Anda di halaman 1dari 10

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melon (Cucumis melo) merupakan salah satu buah hortikultura yang satu rumpun
dengan tanaman lainnya seperti ketimun dan semangka. Menurut Samadi (2007), melon
(Cucumis melo) tergolong tanaman semusim yang tumbuh merambat, berbatang lunak,
dari setiap pangkal tangkai daun pada batang utama tumbuh tunas lateral. Pada tunas
lateral inilah muncul bunga betina (bakal buah) yang rata-rata mampu menghasilkan 1-2
buah. Namun, tidak semuanya menjadi buah. Calon buah yang tidak sempat diserbuki,
akan gugur. Oleh karena itu perempelan tunas lateral harus dilakukan, kecuali tunas
lateral yang bakal buahnya dipilih untuk menjadi bakal buah.

Tanaman melon (Cucumis melo) adalah tanaman yang sangat popular di


masyarakat Indonesia. Di samping itu tanaman melon juga tanaman yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan karena banyak mengandung air dan serat. Samadi (2007)
menambahkan bahwa buah melon umumnya berbentuk bulat dengan jaring-jaring (net)
yang tampak jelas pada permukaan kulit buahnya. Akan tetapi, ada beberapa varietas
melon yang tidak memiliki net pada permukaan kulitnya seperti Silver Light, Sun Lady,
Snow Charm, dan beberapa yang lain.
Buah melon seperti halnya buah dalam keluarga labu-labuan merupakan tanaman
asli dari Afrika Selatan. Karena buah ini merupakan buah yang dapat dikonsumsi serta
mengandung air yang sangat banyak dan tidak beracun maka penyebaran buah jenis labu-
labuan ini sangat cepat dan merata. Tanaman jenis labu-labuan ini sangat mudah tumbuh
di banyak iklim, seperti daerah asalnya yang tandus, daerah pegunungan, serta daerah
yang beriklim tropis atau pun subtropics seperti Indonesia. Saat ini, banyak Negara di
dunia telah mengembangkan jenis-jenis unggul dari tanaman labu-labuan ini hingga
tercipta beberapa jenis varietas baru tanaman buah dalam keluarga labu-labuan. Negara-
negara yang telah berhasil mengembangkan jenis-jenis baru tanaman yang termasuk
keluarga labu-labuan ini antara lain Spanyol, Jepang, Taiwan, Iran, Uzbekhistan,
Afghanistan, India, dan China (Nuryanto, 2008).
Varietas-varietas unggul tersebut dihasillkan dari berbagai perlakuan dan pemuliaan
tanaman melon itu sendiri. Pemuliaan tanaman bisa dilakukan dengan cara emaskulasi.
Menurut Syukur (2012), emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan (stamen)
pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri.
Emaskulasi terutama di lakukan pada tanaman berumah satu yang hermaprodit dan fertil.
Cara emaskulasi tergantung pada morfologi bunganya.
1.2. Alasan Pemilihan Lokasi PKL

Alasan memilih lokasi PKL di PT. Tunas Agro Persada adalah PT. Tunas Agro
Persada ini merupakan perusahaan agribisnis nasional yang berkedudukan di Semarang -
Jawa Tengah. Berdiri sejak tahun 1983 yang sangat bagus dalam hal produksi benih.
Berawal dari distributor benih. Kini Tunas Agro Persada telah berkembang menjadi
Produsen Benih Nasional yang terdepan dan inovatif. Hasil survei telah ditemukan
1
banyak varietas unggul seperti Melon, Semangka, Cabai, Jagung Manis, Tomat dan sudah
banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Tunas Agro juga bergerak di bidang
distribusi Pupuk Organik Cair dan Mulsa Plastik.
1.3. Harapan dari Pelaksanaan PKL

Harapan dari pelaksaan PKL ke depan adalah semoga pelaksana PKL dapat
mengerti dan memahami dengan baik dan benar mengenai hal-hal yang dipelajari dan di
praktikkan di tempat PKL tersebut sehingga dalam penyusunan laporan PKL nantinya
pun dapat dikerjakan dengan baik.

2
BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan

2.1.1. Tujuan Umum


Tujuan utama dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang adalah:
1. Mempelajari dan memahami mengenai aplikasi emaskulasi terhadap tanaman
melon guna mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
2. Memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai emaskulasi tanaman melon
dengan berpikir praktis, logis dan sistematis.
3. Memperluas pengetahuan dan mengembangkan cara berpikir praktis, logis dan
sistematis sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
proses emaskulasi tanaman melon.

