UNIVERSITAS WAHID
HASYIM SEMARANG
TAHUN 2020
DEFINISI ILMIAH
Bidang teknologi pertanian secara keilmuan merupakan hibrida dari ilmu teknik dan
ilmu pertanian. Sejarah lahirnya ilmu-ilmu dalam lingkup teknologi pertanian dipicu oleh
kebutuhan untuk pemenuhan pembukaan dan pengerjaan lahan pertanian secara luas di
Amerika Serikat maupun eropa pada pertengahan abad ke-18. Perkembangan pendidikan
tinggi teknologi pertanian di Indonesia yang dimulai awal tahun 1960-an tidak terlepas dari
perkembangan pendidikan tinggi teknik dan pertanian sejak zaman pendudukan Belanda yang
memang secara historis meletakkan dasarnya di Indonesia. Perang dunia I yang terjadi di
Eropa telah menyebabkan gangguan hubungan internasional antara lain, armada sulit untuk
masuk ke Samudra Hindia sehingga tenaga-tenaga ahli yang sebelumnya banyak didatangkan
dari Eropa mengalami kesulitan. Pencetakan tenaga ahli teknik menengah dan tinggi (baik
untuk bidang teknik dan pertanian) menjadi kebutuhan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
waktu pendudukan di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga terampil bidang
pertanian, peternakan dan perkebunan yang secara intensif dilakukan oleh Pemerintah Hindia
Belanda di Jawa dan Sumatra dalam program cultur stelseels pada awal abad ke-19. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, maka di Bogor (Buitenzorg) didirikan beberapa lembaga
pendidikan menengah untuk bidang pertanian dan kedokteran hewan, yakni Middlebare
Landbouw Schooll, Middlebare Bosbouw Schooll dan Nederlandssch Indische Veerleeen
Schooll.
Teknik Pertanian
Perkembangan ilmu sistem pada tahun 1980-an memberikan imbas pada bidang
teknik pertanian, dengan berkembangnya ranah sistem dan manajemen mekanisasi pertanian,
yang merupakan penerapan manajamen dan analisis sistem untuk penerapan mekanisasi
pertanian. Perkembangan berikutnya, pada abad ke-20 menuju abad ke-21 berkaitan dengan
ilmu komputasi, teknologi pembantu otak dan otot lewat sistem kontrol, sistem pakar,
kecerdasan buatan berupa penerapan robot pada sistem pertanian, menjadikan teknik
pertanian berkembang menjadi sistem teknik pertanian (Agricultural System Engineering).[butuh
rujukan]
Objek formal yang berupa kegiatan reproduksi flora dan fauna serta biota akuatik
didekati lebih luas lagi sebagai sistem hayati/biologis dengan orientasi pemecahan masalah
pertanian secara holistik. Dalam pendekatan ini sumber daya hayati berupa
mikrob/mikroorganisme turut dijadikan objek formal dalam produksi dan peningkatan
biomassa. Di beberapa perguruan tinggi di Amerika dan Jepang, program studi atau
departemen yang dulu bernama Teknik Pertanian, kini berganti dengan nama Teknik Sistem
Biologis (Biological System Engineering).
Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan kajian
sebagai objek formal ilmu terapan dan ditopang dengan tuntutan industri, terutama di negara
maju. Kondisi ini melahirkan cabang bidang ilmu teknologi pangan yang merupakan
penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik
(engineering), ekonomi dan manajemen pada seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan
dari sejak pemanenan sampai menjadi hidangan[4]. Teknologi pangan merupakan penerapan
ilmu dan teknik pada penelitian, produksi, pengolahan, distribusi, dan penyimpanan pangan
berikut pemanfaatannya[5]. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi
pangan meliputi ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan teknik
proses.[butuh rujukan]
Ilmu pangan merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika, dan
teknik dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-
prinsip yang mendasari pegolahan pangan.
1. Sistem teknologi proses industri pertanian, kegiatan pertanian yang berkaitan dengan
perencanaan, instalasi dan perbaikan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bahan,
sumber daya, peralatan,dan energi pada pabrik agroindustri.
