Anda di halaman 1dari 54

RESPON PUPUK ORGANIK CAIR

LIMBAH RUMAH TANGGA TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI
( Brassica juncea L)

SKRIPSI

Oleh :

ICHWAN RAJALI
183010008

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR
2022
RESPON PUPUK ORGANIK CAIR
LIMBAH RUMAH TANGGA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI
( Brassica juncea L )

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Simalungun Pematangsiantar

Oleh :

ICHWAN RAJALI
183010008

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR
2022
RESPON PUPUK ORGANIK CAIR
LIMBAH RUMAH TANGGA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI
( Brassica juncea L )

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Simalungun Pematangsiantar

Oleh :

ICHWAN RAJALI
183010008

Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

Ir. Ringkop Situmeang, MP Ir. Rosmadelina Purba, MP


NIDN : 0101045901 NIDN : 0112086001

Mengetahui/Menyetujui :

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Program Studi Agroteknologi

Ir. Rosmadelina Purba, MP Dr. Arvita Netti Sihaloho, SP, MP


NIDN : 0112086001 NIDN : 0109046903

Tanggal Lulus : ……………………….


PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ichwan Rajali
NPM : 183010008
Program Studi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian Universitas Simalungun Pematangsiantar
Alamat : Jalan Bersama, Kel. Bah Kapul, Kec. Siantar Sitalasari,
Pematangsiantar
Menyatakan bahwa :

1. Penelitian skripsi saya yang berjudul “ Respon Pupuk Organik Cair


Limbah Rumah Tangga terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Tanaman Sawi ( Brassica juncea L )”, adalah asli karya saya sendiri dan
bukan hasil plagiat karya orang lain.

2. Sepanjang yang saya ketahui, tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah dituliskan atau diterbitkan orang lain dalam naskah skripsi saya,
kecuali yang secara tertulis saya acu dalam naskah ini dan saya cantumkan
dalam daftar pustaka.

3. Apabila dikemudian hari terbukti dan terdapat plagiat dalam karya saya ini
saya bersedia menerima konsekuensi gelar kesarjanaan saya dicabut /
dibatalkan dan menereima sanksi sesuai ketentuan perundang –undangan
sebagaimana tertulis dalam Pasal 12 ayat (2 ) Permendiknas RI Nomer 17
Tahun 2010.

Demikian pernyataan ini saya perbuat, sebagai wujud tanggungjawab yang


menyatakan bahwa karya skripsi saya bukan hasil plagiat dan karya orang lain,

Pematangsiantar, Agustus 2022


Yang membuat pernyataan;

Ichwan Rajali

i
RINGKASAN

ICHWAN RAJALI : Respon Pupuk Organik Cair Limbah Rumah


Tangga terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L),
yang dibimbing oleh Bapak Ir. Ringkop Situmeang, MP sebagai ketua, Ibu Ir.
Rosmadelina Purba, MP sebagai anggota.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2022 di
Jalan Bersama, Kel. Bah Kapul, Kec. Siantar Sitalasari, Pematangsiantar. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Respon Pupuk Organik cair Limbah
Rumah Tangga terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Sawi ( Brassica
juncea L ).
Sawi merupakan sayur- mayur yang terkenal di warga sebab banyak
khasiat kesehatan serta dapat menjadi pemasukan yang besar. Riset ini bermaksud
untukmengenali bagaimana aturan metode budidaya tumbuhan sawi yang bagus
serta benar, khususnya mengetahui dosis pupuk organik cair limbah rumah tangga
yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sawi. Metode penelitan ini
menggunakan Rancanagan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan pupuk organik cair
limbah rumah tangga dengan 3 ulangan yaitu P0 = tidak diberikan pupuk cair,
P1 = 40 ml/liter air, P2 = 80 ml/liter air, P3 = 120ml / liter air, P4 = 160 ml/liter
air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair limbah
rumah tangga memiliki respon terhadap tinggi tanaman umur 28 HST dan 35
HST, jumlah daun umur 28 HST dan 35 HST, luas daun umur 28 HST dan 35
HST, serta berat basah umur 35 HST.
Perlakuan 120 ml/liter air POC menunjukkan tinggi tanaman umur 28
HST dan 35 HST masing – masing (26,00 cm) dan (27,00 cm), jumlah daun (9,00
helai ) dan (10,00 helai) , luas daun ( 15,95 cm2 ) dan ( 17,37 cm2 ) , berat basah
pertanaman ( 61,02 gram )

ii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Tebing Tinggi pada tanggal 07 Januari 1975

sebagai anak ke lima dari delapan bersaudara, dari Almarhum Ayahanda Abdul

Rachim dan Ibunda Marchama.

Pendidikan yang pernah ditempuh saat ini, antara lain : pada tahun 1988

tamat dari Sekolah Dasar Negeri 166324 Tebing Tinggi, pada tahun 1991 tamat

dari Sekolah Menegah Pertama Swasta Pahlawan Tebing Tinggi, pada tahun 1994

tamat dari Sekolah Menengah Atas Swasta Taman Siswa Tebing Tinggi dan

terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Simalungun pada tahun 2018.

Penulis mengikuti program Kuliah Kerja Usaha ( KKU ) di Dinas

Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar pada bulan Juli – September 2021.

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan

karunia- Nya dapat menyusun skripsi yang berjudul “ Respon Pupuk Organik

Cair Limbah Rumah Tangga terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman Sawi ( Brassica juncea L ) “

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat Ir, Ringkop Situmeang, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing,

Ir. Rosmadelina Purba, MP selaku Anggota, Komisi Pembimbing dan sekaligus

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Simalungun, Dr. Arvita Netti Sihaloho,

SP,MP selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Universitas Simalungun,

seluruh keluarga tercinta terutama orang tua yang selalu saya kasihi, , istri dan

anak – anak saya yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril,

dan seluruh staf pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Simalungun serta

seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik

demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Pematangsiantar, Agustus 2022


Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN .............................................................................................. i
RINGKASAN .................................................................................................. ii

v
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1..................................................................................................................... Lata
r Belakang .................................................................................................. 1
1.2..................................................................................................................... Tuju
an Penelitian................................................................................................ 6
1.3..................................................................................................................... Hipo
tesi Penelitian.............................................................................................. 6
1.4..................................................................................................................... Man
faat Penelitian ............................................................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8
2.1. Botani Tanaman Sawi Manis .................................................................... 8
2.2. Morfologi Tanaman Sawi Manis............................................................... 9
2.2.1. Akar................................................................................................. 9
2.2.2. Batang.............................................................................................. 9
2.2.3. Daun................................................................................................. 10
2.2.4. Bunga............................................................................................... 10
2.2.5. Buah................................................................................................. 11
2.2.6. Biji................................................................................................... 11
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi ................................................................. 12
2.3.1. Suhu ................................................................................................ 12
2.3.2. Tanah .............................................................................................. 12
2.3.3. Curah Hujan .................................................................................... 13