2.1.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dilaksanakannya Praktek Kerja Lapang adalah untuk mengetahui:
1. Mempelajari teknis emaskulasi secara khusus untuk mendapatkan hasil yang
baik pada tanaman melon.
2. Mempelajari dan memahami mengenai pengaruh emaskulasi terhadap hasil
produksi tanaman melon.
3. Memperoleh ketrampilan dan pengalaman kerja dalam bidang pertanian
khususnya pada tanaman melon yang dilakukan oleh PT. Tunas Agro Persada.
2.2. Manfaat
Manfaat dari kerja lapang ini adalah :
1. Dalam kegiatan praktek kerja lapangan ini, mahasiswa diharapkan mampu menambah
pengetahuan dan wawasan dalam rangka memenuhi kebutuhannya agar dapat
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai seorang mahasiswa dengan baik.
2. Menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kepada mahasiswa
tentang emaskulasi pada tanaman melon.
3. Memberikan gambaran nyata kepada mahasiswa mengenai keadaan di dunia kerja.
4. Terjalin kerjasama antara Fakultas Pertanian – Peternakan Universitas
Muhammadiyah Malang dengan PT. Tunas Agro Persada.

3
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Tinjauan Buah Melon (Cucumis melo)

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu tanaman buah dari famili
Cucurbitaceae. Tanaman melon termasuk dalam divisio Spermatophyta karena termasuk
dalam tumbuhan berbiji. Sub-divisio Angiospermae karena tanaman ini berbiji tertutup
atau biji di dalam daun buah, kelas Dicotyledoneae karena memiliki dua daun lembaga,
sub-kelas Sympetalae karena daun mahkota bunganya berlekatan. Buah melon
merupakan komoditas holtikultura yang telah banyak dikembangkan di Indonesia, baik
dalam skala kecil maupun agribisnis (Anindita, 2009). Buah melon memiliki nilai
ekonomi yang cukup tinggi dan masih memerlukan pengembangan terutama pada
peningkatan hasil dan kualitas buahnya (Daryono dkk, 2011). Kandungan gizi melon
cukup tinggi diantaranya mengandung serat, mineral, beta karoten, dan vitamin C.
Terdapat jenis melon yang memiliki daging buah berwarna hijau, kuning dan jingga.
Warna daging buah kuning dan jingga yang menunjukan kandungan beta karoten tinggi
dan provitamin A (Fukino et al, 2004).
Usaha untuk meningkatkan produksi buah melon telah banyak dilakukan yaitu
dengan memperbaiki teknologi budidaya. Salah satunya dengan penyediaan bibit unggul
yang mempunyai kualitas yang lebih baik seperti tanaman toleran terhadap hama dan
penyakit serta memiliki produksi yang tinggi. Kenaikan produksi terutama dapat dicapai
melalui tersedianya kultivar unggul baru (Andriyani, 2006).

3.2. Taksonomi Buah Melon (Cucumis melo)

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Species : Cucumis melo L

3.3. Karakteristik Buah Melon Jenis Kinanti

Melon kinanti merupakan salah satu varian buah melon yang cukup menjanjikan
untuk dibudidayakan. Selain lebih manis, harga jual melon ini lumayan tinggi di pasaran.
Tak heran banyak petani yang tertarik membudidayakannya. Omzet sekali panen bisa
mencapai puluhan juta.

Melon jenis ini merupakan salah varian melon golden.Harga jualnya di pasaran
relatif tinggi, sekitar Rp 15.000 per kilogram (kg). Melon ini lebih manis dan renyah
dibandingkan melon-melon jenis lainnya. Bentuknya juga berbeda dengan melon

4
lain. Kulitnya yang berwarna kuning relatif lebih mulus, sementara daging buahnya
berwarna kemerahan.

