Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BUDIDAYA TANAMAN PADI DI LAHAN PASANG


SURUT

Ngateman
NIM.C2091211004

PROGRAM STUDI MAGISTER AGROTEKNOLOGI


FAKULTASPERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya yang senantiasa tercurah kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan makalah “Budidaya Tanaman Padi di Lahan Pasang
Surut”. Dalam memenuhi tugas mata kuliah sistem produksi tanaman pada lahan
basah dan lahan kering yang diampuh oleh Bapak DR. Tatang Abdurrahman,SP,
MP. Penulis sangat menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan
untuk kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Pontianak, November 2021


Penulis,

Ngateman
NIM. C2091211004

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3. Tujuan....................................................................................... 3
II. PEMBAHASAN.............................................................................. 12
II.1. Pemberian Bahan Organik........................................................ 12
II.2. Pencucian Lahan....................................................................... 13
II.3. Sistem Penanaman Padi Jajar Legowo...................................... 14
III. KESIMPULAN................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 18
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak
dikonsumsi penduduk Indonesia. Sebagai makanan pokok yang mengandung
karbohidrat dan sumber energi. Tanaman padi salah satu bahan pangan yang
memegang peranan cukup penting bagi perekonomian yaitu sebagai bahan untuk
mencukupi kebutuhan pokok masyarakat maupun sebagai mata pencaharian.
Kebutuhan padi yang semakin meningkat tidak dibarengi dengan hasil produksi
padi, karena sampai saat ini hasil produksi padi di Kalimantan Barat masih rendah
dibanding produksi nasional.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, (2020), Produksi padi di Kalimantan
Barat tahun 2020 mencapai 778.17 ribu ton GKG sedangkan pada tahun 2019
mencapai 847.88 ribu ton GKG. Berdasarkan data tersebut Perunurunan tersebut
dapat disebabkan oleh penurunan luas areal tanam dan penurunan prduktivitas
tanaman/ha. Sistem budidaya tanaman padi di Kalimantan Barat dilakukan pada
lahan sawah dan lahan kering (gogo). Oleh karena itu, perlu dilakukan
peningkatan produksi padi hitam dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pada
lahan yang cukup berpotensi bagi tanaman padi, salah satunya yaitu pada lahan
pasang surut.
Lahan pasang surut merupakan salah satu lahan yang diusahakan untuk
budidaya tanaman padi yang penyebarannya cukup luas di Indonesia termasuk di
Kalimanan Barat. Kalimantan Barat mempunyai areal luas lahan sawah pasang
surut yang ditanami padi sebasar 583 ha, dimana tanaman padi merupakan
komoditas utamanya (Badan Pusat Statistik Kabupaten Pontianak, 2020).
Lahan pasang surut yang digunakan sebagai tempat tumbuh tanaman padi
secara keseluruhan mempunyai sifat fisik yang kurang baik bagi tanaman padi
yaitu kondisi tanah yang keras pada musim kemarau dan teguh pada musim
penghujan, selain itu lahan pasang surut sering kali terdapat kandungan pirit yang
tinggi yang dapat membuat tanaman akarnya menjadi terhambat, dan daun kuning
kemerahan yang menyebabkan fotosintesis tidak dapat berjalan dengan baik.
Upaya pengelolaan lahan secara intensif dalam meningkatkan hasil
produksi tanaman dengan perluasan lahan budidaya pada lahan pasang surut perlu
diimbangi dengan usaha intensifikasi seperti usaha perbaikan sifat fisik dan
pengurangan pirit pada lahan pasang surut. Selain itu peningkatan kualitas lahan
untuk meningkatkan produksi tanaman padi di lahan pasang surut juga
memerlukan teknik budidaya yang sesuai seperti menggunakan sistem jajar
legowo. Teknik budidaya secara terpadu upaya dapat meningkatkan hasil tanaman
padi yaitu dengan memperbaiki sifat fisik tanah yaitu dengan penambahan bahan
organik pencucian lahan, dan menggunakan sistem jajar legowo.