vi
2.3.4. Intensitas Cahaya ............................................................................ 13
2.4. Jenis – Jenis Pupuk organik Dan Anorganik ............................................ 14
2.5. Pupuk Organik Cair .................................................................................. 14
2.5.1. Pengertian Pupuk Organik Cair ............................................................. 14
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 16
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian .................................................................. 16
3.2. Bahan Dan Alat Penelitian......................................................................... 16
3.2.1. Bahan ..................................................................................................... 16
3,2,3. Alat ........................................................................................................ 16
3.3. Rancangan Penelitian................................................................................. 16
3.4. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 17
3.4.1. Persiapan Lahan............................................................................... 17
3.4.2. Pembuatan Pupuk Cair.................................................................... 17
3.4.3. Persiapan Media Tanam.................................................................. 17
3.4.4. Persemaian Benih Tanaman Sawi .................................................. 18
3.4.5. Penanaman....................................................................................... 18
3.4.6. Pemupukan ..................................................................................... 18
3.4.7. Penyiraman ..................................................................................... 18
3.4.8. Penyiangan ...................................................................................... 18
3.4.9. Pengendalian Hama Dan Penyakit .................................................. 19
3.4.10. Pemanenan ..................................................................................... 19
3.5. Parameter Yang Diamati ........................................................................... 19
3.5.1. Tinggi Tanaman .............................................................................. 19
3.5.2. Jumlah Daun ................................................................................... 19

vii
3.5.3. Luas Daun ....................................................................................... 19
3.5.4. Berat Basah...................................................................................... 20
IV. HASIL DAN PENGAMATAN ................................................................. 21
4.1. Tinggi Tanaman ........................................................................................ 21
4.2. Jumlah Daun ............................................................................................. 22
4.3. Luas Daun ................................................................................................. 24
4.4. Berat Basah ............................................................................................... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 28


5.1. Kesimpulan................................................................................................ 28
5.2 Saran .......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 29
LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................ 31

viii
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Data rata – rata tinggi tanaman (cm) tanaman sawi akibat


pemberian dosis pupuk organik cair limbah rumah tangga umur
28 HST dan 35 HST .............................................................................… 21
..............................................................................................................

2. Data rata – rata jumlah daun tanaman sawi (helai) akibat


pemberian dosis pupuk organik cair limbah rumah tangga umur
28 HST dan 35 HST..............................................................................… 23

3. Data rata – rata luas daun tanaman sawi (cm) akibat pemberian
dosis pupuk organik cair limbah rumah tangga umur 28 HST
dan 35 HST...........................................................................................… 24

4. Data rata – rata berat basah tanaman sawi (gram) akibat


pemberian dosis pupuk organik cair limbah rumah tangga umur
35 HST .................................................................................................… 26

ix
TABEL GAMBAR

No Judul Halaman

1. Histogram Tinggi Tanaman Sawi Umur 28 HST dan 35 HST


terhadap perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga .............… 22

2. Histogram Jumlah Daun Tanaman Sawi Umur 28 HST dan 35


HST terhadap perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga.....… 23

3. Histogram Luas Daun Tanaman Sawi Umur 28 HST dan 35 HST


terhadap perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga..............… 25

4. Histogram Berat Basah Tanaman Sawi Umur 35 HST terhadap


perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga............................… 27
..............................................................................................................

x
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Deskripsi Tanaman Sawi .................................................................. 31


2. Data Tinggi Tanaman Sawi 28 HST ..................................................32
3. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi 28 HST........................32
4. Data Tinggi Tanaman Sawi 35 HST...................................................32
5. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi 35 HST........................32
6. Data Jumlah Daun Tanaman Sawi 28 HST ........................................33
7. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi 28 HST ............33

8. Data Jumlah Daun Tanaman Sawi 35 HST ........................................33


9. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi 35 HST .............33

10. Data Luas Daun Tanaman Sawi 28 HST ...........................................34


11. Analisis Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Sawi 28 HST . ...............34

12. Data Luas Daun Tanaman Sawi 35 HST ...........................................34


13. Analisis Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Sawi 35 HST . ...............34

14. Data Berat Basah Tanaman Sawi 35 HST .........................................35


15. Analisis Sidik Ragam Berat Basah Tanaman Sawi 35 HST ..............35

16. Bagan Percobaan Penelitian ...............................................................36

xi
17. Pembuatan Pupuk Organik Cair Limbah Rumah
Tangga ...........................................................................................… 37

xii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Sawi (Brasisca juncea L) atau bunganya sebagai bahan pangan

adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan

daun (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa

spesies Brassica yang kadang – kadang mirip satu sama lain. Tanaman

sawi merupakan salah satu jenis sayuran yang populer di kalangan

masyarakat Indonesia. Daun sawi biasa digunakan dalam makanan, baik

segar maupun olahan. (Perwitasari et al., 2012)

Di Indonesia, artikulasi sawi terutama mengacu pada pakcoi

(Brassica juncea L) dari kelompok parachinensisi, yang biasa disebut

bakso pakcoi (caisim atau caisin). Tidak hanya itu, sawi putih (kelompok

Brassica rapa pekinensis, juga dikenal sebagai petal) biasa digunakan

dalam sup dan acar.

Tanaman sawi manis (Brassica juncea L) juga merupakan tanaman

semusim, sawi dengan mudah ditanam dimana saja, baik dari dataran

rendah maupun dataran tinggi (Fuad, 2010). Akan tetapi banyak ditanam

di dataran rendah karena perawatan lebih mudah. Hampir setiap orang

suka akan sawi Karena rasanya segar dan banyak mengandung vitamin A,

vitamin B dan sedikit vitamin C.

Waktu bertanam yang baik ialah pada akhir musim hujan.

Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau asalkan

1
diberi air yang secukupnya. Sawi menghendaki tanah gembur, tanah

berhumus, subur, dan penyerapan air yang sangat baik.

Peningkatan produk sayur-sayuran (seperti sawi) adalah sangat

penting sekali karena masalah ini bukanlah hanya menyangkut

peningkatan nilai gizi tetapi juga pembangunan ekonomi. Untuk

mendapatkan hasil yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih baik. perlu

disediakan persyaratan yang baik agar tanaman tumbuh subur baik sesuai

yang diharapkan.

Untuk meningkatkan produksi tanaman sawi, salah satu faktor

yang perlu diperhatikan adalah pemupukan. Pupuk organik dan pupuk

anorganik dapat digunakan untuk pemupukan tanah. Kekhawatiran petani

terhadap tidak adanya bantuan pemupukan dan jumlah pengganti pupuk

alternatif terkait dengan kurangnya kesadaran petani tentang jumlah dan

jenis komponen nutrisi yang digunakan (Barus, 2011). Pupuk ada 2

macam yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk organik ada

dalam bentuk padat dan cair. Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil

pembusukan yang berasal dari sisa tanaman, limbah agroindustri, limbah

rumah tangga yang memiliki kandungan lebih dari satu unsur hara.

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya:

1. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan

pembentukan bintil akar pada tanaman sehingga meningkatkan

kemampuan fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen dari udara.

2. Membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas tanah yang merupakan

lapisan yang mengandung unsur hara.

2
3. Dapat memperbaiki keadaan struktur tanah, sehingga kondisi tanah

menjadi gembur.

4. Mempunyai efek residu yang positif, sehingga tanaman pada musim

berikutnya pertumbuhan dan produktivitasnya akan tetap baik.

5. Kandungan unsur hara makro dan mikro lengkap tetapi jumlahnya sedikit.

Oleh karenanya, pengaruh pupuk sangatlah besar, terutama

menyangkut tiga hal, yaitu membebaskan kation-kation dari ikatannya,

mempengaruhi struktur tanah dan mempengaruhi pertumbuhan, serta daya

tahan tanaman menjadi lebih baik (Manullang et al., 2014).

Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan

tanaman, baik berupa sampah - sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-

sisa tanaman yang telah membusuk. Upaya pengelolaan sampah memang

beragam, dari teknik sederhana hingga penggunaan teknologi tepat guna,

seperti penumpukan, pembakaran, sanitary lanfil bahkan pengomposan

(Hadisuwito, 2012).

Penumpukan merupakan salah satu metode yang tidak

memusnahkan sampah secara langsung, tetapi membiarkan sampah

membusuk menjadi bahan organik. Keuntungan metode penumpukan yaitu

murah dan sederhana. Namun berbahaya jadi pangkal penyakit serta

menimbulkan masalah pencernaan.

Warga sering menggunakan proses pembakaran. Prosedur ini,

bagaimanapun, harus dicoba untuk kotoran yang dapat dibakar dan di

lokasi yang jauh dari populasi. Alasannya adalah pembakaran yang kotor

3
dapat menghasilkan dioksin, yang merupakan ratusan senyawa kimia

berbahaya.

Apabila lahan yang digunakan penuh dengan tanah, maka sanitary

landfill digunakan sebagai tempat pembuangan akhir. Idenya adalah untuk

membuat lubang baru dan membuang kotoran di atasnya di tutupi tanah.

Pengomposan yaitu mengubah sampah menjadi pupuk. Ini

merupakan alternative terbaik. Hal ini sering dilakukan oleh beberapa

petani yang ingin menghemat biaya. Hanya memerlukan sampah untuk di

jadikan pupuk.

Sumber bahan organik lainnya adalah hewan, limbah atau kotoran

hewan ataupun kalau hewan itu mati dan membusuk, semuanya itu

merupakan bahan organik yang sangat diperlukan tanah-tanah pertanian.

Pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan

kandungan nutrisi, dan membantu terciptanya infrastruktur hijau di daerah

sekitarnya. Selanjutnya penggunaan bahan dasar dalam pembuatan pupuk

organik dapat meningkatkan kualitas pupuk organik, dan akumulasi

inokulum dapat meningkatkan jumlah unsur hara N, P, dan K, sehingga

menghasilkan kualitas pupuk organik yang lebih baik. (Sutedjo, 2010).

Kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi dan bahan organik

tersebut.

Jamur Trichoderma harzianum adalah mikroorganisme lain yang

dapat membantu pertumbuhan tanaman. Jamur ini bertindak sebagai agen

biologis dan stimulator perkembangan tanaman. (Ginting et al., 2018).

Trichorderma merupakan agen hayati yang dapat mengendalikan patogen

4
penyebab penyakit tanah dari berbagai jenis tanaman.Trichoderma

mempunyai kemampuan berkembang biak dengan pesat, pada awal

pembiakan berwarna putih, selanjutnya berwarna hijau tua. Mempunyai

daya kompetisi ruang dan makanan sangat baik, cepat mengklonisasi

rhizosfer, dan sebagai organisme pelapuk. Mekanisme antagonis dengan

cara hiperparasitisme, antibiosis, lisis, dan persaingan. Ada juga teknik

simbiosis T. harzianum dengan pangkal tanaman yang melibatkan

hubungan hifa langsung dan memungkinkan konidia jamur beradaptasi

dengan tanah, yang meningkatkan konidia di dekat akar, sehingga akar di

sekitarnya akhirnya ditumbuhi oleh Trichoderma konidia (Charisma &

Mega, 2012). Trichoderma dan mikoriza telah ditemukan memiliki

pengaruh pada akar kedelai karena bakteri ini dapat merangsang

pembentukan basa, yang mempercepat pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Keberhasilan kegiatan Trichoderma dan mikoriza juga

berkontribusi terhadap peningkatan biomassa kedelai.

Produk akhir dan/atau hasil antara dari penggantian atau

penguraian komponen dan residu tumbuhan dan hewan adalah pupuk

organik cair. Karena pupuk organik cair terbuat dari bahan organik yang

mengandung semua faktor yang banyak, pupuk ini mengandung hampir

semua faktor (baik besar maupun mikro), meskipun ketersediaan unsur-

unsur ini sering terbatas. (Roidah, 2013).

Pupuk organik cair kebanyakan tersedia di alam (terjadi secara

alamiah). Namun ada beberapa yang dihasilkan oleh pabrik sehingga

pupuk ini disebut pupuk buatan organik. Bahan organik yang berasal dari

5
sisa-sisa tumbuhan dan kotoran hewan, serta sisa-sisa jutaan manusia kecil

dan sejenisnya, harus diubah terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan

oleh tumbuhan. Nutrisi dilepaskan dan menjadi bentuk larut yang dapat

diambil oleh tanaman selama pengisian dan pemecahan bahan organik.

(Murbandono, HS, 2010).

Herbafarm adalah sebuah produk yang menghasilkan pupuk

organik cair yang berasal dari bahan buah ,tanaman dan ditambahkan

EM4, sebagai bahan untuk mempercepat proses pembusukan, memiliki

unsur hara makro dan mikro, asam amino dan hormon pertumbuhan, serta

mikroorganisme tanah,yang berperan sebagai penyedia nutrisi tanaman.

Fungsi dari POC herbafarm yaitu memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah, menyediakan unsur hara dasar tanaman, merangsang

pertumbuhan tanaman dan meningkatkan energi yang kuat terhadap

wereng dan penyakit, meningkatkan aktivitas mikroba tanah untuk

meningkatkan penyerapan unsur hara, secara bertahap mengurangi dosis

pupuk kimia konvensional Pembayaran dicicil hingga 50% dari dosis

banding. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian pengaruh

Pupuk Organik Cair dan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Sawi (Brassica juncea L)

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman sawi akibat

pemberian pupuk organik cair limbah rumah tangga.

6
1.2.2. Untuk mengetahui konsentrasi yang tepat terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi.

1.3. Hipotesis Penelitian

1.3.1. Ada respon pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan produksi

tanaman sawi.

1.3.2. Ada konsentrasi pupuk organik cair yang tepat terhadap pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai salah satu bahan penelitian menyusun skripsi untuk menempuh

ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Simalungun (USI)

Pematang Siantar.

1.4.2. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan dalam

budidaya tanaman sawi manis (Brassica juncea L).

7
8
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Sawi

Sawi (Brassica juncea L ) Ada banyak tanaman sayuran daun

dalam keluarga Cruciferae. Tanaman sawi diperkirakan berasal dari China

(China) dan Asia Timur. Tanaman ini dilaporkan tumbuh di Cina 2500

tahun yang lalu, setelah itu menyebar jauh ke Filipina dan Taiwan.

Masuknya sawi ke Indonesia pada abad XI bertepatan dengan jalur

perdagangan sayuran subtropis lainnya. Menurut (Setyaningrum &

Saparinto, 2012), klasifikasi tanaman sawi adalah sebagai berikut :

Kingdom Plantae

Divisio Spermatophyta

Class Dicotyledonae

Ordo Rhoeadales

Famili Cruciferae

Genus Brassica

Spesies Brassica juncea L

Sawi manis termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong ke

dalam tanaman semusim (berumur pendek), tanaman tumbuh pendek,

tanaman sawi tidak membentuk krop (kumpulan daun yang membentuk

kepala). Tanaman sawi adalah anggota keluarga Cruciferae, yang juga

termasuk kubis, kembang kol, brokoli, dan lobak. Akibatnya, sifat

morfologi tanaman hampir identik, terutama dalam sistem akar, bentuk,

batang, bunga, buah, atau biji. (Rukmana, 1994).