3.4. Ekologi atau Syarat Tumbuh Buah Melon (Cucumis melo)

Menurut Tjahjadi (1987), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


dan perkembangan tanaman melon antara lain :

 Faktor Iklim
Tanaman melon sangat membutuhkan sinar matahari. Apabila tanaman melon
kurang mendapat sinar matahari pada awal pertumbuhannya, maka bisa mengalami
etiolasi yang menyebabkan tanaman melon akan jangkung, lemah, dan mudah rebah.
Sedangkan bagi tanaman melon yang telah berbuah, kekurangan sinar matahari dapat
mengakibatkan buah melon menjadi kurang manis.
Dari sinar matahari, yang penting adalah intensitas cahaya (teriknya sinar), dan
panjang atau lamanya penyinaran. Di daerah tropis seperti Indonesia, lamanya
penyinaran rata-rata 12 jam per hari kecuali jika mendung atau hujan. Intensitas
cahaya yang terbaik untuk tanaman melon yaitu pada daerah pegunungan (minimal
300 meter di atas permukaan laut). Intensitas cahaya di dataran tinggi pada umumnya
lebih besar dibandingkan dataran rendah. Itulah sebabnya, tanaman hortkultura lebih
cocok pada daerah pegunungan, demikian juga tanaman melon.
Curah hujan termasuk turunnya kabut, embun, dan salju dapat menjad sahabat
baik bagi petani tetapi dapat pula menjadi momok yang sangat menakutkan. Dalam
hal penanaman melon, curah hujan dapat mempengaruhi bahkan dapat menjadi
faktor penentu keberhasilan atau kegagalan usaha tani melon. Curah hujan yang
tinggi selain dapat merusak tanaman secara langsung, juga dapat menjadikan kondis
lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan pathogen. Selain itu, curah
hujan yang terus-menerus pada saat tanaman melon menjelang panen, akan
mengurangi kadar gula dalam buah. Bahkan, buah melon yang seharusnya manis,
rasanya dapat menjadi seperti ketimun atau labu air, kehilangan rasa manisnya.
Kelembaban udara erat hubungannya dengan curah hujan dan cuaca mendung
atau berawan. Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi, tanaman melon mudah sekali
terserang penyakit. Untuk mencegah perkembangan penyakit itu, harus dilakukan
penyemprotan pestisida secara intensif.
Tentang suhu udara, sesuai degan daerah asalnya, tanaman melon
membutuhkan suhu udara yang cukup panas. Suhu yang dibutuhkan untuk
perkecambahan benih melon antara 25-35oC. Sedang dalam masa pertumbuhan
selanjutnya, tanaman melon membutuhkan suhu udara antara 20-30oC.
Angin yang bertiup cukup kencang dapat merusak pertanaman melon. Tiupan
yang kencang dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah, dan batang tanaman.
Dalam hal penyerbukan, melon dibantu oleh lebah. Apabila tiupan angin cukup
kencang, lebah jarang yang datang di pertanaman melon. Akibatnya, produksi buah
melon rendah.
Penguapan merupakan faktor yang berpengaruh pada tanaman melon,
khususnya mempengaruhi besar dan kecilnya buah melon. Semakin tinggi