B. Rumusan Masalah
Pertumbuhan dan hasil produksi tanaman padi selain di dukung oleh faktor
genetik kualitas lahan sebagai tempat tumbuh tanaman juga sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman padi. Salah satu proses
budidaya tanaman padi di Kalimantan Barat terdapat di lahan pasang surut.
Lahan pasang surut yang digunakan sebagai tempat tumbuh tanaman padi
secara keseluruhan mempunyai sifat fisik yang kurang baik. Sifat fisik tanah yang
kurang baik karena rendahnya kandungan bahan organik tanah mengakibatkan
sifat kimia dan biologi tanah juga menjadi kurang baik seperti pH tanah rendah,
ketersedian hara yang rendah serta jumlah dan aktivitas mikroorganisme juga
rendah selain itu, kali terdapat kandungan pirit yang tinggi yang dapat membuat
tanaman akarnya menjadi terhambat, dan daun kuning kemerahan yang
menyebabkan fotosintesis tidak dapat berjalan dengan baik sehingga perlu
dilakukan intesifikasi pada lahan dan teknik penanaman padi yang sesuai dengan
lahan pasang surut. Upaya yang dapat dilakukan yaitu seperti penamabahan
bokasi jerami, pencucian lahan, dan penanaman padi dengan sistem jajar legowo.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu:
1. Apa jenis bahan organik yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik tanah?
2. Bagaimana peran bahan organik dalam meningkatkan hasil tanaman padi?
3. Bagaimana peran sistem pencucian lahan pada lahan pasang surut?
4. Bagaimana peran penanaman padi dengan sistem jajar legowo?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bahan organik yang dapat di manfaatkan untuk meningkat
kan produksi padi pada lahan pasang surut.
2. Mengkaji peran bahan organik dalam meningkatkan produksi padi pada lahan
pasang surut.
3. Mengkaji peran pencucian dalam meningkatkan produksi padi lahan pasang
surut.
4. Mengkaji peran sistem jajar legowo dalam meningkatkan produksi padi pada
lahan pasang surut.
II. PEMBAHASAN

Lahan pasang surut memiliki potensi untuk dijadikan sebagai tempat


tumbuh tanaman padi. Budidaya tanaman padi pada lahan pasang surut saat ini
memiliki berbagai masalah sehingga perlu upaya-upaya untuk perbaikan lahan
sehingga memenuhi syarat tumbuh tanaman padi dan mampu meningkatkan
produksi pada lahan pasang surut. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi padi pada lahan pasang surut adalah sebagai berikut :

A. Pemberian Bahan Organik


Bahan organik adalah sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang
telah mengalami dekomposisi lanjut maupun yang sedang mengalami proses
dekomposisi, yang menyediakan jumlah bahan organik setiap tahunnya. Salah
satu usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah adalah dengan penambahan
bahan organik. Pemberian bahan organik ke dalam tanah akan berpengaruh
terhadap sifat fisik, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Bahan organik dan
mikroorganisme tanah dapat mengikat partikel-partikel tanah sehingga
menciptakan struktur dan aerasi tanah yang baik. Kondisi fisik tanah yang baik
akan mendukung perkembangan akar yang lebih baik, disamping itu respirasi akar
akan berjalan dengan baik pula (Murbandono, 2006).
Jerami padi merupakan salah satu limbah yang potensial untuk dijadikan
sebagai bokasi karena lebih mudah di dapat dan tidak perlu mendatangkan dari
ekosistem lain. Pengomposan jerami padi dalam budidaya tanaman padi di lahan
pasang surut dilakukan selain untuk mempercepat ketersediaan hara, juga
meningkatkan kadar hara dalam kompos (Anwar et al. 2006; Wahida 2014).
Pengomposan meningkatkan kadar hara P, K, Ca, dan Mg. Peningkatan hara
tersebut diikuti dengan penyusutan volume dan berat jerami akibat penguraian
hemiselulosa, sehingga lebih mudah didekomposisi oleh mikroba dan selanjutnya
menyebabkan hara tersedia lebih banyak
Pemberian bokasi jerami padi di lahan rawa dapat meningkatkan
kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah
memegang air, meningkatkan pori-pori tanah, dan memperbaiki media
perkembangan mikroba tana. Menurut Sutanto (2002), pemberian bahan organik
dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan kandungan liat yang tinggi menjadi
gembur, aerasi menjadi baik dan daya ikat air menjadi baik sehingga akar dapat
menyebar dalam tanah dengan baik sehingga dapat meningkatkan luas areal lahan
dan produksi akan meningkat.