9
2.2. Morfologi Tanaman Sawi

2.2.1. Akar.

Tanaman sawi berakar sawi yang tumbuh dan tumbuh subur dengan

cara disemai ke segala arah di dekat bumi; akarnya sekitar 5 cm. Tanaman

sawi tidak memiliki dasar tunggangan. Akar tanaman sawi dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik di tanah yang gembur dan produktif yang

menyerap air dengan cepat dan kedalaman tanah cukup dalam. Basisnya

filiform dan memiliki diameter kecil. Pangkal sawi meruncing, dan

kulitnya bergaris dari hijau muda hingga kuning pucat. Bagian dalam

alasnya berwarna putih menyilaukan saat dibelah. Akar ini berfungsi

antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta

menguatkan berdirinya batang tanaman (Fuad, 2010).

Perakaran tanaman sawi berakar tunggal yang tumbuh dan berkembang di

sekitar permukaan tanah, perakaran sangat dangkal, tanaman sawi dapat tumbuh

baik pada tanah gembur, subur, tanah mudah menyerap air.

2.2.2. Batang

Batang sawi menurut (Rukmana, 1994) pendek sekali dan beruas – ruas

sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan

penopang daun. Batang ( Caulis ) sawi pendek dan beruas – ruas, sehingga

Cabang daun hampir tidak berbeda. Batang ini digunakan untuk membuat daun

sawi dan daun penyangga. Batang ini mudah rusak dan memiliki desain hijau

kekuningan dengan komposisi longgar. Komposisi dataran batang halus dan tidak

dibanjiri biji-bijian.

10
Batang tanaman sawi memiliki batang sejati dan tegak terletak

pada bagian dasar yang berada dalam tanah. Batang sejati bersifat tidak

keras dan berwarna kehijauan atau keputih-putihan tergantung pada

varietasnya.

2.2.3. Daun.

Daun sawi berbentuk lonjong, dengan cabang daun yang memanjang jauh

melampaui perkembangan batang. Cabang-cabang daun sawi besar, berdaging,

dan meneteskan air. Dataran daun tidak berbulu dan memiliki struktur halus dan

mengkilap. Daun sawi biasanya berkembang dengan cara tersebar atau roset,

terorganisir dengan kuat dan bersih, membuat produksi tanaman menjadi sulit.

Daun ini memiliki struktur yang halus dan mudah robek. Daun ini

mengandung tulang daun yang menyirip. Daunnya berbentuk elips dengan

ujung membulat. Pola pada daun muda berwarna hijau muda, sedangkan

pola pada daun dewasa berwarna hijau tua. Namun, beberapa faktor,

seperti lokasi dan genetika pakcoi, dapat menyebabkan perbandingan

bentuk fisik dan struktur tubuh dari tumbuhan (Roidi, 2016)

2.2.4. Bunga.

Sawi juga dikenal sebagai inflorentia, memiliki bunga yang berada

di cabang-cabang bunga. Bunga sawi memiliki banyak agen dan

diperpanjang. Bunganya tergolong mekar penuh karena mengandung putik

dan benang. (Sutedjo, 2010). Menurut (Rukmana, 1994) Bunga sawi

dikelompokkan dalam cabang bunga yang tumbuh memanjang (besar) dan

memiliki banyak tangkai. Setiap bunga memiliki empat kelopak, empat

11
daun dengan mahkota bunga kuning cerah, empat ulir sari, dan dua lubang

di putik.

Ada 6 utas ekstrak di setiap bunga, 4 utas ekstrak bertangkai

panjang dan 2 utas ekstrak bertangkai pendek. Tanaman sawi memiliki

putik dengan dua lubang serta empat kelopak bunga berwarna kuning.

Dataran kekuasaan sangat lembut dan tidak berbulu.

Ovarium tanaman sawi berkembang dan memiliki stigma dengan

dua lobus. Pada awalnya hanya terdapat satu gerong pada putik, namun

seiring berjalannya waktu, struktur bilik datar di dalamnya tumbuh dan

membelah gerong menjadi dua.

Tanaman ini tumbuh sangat baik di lahan kecil maupun luas.

Serangga kecil atau angin sering membantu bibit tanaman sawi.

2.2.5. Buah

Padahal, tanaman sawi menghasilkan buah berbentuk elips dan

melingkar. Buah ini berbentuk kapsul dengan dua katup yang terbuka.

Polong adalah buahnya. Setiap buah memiliki 2 hingga 8 butir. Ada

gerong di dalam buah yang mengandung biji-bijian. (Rukmana, 1994).

2.2.6. Biji

Biji sawi berukuran kecil dan berwarna coklat tua. Butir ini,

bagaimanapun, memiliki pola kuning pucat dengan diameter 2,5

milimeter. Biji sawi berbentuk lonjong atau oval. Dataran benih halus dan

berkilau. Bijinya juga terbuat dari bahan yang keras. Pada bagian luar

gabah terdapat epidermis, sedangkan pada tanaman sawi tidak terdapat

endosperma. Biji sawi digolongkan sebagai biji tunggal, sering dikenal

12
sebagai monokotil. Biji sawi tidak memiliki aroma yang membedakan,

bahkan ketika dikunyah atau digiling. Biji sawi diklasifikasikan sebagai

biji berpotongan tunggal, sering dikenal sebagai monokotil. (Fuad, 2010)

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi.

2.3.1. Suhu

Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat berudara panas maupun

berudara dingin, sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi

maupun rendah.Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari

ketinggian 5 Meter – 1200 Meter dpl (diatas permukaan laut). Namun

biasanya tanaman ini dibudidayakan didaerah yang ketinggian 100 Meter

– 500 Meter dpl (diatas permukaan laut). sebagian besar daerah di

Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut.

Tanaman sawi memiliki suhu yang dikehendaki 19C - 21C,

tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik untuk pembentukan

karbohidrat dalam jumlah yang besar. Kelembapan udara yang sesuai

untuk tanaman sawi yang optimal sekitar 80% - 90%. Kelembapan udara

yang lebih besar dari 90% berdampak negatif pada tanaman sawi,

menyebabkan perkembangan terhenti. Kualitas daunnya buruk, dan jika

penanaman diarahkan pada pemupukan hingga pembentukan bulir kecil,

proses pembungaan dan pembentukan buah tidak sempurna. (Khafi et al.,

2019).

2.3.2. Tanah

13
Sifat fisik tanah yang cocok untuk membudidayakan sawi adalah

tanah gembur, di daerah ketinggian 100-500 m dpl, kedalaman tanah

(solum tanah) cukup dalam dan tanah mengikat air (Fuad, 2010). Untuk

tanaman sawi tanah yang memiliki derajat keasaman tanah (pH tanah)

berkisar 6-7 tanah banyak mengandung bahan organik (humus) dan

bermacam - macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman,

serta tanah banyak terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah.

2.3.3. Curah Hujan

Tanaman sawi merupakan tanaman tahunan yang dapat ditanam sepanjang

tahun. Karena ketersediaan air yang cukup, curah hujan yang cukup sepanjang

tahun menjamin kelangsungan hidup tanaman sawi.

