Anda di halaman 1dari 14

DASAR DASAR ILMU PERTANIAN DAN

AGRIBISNIS

Oleh :
RAHIM
2416037

Prodi Agribisnis
Universitas Wira Wacana

A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Agribisnis


Istilah agribusinessuntuk pertama kali dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun
1955, ketika John H. Davis menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya yang
disampakan pada "Boston Conference on Disiribution". Kemudian John H. Davis dan Ray
Goldberg kembali lebih memasyarakatkan agribisnis melalui buku mereka yang berjudul "A
Conception of Agribusiness" yang terbit tahun 1957 di Harvard University.
Ketika itu kedua penulis bekerja sebagai guru besar pada Universitas tersebut. Tahun 1957,
dianggap oleh para pakar sebagai tahun kelahiran dari konsep agribisnis. Dalam buku
tersebut, Davis dan Golberg mendefinisikan agribisnis sebagai berikut: "The sum total of all
operation involved in the manufacture anddistribution of farm supplies: Production
operation on farm: and thestorage, processing and distribution of farm commodities and
items madefrom them". Berikut pengertian agribisnis sebagai suatu system menurut beberapa
ahli :

Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah
kegitan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang
ditunjang oleh kegiatn pertanian.

Agribusiness included all operations involved in the manufacture and


distribution of farm supplies, productions on the farm; the storage, processing
and distribution of farm commodities made from them, trading ( wholesaler,
retailers), consumers to it, all non farm firms and instituton serving them.

Agribisnis sebagai suatu sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan
bahwa agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam
rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai
suatu totalitas.

Dengan definisi ini dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua
kegiatan pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the
manufacture and distribution of farm supplies), produksi usaha tani (Production on the farm)
dan pemasaran (marketing) produk usaha tani ataupun olahannya. Ketiga kegiatan ini
mempunyai hubungan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu kegiatan akan
berpengaruh terhadap kelancaran seluruh kegiatan dalam bisnis. Karenanya agribisnis
digambarkan sebagai satu sistem yang terdiri dari tiga subsistem.

Gambar Sistem Agribisnis


A. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi
Sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk , obat
pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar. Pelaku-pelaku kegiatan
pengadaan dan penyaluran sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta,
pemerintah, koperasi. Betapa pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari
berbagai unsur itu guna mewujudkan sukses agribisnis.
B. Subsistem Usaha Tani
Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buahbuahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan dalam
subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak,
pengusaha tanaman hias dll.
C. SubsistemPengolahan dan Pemasaran (Tata niaga)
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usaha
tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya
mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku
kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke
konsumen, pengalengan dll. Agroindustri yang mengolah produk usaha tani disebut
agroindustri hilir. Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan karena dapat
mencipakan lapangan kerja.
Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktivitas, mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produkproduk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
subsistem yaitu:
1. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan
pengembangan sumberdaya manusia.
2. Subsistem budidaya dan usaha tani.

3. Subsistem pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, dan


4. Subsistem pemasaran hasil pertanian.
B. SISTEM AGRIBISNIS
Secara konsepsional sistem agribisnis dapat diartikan sebagai semua aktifitas, mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi (input) sampai dengan pemasaran produkproduk yang dihasilkan oleh usaha tani serta agroindustri, yang saling terkait satu sama lain.
Dengan demikian sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
subsistem yaitu:
A.

