Anda di halaman 1dari 13

INTERAKSI MANUSIA DENGAN LANSKAP DI TITIK NOL KM

MALIOBORO
Tugas Desain Lanskap

Disusun oleh :
Kelompok 1
Faris Amiruddin Mujahid 20170210131
Arum Diana Putri 20170210137
Mutiara Indah Lestari 20170210147
Moh ridlwan 20170210158
Muhammad Khoirudin 20170210161

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN
Menurut Lauria (1994) perilaku manusia timbul dari hubungan timbal balik
seseorang dengan yang lainnya (lingkunga social) dan dengan lingkungan
sekitarnya (lingkungan fisik). Persepsi manusia terhadap lingkungan merupakan
interpretasi tentang suatu setting individu didasarkan pada latar belakang budaya,
nalar dan pengalaman individu tersebut sehingga individu empunyai persepsi
yang subyektif. Kepekaan terhadap lingkungan dan kemampuan menyesuaikan
diri atau ketanggapan terhadap kondisi-kondisi lingkungan dapat menimbulkan
perilaku yang spesifik, meskipun manusia sebenernya tidak menyadari pengaruh-
pengaruh lingkungan pada dirinya.

Menurut Baker (1968), Robert Garlock Barker seorang pelopor kajian


ecological psychology pertama kali memperkenalkan istilah behavior setting pada
sekitar tahub 1950an yang lebih condong pada suatu tempatatau ruang yang
bersifat publik. Behaviour setting merupakan kombinasi yang stabil antara
perilaku dan lingkungan fisik yang memiliki syarat-syarat adanya perulangan pola
perilaku, lingkungan fisik yang spesifik, periode waktu tertentu, hubungan yang
seimbang antara perilaku dengan lingkungan fisiknya yang menjadi penekanan
dalam kajian beehaviour setting ini adalah bagaimana mengidentifikasi perilaku-
perilaku yang secara konstan atau berkala muncul pada satu situasi atau tempat
tertentu.

Lingkungan dikatakan baik menurut Stephen Carr jika lingkungan tersebut


dapat meningkatkan keterbukaan manusia akan variasi setting lingkungan dan
interaksi yang potensial, dapat mempermudah eksploarasi dan menstimulasi
lingkungan, dapat meningkatkan aksesibilitas persepsi terhadap bentuk kota
dengan fasilitas berbagai variasi gambaran bentuk struktur mental, dapat
mempertahankan kualitas setting lingkungan yang khas dan unik, meningkatkan
keterbukaan elemen-elemen kota dan fungsi setting yang berhubungan secara
sosial dan fungsional.
Ruang publik merupakan lahan umum dimana manusia mengeluarkan
aktifitas fungsional dan ritual yang menyatukan satu masyarakat, baik dalam
rutinitas normal sehari-hari atau perayaan periodik (Carr et al., 1992). Ruang
terbuka kota tidak hanya tersedia dalam jumlah yang memadai yang sebanding
dengan kebutuhan, tetapi juga dirancang sesuai dengan peruntukan dan fungsinya,
dan dekat dalam artian perngertian fisik dan emosi dengan pemakaiannya serta
murah penggunaannya (Kndson, 1980). Keberadan ruang publik ini tidak
dibebankan kepada pemerintah saja namun masyarakat juga andil dalam
pengelolaan taman yang memberikan keuntungan-keuntungan tertentu bagi kedua
belah pihak.

Di bumi, alam memiliki berbagai perubahan dan gejala yang dapat


menimbulkan suatu interaksi. Interaksi-interaksi tersebut dapat dibedakan
menjadi biotik dan abiotik. Gejala alam biotik dan abiotik membuat manusia
membutuhkan pengetahuan untuk mengidentifikasi dalam merespon gejala alam
yang terjadi, baik gejala alam biotik dan abiotik. Tidak hanya manusia, makhluk
hidup lainnya pun tidak bisa hidup sendiri. Mereka juga membutuhkan bantuan
dari makhluk hidup lainnya. Sehingga di alam ini, terdapat interaksi antara
manusia dan alam dengan segala interaksi timbal balik yang dihasilkan.

