Anda di halaman 1dari 42

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terung atau Terong memiliki nama latin Solanum melongena L.  merupakan

tanaman hortikultura yang ditanam untuk dimanfaatkan buahnya yang berasal dari

India dan Sri Lanka. Terong menjadi salah satu bahan pangan  yang mudah di

dapat dan murah harganya serta menjadi salah satu sumber  makanan yang sangat

dikenal oleh semua lapisan masyarakat. Selain rasanya enak, terung juga bisa

diolah  menjadi bermacam-macam menu masakan bahkan cara mengolahnya

terbilang sangat muda. Terong sendiri termasuk jenis tanaman tahunan. Tanaman

ini dapat tumbuh hingga 40-50 cm, ukuran panjang daunnya mencapai 10-20 cm

dan lebar 5-10 cm. Batang pada terong biasanya berduri dan bunganya berwarna

putih hingga keunguan. Terong ditanam dengan cara disemai dan setelah daun

tumbuh sebanyak 4 helai kemudian ditanam. Pemanenan terong dimulai pada 70-

80 hari setelah selanjutnya setiap 5 hari.

Terong (Solanum melongena L.) merupakan tanaman sayur-sayuran yang

termasuk ke dalam famili Solanaceae. Buah terong disenangi setiap orang baik

sebagai lalapan segar maupun diolah menjadi berbagai jenis masakan. Terong

juga merupakan sayuran yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dengan

kandungan yang berbeda-beda. Karbohidrat (5,50 g), serat (0,80 g), abu (0,60 g),

kalsium (30,00 mg), fosfor (37,00 mg), zat besi (0,60 mg), natrium (4,00 mg),

kalium (223,00 mg), vitamin A (130,00 SI), vitamin B1 (10,0 mg), vitamin B2

(0,50 mg), vitamin C (5,00 mg), niacin (0,60 mg) dan air (92,70 g). Dengan

kandungan gizi yang cukup tinngi tersebut, tentunya terong memiliki banyak

manfaat bagi kesehatan diantaranya dapat mengurangi kadar gula darah, dapat
2

mengontrol kolestrol dan menjaga kesehatan jantung, dapat mencegah kanker,

sebagai nutrisi bagi otak, membantu menurutkan berat badan serta dapat menjaga

kesehatan kulit.

Di Indonesia sendiri, terong termasuk salah satu jenis sayuran yang

digemari. Menurut Badan Pusat Statistik (2018), produktivitas tanaman terong di

berbagai provinsi di Indonesia pada tahun 2108 mencapai 551.552 per ton. Jumlah

produksi tanaman terong paling banyak berada di provinsi Jawa Barat, yaitu

sebesar 92.591 per ton. Sedangkan untuk data produksi terendah berada di

provonsi DKI Jakarta, yaitu 0 per ton. Jumlah produksi tanaman sayuran terong

khususnya di Riau berjumlah 14.155 per ton. Salah satu usaha yang dilakukan

untuk meningkatkan produksi terung di Indonesia dapat ditempuh melalui

pemuliaan tanaman yaitu mengembangkan varietas-varietas yang memiliki daya

hasil tinggi. Tujuan utama pemuliaan tanaman adalah menyediakan varietas yang

lebih produktif. Untuk memperoleh informasi tentang berbagai genotipe terung

perlu dilakukan seleksi terhadap genotipe-genotipe yang akan digunakan. Pada

proses pemuliaan selanjutnya, akan diperoleh varietas unggul baru

Tabel 1.1 Data Produksi Tanaman Sayuran Terong di Indonesia


Tahun 2018
Produksi Tanaman
Sayuran
Provinsi
Terung (Ton)
2018
ACEH 8617
SUMATERA UTARA 69764
SUMATERA BARAT 73417
RIAU 14155
JAMBI 10832
SUMATERA SELATAN 16093
BENGKULU 48715
LAMPUNG 19505
KEP. BANGKA BELITUNG 3528
KEP. RIAU 2166
DKI JAKARTA -
JAWA BARAT 92591
3

JAWA TENGAH 36257


DI YOGYAKARTA 1814
JAWA TIMUR 66271
BANTEN 6000
BALI 1340
NUSA TENGGARA BARAT 6043
NUSA TENGGARA TIMUR 8285
KALIMANTAN BARAT 3636
KALIMANTAN TENGAH 4075
KALIMANTAN SELATAN 7030
KALIMANTAN TIMUR 10473
KALIMANTAN UTARA 3712
SULAWESI UTARA 6681
SULAWESI TENGAH 4789
SULAWESI SELATAN 9338
SULAWESI TENGGARA 3871
GORONTALO 277
SULAWESI BARAT 1209
MALUKU 4970
MALUKU UTARA 454
PAPUA BARAT 807
PAPUA 4837
INDONESIA 551552
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018

Pada kegiatan praktikum Dasar-Dasar Agronomi kami memilih tanaman

terong sebagai sampel utamanya. Hal ini dikarenakan pemanenan yang dapat

dilakukan setelah 70-80 hari atau sekitar 2-3 bulan setelah benih disemai. Cara

perawatan terong sendiri pun terbilang cukup mudah dan harga pasarannya juga

cukup menjanjikan. Hal pertama yang dilakukan dalam perawatan terong adalah

dengan memberikan pupuk urea pada bedengan sebelum ditanami oleh semaian

terong. Pemberian pupuk urea bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Kadar Nitrogen (N) di dalam pupuk urea dapat membuat

daun tanaman lebih hijau, rimbun dan segar. Untuk penyiraman tanaman

dilakukan secara rutin, yaitu pagi dan sore hari. Pemberian pupuk kedua yaitu

menggunakan pupuk NPK dimana pupuk ini dapat membantu pertumbuhan

tanaman seperti membantu pertumbuhan vegetatif terutama pada daun, membantu


4

pertumbuhan akar dan tunas dan membantu pembungaan dan pembuahan. Selain

itu tanaman terong juga kaya akan gizi dan manfaat bagi kesehatan.

Perlakuan yang digunakan dalam penanaman terong adalah pupuk urea,

pupuk kandang dan pupuk NPK. Untuk pupuk urea kami mendapatkannya dari

asisten dosen dan untuk pupuk NPK kami membelinya di toko pertanian dengan

merek Mutiara. Sedangkan untuk pupuk kandang kami mengolahnya sendiri

Dalam pembuatan pupuk kandang bahan-bahan yang perlu dipersiapkan

yaitu kotoran ayam, MBio, gula merah, dedak, sekam padi dan air secukupnya.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah campurkan terlebih dahulu pupuk

organik MBio dengan gula merah dan air, lalu diamkan selama kurang lebih 12

jam. Larutan gula merah ini berfungsi sebagai pengaktif pupuk MBio.