Subsistem Agribisnis/Agroindustri Hulu


Meliputi pengadaan sarana produksi pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan
ternak, pupuk , obat pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat,
mesin, dan peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi. Betapa
pentingnya subsistem ini mengingat perlunya keterpaduan dari berbagai unsur itu guna
mewujudkan sukses agribisnis. Industri yang meyediakan sarana produksi pertanian disebut
juga sebagai agroindustri hulu (upstream). Kenudian ada beberapa pendapat mengenai
subsitem agribisnis hulu :
1. Menurut Departemen Pertanian (2001), subsistem hulu merupakan industri yang
menghasilkan barang-barang sebagai modal bagi kegiatan pertanian yang mencakup
industri pembibitan tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk,pestisida,obatobatan), dan industri agro otomotif (mesin dan peralatan pertanian) seta industri
pendukungnya.
2. Subsistem agribisnis hulu adalah subsistem yang mencakup semua kegiatan untuk
memproduksi dan menyalurkan input-input pertanian dalam arti luas (Purnomo, 2009)
3. Saragih dalam Suryanto (2004) mengatakan bahwa subsistem agribisnis hulu
(upstream off-farm agribusiness), mencakup kegiatan ekonomi industri yang
menghasilkan sarana produksi seperti pembibitan, usaha industri pupuk, industri obatobatan, industri pestisida dan lain-lain beserta kegiatan perdagangannya.
4. Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input (input factor
subsystem), yaitu subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem
ini berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi
dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau budidaya
pertanian (on-farm agribusiness). (Saragih: 1998)
5. Kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industri
dan perdagangan agrokimia (pupuk, pestisida, dll), industri agrootomotif (mesin dan
peralatan), dan industri benih/bibit (Hanafi, 2012).

Fungsi dan Contoh Subsistem Agribisnis Hulu


Subsistem agribisnis hulu memiliki beberapa fungsi penting yaitu:

1. Menghasilkan dan menyediakan sarana produksi pertanian terbaik agar mampu


menghasilkan produk usahatani yang berkualitas.
2. Memberikan pelayanan yang bermutu kepada usahatani.
3. Memberikan bimbingan teknis produksi.
4. Memberikan bimbingan manajemen dan hubungan sistem agribisnis.
5. Memfasilitasi proses pembelajaran atau pelatihan bagi petani
6. Menyaring dan mensintesis informasi agribisnis praktis untuk petani
7. Mengembangkan kerjasama bisnis (kemitraan) untuk dapat memberikan keuntungan
bagi para pihak.
Sesuai dengan pengertian, subsistem agribisnis hulu bergerak pada bidang penyediaan sarana
produksi. Terdapat beberapa jenis perusahaan maupun usaha yang bergerak pada subsistem
ini, seperti penyediaan pupuk, benih, pestisida, alat serta mesin pertanian, dan sebagainya. Di
Indonesia, cukup banyak perusahaan atau usaha yang bergerak di bidang ini. Sebagai contoh
perusahaan dalam penyediaan pupuk yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kaltim, PT
Kujang, PT Pusri, dan sebagainya. Sedangkan perusahaan dalam penyediaan benih yaitu PT
Arindro Utama Perkasa, PT Sang Hyang Seri, PT Syngenta, dan lain-lain. Sementara itu,
perusahaan penyediaan alat dan mesin produksi seperti PT Putra Andalan Jaya, dan masih
banyak yang lainnya.
Permasalahan yang dihadapi dalam Subsistem Agribisnis Hulu
Dalam menjalankan sebuah sistem, tentunya terdapat hambatan maupun masalah-masalah
yang terjadi. Contohnya saja pada penyediaan sarana produksi berupa benih. Di Indonesia,
perusahaan-perusahaan bibit dan benih masih menghadapi kendala pada penyediaan dana,
dimana dalam melakukan proses produksi perusahaan lokal masih sering kali bergantung
pada dana yang diberikan investor asing. Keterbatasan modal yang dimiliki, berdampak pada
keterbatasan peralatan produksi canggih. Hal ini tentu saja akan memberikan pengaruh pada
benih atau bibit yang diproduksi.
Tidak hanya itu, perusahaan benih lokal dan pemerintah belum mengadakan penelitian atau
riset lebih lanjut mengenai benih-benih yang diproduksi. Pengembangan terhadap produk
bibit dan benih juga belum dilakukan secara maksimal. Keadaan ini menyebabkan untuk
memperoleh bibit dan benih unggul, petani harus mengeluarkan modal yang lebih besar
untuk membeli bibit maupun benih dari perusahaan benih asing atau impor.
Belum berhenti sampai disitu, benih dan bibit yang dihasilkan oleh perusahaan lokal juga
masih memiliki kualitas yang berada dibawah bibit dan benih dari luar negeri. Hal tersebut
salah satunya dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah terhadap perlindungan hukum
bagi perusahaan benih lokal. Selain itu, dibutuhkan juga dukungan dalam melakukan
penelitian untuk menemukan kultivar-kultivar baru yang berkualitas.
B.

