Anda di halaman 1dari 14

EKONOMI PERTANIAN

TUGAS PERMASALAHAN DALAM PERTANIAN


INDONESIA DAN BAGAIMANA JALAN
KELUARNYA

Disusun Oleh :

ARFAN SYAHPUTRA HARAHAP


164110305

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyeselaikan tugas ini yang berjudul
“Permasalahan Pertanian Indonesia Dan Bagaimana Cara Keluarnya.”
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi Pertanian Ibu Sisca
Vaulina SP, MP. yang telah banyak meluangkan waktu, pemikiran maupun
tenaga dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas
ini.
Dalam menyelesaikan penulisan tugas ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi penyempurnaan dan perbaikan tugas ini.

Pekanbaru, 06 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
1.3. Tujuan............................................................................................................. 5

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................ 5


2.1. Masalah Pertanian Di Indonesia .............................................................. 5
2.2. Solusi Menghadapi Masalah Pertanian Di Indonesia ........................... 9

BAB III. PENUTUP................................................................................................. 11


3.1. Kesimpulan.................................................................................................. 11
3.2. Saran.............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi

pertanian yang menjanjkan. Faktor iklim, geologis dan letak geografis yang

strategis menjadikan Indonesia memiliki peluang yang besar dalam

mengengembangkan usaha dalam bidang pertanian. Baik dalam bidang

kehutanan, perkebunan, ataupun perikanan masing masing memiliki peluang yang

cukup guna bersaing dengan negara lain.

Melihat negara-negara tetangga yang sukses daam mengembangkan pertaniannya seperti

Vietnam, Thailand dan Filipina harusnya hal tersebut dijadikan motivasi bagi kita

untuk lebih berusaha memajukan dunia pertanian di negara kita. Kalau mereka

bisa kenapa tidak, padahal secara sumber daya Indonesia tidak kalah dengan

negara-negara tersebut.

Namun seperti kata pepatah, makin tinggi pohon makin besar pula angin yang bertiup,

usaha Indonesia dalam mengembangkan sektor pertanian memang selalu

dihadapkan dengan berbagai masalah yang kompleks ibarat benang kusut yang

susah ditemukan ujungnya. Seperti apakah peluang Indonesia dalam bidang

pertanian serta masalah-masalah apa saja yang dihadapi Indonesia dalam

mengembangkan pertaniannya akan berusaha penulis bahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan masalah


1) Apa saja masalah pertanian di Indonesia?

2) Bagaimana solusi menghadapi masalah pertanian di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui masalah pertanian di Indonesia.

2) Untuk mengetahi solusi menghadapi masalah pertanian di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masalah Pertanian di Indonesia

Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam masalah

yang dihadapi, masalah Pertama yaitu penurunan kualitas dan kuantitas sumber

daya lahan pertanian. Dari segi kualitas, faktanya lahan dan pertanian kita sudah

mengalami degradasi yang luar biasa, dari sisi kesuburannya akibat dari

pemakaian pupuk an-organik. Berdasarkan Data Katalog BPS, Juli 2012, Angka

Tetap (ATAP) tahun 2011, untuk produksi komoditi padi mengalami penurunan

produksi Gabah Kering Giling (GKG) hanya mencapai 65,76 juta ton dan lebih

rendah 1,07 persen dibandingkan tahun 2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan

kering atau 5,99 persen lebih rendah tahun 2010, dan kedelai sebesar 851,29 ribu
ton biji kering atau 4,08 persen lebih rendah dibandingkan 2010, sedangkan

kebutuhan pangan selalu meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk

Indonesia.

Berbagai hasil riset mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif di

Indonesia, terutama di Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan

mengalami degradasi lahan terutama akibat rendahnya kandungan C-organik

dalam tanah yaitu kecil dari 2 persen. Padahal, untuk memperoleh produktivitas

optimal dibutuhkan kandungan C-organik lebih dari 2,5 persen atau kandungan

bahan organik tanah > 4,3 persen. Berdasarkan kandungan C-organik tanah/lahan

pertanian tersebut menunjukkan lahan sawah intensif di Jawa dan di luar Jawa

tidak sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk hayati, bahkan pada

lahan kering yang ditanami palawija dan sayur-sayuran di daerah dataran tinggi di

berbagai daerah. Sementara itu, dari sisi kuantitasnya konfeksi lahan di daerah

Jawa memiliki kultur dimana orang tua akan memberikan pembagian lahan

kepada anaknya turun temurun, sehingga terus terjadi penciutan luas lahan

pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan bangunan dan industri.