Selanjutnya, campurkan pula kotoran ayam, sekam padi yang telah digiling, serta

dedak. Aduk-aduk hingga bahan-bahan tersebut tercampur rata. Usahakan

melakukan proses ini di atas ubin yang kering. Limbah pertanian yang bisa

dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pupuk tidak hanya sekam padi, namun

jeraminya pun bisa diubah menjadi pupuk. Kemudian, siramkan larutan MBio dan

gula merah yang kita simpan sebelumnya ke atas permukaan campuran kotoran

ayam dan bahan lainnya. Setelah itu, tutup adonan tersebut dengan menggunakan

plastik, terpal, atau karung goni. Proses pengomposan tersebut akan berlangsung

selama 5 hari saja. Lalu, Aduk-aduk kembali semua bahan hingga tercampur

dengan rata setiap 5 jam sekali. Setelah 5 hari, pupuk kompos dari kotoran ayam

siap digunakan.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengenal lebih detail budidaya tanaman terong


5

2. Untuk mengetahui perlakuan yang diberikan terhadap budidaya tanaman

terong.

3. Untuk memenuhi tugas laporan mata kuliah Dasa-Dasar Agronomi


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

Terong ialah tumbuhan pangan yang ditanam untuk buahnya. Asal usul

budidayanya berada di bagian selatan dan timur Asia sejak zaman prasejarah,

tetapi baru dikenal di dunia Barat tidak lebih awal dari sekitar tahun 1500.

Buahnya mempunyai berbagai warna, terutama ungu, hijau, dan putih. Catatan

tertulis yang pertama tentang terung di jumpai dalam Qí mín yào shù, sebuah

karya pertanian Tiongkok kuno yang ditulis pada tahun 544 (Fuchsia Dunlop,

2006)

Fakta lainnya adalah banyaknya nama bahasa Arab dan Afrika Utara untuk

terong serta kurangnya nama Yunani dan Romawi menunjukkan bahwa tanaman

ini dibawa oleh bangsa Arab pada awal Abad Pertengahan masuk ke dunia Barat

melewati kawasan Laut Tengah. Diduga tanaman terung berasal dari daerah Asia,

tepatnya India dan Myanmar. Menurut penelitian, sejak ratusan tahun lalu, terung

hanyalah tumbuhan liar. Namun setelah diketahui rasa dan khasiatnya, maka

terung mulai dibudidayakan di daerah asalnya tersebut. Penelitian lain

menyebutkan bahwa di Afrika ditemukan plasma nutfah (sumber genetik)

tanaman terung, salah satunya adalah terung engkol (Solanum macrocarpon L.).

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa terung merupakan tanaman asli daerah

tropis (Budiman,2013).

Dari kawasan tersebut, terong ungu kemudian disebarkan ke Cina pada

abad ke-5, selanjutnya disebarluaskan ke Karibia, Afrika Tengah, Afrika Timur,

Afrika Barat, Amerika Selatan, dan daerah tropis lainnya. Terong ungu disebarkan

pula ke Negara-negara subtropis, seperti Spanyol, dan Negara lain di kawasan

Eropa, karena daerah penyebarannya sangat luas (Astawan, 2009). Di Indonesia 


7

sendiri, budidaya tanaman terung terpusat di pulau Jawa dan Sumatera. Beda

daerah maka beda pula penamaan terung, misalnya Jawa Barat: terong, Madura:

cokrom, Jawa Tengah: encong, Aceh: trueng dan sebagainya.

Secara umum, terong memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh

dimana manfaat tersebut terdapat pada kandungan nutrisi-nutrisinya. Terong kaya

vitamin C, K, B6, tiamin, niasin, magnesium, fosfor, tembaga, serat, asam folat,

kalium, dan mangan. Selain itu, terong sedikit sekali mengandung kolesterol atau

lemak jenuh (Rukmana, 1994). Kandungan gizi pada terong dapat di lihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Terung Ungu per 100 gram

Sumber: Rukmana, 1995

Terung memiliki kandungan gizi, antara lain kadar kalori yang rendah,

lemak, sodium, dan merupakan buah non pati yang dapat diolah sebagai sayuran.

Terung juga memiliki kadar air tinggi yang baik untuk menyeimbangkan diet

yang kaya akan protein dan pati. Jenis sayur ini tinggi akan kandungan serat dan

kandungan gizi lain berupa potassium, magnesium, asam folat, vitamin B6, dan

vitamin A (Directorate Plant Production, 2011). Penelitian Vindayanti (2012)


8

memanfaatkan terung ungu dalam pembuatan dodol sebagai sumber vitamin A

dimana kadar vitamin A dari dodol standar 15,7mg/100 gr, sedangkan kadar

vitamin A dari dodol terung ungu adalah 21,45mg/100 gr. Rukmanasari (2010)

meneliti mengenai ekstrak kulit terung ungu (Solanum melongena L.) bahwa

ekstrak kulit tersebut memiliki efek menurunkan kadar gula darah pada tikus

(Rattus novergicus L.) yang diinduksi dengan sukrosa.

Terung mengandung serat pangan, antara lain selulosa, hemiselulosa,

lignin, senyawa pektin, getah, dan gula polisakarida yang merupakan ikatan

polimer yang tidak dapat dicerna oleh enzim pada tubuh manusia dengan mudah

(Slavin, 2005). Terung juga memiliki kandungan antioksidan yang kuat yaitu

asam askorbat dan fenolat. Kulit terung mengandung fitonutrisi yang berperan

melindungi lipid pada membran sel pusat. Fitonutrisi yang terkandung dalam

terung berupa senyawa antosianin, fenolat, dan flavonoid (Hanson et al., 2006).

Terung memiliki kandungan antioksidan dan komponen fenolat yang dapat

membantu mencegah kanker dan kolesterol tinggi, kadar serat pangan terung

dapat mencegah gejala sembelit, wasir, dan radang usus besar, serta rendah kalori.

Ekstrak polifenol dari bubur terung dipercaya mampu mencegah enzim

pencernaan, dan menurunkan kecernaan pangan (Uthumporn et al., 2015).

Penelitian Martiningsih et al., (2014) mengenai pengujian fitokimia dan aktivitas

antioksidan dari ekstrak buah terung ungu (Solanum melongena L.) menunjukkan

bahwa golongan antioksidan yang teridentifikasi terkandung dalam buah terung

ungu (Solanum melongena L.) adalah golongan alkaloid dan flavanoid.

Dalam tata nama (sistematika) tumbuhan, tanaman terung diklasifikasikan

sebagai berikut, Diviso: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas:


9

Dycotyledonae; Ordo: Tubiflorae; Famili: Solanaceae; Genus: Solanum; Spesies:

Solanum melongena L. (Rukmana, 1994).