Subsistem budidaya / usahatani


Usaha tani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buahbuahan, bunga dan tanaman hias, hasil ternak, hewan dan ikan. Pelaku kegiatan dalam

subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak,
pengusaha tanaman hias dan lain-lain. Terdapat beberapa pengertian Usaha Tani yaitu :
1. Menurut Bachtiar Rivai (1980) usahatani adalah organisasi dari alam, kerja dan
modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.
2. Menurut A.T.Mosher (1966) usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi di mana
seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau
memelihara ternak.
3. Menurut J.P.Makeham dan R.L.Malcolm (1991) usahatani (farm management) adalah
cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usahatani
Menurut Fadholi (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usahatani
digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Faktor intern (faktor-faktor pada usahatani itu sendiri), yang terdiri dari :

Petani Pengelola

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh
kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian,
peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil laut. Petani tersebut bertanggung jawab tehadap
pengelolaan usahatani yang ia lakukan, apabila petani dapat melakukan pengelolaan secara
baik maka usahatani yang ia lakukan juga dapat berkembang dengan baik, dan sebaliknya.
Pengelolaan usahatani itu juga tergantung dari tingkat pendidikan petani sendiri dan
bagaimana cara ia memanfaatkan berbagai faktor produksi yang ada untuk digunakan secara
efektif dan efisien agar mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jadi disini petani berperan
penting sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dari usahatani yang dilakukan.

Tanah Usahatani

Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani
menentukan pendapatan, taraf hidupnya, dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani. Tanah
berkaitan erat dengan keberhasilan usaha tani dan teknologi modern yang dipergunakan.
Untuk mencapai keuntungan usaha tani, kualitas tanah harus ditingkatkan. Hal ini dapat
dicapai dengan cara pengelolaan yang hati-hati dan penggunaan metode terbaik.
Pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan,
tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah
sawah, tegalan, dan sebagainya) dan topografi (tanah dataran pantai, rendah dan dataran
tinggi).
Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiannya didasarkan kepada:
1. Kemampuan tanah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman. Makin banyak
tanaman makin baik.
2. Kemampuan untuk berproduksi. Makin tinggi produksi per satuan luas makin baik.

3. Kemampuan untuk berproduksi secara lestari, makin sedikit pengawetan tanah makin
baik.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah energi yang di curahkan dalam suatu proses kegiatan untuk
menghasilkan suatu produk. Pembicaraan mengenai tenaga kerja dalam pertanian di
Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usahatani kecil-kecilan
(usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang
besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya.
Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri
yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani. Anak-anak
berumur 12 tahun misalnya sudah dapat merupakan tenaga kerja yang produktif bagi
usahatani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga
pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dalam uang. Peran
anggota keluarga tani dalam mengelola kegiatan usahatani bersama dapat mengurangi biaya
pengeluaran untuk membayar tenaga kerja sewa.
Berbeda dengan usahatani dalam skala besar, tenaga kerja memegang peranan yang penting
karena tenga kerja yang ada memiliki skill/keahlian tertentu dan berpendidikan sehingga
mampu menjalankan usahatani yang ada dengan baik, tentu saja dengan seorang pengelola
(manager) yang juga memiliki keahlian dalam mengembangkan usahatani yang ada.