Curah hujan tahunan maksimum untuk tanaman sawi adalah 1000 hingga

1500 milimeter. Harus diperhatikan jika perlu mencoba menyiram secara teratur

saat musim kemarau (Darmawan et al., 2022).

2.3.4. Intensitas Cahaya

Sinar matahari menyediakan energi yang dibutuhkan tanaman untuk

berasimilasi. Intensitas cahaya yang besar dapat menghasilkan proses asimilasi

yang maksimal, namun kurangnya sinar matahari menyebabkan perkembangan

dan produksi tanaman sawi menurun. Ketika intensitas cahaya rendah, rotasi gas

selama asimilasi kurang dari pernapasan. Konsentrasi karbon dioksida yang

diperoleh untuk diserap dan dilepaskan untuk pernapasan seimbang lebih tinggi

pada kondisi di atas titik kompensasi, sehingga peningkatan intensitas cahaya

menghasilkan peningkatan sesuai dengan laju asimilasi. Peningkatan laju asimilasi

14
berkurang saat cahaya menjadi lebih serius, tetapi laju asimilasi menjadi konsisten

saat cahaya tumbuh lebih serius (Loveless, 1983)

2.4. Jenis – Jenis Pupuk Organik Dan Anorganik.

Pupuk organik adalah pupuk yang memiliki kandungan organik,

yang terdiri dari pupuk hijau, pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk cair,

pupuk bokashi. Pupuk organik adalah istilah umum untuk segala jenis

bahan organik asal tumbuhan dan hewan yang dapat diubah menjadi

nutrisi tanaman. Humus, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa tanaman

(jerami, brangkasan, tongkol jagung, ampas tebu, dan sabut kelapa), pupuk

kandang, pupuk pabrik yang terbuat dari hasil pertanian, dan kotoran kota

semuanya dapat digunakan sebagai substrat bahan organik.

(Simanungkalit, 2006)

Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang merupakan pupuk

industri atau barang pabrik yang memiliki kandungan gizi tinggi dan

hemat dalam konsumsi. Pupuk buatan juga dikenal sebagai pupuk kimia

karena dibuat dengan kombinasi bahan kimia. Pupuk kimia yang biasa

digunakan antara lain urea dan ZA untuk unsur hara N; Pupuk TSP, DSP,

dan SP-36 untuk unsur hara P; dan unsur hara KCL atau MOP (Muriat of

Potash) untuk unsur hara K. (Supramudho, 2008)

2.5. Pupuk Organik Cair

2.5.1. Pengertian pupuk Organik Cair

15
Pupuk organik merupakan larutan dari hasil pembusukan organik

yang berasal dari sisa tanaman, limbah agroindustri, limbah rumah tangga

yang mengandung lebih dari satu unsur hara. Dibuat secara alami melalui

proses fermentasi sehingga menghasilkan larutan hasil pembusukan.

Pupuk organik cair terdiri dari mikroorganisme yang berperan penting

dalam membantu pertumbuhan tanaman,

Pupuk organik cair memiliki fungsi kimia yang penting seperti :

1. Penyediaan unsur hara utama (nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan

belerang) serta unsur mikro seperti seng, tembaga, dan mangan, meskipun

dalam jumlah sedikit

2. Meningkatkan kapasitas transformasi kation (KTK) tanah

3. Membuat senyawa kompleks yang mengandung ion logam yang berbahaya

bagi tanaman, seperti aluminium, besi, dan mangan.

Pupuk organik cair sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi

pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran

lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.

Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan

produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

Pertanian dengan menggunakan pupuk organik dapat

mengoptimalkan kesehatan dan agroekosistem secara alami, sehingga

mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan

berkelanjutan. Pupuk organik cair mengadopsi bioteknologi terkini untuk

mendukung terciptanya pertanian organik. Pupuk organik cair

mengandung mikroba yang sangat bermanfaat sebagai bioremediasi dan

16
mengandung unsur hara serta hormon tanaman. Pupuk organik cair

mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat

bervariasi, unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau

memperbaiki kesuburan tanah (Sutanto, 2002)

17
III.METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jl. Bersama, kelurahan Bah Kapul,

Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar dengan ketinggian ± 400

mdpl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2022.

3.2. Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sawi,

EM4, tanah, air, humus, pupuk organik cair, pestisida organik.

3.2.2. Alat

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah ember,

cangkul, polibag, sekop kecil, alat penyiram tanaman, meteran, , gelas

ukur, kamera, dan alat tulis.

3.3. Rancangan Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) non faktorial yang terdiri dari 5 perlakuan, dan

3 kali ulangan sehingga jumlah tanaman keseluruhan adalah 15 tanaman. Dosis

pupuk organik cair terdiri dari :

P0 = Tanpa pupuk organik cair

P1 = 40 ml / liter air

P2 = 80 ml / liter air

18
P3 = 120 ml / liter air

P4 = 160 ml / liter air

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dengan model linier :

Yij = µ + τi + Ɛij
Dimana :

i = 1,2,... p

j = 1,2,... r

Yij = pengamatan pada perlakuan ke -i ulangan ke –j

µ = rataan umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

Ɛij = galat percobaan perlakuan ke –i ulangan ke –j

p = banyaknya perlakuan

i = banyaknya ulangan

3.4. Pelaksanaan Penelitian.

3.4.2. Persiapan lahan

Penelitian perencanaan lahan berupa pemindahan areal di sekitar lahan

yang digunakan untuk penempatan polibag. Lahan diratakan tanahnya agar mudah

untuk penempatan polibag.

3.4.3. Persiapan Media Tanam.

Media tanam yang digunakan adalah tanah humus yang telah dibersihkan

dari kotoran, gulma – gulma dan lainnya, dengan perbandingan 50% tanah humus

ditambah 50% pupuk kandang, Tanah kemudian dimasukkan ke dalam polibag

dengan ukuran 30 x 20 cm untuk setiap 5 kg tanah. Tanda-tanda tersebut

19
kemudian diserahkan dan diletakkan pada jarak 30 x 30 cm di atas tanah yang

telah disiapkan, jumlah tanam tiap polibag sebanyak 5 polibag.

3.4.4. Persemaian Benih Tanaman Sawi

Benih sawi direndam terlebih dahulu selama 10 menit sebelum ditebar di

media persemaian. Pemeliharaan selanjutnya dilakukan pada benih sawi hingga

siap dipindahkan ke polibag berukuran besar berukuran 30 x 20 cm, pemindahan

terjadi ketika benih sudah siap berumur 10 hari.

3.4.5. Penanaman.

Bibit yang telah berumur 10 hari dipindahkan ke media tanam dalam

polibag ukuran 30 x 20 cm. Pemindahan dilakukan dengan menanam 1 bibit

perlubang tanam, tanaman yang dipilih adalah tanaman yang sehat dan

pertumbuhannya baik, waktu pemindahan pagi hari.

3.4.6. Pemupukan

Pemberian pupuk organik cair sebelum diaplikasikan pupuk cair terlebih

dahulu diencerkan dengan menambahkan air, dengan takaran sesuai perlakuan.

Pemupukan dilakukan 2 kali seminggu sampai umur tanam 4 minggu.

3.4.7. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 x sehari dengan menggunakan gembor yaitu pagi

dan sore hari.

3.4.8. Penyiangan.

Penyiangan dilakukan tergantung kondisi pertumbuhan gulma yang ada di

dalam polibag.