Terong (Solanum melongena L.) merupakan tanaman setahun berjenis

perdu yang dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 60-90 cm. Daun tanaman ini

lebar dan berbentuk telinga. Bunganya berwarna ungu dan merupakan bunga yang

sempurna, biasanya terpisah dan terbentuk dalam tandan bunga (Nazaruddin,

1993).

Tinggi pohon terung 40-150 cm, memiliki daun berukuran panjang 10-20

cm dan lebar 5-10 cm, bunga berwarna putih hingga ungu memiliki lima mahkota

bunga. Berbagai varietas terung tersebar luas di dunia, perbedaannya terletak pada

bentuk, ukuran, dan warna tergantung dari varietas terungnya, terung memiliki

sedikit perbedaan konsistensi dan rasa. Secara umum terung memiliki rasa pahit

dan daging buahnya menyerupai spons. Varietas awal terung memiliki rasa pahit,

tetapi terung yang telah mengalami proses penyilangan memiliki perbaikan rasa.

Terung merupakan jenis tanaman yang memiliki kedekatan dengan tanaman

kentang, tomat, dan paprika (Foodreference, 2010).

Menurut Soetasad dan Muryanti (1999), buah terung merupakan buah

sejati tunggal dan berdaging tebal, lunak dan tidak akan pecah meskipun buah

telah masak. Daging buahnya tebal, lunak dan berair, daging buah ini merupakan

bagian yang enak dimakan. Biji-biji terdapat bebas di dalam selubung lunak yang

terlindung oleh daging buah. Pangkal buah menempel pada kelopak bunga yang

telah menjelma menjadi karangan bunga.

Morfologi terung ungu memiliki bentuk yang beragam yaitu silindris,

lonjong, oval atau bulat. Letak buah terung tergantung dari tangkai buah. Dalam

satu tangkai umumnya terdapat satu buah terung, tetapi ada juga yang memiliki
10

lebih dari satu buah. Biji terung terdapat dalam jumlah banyak yang tersebar di

dalam daging buah. Daun kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau

keunguan.

Bunga terung ungu sering disebut sebagai bunga banci, karena memiliki

dua kelamin. Dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat

kelamin betina (putik). Bunga terung bentuknya mirip bintang, berwarna biru atau

lembayung, cerah sampai gelap. Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara

silang maupun menyerbuk sendiri (Rukmana, 1994).

Tanaman terung umumnya memiliki daya adaptasi yang sangat luas,

namun kondisi tanah yang subur dan gembur dengan sistem drainase dan tingkat

keasamaan yang baik merupakan syarat yang ideal bagi pertumbuhan terung.

Untuk pertumbuhan optimum, pH tanah harus berkisar antara 5,5 - 6,7, namun

tanaman terung masih toleran terhadap pH tanah yang lebih rendah yaitu 5,0. Pada

tanah dengan pH yang lebih rendah dari 5,0 akan menghambat pertumbuhan tanaman

yang mengakibatkan rendahnya tingkat produksi tanaman.

Tanaman terung adalah tanaman yang sangat sensitif yang memerlukan

kondisi tanam yang hangat dan kering dalam waktu yang lama untuk keberhasilan

produksi. Temperatur lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi pertumbuhan

tanaman dan pencapaian masa berbunga pada terung. Lingkungan tumbuh yang

memiliki rata-rata temperatur yang tinggi dapat mempercepat pembungaan dan

umur panen menjadi lebih pendek (Samadi, 2001). Tanaman terung dapat tumbuh

baik di dataran rendah hingga dataran tinggi. Terung yang dibudidayakan di

dataran rendah dan bertopografi datar mempunyai umur panen yang lebih pendek

dibandingkan dengan terung yang dibudidayakan di dataran tinggi.


11

Teknologi dalam budidaya terong ungu dengan menggunakan media

tanam polybag adalah yang pertama dilakukan adalah penyiapan media tanam.

Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang atau

kompos, dengan perbandingan 1:2, atau 1:3, tergantung tingkat kesuburan dan

tekstur tanah. Kemudian memasukkan tanah ke dalam polybag sampai penuh.

Penanaman di polybag dilakukan dengan cara pindah anakan terong persemaian

ke dalam polybag berukuran 40 cm x 40 cm dengan jumlah anakan, 1 anakan per

polybag. Pemeliharaan tanaman terong meliputi penyiraman, penyulaman,

pemupukan dan pengendalian OPT (BPTP Maluku, 2016).

Tanaman terong ungu perlu disiram setiap hari sampai tanaman tumbuh

normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Penyulaman dilakukan terhadap

tanaman yang sakit atau mati paling lambat 1-2 minggu setelah tanam.

Pengendalian gulma dilakukan bersamaan dengan penggemburan tanah dan

pemberian pupuk susulan. Pupuk susulan pertama setelah tanaman berumur 15 hst

dengan cara semprot larutan pupuk cair Bioboost/EM4 (10 ml/1 liter air) pada

batang tanaman. Pupuk susulan kedua dan ketiga setelah tanaman berumur 30 hst

dan 45 hst. Cara memupuk dan dosis pupuk sama seperti pemupukan susulan

pertama. Selain itu dapat menggunakan pupuk anorganik seperti menggunakan

pupuk Urea, SP-36 dan KCl dengan dosis masing-masing sebanyak 400 kg/ha,

311 kg/ha dan 225 kg/ha (Astuti, 2014).

Jika ada tanaman terserang hama dan penyakit, segera ditanggulangi

secara mekanis (dicabut dan dibakar) atau disemprot dengan fungisida dan

insektisida nabati. Panen pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3- 4

bulan. Pertanaman yang baik dapat menghasilkan 200 kg buah terung per 100 m².

Panen dilakukan menggunakan pisau dengan frekuensi waktunya sekali atau dua
12

kali seminggu. Buah terong ungu yang layak dikonsumsi adalah buah yang padat

dan permukaan kulitnya mengkilat (BPTP Maluku, 2016).

Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang

bersamaan atau selama periode tanam pada suatu tempat yang sama. Beberapa

keuntungan dari metode tumpang sari antara lain pemanfaatan lahan kosong di

sela-sela tanaman pokok, penggunaan cahaya, air serta unsur hara yang lebih

efektif, mengurangi resiko gagal panen dan menean pertumbuhan gulma (Herlina,

2011).

Dalam pola tanam tumpang sari terdapat prinsip yang harus diperhatikan,

yaitu: tanaman yang ditanam secara tumpang sari sebaiknya mempunya umur atau

periode pertumbuhan yang tidak sama, mempunyai perbedaan kebutuhan terhadap

faktor lingkungan seperti air, kelembapan cahaya dan unsur hara tanaman, yang

keseluruhan hal tersebut akan berpengaruh terhadap alelopati (Indriati, 2009).