Modal

Seringkali dijumpai adanya pemilik modal besar yang mampu mengusahakan usahataninya
dengan baik tanpa adanya bantuan kredit dari pihak lain. Golongan pemilik modal yang kuat
ini sering ditemukan pada petani besar, petani kaya dan petani cukupan, petani komersial atau
pada petani sejenisnya. Sebaliknya, tidak demikian halnya pada petani kecil. Golongan petani
yang diklasifikasikan sebagai petani yang tidak bermodal kuat yaitu petani kecil, petani
miskin, petani tidak cukupan dan petani tidak komersial. Karena itulah mereka memerlukan
kredit usahatani agar mereka mampu mengelola usahataninya dengan baik.
Kredit usaha tani adalah kredit modal kerja yang disalurkan melalui koperasi/KUD dan LSM,
untuk membiayai usaha tani dalam intensifikasi tanaman padi, palawija dan hortikultura.
Kredit program ini dirancang untuk membantu petani yang belum mampu membiayai sendiri
usaha taninya. Sistem penyaluran kredit ini dirancang sedemikian rupa agar dapat diakses
secara mudah oleh petani, tanpa agunan dan prosedur yang rumit.
Bila tidak ada pinjaman yang berupa kredit usaha tani ini, maka mereka sering menjual harta
bendanya atau sering mencari pihak lain untuk membiayai usahataninya itu.

Tingkat Teknologi

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apa pun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan
teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru
dalam bidang pertanian. Demikian pula Revolusi Hijau mulai tahun 1969/1970 disebabkan
oleh penemuan teknologi baru dalam bibit padi dan gandum yang lebih unggul dibanding
bibit-bibit yang dikenal sebelumnya.
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk
menaikkan produktivitas apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Dengan

penggunaan teknologi yang lebih maju dari sebelumnya maka usahatani yang dilakukan
dapat lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimal dengan
produktivitas yang tinggi.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian kadang-kadang
digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama dan sering
dipertukarkan karena keduanya menunjukkan pada soal yang sama yaitu perubahan teknik
(technical change) dan inovasi (innovation). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan
unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan
jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Inovasi berarti pula
suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.
Inovasi selalu bersifat baru.
Namun, teknologi juga dapat menjadi kendala usahatani karena sulitnya penerimaan petani
terhadap teknologi baru dikarenakan ketidakpercayaannya pada teknologi tersebut, dan juga
karena faktor budaya dari petani itu sendiri yang enggan menerima teknologi maupun
inovasi.
Teknologi mempunyai sifat sebagai berikut :
a)
Tingkat keuntungan relatif dari inovasi tersebut. Semakin tinggi tingkat keuntungan
relatif semakin cepat pula teknologi tersebut diterima oleh masyarakat.
b) Tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Semakin tinggi
tingkat kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, semakin cepat pula inovasi
tersebut di terima.
c)
Tingkat kerumitan (complexity) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin tinggi
tingkat kerumitan dari inovasi, semakin sulit diterima masyarakat.
d) Tingkat mudah diperagakan (triability) dari inovasi yang akan disebarkan. Semakin
tinggi tingkat kemudahan diperagakan dari inovasi yang akan disebarkan, semakin mudah
inovasi itu diterima masyarakat.
e)
Tingkat kemudahan dilihat dari hasilnya (observability). Semakin tinggi tingkat
observability semakin mudah inovasi tersebut diterima oleh masyarakat.

Kemampuan Petani Mengalokasikan Penerimaan Keluarga

Hasil dari usahatani skala keluarga merupakan penerimaan keluarga yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga tersebut dan juga menyambung kembali
keberlangsungan usahatani mereka. Jika seorang petani dapat mengelola penerimaan
usahataninya dengan baik maka kebutuhan keluarganya dan usahataninya dapat tercukupi,
sebaliknya jika tidak mampu mengelola dan mengalokasikan penerimaan keluarga dari hasil
usahatani maka kebutuhannya tidak dapat tercukupi dengan baik.