20
3.4.9. Pengendalian hama dan penyakit.

Pengaturan hama serta penyakit dicoba dengan pestisida organik

yang terbuat dari campuran kulit bawang merah.

3.4.10. Pemanenan.

Setelah sawi matang 35 HST, dilakukan pemanenan. Standar panen sawi

terpenuhi ketika daunnya sangat dasar, memiliki warna kuning, dan belum

matang.

3.5. Parameter yang diamati.

Parameter yang akan diamati selama penelitian dilakukan yaitu :

III.5.1. Tinggi tanaman.

Ukuran tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi

pada saat pengukuran, yang diberi barometer berupa air. Ukuran tanaman diukur

saat tanaman mencapai kematangan pada 28 HST dan 35 HST

3.5.2. Jumlah Daun ( Helai )

Dengan cara manual membelah satu per satu pada tanaman, jumlah daun

yang dihitung adalah jumlah daun yang sudah terbuka sempurna. Perhitungan

dilakukan saat tanaman mencapai umur 28 HST dan 35 HST.

3.5.3. Luas Daun ( cm2 )

Pengukuran lebar dan panjang daun dilakukan dengan cara mengukur

daun yang terlebar. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 28 HST

dan 35 HST.

21
3.5.4. Berat Basah ( gr )

Penimbangan berat basah tanaman dilakukan setelah panen,

dengan cara mencabut dan mencuci sawi, lalu akar dibersihkan dan

dipotong kemudian ditimbang.

22
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tinggi Tanaman

Data rata – rata tinggi tanaman sawi manis pada 28 HST dan 35 HST

tertera pada lampiran 2 dan 4. Analisis sidik ragam pada lampiran 3 dan 5,

menunjukkan bahwa perlakuan pupuk organik cair memiliki respons terhadap

tinggi tanaman umur 28 HST dan 35 HST.

Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan pengujian

uji beda nyata terkecil (BNT) 5% pada Tabel 1.

Tabel 1. Uji beda rata – rata tinggi tanaman (cm) sawi akibat pemberian dosis
pupuk organik cair limbah rumah tangga umur 28 HST dan 35 HST.

Perlakuan Umur Pengamatan


28 HST 35 HST
P0 22,67 23,67
P1 24,00 25,33
P2 24,67 25,67
P3 26,00 27,00
P4 25,67 26,67
BNT

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama
berbeda nyata menurut BNT 5%.

Table 1. Tanaman tertinggi pada 28 HST dan 35 HST pada dosis

pupuk POC P3 (120 ml atau liter air) masing-masing sebesar 26,00 cm dan

27,00 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini

dikarenakan pupuk organik cair kotoran rumah tangga mengandung

komponen hara mikro dan besar, sehingga dapat meningkatkan

perkembangan tanaman. Perbandingan ukuran tanaman disebabkan oleh

berbagai kemampuan penyerapan unsur hara pada setiap tanaman.

23
Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat akan lebih cepat meningkatkan

perkembangan organ seperti akar.

Untuk lebih jelas perkembangan rata – rata tinggi tanaman pada

umur 28 HST dan 35 HST dapat dilihat pada Gambar 1.

28.00
27.00
27.00 26.67
Tinggi Tanaman (cm)

26.00
26.00 25.67 25.67
25.33
25.00 24.67
24.00
24.00 23.67
28 HST
23.00 22.67
35HST
22.00

21.00

20.00
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Gambar 1 : Histogram Tinggi Tanaman Sawi Umur 28 HST dan 35 HST terhadap
perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga.

Gambar 1 menunjukkan tinggi tanaman tertinggi pada 28 HST dan 35

HST terdapat pada perlakuan P3 yaitu 26,00 cm dan 27,00 cm, sedangkan yang

terendah berada pada perlakuan P0 yaitu 22,67 cm dan 23,67 cm.

4.2. Jumlah Daun (Helai)

Data rata – rata jumlah daun tanaman sawi manis pada 28 HST dan 35

HST tertera pada lampiran 6 dan 8. Analisis sidik ragam pada lampiran 7 dan 9,

hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair

limbah rumah tangga memiliki respon terhadap jumlah daun.

24
Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan pengujian uji beda

nyata terkecil (BNT) 5% yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Uji beda rata – rata jumlah daun (helai) tanaman sawi akibat pemberian
dosis pupuk organik cair limbah rumah tangga umur 28 HST dan 35
HST.

Perlakuan Umur Pengamatan


28 HST 35 HST
P0 6,00 6,33b
P1 7,67 8,67a
P2 8,33 9,00a
P3 9,00 10,00a
P4 7,00 8,00ab
BNT 2,10

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang
sama berbeda nyata menurut BNT 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi pada umur 28


HST dan 35 HST terdapat pada pemberian dosis pupuk POC P3 (120
ml/liter air) yaitu 9,00 cm dan 10,00 cm. Rata-rata jumlah daun sawi
berbeda nyata menurut uji BNT 5% terhadap perlakuan pada 35 HST. Hal
ini disebabkan karena unsur hara yang terkandung di dalam pupuk organik
cair limbah rumah tangga dapat merangsang pertumbuhan jumlah daun
(Hadid et al., 2015)

12.00

10.00
10.00
9.00 9.00
8.67 8.33 8.00
8.00 7.67
7.00
Jumlah Daun

6.33
6.00
6.00
28 HST
4.00 35HST

2.00

0.00
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan

25
Gambar 2 : Histogram Jumlah Daun Tanaman Sawi Umur 28 HST dan 35 HST
terhadap perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga.

Gambar 2 menunjukkan bahwa jumlah daun terbanyak terdapat

pada perlakuan P3 yaitu 9,00 helai dan 10,00 helai, sedangkan yang sedikit

terdapat pada perlakuan P0 yaitu 6,00 helai dan 6,33 helai.

4.3. Luas Daun (cm2)

Data rata – rata luas daun tanaman sawi manis pada 28 HST dan 35 HST

tertera pada lampiran 10 dan 12. Analisis sidik ragam pada lampiran 11 dan 13,

Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan pengujian

uji beda nyata terkecil ( BNT ) 5% pada tabel 3.

Tabel 3. Uji beda rata – rata luas daun (cm2) tanaman sawi akibat pemberian
pupuk organik cair limbah rumah tangga umur 28 HST dan 35 HST.

Perlakuan Umur Pengamatan


28 HST 35 HST
P0 12,83c 13,92a
P1 12,96c 14,18a
P2 14,14b 15,23c
P3 15,95a 17,40d
P4 14,72b 15,96b
BNT 1,01 1,06

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama
berbeda nyata menurut BNT 5%.

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa luas daun tertinggi

pada umur 28 HST dan 35 HST terdapat pada pemberian dosis pupuk POC

P3 (120 ml/liter air) yaitu 15,95 cm2 dan 17,40 cm2 tetapi tidak berbeda

nyata dengan perlakuan lainnya.

26
Perkembangan rata – rata luas daun tanaman pada umur 28 HST

dan 35 HST pada perlakuan dosis pupuk organik cair limbah rumahtangga

dilihat pada gambar 3.

20.00
18.00 17.40
15.95 15.96
16.00 15.23 14.72
13.92 14.18 14.14
14.00 12.83 12.96
Lebar Daun (cm2)

12.00
10.00
28 HST
8.00
35HST
6.00
4.00
2.00
0.00
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Gambar 3 : Histogram Luas Daun Tanaman Sawi Umur 28 HST dan 35 HST
terhadap perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga.