Penanaman secara tumpang sari mempunyai empat aspek pengelolaan, yaitu

pengelolaan jarak tanam dan pola tanam, pengelolaan populasi tanaman,

pengelolaan waktu yang tepat dan pengelolaan pemupukan (Islam et al. 2002).

Splittosser (1984) mengemukakan bahwa keberhasilan sistem tumpang

sari tergantung pada kemampuan individu tanaman yang ditumpangsarikan dalam

bersaing mendapatkan radiasi matahari, air, unsur hara, CO2, O2, dan ruang

tumbuh. Di antara faktor-faktor tumbuh tersebut, cahaya merupakan faktor

pembatas yang paling menentukan dalam keberhasilan sistem tumpang sari,

walaupun faktor-faktor lainnya dapat juga menjadi faktor pembatas. Intensitas

cahaya matahari yang diterima tanaman sela akan semakin rendah karena adanya

pengaruh naungan tanaman pokok. Adanya naungan tersebut menyebabkan


13

kelembapan udara menjadi lebih tinggi, laju transpirasi menjadi berkurang

sehingga menghambat laju pengangkutan air dan unsur hara dari dalam tanah.

Tanaman kangkung darat merupakan salah satu pilihan tanaman yang

dapat digunakan pada metode tumpang sari terong ini. Hal tersebut disebabkan

oleh usia panen tanaman kangung darat yang cukup pendek yakni 27 hari.

Menurut Koesriharti (1987) menjelaskan bahwa tanaman kangkung darat masih

dapat tumbuh dengan baik di bawah naungan sehingga dapat dijadikan sebagai

tanaman sela. Selain itu kangkung darat merupakan tanaman semusim yang

pertumbuhan vegetatifnya cepat. Sedangkan tanaman jarak pagar merupakan

tanaman tahunan yang memiliki pertumbuhan yang lambat. Luther (2012)

menjelaskan bahwa kangkung dapat ditanam di berbagai jenis tanah dengan

memerlukan sinar matahari dan air yang cukup. Menanam kangkung di dataran

rendah memungkinkan akan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan

menanam di dataran tinggi.

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik

tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang diurai

(dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan

tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat

penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga

dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supartha, 2012).

Susunan kimia pupuk kandang berbeda-beda tergantung dari jenis ternak, umur

ternak, macam pakan, jumlah amparan, cara penanganan dan penyimpanan pupuk

yang berpengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimiawi tanah, mendorong

kehidupan mikroba tanah yang mengubah berbagai faktor dalam tanah sehingga

menjamin kesuburan tanah (Sajimin, 2011). Pupuk organik dapat meningkatkan


14

anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat,

dan klorida serta meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan

tanaman dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah (Lestari, 2015).

Menurut Hadisuswito dan Sukamto dalam Oktavia (2015) pupuk organik

berdasarkan bentuk dan strukturnya dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk

organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur

tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Supartha, 2012).

Frekuensi pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda menyebabkan hasil

produksi jumlah daun yang berbeda pula dan frekuensi yang tepat akan

mempercepat laju pembentukan daun. Penggunaan pupuk organik mampu

menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk buatan yang berlebihan

dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia,

dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah,

memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel,

meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan

merevitalisasi daya olah tanah (Kelik, 2010). Pupuk organik padat merupakan

salah satu perlakuan yang akan diberikan pada tanaman terong dan tumpang sari

tanaman kangkung darat. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kompos.

Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang

dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air,

kimia tanah dan biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos antara lain berasal

dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah

rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang sekam, abu dapur

dan lain-lain. Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar
15

berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta

sumber nutrisi tanaman. Penggunaan kompos/pupuk organik pada tanah

memberikan manfaat diantaranya menambah kesuburan tanah, memperbaiki

struktur tanah menjadi lebih remah dan gembur, memperbaiki sifat kimiawi tanah,

sehingga unsur hara yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman,

memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat menjaga suhu

dalam tanah menjadi lebih stabil, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara,

sehingga mudah larut oleh air dan memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup

dalam tanah. Untuk memperoleh kualitas kompos yang baik perlu diperhatikan

pada proses pengomposan dan kematangan kompos, dengan kompos yang matang

maka frekuensi kompos akan meracuni tanaman akan rendah dan unsur hara pada

kompos akan lebih tinggi dibanding dengan kompos yang belum matang

(Rukmana, 2007).

Pengomposan merupakan proses penguraian bahan organik atau proses

dekomposisi bahan organik dimana didalam proses tersebut terdapat berbagai

macam mikrobia yang membantu proses perombakan bahan organik tersebut

sehingga bahan organik tersebut mengalami perubahan baik struktur dan

teksturnya. Bahan organik merupakan bahan yang berasal dari mahluk hidup baik

itu berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Adapun prinsip dari proses

pengomposan adalah menurunkan C/N bahan organik hingga sama atau hampir

sama dengan nisbah C/N tanah (<20), dengan demikian nitrogen dapat dilepas dan

dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Indriani, 2002). Tujuan proses pengomposan

ini yaitu merubah bahan organik yang menjadi limbah menjadi produk yang

mudah dan aman untuk ditangan, disimpan, diaplikasikan ke lahan pertanian

dengan aman tanpa menimbulkan efek negatif baik pada tanah maupun pada
16

lingkungan pada lingkungan. Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik

(menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen) (Harada, 1995). Pada

dasarnya proses pengomposan secara aerobik lebih cepat dibandingkan dengan

pengomposan secara anaerobik. Pada proses pengomposan dengan adanya

oksigen akan menghasilkan CO2, NH3, H2O dan panas, sedangkan pada proses

pengomposan tanpa adanya oksigen akan menghasilkan prosuk akhir berupa

(CH4), CO2, CH3, sejumlah gas dan asam organik.


17

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi ini di Lahan Fakultas

Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No.113 Km 11,

Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Kegiatan

praktikum ini dilaksanakan selama ±2 bulan, terhitung dari tanggal 11 September

2019 sampai 22 Oktober 2019.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah benih terong, benih

kangngkung, pupuk urea, pupuk kompos dan air. .Alat yang digunakan dalam

praktikum ini adalah cangkul, garu, gerobak, alat pemotong rumput, , gembor,

ranting kayu dan papan nama.

3.3 Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan

Sebelum digunakan, lahan tempat praktikum terlebih dahulu kita

dibersihkan dari tumbuhan penggangu dan sisa-sisa tanaman yang

masih ada dilahan. Pembersihan ini dapat dilakukan dengan

menggunakan bantuan alat pemotong rumput, cangkul dan juga garu.

Selanjutnya dilakukan pengolahan tanah dengan membalikkan top soil

tanah sedalam 25 cm untuk mendapatkan tanah yang gembur.

