Anda di halaman 1dari 12

MPT

SISTEM PRODUKSI
TANAMAN
SEJARAH

 Sejarah budidaya tanaman telah berlangsung sangat lama. Candi


Borobudur yang dibangun pada tahun 824 M sudah mengabadikan
tanaman padi, pisang, mangga, durian dan nangka pada relief di
dindingnya. Demikian pula relief ataupun patung di candi-candi lain,
seperti Candi Mendut dan Candi Sukuh telah menggambarkan
pentingnya buah-buahan, sayuran dan bunga. Demikian juga tanaman
obat telah digunakan oleh bangsa Indonesia sejak jaman dahulu kala.
 Pada saat ini, sistem produksi tanaman dapat dikelompokkan atas tujuh
sistem produksi. Ketujuh sistem produksi tersebut dari sistem yang hampir
tanpa pengelolaan sampai sistem dikelola dengan intensif, masih
terdapat di Indonesia.
Sistem produksi tersebut meliputi:

1. Sistem Ladang Berpindah


2. Sistem Hutan Kebun
3. Sistem Perladangan
4. Sistem Pekarangan
5. Sistem Persawahan
6. Sistem Perkebunan Rakyat
7. Sistem Perkebunan Inti Rakyat
8. Sistem Perkebunan Negara
9. Sistem Industri 1. Pendekatan Konvensional
1. Pendekatan Monokultur
2. Pendekatan Intensif
2. Pendekatan Tumpangsari
3. Konservatif
Sistim Ladang Berpindah

 Suatu sistem usaha tani yang dimulai dengan penebangan


pohon-pohon (biasanya pohon-pohon kecil), kemudian hasil
tebangan sebagian dibakar, kemudian ditanami dengan
tanaman pangan (jagung, padi gogo, terong, cabai dll,
tanaman semusim) untuk jangka waktu 2-3 tahun. Selanjutnya
sebelum ditinggalkan petani menanam tanaman tahunan
berupa tanaman buah-buahan, damar, karet yang kemudian
tumbuh dengan ilalang dan semak belukar.
 langkah-langkah, yaitu : (a). survei kesuburan tanah untuk
menentukan lahan hutan yang tepat untuk dilakukan
perladangan. Biasanya indikator kesuburan tanah yang umum
dipakai adalah jenis tumbuhan dan aktivitas mikroorganisme
tanah. (b). Penebasan tumbuhan bawah untuk mempercepat
proses pengeringan serasah. (c). Penebangan pohon. (d).
Proses pengeringan lahan kurang lebih 3 – 4 minggu. (e).
Pembakaran dan pembersihan. (f). Penanaman dan
pemeliharaan, dan (g). Panen hasil.
Sistim Hutan Kebun / Agroforestri

 Hutan Kebun/Agroforestri adalah suatu bentuk hutan


kemasyarakatan yang memanfaatkan lahan secara optimal
dalam suatu hamparan yang menggunakan produksi berdaur
panjang dan berdaur pendek, baik secara bersamaan maupun
berurutan. Para petani tidak memangdangnya sebagai hutan
alam, tetapi sebagai bentuk “kebun”.
 Agroforestri diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah
perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan,
meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan
intensifikasi dan diversifikasi silvikultur.
 Agroforest memainkan peran penting dalam pelestarian
sumberdaya hutan baik nabatimaupun hewani karena struktur
dan sifatnya yang khas. Agroforest menciptakan
kembaliarsitektur khas hutan yang mengandung habitat mikro,
dan di dalam habitat mikro inisejumlah tanaman hutan alam
mampu bertahan hidup dan berkembang biak.
Sistim Perladangan

 Suatu sistem perladangan dapat diartikan sebagai cara


bercocok tanam di atas suatu hamparan areal lahan
tertentu terutama di daerah hutan rimba tropik, daerah-
daerah sabana tropik dan subtropik yang sifatnya relatif
kering dan bersifat sudah menetap.
 Perladangan lahir atas tuntutan makin sempitnya lading
yang untuk berpindah, dorongan kebutuhan pangan makin
meningkat, mendorong petani lading berpindah belajar
adaptasi terhadap ladang menetap. Tidak itu saja hal itu
juga menyebabkan adaptasi dari berbagai komponen
kebiasaan sosial, seperti perubahan sistem bertanamnya,
tanaman yang ditanam, interaksi sosial, interaksi dengan
alam, pola kegiatan ekonomi lokal dan teknologi
tradisional
Sistim Pekarangan

 Suatu sistem tanah di sekitar rumah biasanya berpagar


keliling yang ditanami dengan berbagai macam tanaman
musiman maupun tahunan.
 Umumnya pekarangan terletak berdampingan satu dengan
lainnya, sehingga bersama-sama membentuk dusun,
kampung atau desa.
 Pekarangan merupakan ekosistem buatan, sedangkan
susunan floristik yang mengisi ruang pekarangan sangat
tergantung dari latar belakang pemilik pekarangan,
sehingga struktur pekarangan yang satu dengan lainnya
bisa berbeda.
 Hasil kajian menunjukkan bahwa struktur floristik
agroekosistem dipengaruhi oleh faktor biofisik dan faktor
sosial budaya ekonomi
Sistem Persawahan