B. Pencucian Lahan
Keracunan Fe seringkali terjadi pada tanah pasang surut, sulfat masam
dengan tingginya kemasaman dan kadar Fe aktif. Lahan pasang surut sulfat
masam di Indonesia cukup luas yaitu 6,67 juta ha (Alihamsyah, 2004) dengan
kandungan pirit yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa toksisitas Fe
pada padi sawah dapat menurunkan hasil hingga 12-100%.Toksisitas (Fe yang
cukup berat, pada, tanaman padi mengakibatkan hambatan pertumbuhan, anakan
tidak tumbuh, sehingga hasil yang didapatkan sangat rendah dan bahkan dapat
mengakibatkan kegagalan panen. (Noor et al., 2012)
Untuk mengurangi kandungan Al dan Fe serta kemasaman tanah (pH)
pada tanah pasang surut bisa menggunakan metode pencucian. Pencucian tanah
dilakukan dengan memberikan air yang bersih secara terus-menerus guna menjaga
tanah agar tetap dalam kondisi jenuh. Tanah yang dicuci adalah tanah pada zona
perakaran. Tinggi muka air tanah tetap dijaga kedudukannya terhadap muka tanah
serta harus selalu berada di atas lapisan tanah pirit. Bila muka air tanah berada di
bawah lapisan tanah pirit, maka lapisan tanah pirit akan teroksidasi. Sehingga
nanti bila waktu musim hujan, akan terbentuk asam sulfat (H2SO4). Untuk
menjaga agar muka air tanah selalu berada di atas lapisan tanah pirit, maka
digunakan pintu air.
Proses pencucian tanah ini dilakukan dengan pemberian air tetap dengan
debit 12 – 14 mm/hari. Yang paling efektif yaitu pada waktu musim penghujan
atau pada waktu terjadi air pasang. Metoda ini mudah dilaksanakan pada lahan
sungai yang berdekatan dengan sungai atau saluran primer, dimana pada saat
terjadi pasang air dapat menggenangi lahan secara teratur sepanjang terjadinya
pasang.
Proses pencucian atau penggenangan yang dilakukan pada tanaman padi
tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman padi karena tanaman padi
memerlukan air yang banyak untuk pertumbuhannya terutama pada fase vegetatif
sehingga penggenanangan merupakan upaya yang paling efektif untuk mengatasi
kandungan pirit pada lahan pasang surut.

C. Sistem Penanaman Padi jajar legowo


Teknologi Tanam Jajar Legowo merupakan cara tanam padi sawah dengan
pola beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang
seharusnya ditanam pada barisan yang kosong kemudian dipindahkan sebagai
tanaman sisipan di dalam barisan. Penerapan sistem jajar legowo pada lahan
pasang surut merupakan upaya dalam meningkakan produksi. Penerapan sistem
tanam jajar legowo yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat hampir dapat
dipastikan akan meningkatkan produktivitas tanaman padi dan keuntungan bagi
petani, sedangkan perluasannya secara nasional dapat meningkatkan produksi padi
(Lin et al., 2009).
Jajar legowo adalah suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan
peningkatan populasi perhektar. Penerapan jajar legowo selain meningkatkan
populasi, juga diharapkan memberikan produksi yang lebih tinggi dan kualitas
gabah yang lebih baik, mengingat pada sistem jajar legowo terdapat ruang terbuka
seluas 25-50%, sehingga tanaman dapat menerima sinar matahari secara optimal
yang berguna dalam proses fotosintesis (Balitbangtan, 2013).
Pada awalnya Teknologi Tanam Jajar Legowo umumnya diterapkan pada
daerah yang banyak terserang hama dan penyakit atau kemungkinan terjadi
keracunan besi. Teknologi Tanam Jajar Legowo kemudian dikembangkan untuk
mendapatkan hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tegel
melalui penambahan populasi. Selain itu Teknologi Tanam Jajar Legowo dapat
mempermudah dalam pengendalian hama, penyakit, gulma dan juga
mempermudah petani pada saat pemupukan.
Pada prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi
dengan cara mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga
memanpulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi
taping (tanaman pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang
berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang
lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar
matahari yang lebih banyak.
Jarak tanam yang optimum akan memberikan pertumbuhan bagian atas
tanaman dan pertumbuhan bagian akar yang baik sehingga dapat memanfaatkan
cahaya dan unsur hara. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat akan
mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman dalam memperebutkan
cahaya,air dan unsur hara. Pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman
rendah (Sohel et al.,.2009).
Hasil penelitian Novita (2014) menyatakan bahwa tipe tanam jajar
legowo 2:1 memperoleh bobot GKG per rumpun tertinggi dibanding tipe tanam
jajar legowo lain. GKG pada tipe tanam jajar legowo 2:1 mencapai bobot sebesar
66.16 g dan diikuti tipe tanam jajar legowo 7:1 sebesar 52.87g sedangkan tipe
tanam jajar legowo lainnya hanya berkisar antara 41.83 hingga 50.52 g. Fenomena
ini terjadi karena tipe tanam jajar legowo 2:1 lebih banyak menyediakan ruang
kosong bagi tanaman sehingga dapat memberikan sirkulasi udara, pemasukan
cahaya dan juga aliran air serta penyebaran unsur hara yang lebih merata sehingga
memberi efek pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik.
Teknologi Tanam Jajar Legowo pada padi pasang surut secara umum
dapat diterapkan dengan berbagai tipe, yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1) atau
tipe lainnya. Legowo 4:1 menghasilkan produksi gabah tertinggi, tetapi untuk
mendapat bulir gabah berkualitas benih lebih baik jika digunakan legowo 2:1.
Legowo 2:1 mampu mengurangi kehampaan akibat efek tanaman pinggir (Badan
Litbang Pertanian, 2007). Hasil penelitian Abdulrachman et al (2011)
menunjukkan bahwa
pada pertanaman Legowo 2:1 dengan jarak tanam (25x12,5x50) cm mampu
meningkatkan hasil antara 9,63-15,44% dibanding model tegel.
III. KESIMPULAN