Penggemburan tanah ini dilakukan dengan menggunakan bantuan

cangkul dan garu untuk pekerjaan yang lebih efisien. Tanah yang telah
18

dibalik dan digemburkan kemudian lakukan pembuatan bedengan

dengan ukuran 1,5 × 10 meter dengan lebar saluran air (parit) 30 cm

dan tinggi bedengan adalah sekitar 30 cm. Pembersihan lahan

dilakukan pada tanggal 11 September 2019, pembuatan dan

penggembemburan bedengan dilakukan pada tanggal 18 Septermber

dan 26 September 2019.

2. Perlakuan pada Tanaman

Setelah dilakukan pembuatan bedengan, kegiatan selanjutnya

adalah pembagian perlakuan yang akan diberikan pada tanaman.

Setelah perlakuannya didapat, kemudian dilakukan pemasangan seng

plangnya. Perlakuan yang didapat untuk kelas E adalah pupuk kompos.

3. Persemaian

Benih terong disemai langsung di dalam polybag yang berukuran 2

x 3 cm dengan menggunakan media tanah yang sudah dicampur

dengan pupuk kompos. Benih terong di masukkan dalam polybag yang

sudah berisi media sebanyak 2-3 biji lalu di tutuo debgan tanah yang

tipis. Selanjutnya dilakukan penyiraman secara rutin pada pagi dan

sore hari.

4. Penanaman

Bibit terong yang ditanaman adalah bibit yang sudah berumur 40

hari atau sudah mempunyai 4-5 helaian daun. Sebelum pemindahan

bibit ke dalam bedengan dibuatkan lubang sedalam 15 cm dengan


19

jarak tanam 50 cm untuk setiap lubang. Setelah itu dilakukan

penanaman dengan mengikuti jarak tanam yang telah ditentukan.

Kemudian, bibit yang dipindahkan ke lubang tanaman. Tanah disekitar

tanaman dipadatkan dengan tujuan agar perakaran dapat kontak

langsung dengan tanah. Dalah setiap satu lubang terdiri atas satu

tanaman terong.

5. Pemupukan

Salah satu dari bagian pemeliharaan tanaman terong adalah

pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara yang

ada disekitar tanaman sehingga dapat berproduksi sesuai dengan

potensi yang ada dalam tanaman tersebut. pemupukan diberikan sesuai

perlakuan. Pemupukan pertama dilakukan pada umur tanaman 10 hari

setelah tanam. Pemupukan ke dua dilakukan pada saat tanaman lebih

besar. Waktu pemberian pupuk pada sore hari agar pupuk tidak cepat

menguap.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman selama kegiatan praktikum dilakukan secara

intensif yang meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan dan

pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada tanaman

terong yang tumbuhnya tidak normal atau mati pada umur 2 MST.

Penyiraman dikondisikan dengan cuaca, jika tidak hujan dilakukan

penyiraman 2 hari sekali, yaitu pagi dan sore hari. Pengendalian gulma

dilakukan dengan cara penyiangan, yaitu dengan cara mencabut gulma


20

yang tumbuh disekitar tanaman. Pengendalian penyakit yang dilakukan

dengan memakai bakterisida dengan cara menggunakan handsplalyer

untuk menyemprot tanaman yang sudha terkena seragan layu bakteri.

Ciri-cirinya yaitu, tanaman tiba-tiba layu setelah beberapa hari, daun

berwarna kekuningan dan gugur satu per satu. Penyemprotan

dilakukan pada sore hari agar lebih banyak yang diserap oleh tanaman.

7. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman sudah berumur 11

minggu setelah tanam. Ciri fisik tanaman yang siap panen memiliki

warna buah mengkilat, daging belum terlalu keras, berukuran sedang,

tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.

3.4 Parameter Pengamatan

A. Tanaman Terong

1. Presentase Tumbuh Tanaman (%)

Pengamatan presentase tumbuh tanaman, diamati dengan melihat

sampel yang hidup dibandingkan dengan yang ditanam. Biasanya

disajikan dalam bentuk rumus.

2. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan secara periodik

yaitu 1 mingu sekali, dengan cara mengukur dari pangkal batang

sampai ujung daun tertinggi pada setiap tanaman sampel. Data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.


21

3. Jumlah Daun

Pengamatan terhadap jumlah daun dilakukan secara periodik

yaitu 1 minggu sekali dengan cara menghitung jumlah daun pada

setiap minggunya pada setiap tanaman sampel. Data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

4. Jumlah Buah

Jika tanaman berbuah, maka hitung jumlah bunganya.

B. Tanaman Kangkung Darat

1. Presentase Tumbuh Tanaman (%)

Pengamatan presentase tumbuh tanaman, diamati dengan melihat

sampel yang hidup dibandingkan dengan yang ditanam. Biasanya

disajikan dalam bentuk rumus.

2. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan terhadap tinggi tanaman dilakukan secara periodik

yaitu 1 mingu sekali, dengan cara mengukur dari pangkal batang

sampai ujung daun tertinggi pada setiap tanaman sampel. Data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabel.

3. Jumlah Daun

Pengamatan terhadap jumlah daun dilakukan secara periodik

yaitu 1 minggu sekali dengan cara menghitung jumlah daun pada


22

setiap minggunya pada setiap tanaman sampel. Data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

III.4.1 Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman

A. Tanaman Terong

1. Hama

Hama yang muncul pada tanaman terong antara lain, kumbang

daun, bekicot dan ulat tanah.

Untuk pengendalian hama kumbang daun dilakukan secara

manual yaittu, mengambil kumbang tersebut lalu dimusnahkan atau

bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan melakukan

penyemprotan insektisida sesuai dosis yang ditentukan. Pengendalian

bekicot dilakukan dengan cara mengumpulkan bekicot lalu

memusnahkannya, melakukan penyiangan pada gulma dan juga

menaburkan nematisida di sekitar tanaman. Sedangkan pengendalian

untuk ulat tanah apat dikendalikan dengan cara manual yaitu dengan

penggunaan benih yang berkualitas dan tahan terhadap hama serta

melakukan sanitasi lahan dengan baik atau bisa juga dengan cara

kimiawi yaitu dengan menyemprotkan insektisida sesuai dengan

anjuran.

2. Penyakit

Untuk penyakit pada tanaman terong tidak ada karena penyakit

yang disebabkan oleh hama langsung dimusnahkan.


23

B. Tanaman Kangkung

1. Hama

Hama yang muncul pada tanaman kangkung adalah ulat keket

dan bekicot. Untuk pengendalian hama ulat keket dilakukan dengan

cara melakukan pembersihan lahan dengan baik, menjaga jarak

tanam, menjaga pergiliran tanaman dan menggunakan pestisida

nabati berupa daun sirih daun nimba dan gadung atau penyemrotan

dengan GEO sesuai dengan dosis.