Makhluk hidup yang terbagi menjadi biotik dan abiotik saling berinteraksi
sehingga memunculkan gejala alam. Gejala alam biotik dan abiotik hasil dari
interaksi tersebut memunculkan fenomena-fenomena. Hal ini karena gejala alam
biotik dan abiotik saling mendukung satu sama lain. Gejala alam biotik lewat
interaksi biotik dengan biotik contohnya: transaksi jual beli, penyebaran bakteri
lewat manusia manusia. Sedangkan interaksi biotik dan abiotik contohnya
manusia terkena angin, manusia terkena panas sinar matahari, manusia minum air,
dan interaksi abiotik dan abiotik contohnya terjadinya angin, terjadinya hujan,

Taman rekreasi dan lingkungan di Titik Nol km adalah salah satu ruang
terbuka publik di kota Yogyakarta yang sering digunakan oleh masyarakat yang
ada disekitar wilayah untuk berjualan atau sebagai destinasi wisata pengunjung
dari luar kota selain itu juga mencakup adanya interaksi biotik dan abiotik.

II. PEMBAHASAN

A. Analisa Dan Sintesa


Keberadaan taman Titik Nol KM dilingkungan Malioboro adalah salah
satu fasilitas umum ruang terbuka publik di tengah kota Yogyakarta yang
sangat mendukung kehidupan warga sekitar karena dapat dijadikan tempat
untuk membuka lapak berjualan dengan sesuai aturan pemerintah setempat.
Taman ini juga menjadi salah satu elemen identitas yang mendukung citra
wisata kota Yogyakarta. Letak taman berada di area tengah kota sehingga
pengunjung lokal dan turis mudah mencari dan mencapai lokasi dengan
berjalan kaki atau dengan transportasi umum. Jalur kendaraan umum dengan
area taman sangat tertata rapi dan jelas, sehingga pengguna taman dapat
leluasa melakukan aktivitas.
B. Identitas Pengunjung
Pengunjung taman ini mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga
orang tua yang berdomisili dari Yogyakarta maupun dari luar kota. Taman
Titik Nol KM ini tidak pernah sepi dari pengunjung wisatawan, biasanya pada
hari libur banyak dikunjungi wisatawan dari pagi hari hingga malam hari.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Manusia memerlukan kontak interpersonal pada waktu dan situasi
lingkungan tertentu pada tempat-tempat umum. Dalam kaitannya antara
manusia pada keadaan tertentu dan lingkungan kontak interpersonal seperti
sociopetal atau seeking contact dan sociofugal (privacy seeking). Berbagai
bentuk sociopetal atau kontak ditempat umum seperti berbagai setting pada
taman seperti adanya elemen tempat duduk, tanaman lanskap atau pendukung,
dan bangunan dominan yang dapat mempengaruhi pengguna taman.
D. Interaksi
a. Interaksi antara manusia dengan lingkungan

Di area tempat rekreasi Tititk Nol Km ini terdapat banyak pengunjung


mulai dari anak kecil, dewasa dan orang tua yang sedang melakukan berbagai
suatu kegiatan contohnya berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi ini
nampak jelas seperti pengunjung yang memanfaatkan fasilitas umum tempat
rekreasi untuk bersantai. Fasilitas umum di Tititk Nol KM yaitu, adanya
tempat duduk kayu yang tidak bisa dipindahkan yang berada di tengah jalan
antara ruang rekreasi, tiang plang atau penunjuk arah besi sebagai latar atau
background foto pengunjung, tempat sampah di pinggir tempat rekreasi,
tanaman perdu di pinggir jalan tempat rekreasi sebagai tanaman peneduh,
adanya halte bus, adanya wastafel air minum untuk pengunjung, di samping
tempat rekereasi Titik Nol Km ini terdapat pula benteng Vredeburg salah satu
museum peninggalan Belanda, di tempat rekreasi ini juga terdapat pedagang
kaki lima yang menjual mulai dari makanan khas Yogyakarta seperti oleh-
oleh dan souvenir serta pakaian batik tradisional dan modern yang terletak di
pinggir jalan Malioboro, adanya tempat parkir kendaraan bermotor namun
tempat parkir ini terletak di samping pasar Beringharjo Yogyakarta.