2. Manajemen industri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, pengoperasian dan
perbaikan suatu sistem terpadu pada permasalahan sistem usaha agroindustri.
3. Teknoekonomi agroindustri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, analisis dan
perumusan kebijakan suatu sistem terpadu pada permasalahan sektor agroindustri.
4. Manajemen mutu, penerapan prinsip-prinsip manajemen (perencanaan, penerapan dan
perbaikan) pada bahan (dasar, baku), sistem proses, produk, dan lingkungan untuk
mencapai taraf mutu yang ditetapkan.
Kegiatan hilir dari pertanian berupa penanganan, pengolahan, distribusi, dan pemasaran yang
semula secara sederhana serta tercakup dalam teknologi hasil pertanian, berkembang menjadi
lebih luas dengan pendekatan dari sistem Industri.
Teknologi hasil pertanian disebut juga dengan teknologi pangan. Bahan pangan
sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat penting dijadikan kajian sebagai objek
formal ilmu teknik dan ditopang dengan tuntutan industri. Kondisi ini melahirkan cabang
bidang ilmu teknologi pangan yang merupakan penerapan ilmu-ilmu dasar (kimia, fisika dan
mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen pada
seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak pemanenan sampai menjadi
hidangan. Teknologi pangan merupakan penerapan ilmu dan teknik pada penelitian, produksi,
pengolahan,distribusi, penyimpanan pangan berikut pemanfaatannya.
Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan meliputi ilmu
pangan,kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan dan teknik proses Ilmu pangan
merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika dan teknik dalam mempelajari sifat-
sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan dan prinsip-prinsip yang mendasari
pegolahan pangan. Pengolahan lebih lanjut terhadap produksi hasil pertanian juga akan
menambah nilai jual dari hasil pertanian tersebut yang mana secara langsung akan
berpengaruh kepada ekonomi dan perkembangan pertannian itu sendiri. Teknologi hasil
pertanian juga mampu meminimalisir resiko pertanian karena karakteristik produk pertanian
biasanya mudah rusak, dengan adanya teknologi hasil pertanian hal yang ditakutkan bias
teratasi. Seperti pengolahan lebih lanjut dari ubi yang biasanya harganya hanya Rp. 2000 /kg
ketika disentuh oleh teknologi hasil pertanian misalnya diolah menjadi tepung maka akan
meningkatkan nilainya hingga beberapa kali lipat.
· Sistem teknologi proses industri pertanian, kegiatan pertanian yang berkaitan dengan
perencanaan, instalasi dan perbaikan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bahan,
sumberdaya, peraltan dan energi pada pabrik agroindustri.
Kemajuan teknologi bidang pertanian mempunyai dua sisi yang berdampak pada
bidang pertania, yang pertama dampak positif dan dampak negatif.
1) Dampak Positif
Pengolahan lahan yang luas membuat para petani memerlukan waktu yang lama tanpa
adanya teknologi. Orang dapat menghabiskan waktu 1 hari dalam mengolah lahan pertanian
seluas 3 hetar. Namun dengan adanya teknologi petani akan lebih mudah dan cepat dalam
mengolah lahan mereka. Contohnya saja dengan mengunakan mesin traktor. Dulu belum ada
mesin traktor yang ada hanyalah mereka menggunakan bantuan hewan seperti kerbau dan
sapi untuk menarik garu atau yang lebih sederhana lagi hanya menggunakan cangkul. Itulah
yang membuat mereka lama dalam mengolah lahan mereka. Selain dari segi waktu yang
pastinya lebih hemat penggunaan teknologi juga hasil yang diperoleh oleh petani lebih
beragam produk dan lebih melimpah. Dulu petani biasa menanam jagung biasa, sekarang
dengan cara pengawinan tanaman (jagung) dapat menghasilkan jagung hibrida yang lebih
banyak hasil dan lebih menarik bentuk fisik dari jagung tersebut. Dan masih banyak lagi
tentunya keuntungan-keuntugan dari penggunaan tekologi.
2. Dampak Negatif