5
penguapan, maka semakin banyak air yang dibutuhkan. Tanaman melon pada
dasarnya membutuhkan cukup banyak air. Tetapi, kebutuhan air tersebut sebaiknya
dipenuhi dari air irigasi, bukan oleh air hujan. Sebenarnya, kandungan air dalam
tanama hanya sebagian kecil saja dari air yang dihisap oleh tanaman. Sebagian besar
air yang dihisap oleh tanaman digunakan untuk metabolisme tanaman. Rata-rata
tanaman menghisap air 300-500 gram untuk menghasilkan 1 gram bahan kering
tanaman.
 Faktor Letak Geografis
Altitude (tinggi rendahnya tempat dari permukaan laut) erat hubungannya
dengan iklim. Altitude juga mempengaruhi keadaan curah hujan, suhu udara,
intensitas cahaya, dan panjangnya penyinaran oleh matahari. Tanaman melon dapat
tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300-1000 meter di permukaan laut. Di
Indonesia, altitude yang cocok untuk penanaman melon antara lain daerah Bogor
sampai Cisarua, daerah Batu (Malang), dan daerah sekitar Lampung, serta daerah-
daerah pegunungan lain.
 Faktor Kesuburan Tanah
Faktor tanah bagi tanaman memegang peranan sangat penting. Tanah berfungsi
sebagai penyangga akar, tempat berdirinya tanaman, tempat reservoar (gudang) air,
zat-zat hara, dan udara bagi pernapasan akar tanaman. Tanah dikatakan subur apabila
dapat memberikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman seoptimal mungkin.
Faktor-faktor yang menyuburkan tanah yaitu : kandungan air, curah hujan,
kandungan bahan organik, suhu, organisme tanah, kemasaman tanah, struktur dan
tekstur tanah, kandungan udara, serta kelengkapan dan ketersediaan zat-zat hara.
Semua faktor itu membentuk kemasaman tanah. Pada tanah yang terlalu masam,
sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman, diikat oleh ion Cu (tembaga)
dan Fe (besi). Oleh sebab itu, tanah yang lengkap oleh zat-zat hara yang dibutuhkan
tanaman, belum tentu zat-zat tersebut tersedia bagi tanaman.
Dalam hal tanaman melon, tanah yang dikehendaki ialah tanah liat berpasir
yang banyak mengandung bahan organik. Tanah demikian jarang ditemui, sehingga
untuk menanam melon harus ditambahkan bahan organik lainnya. Tanaman melon
tumbuh baik pada kemasaman tanah 5,8-7,2. Untuk menghindari kemasaman tanah
yang terlalu, perlu ditambahkan kapur pertanian atau dolomit supaya kemasaman
tanah yang dikehendaki melon dapat terpenuhi. Pada tanah kemasaman tinggi (tanah
gambut), daun-daun melon akan menguning dan akhirnya mati terutama pada musim
kering. Mungkin hal ini terjadi karena ada beberapa unsur hara yang tidak tersedia
pada tanah dengan kemasaman tinggi itu. Seperti tanaman Cucurbitaceae lainnya,
tanaman melon tidak menyukai tanah yang tergenang air. Untuk itu perlu dibuat
bedengan-bedengan agar pengaturan airnya baik.
 Faktor Biotik
Faktor biotik yang berpengaruh terhadap penanaman melon antara lain hama,
pathogen, gulma, dan lainnya. Untuk mengurangi pengaruh faktor biotik yang dapat
mempengaruhi produksi buah melon, di sekeliling tanaman perlu dibuatkan pagar.
Pagar itu dapat dibuat dari batang-batang singkong yang sudah tidak terpakai atau
dengan bambu. Hama, pathogen, dan gulma adalah tiga jenis musuh petani yang
selalu mengancam pertanaman melon. Untuk mengatasi ketiganya, perlu melakukan
6
pengendalian yang tepat. Pengawasan yang terus menerus (monitoring) perlu
dilakukan terhadap semua tanaman melon, agar pathogen penyebab penyakit dapat
diketahui sebelum menyebar ke seluruh tanaman. Di samping itu, pengenalan hama
yang dapat menjadi faktor pathogen perlu dikuasai pula.

3.5. Budidaya Buah Melon (Cucumis melo)

1. Pengolahan Lahan Budidaya Melon


Lahan boleh menggunakan polybag atau tidak. Lahan disterilkan terlebih
dahulu sebelum digunakan untuk penyemaian atau untuk tanam. Lahan digemburkan
dan dibuat parit berjajar dan ditutup dengan plastik. Akan lebih baik lagi dicampur
dengan tanah humus. Lebih jauh mengenai pengolahan lahan tanaman melon.

2. Penyemaian

Untuk budidaya menggunakan polybag ditinggikan sekitar 30 sampai 40 cm


dari permukaan tanah. Polybag dikumpulkan boleh berbentuk persegi panjang dan
ditepinya diberi penyekat. Benih yang telah berkecambah dapat dipindah ke kantong
polybag yang sudah siap. Benih dalam polybag harus selalu disiram secara kontinyu,
pagi jam 06.00 dan sore jam 16.00, dan ingat jangan terlalu jenuh air. Lebih jauh
mengenai penyemaian melon.
3. Menanam Melon

Setelah bibit melon berumur 2 minggu maka bibit dapat dipindah ke lahan
budidaya. Jarak tanam sesuai dengan lubang pada mulsa yang telah disedia. Dalaman
lubang tanam sekitar 10-15 cm. Begitu juga tanaman yang ditanam dengan polybag.
Selanjutnya lakukan penyiraman yang tepat agar tanaman melon tumbuh dengan baik.

4. Pemeliharaan Budidaya Melon

Melakukan penyiraman secara rutin, penyulaman, penyiangan, pemupukan dan


mengendalikan hama penyakit. Inlah yang mesti dilakukan semasa perawatan sampai
tanaman melon siap di panen.
Satu lagi yang perlu dilakukan adalah pemangkasan tunas dan seleksi buah.
Pemangkasan dilakukan pada tunas-tunas baru tumbuh yaitu tunas 1 - 8. Kalau sudah
berbuah lakukan seleksi buah yang akan ditingal sampai panen.