 Sawah adalah usaha pertanian yang dilaksanakan pada tanah basah dan memerlukan air
untuk irigasi dan umumnya tanaman yang ditanam adalah padi.
 Sawah terdukung keberlanjutannya, karena :
1. Sawah memerlukan petak yang hampir datar dan pematang untuk menahan air. Petak dan
pematang, serta aliran air yang pelan-pelan dari petak yang satu ke petak yang lain dapat
melindungi tanah dari erosi.
2. Untuk menahan air di dalam petak diperlukan suatu lapisan tanah yang tidak tembus air yaitu
lapisan lumpur.
3. Lumpur itu, pada umumnya subur, karena berasal dari lapisan tanah atas. Apalagi jika tanah
itu bersifat vulkanik muda.
4. Dalam air sawah terdapat berbagai jenis makhluk hidup yang dapat menambat zat nitrogen
(N) udara, antara lain ganggang biru hijau dan bakteri.
5. Pembuatan sawah memerlukan investasi yang tinggi dan tenaga.
6. Sawah memberi kemungkinan untuk dinaikkan produksinya dengan intensifikasi.
Sistim Perkebunan Rakyat

 Perkebunan rakyat adalah perkebunan yang


diselenggarakan atau dikelola oleh rakyat/pekebun yang
dikelompokkan dalam usaha kecil tanaman perkebunan
rakyat dan usaha rumah tangga perkebunan rakyat.
 Ciri Perkebunan Rakyat
1) Jumlah tenaga kerja sedikit.
2) Luas lahan garapannya relatif sempit.
3) Peralatan yang digunakan relatif sederhana.
4) Modal yang digunakanya terbatas.
5) Hasil produksinya sedikit, biasanya lebih ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Perkebunan Inti Rakyat

 Perkebunan Inti Rakyat (PIR) adalah pola


pengembangan perkebunan rakyat di wilayah lahan bukaan
baru dengan perkebunan besar sebagai inti yang
membangun dan membimbing perkebunan rakyat
disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama
yang saling menguntungkan, utuh dan berkelanjutan.
 Perkebunan besar adalah perkebunan yang diselenggarakan
atau dikelola secara komersial oleh perusahaan yang
berbadan hukum. Perkebunan besar, terdiri dari : Perkebunan
Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Nasional/Asing.
 Perkebunan Rakyat sudah jelas.
Perkebunan Negara

 Perusahaan perkebunan milik negara di Jawa Barat dan Banten berasal dari
perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda, yang ketika penyerahan
kedaulatan secara otomatis menjadi milik pemerintah Republik Indonesia, yang
kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Lama.
Antara tahun 1957 – 1960 dalam rangka nasionalisasi atas perusahaan-perusahaan
perkebunan eks milik swasta Belanda/Asing (antara lain : Inggris, Perancis dan
Belgia) dibentuk PPN-Baru cabang Jawa Barat.
 Dalam periode 1960 – 1963 terjadi penggabungan perusahaan dalam lingkup PPN-
Lama dan PPN-Baru menjadi : PPN Kesatuan Jawa Barat I, PPN Kesatuan Jawa Barat
II, PPN Kesatuan Jawa Barat III, PPN Kesatuan Jawa Barat IV dan PPN Kesatuan
Jawa Barat V.
 Selanjutnya selama periode 1963 – 1968 diadakan reorganisasi dengan tujuan agar
pengelolaan perkebunan lebih tepat guna, dibentuk PPN Aneka Tanaman VII, PPN
Aneka Tanaman VIII, PPN Aneka Tanaman IX dan PPN Aneka Tanaman X, yang
mengelola tanaman teh dan kina, serta PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Aneka
Tanaman XII yang mengelola tanaman karet.
PTPN I

 PT Perkebunan Nusantara I adalah bekas Badan Usaha MIlik Negara


(BUMN) yang bergerak di bidang usaha perkebunan dengan
komoditas kelapa sawit dan karet.
 PT Perkebunan Nusantara I memiliki Sembilan unit usaha yang
mengelola budidaya kelapa sawit dan karet, yang menyebar di
enam kabupaten yaitu kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur, Aceh
Utara, Nagan Raya, Aceh Selatan dan Aceh Barat.
 Dalam proses pengelolaan, PT Perkebunan Nusantara I mempunyai
tiga unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang berada di Kabupaten Aceh
Tamiang dan Aceh Utara. Kemudian di dukung oleh satu unit usaha
Rumah Sakit yaitu Rumah Sakit Cut Mutia yang berada di Kota Langsa.
 Sekarang menjadi anak perusahaan PTPN III

Anda mungkin juga menyukai