Pengelolaan tanah dan air ini merupakan kunci keberhasilan budidaya


padi di lahan pasang surut untuk mengatasi beberapa masalah yang ditemui di
lahan pasang surut seperti kendala fisik (rendahnya kesuburan tanah, pH tanah
dan adanya zat beracun Fe dan Al), dan kendala biologi (hama dan penyakit).
Secara umum teknologi pengelolaan tanaman padi di lahan pasang surut,
agar dapat memberikan hasil yang maksimal dapat dilakukan dengan langkah-
langkah atau metode, antara lain pemberian bokasi jerami padi, pencucian lahan
maupun penerapan sistem budidaya tanaman padi dengan jajar legowo. Penerapan
secara maksimal di harapkan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman padi
pada lahan pasang surut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulrachman, S. et al., 2013. Sistem Tanam Legowo. Sukamandi: Badan


Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Aihamsyah, T., 2004. Potensi dan Pendayagunaan Lahan Rawa untuk


Peningkatan Produksi Padi. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan
Litbang Pertanian, Jakarta.

Anwar, K., S. Sabiham,B. Sumawinata, A. Sapei, dan T. Alihamsyah. 2006.


Pengaruh kompos jerami terhadap kualitas tanah, kelarutan Fe2+ dan SO4
2- serta produksi padi pada tanah sulfat masam. Jurnal Tanah dan Iklim
24:29-39.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Petunjuk Teknis Lapang Pengelolaan Tanaman


Terpadu (PTT) Padi Sawah Irigasi. Departemen Pertanian. Jakarta. 40 hal

Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2020. Luas Wilayah Kalimantan Barat
Menurut Kabupaten/Kota dan Lahan Pasang Surut, Pontianak.

Badan PusatStatistik Kalimantan Barat. 2020. Produksi Padi di Kalimantan Barat


Menurut Kabupaten/Kota, Pontianak.

Balitbangtan. 2013. Sistem Tanam Legowo. Kementrian Pertanian.

Murbandono, I. 2006. Membuat Kompos. Jakarta. Penebar Swadaya. 128 hal.

Noor, M. dan S. Saragih., 1997. Peningkatan Produktivitas Lahan Pasang Surut


Dengan Perbaikan Sistem Pengelolaan Air dan Tanah. Dalam Kinerja
Penelitian Tanaman Pangan, Buku 6.

Novita, S. dan Sumardi. 2014. Pengujian Berbagai Tipe Tanam Jajar Legowo
terhadap Hasil Padi Sawah. J Akta Agrosia Vol. 17 No. 2 hlm 115 - 124 Juli
- Desember 2014

Sohel, M. A. T, Siddique, M. A. B., Asaduzzaman, M., Alam, M. N., & Karim,


M.M. 2009. Varietal performance of transplant aman rice under different
hill densities. Bangladesh J. Agril. Res. 34, 1, 33-39.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan


Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.

Wahida, A. Y. 2014. Peran Bahan Organik dan Tata Air Mikro terhadap
Kelarutan Besi, Emisi CH4 , Emisi CO2 , dan Produktivitas padi di Lahan
Sulfat Masam. Disertasi. Program Pascasarjana UGM Yogyakarta. 173
halaman.

Anda mungkin juga menyukai