Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.).”

Oleh:

KELOMPOK 6 :

AKMAL D1B118069
ANDI TENRI AMPA D1B118073
FATKUR RAHMAN D1B118077

AGROTEKNOLOGI-D

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar
sehingga saya pada akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Teknologi Pascapanen
tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang bersangkutan Mata
Kuliah Teknologi Pascapanen telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni. Semoga Makalah Teknologi Pascapanen yang telah saya susun ini turut
memperkaya khazanah ilmu genetika serta bisa menambah pengetahuan dan
pengalaman para pembaca.
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna. Saya juga menyadari bahwa Makalah Teknologi Pascapanen juga
masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu saya mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan Makalah Teknologi
Pascapanen dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Kendari, Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang............................................................................................. 4


1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
1.3. Tujuan.......................................................................................................... 5

BAB II. PEMBAHASAN


2.1. Klasifikasi Tanaman Mentimun................................................................... 6
2.1.1. Morfologi Tanaman Mentimun............................................................ 6
2.1.1.1. Akar............................................................................................
2.1.1.2. Batang.........................................................................................
2.1.1.3. Daun...........................................................................................
2.1.1.4. Bunga.........................................................................................
2.1.1.5. Buah dan Biji..............................................................................
2.1.2. Syarat Tumbuh.....................................................................................
2.1.2.1. Iklim...........................................................................................
2.1.2.2. Tanah..........................................................................................
2.2. Pascapanen................................................................................................... 8
2.3. Kegiatan Pascapanen Mentimun.................................................................. 9
2.3.1. Pembersihan....................................................................................... 9
2.3.2. Menyortir dan Grading....................................................................... 9
2.3.3. Penyimpanan...................................................................................... 9
2.3.4. Pengemasan........................................................................................ 10
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 14
3.2. Saran............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis tanaman


hortikultura yang tergolong dalam family Cucurbitales yang memiliki banyak
manfaat. Mentimun merupakan komoditas sayur-sayuran yang memiliki umur
simpan yang tidak panjang yang menimbulkan efek makanis maupun efek
fisiologis seperti kering, layu, lecet sampai busuk akibat kerusakan yang dialami
selama proses panen maupun pascapanen (Harahap et al., 2019). Mentimum
memiliki umur simpan hanya berkisar 5-7 hari setalah panen. Hal ini perlu
dilakukan suatu inovasi yang dapat menangani hasil produksi pascapanen
mentimun, mengingat mentimum memiliki umur simpan yang relatif pendek,
sehingga dapat mempertahankan mutu fisik dan kualitas mentimun itu sendiri.
Banyaknya kendala yang harus dihadapi oleh petani yang bergerak pada
komoditas hortikutura, salah satunya adalah mempertahankan umur simpan
tanaman itu sendiri, dimana tanaman jenis ini tidak begitu tahan lama sehingga
dapat menyebabkan kerusakan terhadap fisik-kimia mentimun. Hal ini disebabkan
karena kurangnya penanganan khusus yang dapat dilakukan oleh petani dalam
mempertahankan mutu mentimum.
Produk sayuran setelah panen masih melakukan aktivitas metabolisme,
sehingga bila tidak ditangani dengan segera akan mengalami kerusakan fisik dan
kimiawi. Sifat sayuran yang mudah rusak (perishable) mengakibatkan tingginya
susut pascapanen serta terbatasnya masa simpan setelah pemanenan dan
timbulnya serangan organisme pengganggu yang dapat menurunkan mutu.
Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat dihentikan, namun dapat
diperlambat, sampai batas tertentu (Amin, 2015).
Penanganan teknologi pascapanen mentimun oleh petani sayuran masih
dilaksanakan secara tradisional sehingga kehilangan hasil cukup tinggi, karena itu
perlu upaya perbaikan dan penyempurnaan penerapan teknologi penanganan
pascapanen mentimun. Penanganan pasca penen merupakan suatu faktor
perlakuan secara khusus yang sangat perlu diperhatikan untuk menjaga tingkat
mutu hasil produksi pertanian, khususnya tanaman-tanaman yang memiliki umur
simpan yang relatif singkat sehingga dapat dipertahankan sampai di tangan
konsumen.
Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan perhatian khusus dalam
pengelolaan tanaman secara terpadu dalam teknologi pascapanen mentimun untuk
dapat menghasilkan mentimun dalam kondisi baik dan sesuai.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diuraikan rumusan


masalah sebagai berikut:
1.1. Bagaimana klasifikasi pada tanaman mentimun ?
1.2. Apa yang dimaksud dengan pascapanen ?
1.3. Bagaimana cara penanganan yang baik dan benar dalam proses pascapenen
tanaman mentimun ?