Gambar 3 menunjukkan luas daun tertinggi terdapat pada

perlakuan P3 (120 ml/liter air) yaitu 15,95 cm2 dan 17,40 cm2. Sedangkan

luas daun yang terkecil terdapat pada perlakuan P0 yaitu 12,83 cm2 dan

13,92 cm2. Tingkat kepekaan pupuk organik cair yang digunakan dapat

berpengaruh pada permeabilitas sel daun tanaman dan menentukan

banyak atau sedikitnya hara yang dapat diserap oleh tanaman sehingga

berdampak pada optimal atau tidaknya pertumbuhan tanaman menurut

(Roidah, 2013)

4.4. Berat Basah (g )

27
Data rata – rata berat basah tanaman sawi manis umur 35 HST tertera

pada lampiran 14, dan Analisis sidik ragam pada lampiran 15. Hasil analisis sidik

ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair limbah rumah tangga,

memiliki respon positif terhadap parameter berat basah.

Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan dengan pengujian

uji beda nyata terkecil (BNT) 5% pada tabel 4.

Tabel 4. Uji beda rata – rata berat basah (g) tanaman sawi akibat pemberian
pupuk organik cair limbah rumah tangga umur 35 HST.

Perlakuan Umur Pengamatan

35 HST
P0 25,50a
P1 43,44b
P2 32,51a
P3 61,02a
P4 42,57b
BNT 16,76

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom yang sama
berbeda nyata menurut BNT 5%.

Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa pemberian pupuk

organik cair limbah rumah tangga memberikan respon yang baik terhadap

berat basah tanaman sawi, dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan

P3 (120 ml/liter air) dengan 61,02 gram yang berbeda nyata terhadap

perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi dosis sampai

batas optimal semakin tinggi produksi tanaman sawi. Menurut (Manullang

et al., 2014), pemberian pupuk organik cair dengan dosis yang tepat dan

interval waktu 4 hari sekali mampu meningkatkan serapan nitrogen

tanaman sawi sebesar 23,80% dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

28
Pengaruh perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga

terhadap basah tanaman pada umur 35 HST dapat dilihat pada gambar 4.

70.00
61.02
60.00

50.00
43.44 42.57
Berat Basah (gr)

40.00
32.51
30.00 25.50 35HST
20.00

10.00

0.00
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan

Gambar 4 : Histogram Berat Basah Tanaman Sawi Umur 35 HST terhadap


perlakuan pupuk organik cair limbah rumah tangga.

Gambar 4 menunjukkan berat basah tertinggi terdapat pada

perlakuan P3 (120 ml/liter air) yaitu 61,02 gram. Sedangkan berat basah

yang terendah terdapat pada perlakuan P0 yaitu 25,50 gram. Menurut

(Oviyanti et al., 2016), peningkatan pada pemberian pupuk organik cair

dengan konsentrasi 120 ml/liter air memberikan pengaruh yang optimal

terhadap tinggi daun, jumlah daun, luas daun dan berat basah tanaman

sawi.

29
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa respon pemberian

pupuk organik cair limbah rumah tangga lebih baik dalam meningkatkan

tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun dan berat basah tanaman sawi.

2. Perlakuan konsentrasi pupuk organik cair limbah rumah tangga memiliki

respon terhadap parameter jumlah daun pada umur 28 HST dan 35 HST

yaitu 9,00 helai dan 10,00 helai, luas daun pada umur 28 HST dan 35

HST yaitu 15,95cm2 dan 17,40 cm2 , berat basah pada umur 35 HST

yaitu 61,02 gram, tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman umur

28 HST dan 35 HST yaitu 26,00 cm dan 27,00 cm.

5.2. Saran.

Disarankan menggunakan pupuk organik cair limbah rumah tangga

dengan dosis 120 ml/liter air untuk meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman sawi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Barus, A. A. (2011). Pemanfaatan pupuk cair mikro untuk meningkatkan


pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.) varietas
Tosakan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Charisma, M., & Mega, A. (2012). Pengaruh Kombinasi Kompos Trichoderma


Dan Mikoriza Vesikular Arbuskular (Mva) Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kedelai (Glycine Max (L.) Merill) Pada Media Tanam Tanah Kapur.
Lenterabio: Berkala Ilmiah Biologi, 1(3), 111–116.

Darmawan, R., Juliastuti, S. R., Hendrianie, N., Qadariyah, L., Wiguno, A.,
Firdaus, A. P., Nurfia, I., Fitria, R. N., Nisa, R. A. K., & Akbar, A. F. (2022).
Pendampingan Pembuatan Pupuk Cair Berbasis Organik dan Aplikasinya
Terhadap Tanaman Uji Secara Hidroponik. Sewagati, 6(2), 136–146.

Fuad, A. (2010). Budidaya Tanaman Sawi (Brassica Juncea. L).

Ginting, A. E. B., Yuliani, Y., & Dewi, S. K. (2018). Pengaruh mikoriza vesikular
arbuskular dan Trichoderma harzianum pada pertumbuhan tanaman sawi
hijau (Brassica juncea L.) di tanah liat dan tanah pasir. LenteraBio: Berkala
Ilmiah Biologi, 7(3).

Hadid, A., Wahyudi, I., & Sarif, P. (2015). Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi
(Brassica juncea L.) akibat pemberian berbagai dosis pupuk urea. Tadulako
University.

Hadisuwito, S. (2012). Membuat pupuk organik cair. AgroMedia.

Khafi, A. M., Erwanto, D., & Utomo, Y. B. (2019). Sistem Kendali Suhu Dan
Kelembaban Pada Greenhouse Tanaman Sawi Berbasis IoT. Generation
Journal, 3(2), 37–45.

Loveless, A. R. (1983). Principles of plant biology for the tropics. Longman.

Manullang, G. S., Rahmi, A., & Astuti, P. (2014). Pengaruh jenis dan konsentrasi
pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi (Brassica
juncea L.) varietas tosakan. Agrifor: Jurnal Ilmu Pertanian Dan Kehutanan,
13(1), 33–40.

Murbandono, HS, L. (2010). Seri Agritekno : Membuat Kompos. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Oviyanti, F., Syarifah, S., & Hidayah, N. (2016). Pengaruh pemberian pupuk
organik cair daun gamal (Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp.) terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Biota, 2(1), 61–67.

31
Perwitasari, B., Tripatmasari, M., & Wasonowati, C. (2012). Pengaruh media
tanam dan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoi (Brassica
juncea L.) dengan sistem hidroponik. Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi,
5(1), 14–25.

Roidah, I. S. (2013). Manfaat penggunaan pupuk organik untuk kesuburan tanah.


Jurnal Bonorowo, 1(1), 30–43.

Roidi, A. A. (2016). Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Daun Lamtoro (Leucaena


leucocephala) Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Sawi Pak
Coy (Brasicca chinensis L). Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Rukmana, I. H. R. (1994). Bertanam Petsai & Sawi. Kanisius.

Setyaningrum, H. D., & Saparinto, C. (2012). Panen sayur secara rutin di lahan
sempit. Penebar Swadaya Grup.

Simanungkalit, R. D. M. (2006). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Organic


Fertilizer and Biofertilizer. Penerbit: Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Supramudho, G. N. (2008). Efisiensi serapan n serta hasil tanaman padi (oryza


sativa l.) pada berbagai imbangan pupuk kandang puyuh dan pupuk
anorganik di lahan sawah Palur Sukoharjo.