Masalah kedua yang dialami saat ini adalah terbatasnya aspek ketersediaan infrastruktur

penunjang pertanian yang juga penting namun minim ialah pembangunan dan

pengembangan waduk. Pasalnya, dari total areal sawah di Indonesia sebesar

7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen (797.971 ha) berasal dari waduk,

sementara 89 persen (6.432.212 ha) berasal dari non-waduk. Karena itu,

revitalisasi waduk sesungguhnya harus menjadi prioritas karena tidak hanya untuk

mengatasi kekeringan, tetapi juga untuk menambah layanan irigasi nasional.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini


dalam kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau.

Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal. Selain

itu masih rendahnya kesadaran dari para pemangku kepentingan di daerah-daerah

untuk mempertahankan lahan pertanian produksi, menjadi salah satu penyebab

infrastruktur pertanian menjadi buruk.

Selanjutnya, masalah ketiga adalah adanya kelemahan dalam sistem alih teknologi. Ciri

utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi, mutu dan kontinuitas

pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat dan terpelihara. Produk-

produk pertanian kita baik komoditi tanaman pangan (hortikultura), perikanan,

perkebunan dan peternakan harus menghadapi pasar dunia yang telah dikemas

dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan

mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan

teknologi standar. Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak

hanya di dunia tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Namun tidak semua teknologi

dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena pertanian di negara sumber

teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan negara kita, bahkan

kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus

dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam

sistem pertanian kita. Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik

dalam inovasi alat dan mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun

dalam pemberdayaan masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk

menilai respon sosial, ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan

melakukan penyesuaian dalam pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian


Hal lainnya sebagai masalah keempat, muncul dari terbatasnya akses layanan usaha

terutama di permodalan. Kemampuan petani untuk membiayai usaha taninya

sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas

potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam permodalan tersebut dan

rendahnya aksesibilitas terhadap sumber permodalan formal, maka dilakukan

pengembangkan dan mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya

rendah (low cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu,

penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan langsung

kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya diperluas.

Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan anggaran sampai 20 Triliun untuk

bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Bank BRI khusus Kredit

Bidang Pangan dan Energi.

Yang terakhir menyangkut, masalah kelima adalah masih panjangnya mata rantai tata

niaga pertanian, sehingga menyebabkan petani tidak dapat menikmati harga yang

lebih baik, karena pedagang telah mengambil untung terlalu besar dari hasil

penjualan.

Pada dasarnya komoditas pertanian itu memiliki beberapa sifat khusus, baik untuk hasil

pertanian itu sendiri, untuk sifat dari konsumen dan juga untuk sifat dari kegiatan

usaha tani tersebut, sehingga dalam melakukan kegiatan usaha tani diharapkan

dapat dilakukan dengan seefektif dan seefisien mungkin, dengan memanfaatkan

lembaga pemasaran baik untuk pengelolaan, pengangkutan, penyimpanan dan

pengolahannya. Terlepas dari masalah-masalah tersebut, tentu saja sektor

pertanian masih saja menjadi tumpuan harapan, tidak hanya dalam upaya menjaga
ketahanan pangan nasional tetapi juga dalam penyediaan lapangan kerja, sumber

pendapatan masyarakat dan penyumbang devisa bagi negara.

2.2 Solusi Menghadapi Masalah Pertanian Di Indonesia

Di bawah ini terdapat beberapa rekomendasi, tawaran, saran, masukan dan juga tuntutan

hasil dari pemikiran mahasiswa-mahasiswa pertanian Indonesia yang tergabung

dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Pertanian Indonesia (FKMPI) terkait

strategi pembangunan pertanian di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Optimalisasi program pertanian organik secara menyeluruh di Indonesia serta

menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah

lingkungan.

2. Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang

eksistensinya dilindungi oleh undang-undang.

3. Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa

program insentif usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan pasar

dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta pengembangan

industrialisasi yang berbasis pertanian/pedesaan, dan mempermudah akses-akses

terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.

4. Perbaikan infrastruktur pertanian dan peningkatan teknologi tepat guna yang

berwawasan pada konteks kearifan lokal serta pemanfaatan secara maksimal hasil-

hasil penelitian ilmuwan lokal.

5. Mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.

6. Peningkatan mutu dan kesejahteraan penyuluh pertanian.


7. Membuat dan memberlakukan Undang-Undang perlindungan atas Hak Asasi

Petani.

8. Memposisikan pejabat dan petugas di setiap instansi maupun institusi pertanian

dan perkebunan sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.

9. Mewujudkan segera reforma agraria.

10. Perimbangan muatan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian serta

penyusunan konsep jam tayang khusus untuk publikasi dunia pertanian di seluruh

media massa yang ada.

11. Bimbingan lanjutan bagi lulusan bidang pertanian yang terintegrasi melalui

penumbuhan wirausahawan dalam bidang pertanian (inkubator bisnis) berupa

pelatihan dan pemagangan (retoling) yang berorientasi life skill, entrepreneurial

skill dan kemandirian berusaha, program pendidikan dan pelatihan bagi generasi

muda melalui kegiatan magang ke negara-negara dimana sektor pertaniannya

telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan

menengah dan pendidikan tinggi pertanian, pengembangan program studi bidang

pertanian yang mampu menarik generasi muda, serta program-program lain yang

bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan bakat generasi muda di bidang

pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai sikap ilmiah,

professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian

Indonesia, seperti olimpiade pertanian, gerakan cinta pertanian pada anak,

agriyouth camp, dan lain-lain.

12. Membrantas mafia-mafia pertanian.

13. Melibatkan mahasiswa dalam program pembangunan pertanian melalui

pelaksanaan bimbingan massal pertanian, peningkatan daya saing mahasiswa


dalam kewirausahaan serta dana pendampingan untuk program–program

kemahasiswaan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman.

Sedangkan pengertan Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk mengelola


lahan dan agro ekosistem dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan

manajemen untuk mencapai kedaulatan dan ketahanan pangan serta kesejahteraan

rakyat. (Pasal 1 Angka 8 UU Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan).

Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni

hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta

pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai

saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil.

(b) modal yang terbatas.

(c) penggunaan teknologi yang masih sederhana.

(d) sangat dipengaruhi oleh musim.

(e) wilayah pasarnya lokal.

(f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan

terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap

kredit, teknologi dan pasar sangat rendah.

(h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh

pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan

petani.

3.2 Saran

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur

pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak

mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa.

Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang
menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang

tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada

kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak

menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung

padanya. Karena itu penulis berharap kedepannya pemerintah harus lebih

memperhatikan lagi tentang kebijakan-kebijakan yang dibuat agar lebih

menguntungkan sektor pertanian sebagai motor penggerak ekonomi Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Joko Prayogo, Toni Suyono, Michael Berney. 1999. Apa itu pertanian Organik?

Pusat Pengembangan Penataran Guru Pertanian (VEDCA) Cianjur. Indah Offset

Malang`

Kasumbogo Untung. 1997. Pertanian Organik Sebagai Alternatif Teknologi

dalam Pembangunan Pertanian. Diskusi Panel Tentang Pertanian Organik. DPD

HKTI Jawa Barat, Lembang 1996

Kumar H.D. 1981. Modern Concepts of Ecology. 2nd Revised Edition. Vikas

Publishing House PVT LTD. Navin Shahdara, Delhi.

Syamsudin Djakamihardja. 2001. Pertanian Organik Sebagai Salah Satu

Teknologi Pertanian Alternatif (Sustainable Agriculture). Seminar Jurusan

Budidaya Pertanian, Universitas Padjadjaran. Agustus 2001

Anda mungkin juga menyukai