Jumlah Keluarga

Jumlah keluarga berhubungan dengan banyak sedikitnya potensi tenaga kerja yang tersedia di
dalam keluarga. Dalam usahatani skala kecil sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga
petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak-anak petani.
Semakin banyak jumlah keluarga produktif yang mampu membantu usahatani maka biaya
tenaga kerja pun semakin banyak berkurang. Dan biaya tersebut dapat dialokasikan untuk
keperluan lain.

2. Faktor ekstern (faktor-faktor di luar usahatani), antara lain :

Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi dalam usahatani tentu saja sangat membantu dan mempengaruhi
keberhasilan usahatani, misalnya dalam proses pengangkutan saprodi dan alat-alat pertanian,
begitu juga dengan distribusi hasil pertanian ke wilayah-wilayah tujuan pemasaran hasil
tersebut, tanpa adanya transportasi maka proses pengangkutan dan distribusi akan mengalami
kesulitan.
Begitu pula dengan ketersediaan sarana komunikasi, pentingnya interaksi sosial dan
komunikasi baik antara petani dan petani, petani dan kelembagaan, serta petani dan
masyarakat diantaranya dapat meningkatkan kualitas SDM petani, mengembangkan pola
kemitraan, mengembangkan kelompok tani melalui peningkatan kemampuan dari aspek
budidaya dan aspek agribisnis secaa keseluruhan, memperkuat dan melakukan pembinaan
terhadap seluruh komponen termasuk petani melalui peningkatan fasilitas, kerja sama dengan
swasta, pelayanan kredit dan pelatihan. Jika sarana komunikasi dalam berusahatani kurang
mencukupi maka perkembangan usahatani dan petani yang menjalankan kurang maksimal
karena ruang lingkup interaksi sosialnya sempit.

Aspek-Aspek Yang Menyangkut Pemasaran Hasil dan Bahan-Bahan Usahatani


(harga hasil, harga saprodi dan lain-lain)

Harga hasil produksi usahatani mempengaruhi keuntungan yang didapat, semakin tinggi hasil
produksi dan semakin mahal harganya maka keuntungan dari usahatani pun semakin tinggi
pula, namun harga saprodi juga mempengaruhi penerimaan hasil secara keseluruhan Karena
harga saprodi merupakan modal utama dalam berusahatani entah itu harga alat-alat pertanian,
bahan-bahan utama seperti benih, bibit, pupuk, dan obat-obatan dan sebagainya. Maka
perhitungan, analisis dan pengelolaan/pengalokasian dana yang baik akan mempengaruhi
hasil yang didapat dalam berushatani.

Fasilitas Kredit

Kredit adalah modal pertanian yang yang diperoleh dari pinjaman. Pentingnya peranan kredit
disebabkan oleh kenyataan bahwa secara relatif memang modal merupakan faktor produksi
non-alami (buatan manusia) yang persediannya masih sangat terbatas terutama di negaranegara yang sedang berkembang. Lebih-lebih karena kemungkinan yang sangat kecil untuk
memperluas tanah pertanian.
Perlunya fasilitas kredit :
a. Pemberian kredit usahatani dengan bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani
melakukan inovasi-inovasi dalam usahataninya.
b. Kredit itu harus bersifat kredit dinamis yang mendorong petani untuk menggunakan secara
produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti.
c. Kredit yang diberikan selain merupakan bantuan modal juga merupakan perangsang untuk
menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan
produksi
d. Kredit pertanian yang diberikan kepada petani tidak perlu hanya terbatas pada kredit
usahatani yang langsung diberikan bagi produksi pertanian tetapi harus pula mencakup
kredit-kredit untuk kebutuhan rumah tangga (kredit konsumsi).

Adapun lembaga-lembaga kredit yang ada di Indonesia bagi masyarakat tani dapat
digolongkan sebagia berikut :
a.Bank yang meliputi Bank Desa, Lumbung Desa dan Bank Rakyat Indonesia
b. Perusahaan Negara Pegadaian
c. Koperasi-Koperasi Desa dan Koperasi Pertanian (Koperta)
Dengan adanya fasilitas kredit dari pemerintah kepada para petani maka diharapkan usahatani
dapat terus dilakukan dan dikembangkan tanpa adanya kesulitan modal tapi dengan kredit
bunga ringan.