1.3. Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu :


1. Untuk mengetahui klasifikasi pada tanaman mentimun.
2. Untuk mengetahui penjelasan akan pascapanen.
3. Untuk mengetahui cara cara penanganan yang baik dan benar dalam proses
pascapenen tanaman mentimun.
BAB II. PEMBAHASAN

2.1. Klasifikasi Tanaman Mentimun

Mentimun berasal dari bagian utara India kemudian masuk ke wilayah


mediterania yaitu China. Tanaman mentimun (Cucumis sativus) merupakan
sayuran buah dan dipanen bagian buahnya yang digunakan untuk konsumsi
sebagai sayuran segar sebagai lalapan, campuran pecel, gado-gado, rujak,
acar/diasinkan dan salad ataupun masakan olahan lainnya. Meskipun kandungan
gizi dari buah mentimun tidak terlalu tinggi, namun mentimun mengandung
vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh setiap hari seperti protein,
lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B dan vitamin C, kalsium dan zat besi
(Amin et al., 2012).
Menurut (Rukmana, 2010) klasifikasi tanaman mentimun adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.

2.1.1. Morfologi Tanaman Mentimun

2.1.1.1. Akar

Tanaman mentimun berakar tunggang dan berakar serabut. Akar


tunggangnya tumbuh lurus ke dalam sampai kedalaman sekitar 20 cm, sedangkan
akar serabutnya tumbuh menyebar secara horizontal dan dangkal.

2.1.1.2. Batang

Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu dengan


panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya batang mentimun mengandung
air dan lunak. Mentimun mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di
sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya
peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14
jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir (Cahyono, 2006).

2.1.1.3. Daun

Daun mentimun berbentuk bulat dengan ujung daun runcing


berganda,berwarna hijau muda sampai hijau tua. selain itu daun bergerigi, berbulu
sangat halus, memiliki tulang daun menyirip dan bercabang-cabang, kedudukan
daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun
diatasnya (Cahyono, 2006).

2.1.1.4. Bunga

Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini


berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betina terpisah, tetapi masih dalam
satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang
membengkok, sedangkan pada bunga jantan tidak mempunyai bakal buah yang
membengkok. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga (Cahyono,
2006).

2.1.1.5. Buah dan Biji

Buah mentimun menggantung dari ketiak antara daun dan batang. Bentuk
ukuranya bermacam-macam antara 8-25 cm dan diameter 2,3-7 cm, tergantung
varietasnya. Kulit buah mentimun ada yang berbintik-bintik, ada pula yang halus.
Warna kulit buah antara hijau keputih-putihan, hijau muda dan hijau gelap sesuai
dengan varietas. Biji mentimun berbentuk pipih, kulitnya berwarna putih atau
putih kekuning-kuningan sampai coklat. Biji ini dapat digunakan sebagai alat
perbanyakan tanaman (Cahyono, 2006).
2.1.2. Syarat Tumbuh

2.1.2.1. Iklim

Kelembapan relatif udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun


untuk pertumbuhannya antara 50-85 %, sementara curah hujan yang diinginkan
tanaman sayuran ini antara 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu tinggi
tidak baik untuk pertumbuhan tanaman ini terlebih pada saat mulai berbunga
karena curah hujan yang sangat tinggi akan banyak menggugurkan bunga (Amin,
2015).
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan
tanaman mentimun, penyerapan unsur hara akan berlangsung dengan optimal jika
pencahayaan berlangsung antara 8-12 jam/hari (Amin, 2015).
Tanaman mentimun yang tumbuh baik pada daerah dengan suhu 22 -30ºC
ini lebih banyak ditemukan di dataran rendah. Diperlukan cuaca panas, namun
tidak lebih panas daripada cuaca untuk semangka. Selama pertumbuhannya,
tanaman mentimun membutuhkan iklim kering, dan sinar matahari cukup (tempat
terbuka) (Amin, 2015).