5. Pupuk Tanaman Melon

Mulai dari 5 hari tanaman melon dapat diberi pupuk anorganik. Pemupukan
pada umur 5 HST diberi urea dalam bentuk larutan dengan kosentrasi 3 kg/300liter air.
Pupuk ZA + NPK 17 HST dan 50 HST yatiu 2 kg ZA dan 1 kg NPK konsentrasi 3 -
4kg/200 liter air. Pupuk daun diberikan 7 HST dengan interval 7 - 15 hari sekali,
konsentrasi larutan 1 - 2 cc/1 liter air.
7
6. Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Melon

Hama yang sering menyerang yaitu Aphids, lalat buah, ulat daun, Tungau,
Thrips, Oteng-oteng dan cacing tanah. Hama ini dapat dikendalikan dengan
insektisida. Untuk tungau basmi dengan akarisida. Penyakit pada umumnya yaitu Layu
bakteri, Phytoptora molonis, Layu fusarium, Gummy stemBlight, busuk daun, embun
tepung, virus dan cendawan tanah. Penyakit ini atasi dengan dengan fungisida.

7. Panen

Waktu yang ditunggu tunggu telah tiba. Buah Melon dapat dipetik umur 65 -
70 Hst. Dengan cara petik dengan memotong tangkai buah kurang lebih 3 cm dari
pangkal. Guunakan gunting pangkas atau pisau tajam.

8
BAB IV. METODE PELAKSANAAN

4.1. Waktu dan Tempat

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan pada hari Senin, 24 Juli 2017
hingga Kamis, 24 Agustus 2017 bertempat di PT. Tunas Agro Persada, Klaten, Jawa
Tengah. Kegiatan ini berlangsung kurang lebih selama 1 bulan.

4.2. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapang ini yaitu dengan melakukan
wawancara yang meliputi dengan pemimpin, pekerja, dan juga buruh atau petani, studi
pustaka, pengkajian data, praktek budidaya, dan analisis data serta pengumpulan
informasi mengenai cara pemupukan tanaman semangka dengan baik.

4.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dan informasi Praktek Kerja Lapang (PKL) yang akan
digunakan untuk survey lapang dengan mengikuti seluruh kegiatan yang berjalan dan
mengikuti kegiatan mengenai cara emaskulasi dengan baik yang dapat meningkatkan
produksi benih, pendampingan pembimbing lapang hingga mengumpulkan data melalui
wawancara dengan staff ahli di PT TUNAS AGRO PERSADA.

4.4. Analisis dan Penyajian Data

Metode analisis data yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan metode
analisis deskriptif, yaitu yang mengidentifikasi permasalahan mengenai pemuliaan
tanaman melon dan kemudian menarik kesimpulan. Data deskriptif sifatnya
mendeskripsikan tahapan-tahapan PKL.

4.5. Pelaksanaan Kegiatan

Sebagian besar kegiatan yang dilakukan selama PKL di PT TUNAS AGRO


PERSADA Klaten Jawa Tengah adalah kegiatan lapang. Adapun kegiatan ini meliputi:
a. Mengetahui dan mempelajari serta manajemen mengenai aspek cara esmakulasi pada
tanaman melon.
b. Membandingkan teori yang didapat diperkuliahan dan kegiatan lapang terhadap
pemuliaan pada tanaman melon.

9
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani. 2006. Uji Stabilitas Tujuh Hibrida Harapan Melon (Cucumis melo L.) Hasil
Rakitan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB Pada Dua Musim. [Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor. hal 1.

Anindita KA. 2009. Variasi Fenotipe dan Pembentukan Warna buah Melon (Cucumis melo
L.) kultivar Melodi Gama 1. [Seminar]. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas
Gajah Mada. hal 1.

Daryono BS, Maryanto SD, Huda IN. 2011. Kebangkitan Pertanian Indonesia. Yogyakarta:
Kebun Pendidikan Penelitian Pengembangan Pertanian (KP4) UGM.

Fukino N, Kunisiha M, Matsumoto S. 2004. Characterization of Recombinant Inbred Lines


Derived from Crosses in Melon (Cucumis melo L.) PMAR No.5 Haruke No3. Breesing
Science. vol (54):141-145.

Margianasari. 2012. Bertanam Melon Eksklusif dalam Pot. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tjahjadi, Nur. 1987. Bertanam Melon. Yogyakarta: Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai