DOSEN PENGAMPU :
Dr. Ir. SITI ZAHRAH, MP
DISUSUN OLEH :
SYAHNIN AYU DEWI
AUREL NALYSANDI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul tentang “Biologi Tanah” dengan lancar dan tepat waktu. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Tanah
yang dibimbing oleh Dr. Ir. Ibu Siti Zahrah, MP.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
telah berkontribusi dalam penyusunan makalah, serta pihak-pihak yang telah
memberi saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Dan
juga, penulis berharap dengan pembahasan yang ada di makalah ini dapat bermanfaat
bagi seluruh pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan
penyusunan pada makalah ini.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat dibutuhkan demi tercapainya makalah yang layak di konsumsi seluruh pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Maksud dan Tujuan.....................................................................................
II. TINJUAN PUSTAKA...................................................................................
III.PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
IV. PENUTUP........................................................................................................ 13
A. Kesimpulan................................................................................................. 13
B. Saran........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan bagian dari tubuh alam yang menutupi bumi dengan lapisan
tipis, disintesis dalam bentuk profil dari pelapukan batu dan mineral, dan
mendekomposisi bahan organik yang kemudian menyediakan air dan unsur hara yang
berguna untuk pertumbuhan tanaman. Yang membuat tanah itu subur diantaranya
pelapukan lanjut, bahan mineralogi, kapasitas pertukaran kation yang tinggi,
kelembaban air dan pH netral.
Tanah bersifat sangat penting bagi kehidupan, sehingga perlindungan kualitas
dan kesehatan tanah sebagaimana perlindungan terhadap kualitas udara dan air harus
sangat dijaga. Namun banyak faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kesehatan
tanah tersebut, misalnya kadar hara yang terkandung dalam tanah, vegetasi, iklim,
sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Kesehatan tanah itu sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai
kemampuan berkelanjutan dari suatu tanah untuk berfungsi sebagai suatu sistem
kehidupan yang penting didalam batas – batas ekosistem dan tata guna lahannya,
untuk menyokong produktivitas hayati, meningkatkan kualitas udara dan lingkungan
perairan, serta memelihara kesehatan tanaman, hewan dan manusia. Kualitas tanah itu
sendiri dapat didefinisikan secara umum sebagai kemampuan tanah untuk
menghasilkan produk tanaman yang bergizi dan aman secara berkelanjutan, serta
meningkatkan kesehatan manusia dan ternak, tanpa menimbulkan dampak negatif
terhadap sumberdaya dan lingkungan .
Faktor yang mempengaruhi kualitas tanah pada bagian fisiknya adalah tekstur
tanah, bahan organik, agregasi, kapasitas lapang air, drainase, topografi, dan iklim.
Sedangkan yang mempengaruhi pada bagian pengolahannya adalah Intensitas
pengolahan tanah, penambahan organik tanah, pengetesan pH tanah, aktivitas
mikrobia dan garam. Tanah sebagai habitat biota tanah sebagai medium alam untuk
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisiologinya. Tanah menyediakan nutrisi, air
dan sumber karbon yang diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitasnya. Di dalam
hal ini, lingkungan tanah seperti faktor abiotik (yang meliputi sifat fisik dan kimia
tanah) dan faktor biotik (adanya biota tanah dengan tanaman tingkat tinggi) ikut
berperan dalam menentukan tingkat pertumbuhan dan aktivitas biota tanah tersebut.
Terkait pada kedua definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa kualitas dan
kesehatan tanah adalah faktor penting yang harus dijaga agar fungsi tanah sebagai
mediator tumbuh organisme, biota tanah dan vegetasi dapat terlaksana dengan baik
yang kemudian dapat diaplikasikan untuk menunjang kehidupan, karena semua faktor
yang terkait dengan keadaan tanah dan daya dukung tanah akan berpengaruh secara
langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan populasi mikroorganisme
tanah.
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961).
Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa
organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik
yang stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,
kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun.
Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang
umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara berkembang
karena intensitasnya yang cenderung meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak
yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah
dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam- garam (salinisasi),
tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti
pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen
buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990). Kerusakan tanah
secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah yang dapat
menimbulkan pemadatan tanah.
Kerusakan struktur tanah ini dapat terjadi akibat pengolahan tanah yang salah
atau penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh
penyusutan populasi maupun berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi
biasanya bukan kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan
atau kimia). Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium
sulfat dan sulfur coated urea) yang terus menerus selama 20 tahun dapat
menyebabkan pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan turun dengan
drastis (Ma et al., 1990).
Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran juga merupakan fenomena
umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara terjadi
utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang subur tanpa
dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk organik yang
memadai. Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan organik yang lebih
cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan demikian terjadi
ketidakseimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan yang terjadi melalui
dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan organik dalam tanah.
Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit mendukung pertumbuhan
tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak memerlukan perbaikan agar tanaman
dapat tumbuh dan berproduksi kembali secara optimal. Penyediaan hara bagi tanaman
dapat dilakukan dengan penambahan pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk
anorganik dapat menyediakan hara dengan cepat. Namun apabila hal ini dilakukan
terus menerus akan menimbulkan kerusakan tanah. Hal ini tentu saja tidak
menguntungkan bagi pertanian yang berkelanjutan. Meningkatnya kemasaman tanah
akan mengakibatkan ketersediaan hara dalam tanah yang semakin berkurang dan
dapat mengurangi umur produktif tanaman.
Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu upaya
pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk
memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah,
serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan
tanah dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi,
sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan
kepada generasi yang akan datang. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-
sifat kimia, fisik, maupun biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat
banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai
berikut (Stevenson,1994):
1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.
Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro
maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik
membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara
menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan
unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang
telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih
baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk
ke dalam tanah .
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi
10. tanaman.
Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah.
Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan
tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan
tanah penting untuk menyamin produktivitas pertanian.
Bahan organik dalam tanah merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan
sebagai bahan penyusun tanah. Kadar bahan organik yang terdapat dalam tanah
Alfisol berkisar antara 0,05-5% dan merupakan tanah yang ideal untuk lahan
pertanian, dan untuk tanah organik mendekati 60% dan pada Titik oleh kadar bahan
organik memperlihatkan kecenderungan yang menurun (Pairunan, dkk., 1985)
Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan
organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang melapuk. Tingkat
pelapukan bahan organik berbeda-beda dan tercampur dari berbagai macam bahan.
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik
tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Fungsi Biologi
Menyediakan makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme
(termasuk mikroba) tanah menyediakan energi untuk proses-proses biologi
tanah memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi) tanah.
2. Fungsi Kimia
Merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk daya
pulih tanah akibat perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara
penting,khususnya N dan K
3. Fungsi Fisika
Mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk
meningkatkan stabilitas struktur tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam
menyimpan air perubahahan moderate terhadap suhu tanah.
Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang lain.
Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba
yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas
agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (www.csiro.au).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan
karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan
jumlah bahan organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah,
tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara. Pemberian bahan organik ke
dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman.
Tanaman akan memberikan respon yang positif apabila tempat tanaman tersebut
tumbuh memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur
tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti
vitamin, asam amino, auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan
organik (Brady, 1990)
BAB III
PEMBAHASAN
C. Organisme Tanah
Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk
hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari
fase hidupnya berada dalam sistem tanah. Organisme tanah (soil organism) adalah
semua jasad hidup yang terdapat di dalam tanah atau disebut juga dengan organisme
hidup (living organisme).
a) Makrofauna
Hewan besar pelubang tanah tikus, kelinci, kadang dapat memperbaiki
tata udara tanah dan mengubah kesuburan serta struktur tanah, tetapi
hewan ini juga makan dan menghancurkan tanaman sehingga secara
umum lebih mengganggu daripada menguntungkan.
- Cacing Tanah
Cacing tanah tersebar diseluruh penjuru dunia dengan sekitar
7000 spesies. Tiga spesies yang paling umum yaitu helodrilus
calliginosus (cacing kebun), hellodrilus feotidus (cacing merah) dan
lumbridus terrestris (night crawler). Cacing tanah tidak makan
vegetasi hidup tetapi makan bahan organik mati sisa-sisa hewan atau
tanaman. Bahan organik yang dimakan kemudian dikeluarkan berupa
agregat-agregat banyak mengandung unsur hara yang berguna bagi
tanaman. Cacing memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air
menjadi lebih baik dan lebih mudah ditembus akar tanaman.
Kebanyakan cacing hidup di kedalaman kurang dari 2m. cacing suka
hidup pada tanah-tanah lembab. Tata udara baik, hangat sekitar 21
derajat c, pH 5,0-8,4,. Banyak bahan lorganik, kandungan garam
renda, tetapi Ca tersedia tinggi, tanah agak dalam, tekstur sedang
sampai halus.
- Arthropoda dan Mollusca
Arthropoda dalam tanah digolongkan kedalam beberapa famili
yaitu crustacea(kepiting, lobster, crayfish) chilopoda (sejenis
kelabang), arachnida (laba-laba), insek (belalang, jangkrik)
- Crustacea
Crustacea banyak ditemukan di rawa pasang surut. Hewan ini
membuatt lubang yang menyebabkan terjadinya perpindahan tanah
dalam (under) ke permukaan (top) yang banyak mengandung sulfida,
sehingga teroksidasi menjadi sulfat dengan tingkat keasaman yang
sangat tinggi.
- Mollusca
Jenis mollusca yang hidup diatas tanah yang terpenting adalah
bekicot. Hewan ini memakan sisa tanaman yang membusuk maupun
yang masih hidup
b) Mikrofauna
- Protozoa
Merupakan hewan bersel satu yang memakan bakteri, sehingga
dapat menghambat daur ulang unsur hara atau menghambat
berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri.
- Nematoda
Merupakan cacing yang sangat kecil seperti benang,
berdasarkan jenis makanannya nematoda dibedakan menjadi
omnivorus makan sisa bahan organik, predaceous, makan hewan-
hewan tanahtermasuk nematoda yang lain, parasitik merusak akar
tanaman,
c) Makroflora
Akar tumbuhan yang mati di dalam tanah menyediakan energi dan
makanan hewan dan mikroflora. Akar tanamanmeningkatkan agregasi
tanah, dan karena akar menembus ke lapisan tanah yang dallam maka ia
membusuk dan mmenjadi humus. akar tanaman yang masih hidup
mempengaruhi keseimbangan hara tanah akibat penyerapan unsur hara
oleh akar tersebut. Selain itu akar juga mempengaruhi ketersediaan unsur
hara karna dapat membentuk asam organik dipermukaannya yang dapat
meningkatkan kelarutan unsur hara. Dikeluarkannya asam AMINO yang
mudah dihancurkan dan terlepasnya beberapa bagian kulit akar dapat
meningkatkan aktifitas mikroorganisme disekitar akar . jumlah organisme
disekitar akar ini 10-100 kali lebih banyak daripada diluar daerah
perakaran. Jadi ketersediaan unsur hara sangat dipengaruhi oleh bahan
yang dikeluarkan oleh akar dan aktivitas mikroorganisme di rhizophere
(daerah sekitar perakaran).
d) Mikroflora
- Bakteri
Bakteri dapat dibedakan menjadi dua yaitu autotroph dan
heterotroph. Autotroph yaitu bakteri yang menghasilkan
makanannya sendiri dari bahan anorganik, misalnya melalui proses
photosintesis. Heterotroph yaitu bakteri yang mendapatkan
makanannya dari bahan organik yang telah ada.