2.1.2.2. Tanah

Tanaman mentimun dapat tumbuh baik di ketinggian 0-1000 m diatas


permukaan laut, diketinggian lebih dari 1.000 meter dpl tanaman mentimun harus
menggunakan mulsa plastik perak hitam karena diketinggian tersebut suhu tanah
kurang dari 18°C dan suhu udara kurang dari 25°C (Amin, 2015).
Pada dasarnya mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir semua
jenis tanah. Tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah yang
bertekstur liat berat dan juga pada tanah organik seperti lahan gambut.
Kemasaman tanah yang optimal adalah antara 5,5-6,5. Tanah yang banyak
mengandung air, terutama pada frekuensi berbunga merupakan jenis tanah yang
baik untuk penanaman mentimun diantaranya aluvial, latosol dan andosol (Amin,
2015).
2.1.3. Budidaya Tanaman Mentimun

2.1.3.1. Pembenihan

Sebagaimana diketahui apabila mentimun dikembang-biakan secara

generatif dengan bijinya

2.2. Pascapanen

Penanganan pascapanen merupakan upaya sangat strategis dalam rangka


mendukung peningkatan produksi. Konstribusi penanganan pascapanen terhadap
peningkatan produksi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan
tercapainya mutu sesuai persyaratan mutu. Pengolahan pascapanen merupakan
tahapan mulai dari pengumpulan hasil pertanian baik tanaman pangan, berkebun,
hingga perkebunan, hingga siap dipasarkan.
Perlakuan pascapanen dilakukan selama seluruh proses mulai dari panen
komoditas hingga pengolahan.Tujuan dari perlakuan pascapanen terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Tujuan umumnya melindungi tanaman yang rentan dengan meminimalkan
kerugian dan kerusakan
2. Tujuan spesifiknya adalah untuk menjaga kesegaran dan kualitas hasil panen,
ciri-ciri hasil panen (warna, rasa dan aroma) lebih menarik, memenuhi standar
perdagangan individu dan konsumen industri, serta senantiasa menjamin
kualitas bahan baku industri, yang dapat dipertahankan dengan kualitas
konstan.
Kerusakan yang terjadi pada hasil produk pasca panen dapat
mengakibatkan kehilangan bobot, mutu, harga, keamanan, pasar dan kepercayaan,
Kehilangan pascapanen produk pasca panen segar diperkirakan berkisar
antara 25-80 % tergantung pada jenis produk dan teknologi pascapanen yang
digunakan. Dalam penanganan pascapanen terjadi beberapa kerusakan yang
terjadi, berikut adalah beberapa jenis kerusakan pada hasil produksi pascapanen
mentimun yaitu kerusakan biologis timbul karena pengaruh etilen atau pun
gangguan OPT saat pascapanen. Hal yang mempengaruhi kerusakan biologis
antara lain adalah kelembaban yang tinggi dan kurangnya cahaya matahari
sehingga memudahkan munculnya OPT terutama penyakit.
Kerusakan mekanik disebabkan oleh benturan, gesekan, tekanan, tusukan,
baik antar hasil tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya
disebabkan tindakan manusia yang dengan sengaja atau tidak sengaja dilakukan.
Atau karena kondisi hasil tanaman tersebut (permukaan tidak halus atau merata,
berduri, bersisik, bentuk tidak beraturan, bobot tinggi, kulit tipis dan lai-lain.).
Pada praktikum ini kerusakan mekanik timbul akibat luka yang timbul akibat
gesekan dan benturan. Kerusakan mekanik tersebut member efek terhadap kondisi
produk tersebut. Produk yang diberi perlakuan dengan sengaja dijatuhkan
menyebabkan mentimun berbenturan dan bergesekan dengan lantai sehingga
timbul luka yang menyebabkan peningkatan respirasi. Hal tersebut menyebabkan
susut bobot mentimun dari 1 hsp – 6 hsp sebesar 11, 265%.
Kerusakan fisik merupakan kerusakan yang terjadi karena proses fisiologi
(hidup) yang terlihat sebagai perubahan fisiknya seperti perubahan warna, bentuk,
ukuran, lunak, keras, alot, keripu dan lain-lain. Juga bisa terjadi timbul aroma,
perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman tersebut.
Kerusakan fisik yang terlihat pada hasil pengamatan selama 6 hari tersebut antara
lain mentimun berubah menjadi keriput dan terdapat bagian yang melunak. Selain
itu terjadi pula perubahan warna (semburat) menjadi kekuningan pada beberapa
mentimun.

2.3. Kegiatan Pascapanen Mentimun

Kegiatan panen pada buah mentimun kebanyakan petani dilakukan pada


waktu tanaman berumur antara 2-3 bulan pada waktu tanam atau tergantung pada
varietasnya. Kemudian panen berikutnya, dapat dilakukan setiap 5-10 hari sekali,
dengan cara memilih buah yang ukurannya sesuai dengan kebutuhan, kecuali pada
mentimun suri pemanenan dilakukan sekaligus ataupun bertahap buahnya matang.
Namun, penentuan waktu panen pada mentimun berdasarkan standar operasional
prosedur pascapenen mentimun pada tahun 2012, proses pemanenan dapat
dilakukan secara visual, umur panen dan penanganan panen.
Penentuan waktu panen pada mentimun secara visual dapat dilakukan
dengan memilih buah yang menunjukkanciri-ciri buah mentimun berwarna sama
(tergantung varietas) dan dari pangkal sampai ujung buah yaitu berwarna hiaju tua
dan cemerlang, kulit mengkilat dan mempunyai pupur dengan ukuran panjang
bauh 10-25 cm. Contohnya pada mentimun jepang. Sedangkan secara umur panen
dapat dilakukan dengan penentuan umut tanaman mentimun sejak tanam
(tergantung varietas/kultivar, cuaca/musim, pemeliharaan tanaman) umurnya 35-
45 hari setelah tanam. Panen dilakukan dengan interval waktu 1 hari sekali untuk
bayi mentimun dan 2 hari sekali untuk mentimun lainnya. Untuk penanganan
panen, pemetikan dilakukan sebaiknya dengan tangan/gunting stek/pisau, buah
dipetik bersama dengan tangaki buah.
Perlakuan setelah panen harus dilakukan pada komoditas mentimun segera
setalh panen. Pada bauh mentimun, tindakan segera setalh panen adalah
mengamankannya ke tempat teduh dan sejuk serta terlindungi dari sengatan sinar
matahari langsung. Ini dilakukan untuk memperlambat laju respirasi pada
tanaman mentimun setelah panen. Pengaruh panas terhadap buah mentimun akan
menyebabkan mentimun menjadi layu dan keriput, umunya tidak tahan simpan
dalam waktu lama.
Berikut adalah beberapa standar perlakuan setelah panen pada buah
mentimun, yaitu:

2.3.1. Pembersihan

Pembersihan adalah proses menghilangkan kotoran dan duri yang masih


menempel pada buah mentimun. Tujuannya yaitu untuk menghilangkan kotoran
yang masih menempel pada buah mentimun supaya terlihat menarik, dengan
standar pemberihanya yaitu buah mentimun bebas dari kotoran yang menempel
pada buah.

2.3.2. Menyortir dan Grading

Kegiatan penyortiran merupakan tindakan memisahkan buah yang layak


pasar dan yang tidak layak pasar (rusak), dilakukan untuk mendapatkan mutu
yang baik. Produk yang baik adalah produk yang bebas dari cacat atau kerusakan
fisik akibat kegiatan panen maupun serangan hama penyakit. Produk yang rusak
adalah produk rusak fisik akibat panen maupun kena serangan hama penyakit,
cacat, ukuran terlalu kecil. Setelah dilakukan pemisahan, dilakukan proses
pengkelasan (grading) sesuai dengan standar mut yang diinginkan pasar /buyer
(ekspor), atau kesepakatan lainnya sesuai pasar yang dituju. Grading adalah
pengkelasan/penggolongan buah mentimun berdasarkan kriteria kualitas buah.
Tujuan dari kegiatan penyortiran dan grading dilakukan untuk
mendapatkan mutu yang baik dengan cara memilah-milah antara produk
mentimun yang baik dengan yang rusak dan sekaligus melakukan proses
pengkelasan (grading) berdasarkan kualitas mentimun yang baik dengan yang
tidak baik, mentimun yang seragam dalam ukuran sesuai dengan mutu.
Sortasi dan grading mentimun berdasarkan ukuran berat dan panjang
mentimun. Untuk mentimun Jepang (kelas Baby 12-15 buah/kg, kelas Super 4-5
buah/kg dengan panjang 22-25 cm, kelas biasa 4-5 buah/kg namun
penampilannya kurang bagus dan ada cacat mekanis). Untuk varietas Bella,
Wulan, dan lain-lain (Super 10-12 buah/kg, kelas Jumbo 4-5 buah/kg).