Fasilitas-fasilitas ini dapat dimanfaatkan dengan baik. Namun, dari


pengamatan yang telah kelompok 1 lakukan terlihat bahwa masih banyak
pengunjung yang belum peduli dengan kebersihan lingkungan di sekitar
tempat rekreasi seperti masih banyaknya sampah plastik berserakan dan
pengunjung yang membuang putung rokok dengan sembarangan di bawah
pohon sehingga sampah-sampah tersebut mengganggu keindahan pandangan
pengunjung yang lain. Keadaan lingkungan di Titik Nol Km sebenarnya
sudah bersih dan nyaman namun kurangnya kesadaran pengunjung akan
kebersihan dan sampah yang membuat kurang nyaman saat duduk di samping
pohon atau yang ingin sekadar berteduh.
b. Interaksi antara manusia dengan manusia
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri ,
sudah menjadi hukum alam bahwa manusia membutuhkan orang lain
melalui interaksi. Pada Jln Malioboro sebagai ruang publik dan menjadi
pusat keramaian di Yogyakarta dari berbagai aktivitas yang di lakukan oleh
manusia disana selain itu Jl Malioboro sebagai ruang publik menjadikan
tempat ini sebagai wadah untuk berinteraksi dari berbagai golongan dan
kalangan. Hal itu dapat kita buktikan dengan adanya keramaian yang
terjadi di Jl Malioboro hal ini pastinya terdapat interaksi antara manusia
dengan manusia. Interaksi antara manusia dengan manusia dapat dilihat
dari kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung, pembeli, penjual, petugas
keamanan, tukang becak, tukang delman, tukang ojek online, petugas
kebersihan, tukang parkir, dan manusia yang berlalu lalang di area Jln
Malioboro. Terjadinya interaksi antara wisatawan (pembeli) dan penjual
dengan tawar menawar, dimana dilakukannya interaksi perdagangan,
petugas keamanan yang mentertibkan maupun mengamankan wilayah
sekitar dari segala tindak kejahatan, kemudian tukang becak, ojek online,
dan tukang delman yang menawarkan jasanya kepada para pengunjung
yang berada disana untuk mempermudah dalam perjalanan menikmati
kawasan Jl Malioboro. Interaksi antara manusia dengan manusia ini terjadi
karena satu sama lain saling membutuhkan sehingga menimbulkan sebuah
interaksi yang tidak dapat di hindari maupun di pungkiri lagi. Interaksi
yang terjadi di Jl Malioboro ini akan selalu terjadi selama Jl Malioboro
menjadi tempat yang nyaman, aman, dan tenteram sehingga memancing
orang-orang dari belahan manapun datang untuk mengunjungi tempat ini,
oleh karena itu tempat ini harus di rancang dan didesain landskap, serta di
jaga supaya tempat ini tetap memiliki keindahan, keamanan, dan
kenyamanan untuk orang-orang yang datang. Dengan hal itu interaksi
antara manusia dengan manusia akan terjalin dengan baik sehingga
menciptakan masyarakat harmonis dan sosialis terhadap sesama mahluk
sosial.
Para pengunjung atau wisatawan di daerah nol km lebih suka
menikmati keramaian pada waktu malam hari, kadang ada yang membawa
teman, keluarga, maupun pasangannya untuk menikmati keindahan dan
keramaian di nol km tersebut. Para pengunjung lebih suka menikmati
malam di nol km dengan jalan kaki, sambil melihat hiburan-hiburan yang
ada disekitar jalan nol km dan malioboro, seperti halnya musik tradisional
angklung dan band nol km musik.