Sarana Penyuluhan Bagi Petani

Penyuluh memberikan jalan kepada petani untuk mendapatkan kebutuhan informasi tentang
cara bertani atau teknologi baru untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan
kesejahteraannya. Selain itu, penyuluh juga memberikan pendidikan dan bimbingan yang
kontinyu kepada petani.
Dalam proses peningkatan teknologi dan penyebaran inovasi pada masyarakat, penyuluh
berfungsi sebagai pemrakarsa yang tugas utamanya membawa gagasan-gagasan baru.
Beberapa peranan yang harus dilakukan penyuluh agar proses peningkatan teknologi dan
penyebaran inovasi dapat berjalan efektif adalah :
a)

Menumbuhkan kebutuhan untuk berubah.

b)
Membangun hubungan untuk perubahan. Hubungan ini tentunya harus terbina diantara
sasaran perubahan (klien) dan penyuluh.
c)
Diagnosa dan penjelasan masalah yang dihadapi oleh klien. Gejala-gejala dari masalah
yang dihadapi haruslah diketahui dan dirumuskan menjadi maslah bersama sasaran
perubahan.
d) Mencari alterntif pemecahan masalah. Selain itu tujuan dari perubahan harus juga
ditetapkan dan tekad untuk bertindak harus ditumbuhkan.
e)

Mengorganisasikan dan menggerakkan masyarakat ke arah perubahan.

f)

Perluasan dan pemantapan perubahan.

g)
Memutuskan hubungan antara klien dan penyuluh untuk perubahan itu. Hal itu
diperlukan untuk mencegah timbulnya sikap kertergantungan masyarakat pada penyuluh
Penyuluh disini bersifat membantu agar kebutuhan informasi yang berhubungan dengan
pertanian dapat tesalurkan dengan baik ke petani-petani, serta untuk meningkatkan teknologi
dan inovasi petani tradisional menjadi lebih modern.
Menurut Soekartawi (2002), untuk mendukung keberhasilan pengembangan dan
pembangunan petani, aspek yang akan berperan adalah :

1. Aspek sumberdaya (faktor produksi)


2. Aspek kelembagaan
3. Aspek penunjang pembangunan pertanian

Bila uraian tersebut di atas dikaji/ditelaah lebih mendalam, maka keberhasilan usahatani tidak
terlepas dari :
1. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang terdiri dari :

Pasaran untuk hasil-hasil usahatani

Teknologi yang selalu berubah

Tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local

Perangsang produksi bagi para petani

Pengangkutan (transportasi)

2. Faktor pelancar pembangunan pertanian, yang terdiri dari :

Pendidikan pembangunan

Kredit produksi

Kegiatan gotong royong oleh para petani

Perbaikan dan perluasan tanah/lahan pertanian

Perencanaan nasional untuk pembangunan pertanain

Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai Masalah dalam Usaha Tani dan


Solusinya.
Sebagian dari wilayah Kabupaten Lombok Timur tepatnya di Kecamatan Sembalun yang
terletak di sekitar kaki Gunung Rinjani termasuk zone agroekologi lahan kering dataran
tinggi dengan ketinggian antara 700 1300 mdpl. Mengingat kondisi tersebut maka
kendala yang sering dihadapi oleh petani di wilayah tersebut adalah aspek sosial ekonomi
usahatani tanaman padi, yang menjadi dasar pertimbangan untuk dikaji lebih jauh dan
bagaimana upaya atau solusi pemecahannya. Tujuan pengkajian adalah untuk mengetahui
kendala sosial ekonomi dan upaya pemecahannya. Kendala sosial ekonomi usahatani padi
yang terjadi antara lain yaitu :
1. Biaya pengolahan tanah usahatani padi relatif mahal.