2. Penyakit

Untuk penyakit pada tanaman terong tidak ada karena penyakit

yang disebabkan oleh hama langsung dimusnahkan.


24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Persentase Tumbuh Tanaman (%)

Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui hasil pertumbuhan

benih terong dan kangkung.

Untuk benih terong, diketahui hasil pertumbuhan sebanyak 32 polybag dari

40 polybag. Satu polybag berisi 1-3 benih terong. Jadi dapat diperkirakan bahwa

benih terong yang tumbuh sebanyak 47 buah dan yang akan ditanami dibedengan

sebanyak 40 buah. Dari hasil tersebut dapat diperoleh persentase tumbuh tanaman

terong sebagai berikut.

benih yang tumbuh


Persentase tumbuh (%) = x 100%
benih yang disemai

47
= x 100%
120

= 39,17%

Sedangkan untuk benih kangkung, perkiraan hasil pertumbuhan sebanyak

230 benih dari 250 benih. Dari hasil terbut dapat diperoleh persentase tumbuh

tanaman kangkung darat sebagai berikut.

benih yang tumbuh


Persentase tumbuh (%) = x 100%
benih yang disemai

230
= x 100%
250

= 92%

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase tumbuh tanaman

terong hanya sebesar 39,17%. Sedangkan untuk persentase tumbuh tanaman

kangkung darat sebesar 92%. Rendahnya hasil yang diperoleh dari pembibitan

terong disebabkan oleh syarat tumbuh tanaman tidak sesuai dengan tempat
25

dilaksakannya kegiatan praktikum. Misalnya, tanaman terong menginginkan iklim

tropis dengan cuaca panas sedangkan yang terjadi di lapangan adalah cuaca sering

hujan yang mengakibatkan tanaman terong banjir. Jadi dapat disimpulkan

tanaman terong tidak cocok untuk ditanam pada saat musim penghujan. Lain

halnya dengan tanaman kangkung, tanaman ini sangat cocok ditanam pada saat

musim penghujan karena membutuhkan asupan air yang cukup banyak.

4.2 Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman mulai dilakukan ketika tanaman berumur 14 hst.

Pengukuran tinggi tanaman ini dilakukan dengan mengukur tanaman dari pangkal

sampai ke daun tertinggi pada tanaman terong dan kangkung. Pengukuran tinggi

tanaman ini dilakukan dengan interval 1 minggu sekali setiap pengamatan

dilakukan. Pengamatan tinggi tanaman ini dilakukan sampai tanaman memasuki

fase generatifnya, yaitu ketika tanaman 50% terlah muncul bunga.

Tabel 4.1 Rata-Rata Tinggi Tanaman Terong (cm)


Sampel (cm)
Tanggal Rata-Rata
I II III
12 November 2019 4 3 4
19November 2019 8 10 7
26 November 2019 15 16 10
3 Desember 2019 18 23 16
Jumlah 45 52 37 44,7

Tabel 4.2 Rata-Rata Tinggi Tanaman Kangkung Darat (cm)


Sampel (cm)
Tanggal Rata-Rata
I II III
12 November 2019 5 6 10
19 November 2019 18 7 15
26 November 2019 20 10 18
3 Desember 2019 25 15 19
Jumlah 68 38 62 56

Data pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 rata-rata tinggi tanaman pada terong dan

kangkung darat menunjukkan bahwa semakin lama tanaman akan mengalami


26

pertambahan ukuran. Hal ini berkaitan dengan unsur hara, nurisi, air dan cahaya

yang diserap tanaman. Ketika tanaman menyerap unsur hara secara optimal, maka

akan membantu pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang paling berkaitan dengan

tinggi tanaman diantaranya adalah unsur hara Nitrogen. Dimana nitrogen mampu

menyokong tinggi tanaman terong dan kangkung darat.

Menurut Setyamidjaja (1986), ketersediaan unsur N yang terpenuhi pada

tanaman akan dapat meragsang tinggi tanaman. Pendapat ini diperkuat oleh Sahari

(2012) bahwa senyawa nitrogen akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman

yaitu menambah tinggi tanaman. Kardin (2013) menyatakan bahwa unsur nitrogen

berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman, selain itu nitrogen ini

dibutuhkan pada setiap pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun

pada tanaman. Namun apabila kekurangan akan sangat mempengaruhi pada

pertumbuhan tanaman, seperti pernyataan Novizan (2005) bahwa tanaman apabila

kekurangan nitrogen maka tanaman akan mengalami pertumbuhan yang lambat

dan kerdil. Eko (2013) menjelaskan bahwa, unsur hara Nitrogen pada pupuk dapat

memacu tanaman dalam pembentukan asam-asam amino menjadi protein. Protein

yang terbentuk digunakan untuk membentuk hormon pertumbuhan, yakni hormon

auksin, giberelin, dan sitokinin. Syafii (2005), mengatakan bahwa giberelin akan

meningkatkan kegiatan metabolisme dan laju fotosintesis, karbohidrat yang

terbentuk juga akan meningkat, selanjutnya pertumbuhan akar, batang dan daun

juga akan meningkat dengan demikian tinggi tanaman akan semakin bertambah.

Untuk pertumbuhan tinggi tanaman terong dan kangkung pada kegiatan

praktikum ini termasuk sangat lambat. Hal ini disebabkan oleh kadar pH tanah

yang tidak stabil walaupun sudah diberi perlakuan berupa pupuk NPK setiap 2

minggu sekali.
27

4.3 Jumlah Daun dan Bunga

Daun merupakan organ vegetatif tumbuhan yang berfungsi menyintesis

bahan organik dengan bantuan sinar sebagai sumber energi melalui proses yang

dinamakan fotosintesis. Daun merupakan salah satu bagian dari tanaman yang

dapat dengan mudah di lihat kenampakannya dan umumnya berwarna hijau. Di

daun, banyak terkandung klorofil yang berfungsi menyerap sinar matahari

sehingga bisa digunakan untuk menjalankan proses fotosintesis. Pengamatan

jumlah daun dilakukan bersamaan dengan pengamatan tinggi tanaman. Sedangkan

untuk pengamatan jumlah bunga dilakukan pada saat bunga mekar sempurna.