Bakteri autotroph bermanfaat karena mempengaruhi sifat-sifat
tanah. Misalnya merubah nitrit menjadi nitrat, sulfida menjadi
sulfat dsb. Nitrifikasi berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
karena oksidasi dari NH4 menjadi NO3 yang mudah larut, dapat
menyebabkan pencemmaran nitrat pada air tanah . konsentrasi
nitrat yang tinggi dalam air dapat mempengaruhi kesehatan
manusia. Bakteri heterotroph dalam tanah dapat dibedakan
menjadi bakteri pengikat nitrogen dan bukan pengikat nitrogen.
- Fungi
Dapat dibedakan menjadi parasitik, saprohitik, dan simbiotik,
dan simbiotik.
o Parasitik yang dapat menyebabkan bercak pada tanaman.
o Saprophitik yang mendapatkan makanan dari dekomposisi
bahan organik
o Simbiotik hidup pada akar dimana keduanya terjadi simbiosis
mutualisme.
o Mycorhiza /jamur akar, adalah asosiasi simbiosis mycelia fungi
dengan akar tanaman tertentu. Membantu tanaman induk
menyerap unsur hara tertentu.
- Actinomycetes
Secara taksonomi dan morfologi dapat digolongkan sebagai
fungi ataupun bakteri, tetapi akhir-akhir ini diklasifikasikan
sebagai bakteri. Fungsi utamanya yaitu dalamm dekomposisi
bahan organik terutama selulosa dan bahan organik lain yang
resisten. Keadaan yang baik untuk perkembangan actinomycetes
yaitu banyak tersedia bahan organik segar, pH tanah netral sampai
agak masam, tanah lembab, tetapi lebih tahan kekeringan daripada
fungi.
- Algae
Algae mempunyai chlorophyl dan terdiri dari green algae, blue
green algae, yellow green algae, dan diatomae. Berkembang biaka
pada tanah yang subur. Pada tanaman padi sawah algae membantu
mempertahankan jumlah N dalam tanah dengan mengikat N yang
ada di udara.
- Virus
Berbeda debgan mikroflora yang lain, virus tidak dapat hidup
lama didalam tanah, dan tidak dapat berkembang biak tanpa induk
semangnya. Virus dapat diberantas dengan memberantas pembawa
virus seperti nematoda, fungi dan akar akar tanaman.
2) Berdasarkan peranannya
a. Organisme yang menguntungkan
Organisme yang berperan baik bagi tumbuhan dimana peranannya
sangat besar dalam pertumbuhan tanaman ataupun kesuburan tanah.
Contohnya, organisme pelarut fosfat (pseudomonas) dan fungi pelarut
fosfat, bakteri pemfikasi nitrogen (Rhizobium, Azosphirillium,
Azotobakter) dan mikrozia.
A. Kesimpulan
Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian.
Sifat, ciri dan tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi
oleh sifat kimia,fisika dan biologi tanah. Biologi tanah adalah ilmu yang
mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah.
Organisme tanah (soil organism) adalah semua jasad hidup yang terdapat di
dalam tanah atau disebut juga dengan organisme hidup (living organisme).
Organisme digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu berdasarkan ukuran dan
peranannya. Berdasarkan ukurannya terdiri atas, mikrofauna, makrofauna,
makroflora dan mikroflaura. Sedangkan berdasarkan peranannya terdiri atas,
organisme yang menguntungkan dan organisme yang merugikan.
B. Saran
Adapun saran kami sebagai untuk solusi terhadap permasalahan-permasalahan
dalam makalah ini adalah perlunya memahami lebih dalam tentang biologi tanah
sehingga materinya dapat di pahami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Sutedjo, Mul Mulyani dan Kartasapoetra. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. PT. RINEKA
CIPTA. Jakarta
Mulder, E. G., Lie, T. A and Woldendorp, J. W. 1971. Biology and Fertility. (in) Soil
Biology (reviews of research). UNESCO.
Ma’shum, M., Soedarsono, J., Susilowati, L. E. 2003. Biologi Tanah. CPIU Pasca
IAEUP, Bagpro Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia, Ditjen Pendidikan
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.