Pengolahan tanah di desa Sajang dilakukan dengan menggunakan tenaga ternak sapi. Biaya
pengolahan tanah relatif mahal yaitu mencapai Rp 50.000/pasang/hari. Untuk membajak
lahan 1 ha membutuhkan 6 pasang sapi selama 2 (dua) hari. Sehingga apabila ditotal maka
jumlah biaya pengolahan tanah untuk lahan 1 ha sebesar Rp 600.000 belum termasuk biaya
makan dan minum. Tiap satu pasang sapi minimal membutuhkan 2 (dua) orang tenaga
manusia. Tingginya biaya pengolahan tanah disebabkan semakin terbatasnya tenaga kerja
ternak sapi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka alternatif pemecahan masalah
adalah pola kemitraan sapi dengan pola kadasan kepada penggarap sekaligus dapat digunakan
sebagai tenaga olah tanah.

2. Biaya modal usaha relatif tinggi.


Modal usaha petani untuk tanaman pangan diketahui relatif sangat terbatas. Keterbatasan
modal tersebut menyebabkan petani meminjam modal kepada rentenir, bank rontok (pelepas
uang) dan pengijon. Petani tidak mempunyai akses kepada lembaga keuangan baik lembaga
formal maupun non formal. Lembaga keuangan non formal pedesaan seperti koperasi tani,
koperasi simpan pinjam, dan sebagainya masih belum ada. Lembaga keuangan formal yang
memberikan skim kredit pertanian kepada petani juga belum ada. Keadaan tersebut dengan
terpaksa petani harus mengambil kredit kepada rentenir dan pelepas uang untuk modal
usahataninya meskipun dengan bunga yang tinggi. Akibatnya biaya modal usaha relatif
tinggi.
Salah satu solusi masalah tersebut adalah membangun kelembagaan non formal dari
kelompok yang sudah ada dengan kesepakatan atau sebagai dasar untuk mengikat para
petani untuk andil dalam pengembangan modal usaha.

Ketersediaan informasi alternatif usahatani yang menguntungkan relatif terbatas.


Secara umum petani tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan pilihan usahatani
pangan yang menguntungkan. Hal tersebut disebabkan karena ketersediaan informasi
alternatif usahatani tanaman pangan yang menguntungkan relatif terbatas. Keterbatasan
tersebut disebabkan oleh kemampuan petani, informasi inovasi dan perencanaan pola tanam
pada usahatani tanaman pangan yang lemah. Peluang pengembangan tanaman pangan dengan
memanfaatkan sumberdaya air hujan yang terbatas melalui penerapan pola tanam belum
dimanfaatkan petani. Akibatnya strategi ketahanan pangan rumahtangga petani sangat lemah.
Solusi menghadapi permasalaha tersebuut yaitu dengan membangun lembaga pendataan
bisnis pertanian di pedesaan sehingga dengan adanya lembaga ini dapat menyiapkan segala
informasi yang dibutuhkan oleh petani.

Biaya transportasi komoditi pertanian dan input relatif mahal.


Biaya pemasaran hasil komoditi pertanian relatif mahal. Tingginya biaya pemasaran ini
disebabkan ketersediaan jalan usahatani sangat terbatas. Kondisi jalan desa sebagian besar
rusak, sarana transportasi relatif terbatas. Prasarana dan saranan transportasi yang terbatas
menyebabkan biaya angkut saprodi dan hasil usahatani relatif mahal. Sementara sarana pasar
desa yang dapat meningkatkan dinamika pemasaran hasil pertanian belum tersedia. Sarana
produksi di kota kecamatan Sembalun. Demikian halnya hasil pertanian dari desa Sajang
sebagian besar dijual ke pasar kecamatan Sembalun. Biaya angkut saprodi maupun hasil

pertanian bervariasi antara Rp 5.000 Rp 10.000/kw tergantung jarak tempuh. Sedangkan


biaya angkut input dari rumah ke lahan usahatani dan biaya angkut hasil pertanian dari lahan
ke rumah rata-rata Rp. 5.000/kw.
Langkah untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan membangun jalan usahatani dari
hutan cadangan pangan (HCP) ke desa sehingga biaya angkut hasil pertanian dapat ditekan
dan harga jual hasil pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya jalan pintas tersebut.

Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas.


Kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan formal sangat terbatas. Hal ini
disebabkan prosedur yang sulit dan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki petani sehingga
tidak ada jaminan yang dapat digunakan sebagai agunan untuk meminjam uang di bank.
Selain itu kepercayaan bank kepada petani relatif rendah. Hal ini disebabkan adanya sebagian
petani yang menganggap apabila diberi pinjaman pemerintah maka pinjaman tersebut
dianggap sebagai pemberian yang tidak harus dikembalikan.
Untuk mengatasi anggapan petani tersebut adalah dengan menumbuh-kembangkan inovasi
modal sosial. Sedangkan untuk mengatasi kesulitan mengakses lembaga keuangan formal
maka alternatif pemecahannya adalah dengan membangun kelembagaan non formal di
pedesaan.
Contoh Pengalaman di Lapangan Mengenai keberhasilan dalam Usahatani
Desa Junrejo Kabupaten Malang terdapat seseorang yang merintis usahanya dalam
bidang pertanian mulai dari posisi yang sangat bawah. Kebanyakan orang usaha dalam
pertanaian hanya memandang bahwa, saat kita menjadi buruh tani maka selamanya akan
menjadi buruh tani. Namun hal itu tidak terjadi pada Pak Badu, beliau merintis usahanya
dengan memulai menjadi buruh tani bagi tuannya. Uang hasil jerih payahnya disisihkan
sedikit demi sedikit sehingga beliau mulai membeli sepetak tanah hanya luasan yang sangat
kecil. Namun dengan berjalannya waktu dia tidak lagi menjadi buruh tani, melainkan menjadi
petani yang sukses. Beliau saat ini memeliki tanah seluas lebih dari satu hektar. Beliau saat
ini memiliki komoditas yang bermacam macam dan dengan berkala dia menjualnya di
pasar Batu. Hal ini juga didorong dari kemajuan teknologi yang mendorong semakin
meningkatkan keuntungannya. Keberhasilannya juga tidak lepas dari dorongan keluarganya.

C.

Subsistem Agribisnis/agroindustri Hilir meliputi Pengolahan dan Pemasaran (Tata


niaga) produk pertanian dan olahannya
Dalam subsistem ini terdapat rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan produk usaha tani,
pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Sebagian dari produk yang dihasilkan dari usaha
tani didistribusikan langsung ke konsumen didalam atau di luar negeri. Sebagian lainnya
mengalami proses pengolahan lebih dahulu kemudian didistribusikan ke konsumen. Pelaku
kegiatan dalam subsistem ini ialah pengumpul produk, pengolah, pedagang, penyalur ke
konsumen, pengalengan dan lain-lain. Industri yang mengolah produk usahatani disebut
agroindustri hilir (downstream). Peranannya amat penting bila ditempatkan di pedesaan
karena dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian di pedesaan, dengan cara
menyerap/mencipakan lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Berikut adalah contoh Pengolahan dan Pemasaran Tebu
SekilasTebu

Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini
hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di
Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).
Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan
helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan
menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang
berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman
bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan
diameter batang antara 2-4 cm (Dinas Perkebunan, 2004).
Daur hidup tebu melalui 5 fase, antara lain :
1. Perkecambahan; Perkecambahan dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar
stek pada umur 1 minggu dan diakhiri. Pada fase kecambah pada umur 5 minggu.
2. Pertunasan; Pertunasan dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan.
3. Pemanjangan Batang; Pemanjangan batang dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9
bulan.
4. Pemasakan; Pemasakan merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif
menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai
terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut
juga fase penimbunan rendemen gula.
5. Kematian; Pada fase ini tanaman tebu mulai mati setelah melalui kemasakan optimum
hingga kembali menurun kadar gulanya.(KPPBUMN, 2007).

Anda mungkin juga menyukai