Untuk data jumlah daun dan bunga dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Jumlah Daun Tanaman Terong (helai)


Sampel (helai)
Tanggal Rata-Rata
I II III
12 November 2019 3 3 3
19November 2019 3 3 3
26 November 2019 6 5 6
3 Desember 2019 6 5 6
Jumlah 18 16 18 17,3

Tabel 4.4 Jumlah Daun Tanaman Kangkung Darat (helai)


Sampel (helai)
Tanggal Rata-Rata
I II III
12 November 2019 5 6 5
19 November 2019 12 10 10
26 November 2019 17 15 20
3 Desember 2019 21 25 27
Jumlah 55 56 62 57,7

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama ±3 minggu, diketahui rata-

rata jumlah daun tanaman terong sebesar 17,3 helai. Sedangkan untuk rata-rata

jumlah daun kangung darat sebesar 57,7 helai. Setiap minggu jumlah daun pada

tanaman kangkung darat mengalami peningkatan. Untuk sampel pertama, jumlah

daun yang diperoleh sebanyak 55 helai. Sampel kedua memperoleh 55 helai dan
28

untuk sampel ketiga memperoleh sebanyak 62 helai. Peningkatan jumlah daun

dipengaruhi oleh ketersediaan unsur mineral tanah.

Sama halnya dengan pertumbuhan tinggi tanaman, pada pertumbuhan

jumlah daun juga membutuhkan unsur hara makro N dan P untuk membantu

pertumbuhan vegetatif tanaman sawi. Nitrogen merupakan unsur hara yang

bersifat mudah bergerak (mobile) dan berubah bentuk menjadi gas dan unsur lain

serta hilang melalui penguapan (volatilisasi) dan pencucian (leaching). Nitrogen

hadir di lingkungan dalam berbagai bentuk kimia termasuk nitrogen organik,

ammonium (NH4+), nitrit (NO2), nitrat (NO3-), dan gas nitrogen (N2). Bentuk

Nitrogen yang dapat digunakan oleh tanaman adalah ion nitrat (NO 3-) dan ion

ammonium (NH4+). Berfungsi untuk menyusun klorofil, protoplasma, asam

nukleat dan asam amino. Nitrogen yang terserap oleh tanaman berdampak pada

pembentukan klorofil, ebagian besar klorofil terbentuk oleh unsur nitrogen,

magnesium dan besi. pembentukan klorofil berbanding lurus dengan jumlah dan

luas daun karena klorofil sebagian besar berada pada daun. Sehingga semakin

banyak klorofil terbentuk maka jumlah dan luas daun akan bertambah pula.

Menurut Marschner (1986) dalam Rian Wicaksono (2016) menyatakan bahwa

kekurangan unsur hara nitrogen mengakibatkan terhambatnya pembentukan atau

pertumbuhan bagian bagian – bagian vegetatif seperti daun, batang dan akar

Daun yang tumbuh di setiap ruas batang tanaman, dimana semakin tinggi

tanaman maka jumlah daunnya pun semakin banyak. Daun yang lebih hijau

memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan permukaan daun yang lebih luas

mengandung klorofil yang lebih banyak. Indeks luas daun adalah perbandingan

antara luas daun terhadap luas permukaan lahan yang menjadi tempat tumbuh
29

suatu tanaman, semakin banyak jumlah daunnya maka semakin besar indeks luas

daunnya (Johan, 2015).

Untuk pengamatan jumlah bunga tidak bisa di lakukan karena tanaman

terong yang ditanam selama ±2 bulan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda

pembungaan. Hal ini disebabkan oleh tidak terpenuhinya beberapa syarat tumbuh

tanaman terong seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya. Lain halnya dengan

tanaman kangkung darat, tanaman ini tidak memiliki bunga.

4.4 Hama dan Penyakit Tanaman

Pada tanaman terong, hama yang muncul adalah kumbang daun, bekicot dan

ulat tanah. Untuk pengendalian hama kumbang daun dilakukan secara manual

yaittu, mengambil kumbang tersebut lalu dimusnahkan atau bisa juga dengan cara

kimiawi yaitu dengan melakukan penyemprotan insektisida sesuai dosis yang

ditentukan. Pengendalian bekicot dilakukan dengan cara mengumpulkan bekicot

lalu memusnahkannya, melakukan penyiangan pada gulma dan juga menaburkan

nematisida di sekitar tanaman. Sedangkan pengendalian untuk ulat tanah apat

dikendalikan dengan cara manual yaitu dengan penggunaan benih yang

berkualitas dan tahan terhadap hama serta melakukan sanitasi lahan dengan baik

atau bisa juga dengan cara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan insektisida

sesuai dengan anjuran.

Sedangkan pada tanaman kangkung darat, hama yang muncul adalah ulat

keket dan bekicot. Untuk pengendalian hama ulat keket dilakukan dengan cara

melakukan pembersihan lahan dengan baik, menjaga jarak tanam, menjaga

pergiliran tanaman dan menggunakan pestisida nabati berupa daun sirih daun

nimba dan gadung atau penyemrotan dengan GEO sesuai dengan dosis.
30

Keberadaan hama pada tanaman tentunya akan merugikan tanaman itu

sendiri. Misalnya, timbulnya penyakit bercak-bercak atau bolong-bolong pada

daun tanaman yang menyebabkan tanaman tersebut layu ataupun mati. Pada hasil

pengamatan selama ±3 minggu tidak ditemukan penyakit yang serius pada

tanaman karena hama peyebab penyakit pada tanaman langsung di musnahkan.


31

V. ANALISIS PENDAPATAN

5.1 Bahan-Bahan

Harga
No Harga Satuan
Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
. (Rp)
(Rp)
1. Benih Terong 2 bungkus 10.000 20.000
2. Mulsa 50 meter 1.750 87.000
3. Kapur dolomite 20 kg 1.200 24.000
4. Urea 2 kg 5.000 10.000
5. TSP 2 kg 7.500 15.000
6. KCL 2 kg 7.000 14.000
7. NPK 4 kg 13.000 52.000
8. POC 10 liter 10.000 100.000
Subtotal Rp 322.000,-

5.2 Persemaian

Harga
No Harga Satuan
Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
. (Rp)
(Rp)
Tenaga kerja dan
1. 15 HKW 9.000 135.000
pemeliharaan semaian
Pembuatan lubang
2. 6 HKW 9.000 54.000
tanam dan penanaman
Polybag ukuran 5 cm x
3. 250 buah 20 5.000
10 cm
Subtotal Rp 104.000,-

5.3 Pestisida

Harga
Harga
No. Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
Satuan (Rp)
(Rp)
1. Curacron 200 ml 300 60.000
2. Dithane M-45 500 gram 150 75.000
Subtotal Rp 135.000,-

5.4 Pemeliharaan

No. Nama Bahan Kuantitas Harga Satuan Harga


32

Keseluruhan
(Rp)
(Rp)
1. Ajir/lanjaran 200 buah 500 100.000
2. Tenaga pasang lanjaran 3 HKW 9.000 27.000
3. Tali rafia 3 gulung 10.000 30.000
4. Tenaga semprot 3 HKW 12.000 30.000
5. Tenaga pemupukan 5 HKW 9.000 45.000
6. Pemangkasan 5 HKW 9.000 45.000
Pembungkusan bakal
7. 3 HKW 9.000 27.000
buah
8. Plastik bening 1 bungkus 35.000 35.000
9. Pemangkasan Buah 3 HKW 9.000 27.000
Subtotal Rp 366.000,-