Sutanto, R. (2002). Penerapan Pertanian Organik: pemasyarakatan dan


pengembangannya. Kanisius.

Sutedjo, M. M. (2010). Pupuk dan Cara Pemupukan. Cetakan-9. PT. Rineka


Cipta. Jakarta.

32
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Deskripsi Tanaman Sawi

Nama latin : Brassica juncea L.

Jenis tanaman : Semusim.

Warna daun : Hijau cerah.

Bentuk Daun : Lonjong dan lebar.

Jumlah daun : 9,00 – 10,00 helai

Tinggi tanaman sawi : 26,00 – 27,00 cm.

Luas daun terlebar : 15,95 – 17,40 cm².

Permukaan daun : Halus dan lemas.

Bulu : Tidak berbulu.

Panjang : Panjang tegap.

Alat produksi : Biji.

Akar : Akar serabut.

Bunga : Warna kuning cerah.

Panen : 35 hari setelah tanam.

33
Lampiran 2 : Data Rata-Rata Tinggi Tanaman Sawi 28 HST (cm)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
P0 27,00 22,00 19,00 68,00 22,67
P1 23,00 23,00 26,00 72,00 24,00
P2 25,00 22,00 27,00 74,00 24,67
P3 23,01 28,00 27,00 78,01 26,00
P4 28,00 26,00 23,00 77,00 25,67

Lampiran 3 : Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi 28 HST

( SK ) ( Db ) ( JK ) ( KT )
Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel
Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 4 21,62802667 5,407007 0,694tn 3,478
Galat 10 77,94006667 7,794007
Total 14 99,56809333
Ket. : tn = tidak nyata

Lampiran 4.: Data Rata-Rata Tinggi Tanaman Sawi 35 HST (cm)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
P0 28,00 23,00 20,00 71,00 23,67
P1 24,00 24,00 28,00 76,00 25,33
P2 26,00 23,00 28,00 77,00 25,67
P3 24,00 29,00 28,00 81,00 27,00
P4 29,00 27,00 24,00 80,00 26,67

Lampiran 5 : Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi 35 HST

( SK ) ( Db ) ( JK ) ( KT )
Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel
Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 4 20,66667 5,166667 0,625tn 3,478
Galat 10 82,66667 8,266667
Total 14 103,3333
Ket. : tn = tidak nyata

34
Lampiran 6 : Data Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Sawi 28 HST (helai)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
P0 7,00 5,00 6,00 18,00 6,00
P1 7,00 6,00 10,00 23,00 7,67
P2 8,00 10,00 7,00 25,00 8,33
P3 10,00 8,00 9,00 27,00 9,00
P4 7,00 7,00 7,00 21,00 7,00

Lampiran 7 : Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi 28 HST

( SK ) ( Db ) ( JK ) ( KT )
Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel
Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 4 16,26667 4,066667 2,346tn 3,478
Galat 10 17,33333 1,733333
Total 14 33,6
Ket. : tn = tidak nyata

Lampiran 8 : Data Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Sawi 35 HST (helai)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
P0 7,00 6,00 6,00 19,00 6,33
P1 8,00 7,00 11,00 26,00 8,67
P2 9,00 10,00 8,00 27,00 9,00
P3 11,00 9,00 10,00 30,00 10,00
P4 8,00 8,00 8,00 24,00 8,00

Lampiran 9 : Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi 35 HST.

( SK ) ( Db ) ( JK ) ( KT )
Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel
Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 4 22,26667 5,566667 4,175* 3.478
Galat 10 13,33333 1,333333
Total 14 35,6
Ket. : * = nyata

35
Lampiran 10 : Data Rata-Rata Luas Daun Tanaman Sawi 28 HST (cm2)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
P0 12,56 13,05 12,87 38,48 12,83
P1 12,07 13,55 13,27 38,89 12,96
P2 13,52 14,24 14,67 42,43 14,14
P3 16,05 16,23 15,57 47,85 15,95
P4 14,48 15,45 14,23 44,16 14,72

Lampiran 11 : Analisis Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Sawi 28 HST.

( SK ) ( Db ) ( JK ) ( KT )
Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel
Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 4 20,16009 5,040023 16,269* 3,478
Galat 10 3,0978 0,30978
Total 14 23,25789
Ket. : * = nyata

Lampiran 12 : Data Rata-Rata Luas Daun Tanaman Sawi 35 HST (cm2)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
P0 13,05 14,05 14,67 41,77 13,92
P1 13,54 14,55 14,46 42,55 14,18
P2 14,52 15,42 15,76 45,70 15,23
P3 17,05 17,33 17,83 52,21 17,40
P4 15,51 16,17 16,20 47,88 15,96

Lampiran 13 : Analisis Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Sawi 35 HST

( SK ) ( Db ) ( JK ) ( KT )
Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel
Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 4 23,99383 5,998457 17,649* 3,478
Galat 10 3,98667 0,339867
Total 14 27,39249
Ket. : * = nyata

36
Lampiran 14 : Data Rata-Rata Berat Basah Tanaman Sawi 35 HST (g)

Ulangan
Perlakuan Total Rata-rata
1 2 3
P0 35,30 21,00 20,20 76,50 25,50
P1 37,20 53,10 40,01 130,31 43,44
P2 32,02 43,20 22,30 97,52 32,51
P3 67,50 57,84 57,72 183,06 61,02
P4 44,30 53,40 30,00 127,70 42,57

Lampiran 15 : Analisis Sidik Ragam berat basah tanaman sawi 35 HST.

( SK ) ( Db ) ( JK ) ( KT )
Sumber Keragaman Derajat Jumlah Kuadrat Fhitung F tabel
Bebas Kuadrat Tengah
Perlakuan 4 2164,736 541,184 6,379* 3,478
Galat 10 848,4378 84,84378
Total 14 3013,174
Ket. : * = nyata

37
Lampiran 16 : Bagan Percobaan Penelitian

P3 30 cm P4 P0

P0 P3 P4

P2 P0 P2

P2 P3 P1
M0

P1 P4 P1

Keterangan :

P0 = Tanpa pupuk organik cair

P1 = 40 ml/liter air

P2 = 80 ml/liter air

P3 = 120 ml/liter air

P4 = 160 ml/liter air

38
Lampiran 17 : Pembuatan Pupuk Cair Limbah Rumah Tangga.

Pembuatan pupuk organik cair ini berasal dari bahan salah satunya berasal

dari limbah rumah tangga, antara lain sisa – sisa sayuran, buah – buahan, dan lain

– lain.

Adapun cara pembuatan pupuk organik cair limbah rumah tangga adalah :

Bahan :

 Limbah rumah tangga ( sisa sayuran, buah – buahan dll ) ± 5 kg

 Air cucian beras sebanyak 1 liter

 Effective Microorganisme ( EM4 ) sebanyak 45 cc

 Ember plastik 1 buah

Cara :

 Limbah rumah tangga dipotong – potong halus

 1 liter air cucian beras + 45 cc EM4

 Kedua bahan diatas digabungkan ke dalam ember plastik dan ditutup.

 Fermentasi dilakukan selama 15 hari.

 Hari keenambelas pupuk cair sudah bisa digunakan dengan terlebih

memisahkan yang padat dan yang cair.

39

Anda mungkin juga menyukai