c. Pemanfaatan Fasilitas
Pada area Jl Malioboro hingga Titik Nol KM karna sering dilalui oleh
wisatawan dan banyak juga pedangang-pedangang yang berjualan di area ini,
sehingga difasilitasinya tempat pembuangan sampah, tetapi masih banyaknya
wisatawan yang datang masih kurang akan kepeduliannya terhadap
lingkungan, sehingga sampah-sampah di area Jl Malioboro ini masih banyak
sampah-sampah yang berceceran. Fasilitas lain yang ada di Jl Malioboro yang
baru-baru ini ada adalah tempat peminjaman sepeda secara gratis yang bisa
digunakan untuk mengelilingi kota Yogyakarta, adanya peminjaman sepeda
juga dapat mengurangi menggunakan kendaraan seperti sepeda motor, atau
mobil yang dapat mengurangi polusi dan kemacetan yang sering terjadi.
Yogyakarta terkenal akan budayanya, dimana area Jl Malioboro
hingga Titik Nol KM dipinggir jalannya difasilitasinya tempat untuk
kendaraan tradisional seperti Andong (Delman) dan Becak menunggu atau
mencari penumpang, sehingga jalanan lebih rapih dan tertib. Fasilitas
disepanjang Jl Malioboro hingga Titik Nol KM terdapatnya bangku-bangku
untuk pengunjung atau wisatawan bersantai dan menikmati suasana
Malioboro, dan fasilitas yang sering sekali dikunjungi dan terkenal di Jl
Malioboro adalah plang Jl Malioboro, dimana para wisatawan berfoto-foto di
tulisan Jl Malioboro dan arah jalan Titik Nol KM.
Tempat parkir diarea Jl Malioboro sudah ada, tetapi perlunya
perbaikan agar sedikit lebih teratur dan terjaga keamanannya. Pedagang-
pedagang yang berujalan diarea Titik Nol KM terdapat beberapa yang
melanggar peraturan untuk tidak berjualan diarea trotoar, tetapi pedagang
justru menjual dagangannya dipanjang di pagar Benteng Vredeberg.
Pedagang-pedangang diarea Jl Malioboro sudah cukup tertata dan tidak
mengganggu wisatawan untuk berlalu lalang. Pedagang diarea Jl Malioboro
yang terdapat diarea trotoar dapat memudahkan wisatawan untuk menemukan
barang-barang yang diinginkan.
III. KESIMPULAN

Hasil dari survey yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, perilaku manusia
timbul dari hubungan timbal balik seseorang dengan yang lainnya (lingkungan social)
dan dengan lingkungan sekitarnya (lingkungan fisik).Tidak banyak orang peduli akan
lingkungan sekitar, masih butuhnya masyarakat mendapatkan edukasi tentang
lingkungan sosial maupun sekitarnya
DAFTAR PUSTAKA

Car, s, Francis, M,.Rivlin, L.G., and Stone, A. M. 1992. Public space. Cambridge.
University press. Victoria. 400 hl.

Hakim Rustan, 1995, Unsur perancangan dalam arsitektur lanskap, Trisakti,

Jakarta

Knudson, D.M. 1980. Outdoor Reacreation. McMillan Publishing Co. New york.
655 hal.
Lampiran

Pedagang yang berjuaan ditrotoar yang sudah ditertibkan

Fasilitas bangku untuk bersantai Pedagang yang melanggar aturan


Transportasi yang sudah ditertibkan

Tempat yang sering digunakan untuk


membuang puntung rokok

Fasilitas Tempat Sampah

Tempat Parkir

Anda mungkin juga menyukai