5.5 Panen dan Lainnya

Harga
Harga Satuan
No. Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
(Rp)
(Rp)
1. Pemanenan 2 HKW 9.000 18.000
2. Cangkul 2 buah 50.000 100.000
3. Garu 2 buah 30.000 60.000
4. Pisau Cutter 3 buah 4.000 12.000
Subtotal Rp 190.000,-

5.6 Penerimaan Hasil Pendapatan

Harga
Harga Satuan
No. Nama Bahan Kuantitas Keseluruhan
(Rp)
(Rp)
1. Pemanenan 241.8 kg 13.000 3.143.400
Subtotal Rp 3.143.400,-

5.7 Pendapatan

Pendapatan = total penerimaan – biaya produksi

= 3.143.400 – 1.117.000
33

= 2.026.400
34

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Terung atau Terong memiliki nama latin Solanum melongena L.  merupakan

tanaman hortikultura yang ditanam untuk dimanfaatkan buahnya yang berasal dari

India dan Sri Lanka. terong memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh

dimana manfaat tersebut terdapat pada kandungan nutrisi-nutrisinya. Terong kaya

vitamin C, K, B6, tiamin, niasin, magnesium, fosfor, tembaga, serat, asam folat,

kalium, dan mangan. Selain itu, terong sedikit sekali mengandung kolesterol atau

lemak jenuh. Teknologi dalam budidaya terong ungu dengan menggunakan media

tanam polybag berukuran 2 x 3 cm. Pemeliharaan tanaman terong meliputi

penyiraman, penyulaman, pemupukan dan pengendalian Terong dapat dipanen

setelah berumur 70-80 hari.

Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang

bersamaan atau selama periode tanam pada suatu tempat yang sama. Jenis

tumpang sari yang dipilih dalam pengamatan berupa kangkung darat. Dimana

untuk penyemaian dan pemeliharaan tanaman kangkung sangat mudah dan usia

panennya pun tergolong cukup cepat yakni 27 hari.

6.2 Saran

Penulis berharap dengan adanya laporan kegiatan praktikum mata kuliah

Dasar-Dasar Agronomi yaitu “Penambahan berbagai Dosis Pupuk Kompos, Urea,

NPK pada Tanaman Terong (Solanum melongena) dan Kangkung Darat

(Ipomoea crassipes) dengan Sistem Tumpangsari” ini dapat bermanfaat dan

menambah wawasan bagi pembaca.


35

DAFTAR PUSTAKA

Susilo, D. 2015. Pertimbangan Visual dan Fisiologis sebagai Kriteria Panen

Kangkung Darat Akibat Pemberian Kapur Dolomit Gambut. Anterior

Jurnal. Volume 15 Nomor 1 hal. 76 - 84. [online]. Diakses pada tangal 23

Desember 2015.

Poppy, dkk. 2017. Pertimbangan Pola Tanam Tumpang Sari terhadap

Produktivitas Rimpang dan Kadar Senyawa Aktif Temulawak (Curcuma

xanthorrhiza Roxb.). Jurnal Jamu Indonesia 2(2): 51-59. Diakses pada

tanggal 25 Desember 2019.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Republik Indonesia "Kamus Besar Bahasa

Indonesia dalam jaringan". Diakses tanggal 23 Desember 2019

Tsao dan Lo dalam "Vegetables: Types and Biology". Handbook of Food Science,

Technology, and Engineering oleh Yiu H. Hui (2006). CRC Press. ISBN

1-57444-551-0.

Doijode, S. D. (2001). Seed storage of horticultural crops (m.s. 157). Haworth

Press: ISBN 1-56022-901-2

Fuchsia Dunlop (2006), Revolutionary Chinese Cookbook: Recipes from Hunan

Province, Ebury Press, hlm. 202

Elba, DS. 2014. Tanpa Judul. http://digilib.unila.ac.id/7019/8/BAB%20I

%20PENDAHULUAN.pdf diakses pada tanggal 24 Desember 2019.


36

Saran, Vkdan. Tanpa Tahun. Tanpa Judul.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6471/BAB

%20II.pdf?sequence=5&isAllowed=y diakses pada tanggal 24 Desember

2019.

Fortunasari, B. 2018. Tanpa Judul.

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22786/BAB

%20IV.pdf?sequence=6&isAllowed=y. diakses pada tanggal 24 Desember

2019.

Hintono, A. 2017. Tanpa Judul. http://eprints.undip.ac.id/55533/3/Bab_II.pdf.

diakses pada tangga; 24 Desember 2014.

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Praktikum

Bulan/Tahun 2019
No. Kegiatan
Oktober November Desember
1. Persiapan Alat dan Bahan
37

2. Asistensi Praktikum
3. Pembentukan Kelompok Praktikum
4. Persemaian
5. Penanaman
6. Pengamatan
7. Pemeliharaan Tanaman
8. Panen
9. Presentasi
10. Laporan
11. Penilaian
38

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Terong

Asal : India dan Sri Lanka

Golongan Varietas : Hibrida Silang Tunggal

Bentuk Tanaman : Tegak

Tinggi Tanaman : 40 – 150 cm

Kekuatan Akar : Kuat

Ketahanan Terhadap Kerebahan : Tahan

Bentuk Penampang Batang : Bulat

Diameter Batang : 1,1 – 1,5 cm


39

Lampiran 3. Layout (Denah Praktikum)

Layout Kelompok 4
40

Lampiran 4. Dokumentasi

Benih Terong Ungu Benih Kangkung Darat Bibit Terong berumur


14 hst

Bibit Kangkung berumur 14 hst benih terong yang berhasil tumbuh


sebanyak 32 dari 40 polybag

Bibit terong berumur Bibit terong berumur


± 2 minggu ± 4 minggu
41

kegiatan pemanenan kangkung darat kegiatan pengikatan kangung darat

hasil panen kangkung yang diperoleh hasil panen kangkung darat


sebanyak 17 ikat

Foto bersama setelah pemanenan kangkung


42

Lampiran 5. Biodata Penulis

Syahnin Ayu Dewi atau yang biasa

dipanggil Syahnin lahir di Kota Langsa,

20 Mei 2000. Merupakan anak pertama

dari dua bersaudara. Berasal dari

Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan

dan saat ini sedang mengenyam

pendidikan strata satu jurusan Agroteknologi semester tiga di Universitas Islam

Riau

Anda mungkin juga menyukai