2.3.3. Penyimpanan

Penyimpanan adalah proses menyimpan hasil panen buah mentimun


sebelum dipasarkan dengan tujuan untuk mengurangi resiko busuk selanjutnya
penyimpanan dilakukan di dalam gudang di atas rak bamboo dan untuk menunggu
saat pemasaran sesuai permintaan pasar. Standar penyimpanan pada buah
mentimun dilakukan di dalam gudang/ruang yang bersih dan berfentilasi agar
sirkulasi udara lancar.

2.3.4. Pengemasan

Pengemasan adalah proses perlindungan komoditas mentimun dari


gangguan faktor luar yang dapat mempertahankan kualitas dan masa simpan,
memudahkan penanganan dan meningkatkan nilai jual produk dengan tujuan
untuk melindungi komoditas mentimun dari kerusakan mekanis, menciptakan
daya tarik bagi konsumen dan memberikan nilai jual produk mentimun tersebut
dan memperpanjang umur simpan. Standar pengemasannya yaitu dengan Jenis
kemasan mentimun harus dapat melindungi dan mempertahankan mutu mentimun
dari pengaruh luar dan kerusakan fisik. Bahan kemasan terbuat dari bahan yang
aman dan tidak merusak mentimun. Kemasan yang umum digunakan keranjang
plastik, keranjang bambu, kantung plastik dengan sasaran untuk melindungi
mentimun dari kerusakan mekanis dan menambah daya tarik dan nilai jual.
BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


mentimun merupakan komoditas sayur-sayuran yang memiliki umur simpan yang
tidak panjang. Produk sayuran mentimun setelah panen masih melakukan aktivitas
metabolisme, sehingga bila tidak ditangani dengan segera akan mengalami
kerusakan fisik dan kimiawi. Sifat sayuran yang mudah rusak (perishable)
mengakibatkan tingginya susut pascapanen serta terbatasnya masa simpan setelah
pemanenan dan timbulnya serangan organisme pengganggu yang dapat
menurunkan mutu. Perubahan setelah panen dan pascapanen tidak dapat
dihentikan, namun dapat diperlambat, sampai batas tertentu. Kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ialah dengan melakukan kegiatan
pembersihan, penyortiran dan grading, penyimpanan dan pengemasan yang dapat
mengurangi efek makanis maupun efek fisiologis seperti kering, layu, lecet
sampai busuk akibat kerusakan yang dialami selama proses panen maupun
pascapanen pada buah mentimun.

3.2. Saran

Saran untuk malakah ini yaitu perlunya upaya perbaikan dan


penyempurnaan penerapan teknologi penanganan pascapanen mentimun untuk
menjaga kualitas dan mutu buah mentimun sampai ke tangan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Amin M, Tino M, Ali A, Nandang, Yanuardi, Sussy DG dan Fajar A. 2012. SOP
Penanganan Pascapanen Mentimun. Direktorat Budidaya dan Pascapanen
Tanaman Sayuran dan Obat. Jakarta.

Amin R. 2015. Mengenal Budidaya Mentimun Melalui Pemanfaatan Media


Informas. Jurnal Jupiter, 14(1): 66-71.

Cahyono B. 2006. Timun. CV Aneka Ilmu, Semarang.

Harahap IS, Nurmahari dan Syawaluddin. 2019. Pengaruh Pelilinan dan Suhu
Penyimpanan Terhadap Sifat Fisik-Kimia Mentimun (Cucumis sativus L.).
Jurnal Agrohita, 3(1): 22-28.

Sumperna. 2005. Budidaya mentimun. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai