Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MANAJEMEN OPERASI

“ PERTANIAN “
DOSEN PENGAMPU : Dr.Dhany Isnaeni Dharmawan,SE.,MM

KELOMPOK 5: PERTANIAN

NAMA KELOMPOK :

1. Devi Melinda Putri ( 31220056 )


2. Fitrotunnisa ( 31220083 )
3. Ghinaa Rihhadatul Aisy (31220087 )
4. Nur Ulum Rahmawati ( 31220173 )
5. Siti Suhayati Fadhilah ( 31220223 )

KELAS : MANAJEMEN A5

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SERANG RAYA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang tepat pada
waktunya yang berjudul “Pertanian”
Makalah Pertanian ini berisikan tentang informasi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua . Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah tentang Pertanian ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridai segala usaha kita. Aamiin.

Serang,Desember 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN

 1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………………………….. 4


 1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………….. 5
 1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN

 2.1 PENGERTIAN PERTANIAN……………………………………………………………………………………. 6


 2.2 CARA MENGATASI PADA BIDANG PERTANIAN…………………………………………………….. 6
 2.3 PERMASALAHAN DAN FENOMENA YANG TERJADI PADA BIDANG
PERTANIAN………………………………………………………………………………………………………………. 9
 2.4 MENGAPA HAL ITU BISA TERJADI, DAN AKIBATNYA BAGI DUNIA USAHA DAN
INDUSTRI JIKA DIBIARKAN TANPA
SOLUSI…………………………………………………………………………………………………………………… 15
 2.5 SOLUSI AKIBAT BAGI DUNIA USAHA DAN INDUSTRI PADA BIDANG PERTANIAN… 15
 2.6 SOLUSI AKIBATNYA BAGI DUNIA USAHA DAN INDUSTRI PADA BIDANG
PERTANIAN……………………………………………………………………………………………………………. 16
 2.7 CARA MENGATASI PENUAAN
PETANI…………………………………………………………………………………………………………………… 18

BAB III PENUTUP

 3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………….. 19
 3.2 SARAN………………………………………………………………………………………………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . LATAR BELAKANG


Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup
pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak
masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan,
karena sektor – sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan
berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan
data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar
44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik
bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu
pendukungnya. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung,
seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam
pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut
sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. “Petani” adalah sebutan bagi mereka
yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh “petani tembakau” atau “petani ikan”.
Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.

4
1.2 . RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pertanian ?
2. Bagaimana cara mengatasi pada bidang pertanian ?
3. Permasalahan serta Fenomena apa yang terjadi pada bidang pertanian ?
4. Solusi apa jika terjadi akibatnya bagi dunia usaha dan industri jika dibiarkan ?

1.3. TUJUAN

1. Untuk apa mengetahui apa itu pertanian

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari bidang pertania

3. Untuk mengetahui fenomena apa yang terjadi pada bidang pertanian

4. Untuk menganalisis potensi dari penerapan pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi,


peran pemerintah dalam mendorong pertumbuhan aktivitas pertanian, dan tantangan yang
perlu diatasi agar mampu memaksimalkan potensi dari aktivitas pertanian dalam ekonomi
nasional.Untuk menyediakan bahan pangan bagi masyarakat dan juga untuk dijual ke luar
negeri agar mendapatkan untung. Jika dilihat dari fungsinya yakni menyokong ketersediaan
pangan masyarakat, seharusnya petani adalah orang yang paling kaya dan bersahaja di
daerahnya.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERTANIAN

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk
menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam
pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.

2.2 CARA MENGATASI PERTANIAN

1. Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi pertanian merupakan cara pengolahan lahan dengan sebaik-baiknya guna
meningkatkan hasil pertanian dengan memanfaatkan pelbagai sarana yang ada. Daerah yang
sering mengunakan cara ini dalam upaya meningkatkan usaha hasil pertanian adalah Jawa dan
Bali. Hal tersebut dikarenakan, daerah ini memiliki luas lahan yang sempit. Salah satu cara yang
bisa dilakukan mengunakan Intensifikasi pertanian adalah dengan mengunakan program panca
usaha tani yang berlanjut sapta usaha tani.

Berikut adalah sapta usaha tani ;

1. Pengolahan tanah yang baik


2. Pengairan secara teratur
3. Penggunaan bibit yang unggul
4. Lakukan pemupukan secara teratur sampai menyerap ke bagian bagian akar
5. Langkah pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman
6. Pengolahan setelah panen

2. Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian adalah usaha meningkatkan hasil produksi pertanian dengan cara
memperluas lahan. Adapun cara memperluas lahan dapat dilakukan dengan membuka area
hutan, memanfaatkan daerah sekitar rawa, membuka semak bekular, membuka lahan peSelain
itu, ekstensifikasi dapat pula memanfaatkan lahan perkotaan dengan mengunakan gang atau
halaman rumah. Pertanian seperti ini biasanya mengunakan model holtikultura atau vertikultur.

6
Cara seperti ini biasanya dilakukan di daerah yang jarang penduduknya, sehingga masih banyak
lahan yang belum dimanfaatkan dengan baik. Biasanya terjadi di daerah Sumatra, Kalimantan,
dan Sulawesi. pertanian yang belum dimanfaatkan, serta membuka persawahan pasang surut.

3. Diversifikasi Pertanian
Diversifikasi pertanian merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian dengan cara memanfaatkan beberapa jenis produksi. Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi ketergantungan pada satu tanaman.

Diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan mengunakan dua cara :

 Memperbanyak jenis kegiatan pertanian

Untuk meningkatkan hasil produksi pertanian, petani tidak hanya menanam produk pertanian
saja melainkan juga berternak hewan maupun ikan. Dalam satu lahan pertanian apalagi kalau
memiliki perairan yang bagu di sawahnya, bisa dimanfaatkan juga untuk perikanan. Seperti
halnya dilakukan oleh petani di Dusun Cibluk, Mergoluweh, Sleman, Daerah IPetani di daerah
tersebut memanfaatkan lahan sawah selain menanam padi juga bertenak ikan mina. Dalam
satu hektar lahan dapat menghasilkan omset 120 juta.

 Memperbanyak jenis tanaman dalam satu lahan

Salah satu cara yang bisa meningkatkan usaha hasil pertanian, petani menanam lebih dari satu
produk pertanian. Misalnya dalam satu lahan pertanian ada dua atau tiga jenis tanaman yang
ditanam. Pada musim kemarau bisanya petani menanam jagung dalam satu lahan pertanian.
Diversifikasi pertanian mengharuskan dalam satu lahan tidak hanya jagung saja yang ditanam
kalau petani menginginkan hasil yang lebih banyak, misalnya menanam jagung dengan kacang.

4. Mekanisasi Pertanian
Mekanisasi pertanian oleh beberapa orang diartikan dengan cara yang berbeda. Mekanisasi
pertanian bisa berarti sebagai pengenalan dan pemanfaatan dari apa saja yang bersifat
mekanis untuk menjalankan kegiatan pertanian. Bantuan sifatnya mekanis itu termasuk segala
macam alat atau perlengkapan yang dapat bergerak dengan menggunakan tenaga manusia,
tenaga hewan, motor berbahan bakar, motor listrik, air, angin, dan sumber-sumber energi
lainnya.

Mekanisasi pertanian adalah pengolahan lahan pertanian dengan mengunakan mesin-mesin


modern (teknologi). Dengan cara ini, petani bisa lebih efektif dan efesien dalam melakukan
pengolahan pertanian. Efektivias dan efesiensi tersebut tentunya akan memangkas tenaga serta
waktu yang dihabiskan untuk mengelola pertanian. Cara seperti ini biasanya digunakan di kota-
kota maju atau negara-negara modern yang akses pada teknologinya lebih mudah.

Mekanisasi pertanian berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang ada dan
modernisasi pertanian. Karenanya ada yang mengartikan bahwa sekarang ini teknologi

7
mekanisasi yang digunakan di bidang pertanian dalam proses produksi hingga pasca panen
tidak lagi hanya teknologi yang didasarkan pada penggunaan energi mekanis. Teknologi yang
digunakan sekarang sudah mulai mempergunakan teknologi yang lebih modern seperti
elektronika, sensor, tenaga nuklir, sampai teknologi robotik. Penggunaan jenis-jenis teknologi
tersebut dimulai dari proses produksi, proses panen, sampai pada penanganan dan pengolahan
hasil-hasil pertanian.

Intinya dalam artian yang luas Mekanisasi pertanian adalah berbagai tindakan yang bertujuan
untuk meningkatkan produktifitas lahan, produktifitas tenaga kerja, dan memperkecil ongkos
produksi dengan menggunakan alat-alat dan mesin dalam proses produksi sehingga tercapai
efisiensi, efektifitas yang berujung pada peningkatan produktifitas, peningkatan kualitas hasil,
dan mengurangi beban kerja yang harus ditanggung oleh petani.

5. Rehabilitasi Lahan
Rehabilitasi Lahan merupakan usaha yang dilakukan dengan cara memperbaiki lahan yang
awalnya tidak produktif menjadi lahan yang produktif. Hal tersebut bisa dilakuakan dengan cara
mengolah tanah kembali pasca panen atau menganti tanaman yang tidak produktif ke
tananaman yang produktif.

Sebenarnya pemerintah juga ikut campur dalam meningkatkan jumlah hasil pertanian yang ada
di Indonesia. Cara yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan usaha hasil pertanian
antara lain :

1. Memperluas, memperbaiki, dan memelihara jaringan irigasi secara meluas di seluruh


Indonesia.
2. Menyempurnakan sistem pertanian pangan dengan menerapkan pelbagai cara seperti
melakukan bimbingan masal
3. Melakukan pembangunan pabrik pupuk dan pestisida guna melancarkan produksi hasil
pertanian.

6. Subsidi Produksi Untuk Petani

Cara lain untuk meningkatkan hasil produksi pertanian adalah dengan membangun gudang
serta pabrik penggilingan padi dengan harga dasar gabah, sehingga petani tidak diberatkan.
Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara memberikan subsidi secara intensif kepada petani
guna meningkatkan pengelolaan budidaya pertaniannya.

Minimalnya, dapat meringankan petani dalam mengeluarkan budget produksi pertanian. Hal
lain yang bisa dilakukan sebenarnya memotong rantai distribusi pertanian yang merugikan
petani, mengurangi pengunaan pupuk pestisida kimia yang menyebabkan kerusakan tanah, dan
juga melakukan land reform agar kepemilikan lahan tidak hanya dimiliki oleh sekelompok orang
tertentu.

8
2.3 PERMASALAHAN DAN FENOMENA YANG TERJADI PADA BIDANG PERTANIAN

Sekretaris Jenderal HKTI Bambang Budi Waluyo mengatakan, persoalan pertanian itu tak hanya
terjadi pada lahan persawahan, melainkan pada lahan kehutanan dan rempah-rempah.

"Masalah pertama adalah permodalan, kedua lahan makin sulit, ketiga teknologi pertanian
modern, keempat persoalan pupuk, dan terakhir soal pemasarannya," kata Bambang di
Sekretariat HKTI. Oleh karena itu, Bambang menilai perlu adanya pengembangan soft skill bagi
para petani di daerah untuk bisa mengatasi persoalan tersebut.

"Keberadaan teknologi pertanian modern adalah sebuah keniscayaan maka dari itu perlu
adanya perubahan mindset petani untuk menggunakan teknologi tersebut, bukan tradisional,"
sebut dia. Terkait hal tersebut, Ketua Dewan Pakar HKTI Agus Pakpahan menyatakan perlu
adanya kebijakan terpusat untuk bisa mengatasi segala macam persoalan pertanian tersebut.

“ Lahan yang semakin sulit : Dengan adanya alih fungsi lahan menjadi non-pertanian seperti
melakukan pmbangunan komplek/perumahan , maka otomatis lahan pertanian menjadi
semakin berkurang ,hal ini tentu saja memberikan dampak negative ke berbagai bidang baik
secara langsung maupun tidak langsung”

“ Permasalahan Pupuk : Kelangkaan pupuk disebabkan pasokan untuk gas produksi pupuk
semakin menipis, tidak hanya itu bahwa pola subsidi pupuk mengikuti subsidi gas yang jumlah
konsumsinya saja beda jauh , kebijakan pemerintah yang menyamaratkan konsumsi pupuk
dalam negri padahal penggunaan dosis pupuk tergantung dari jenis tanah tersebut maupun luas
lahan masing-masing petani.”

“ Permasalahan Pemasaran : Adanya ketersediaan barang yang masih bersifat musiman, adanya
rantai pemasarean yang panjang, Minimnya informasi jaringan pasar.”

"Semua itu tergantung dari kebijakan, kalau kebijakan sukses akan mengalami sejarah
pertanian maju dan makin luas. Petani dan non-petani harus saling bersinergi, bukan
berlawanan," . Salah satu kebijakan yang diluncurkan untuk menangani permasalahan
pertanian itu adalah pembentukan korporasi pertanian atau gabungan kelompok tani
(Gapoktan). Presiden Joko Widodo menegaskan, di era modern sekarang petani harus
terorganisasi layaknya korporasi.

"Saya selalu menyampaikan, marilah yang namanya petani, jangan sampai jalan sendiri-sendiri.
Buatlah kelompok tani, gabungan kelompok tani," ujar Jokowi dalam acara pembukaan Asian
Agriculture & Food Forum (ASAFF) Tahun 2018. "Tapi itu pun belum cukup. Untuk menjadi
kekuatan besar, buatlah kelompok lebih besar lagi. Kelompok besar gabungan kelompok tani
seperti itu sering saya sampaikan, namanya korporasi petani. Harus ada korporasi petani dalam
jumlah besar. Kalau swasta bisa, saya meyakini petani juga bisa," kata dia.

9
Pandemi covid-19 dinilai menjadi momen titik balik bangkitnya sektor pertanian Indonesia.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Pur) Moeldoko menilai ada dua
fenomena yang mendorong bangkitnya sektor pertanian Indonesia. Fenomena pertama adalah
banyaknya masyarakat yang sebelumnya bekerja di kota kini kembali ke desa. Mereka mulai
bertani dan bercocok tanam sebagai salah satu mata pencaharian.

"Berikutnya ada fenomena produk hortikultura, yaitu bunga-bungaan yang memiliki nilai jual
tinggi, di mana hampir setiap rumah memelihara bunga. Ini maknanya apa, bahwa ada peluang
untuk bertani. Jadi menurut saya pertanian dalam konteks Pandemi ini cukup bertahan dengan
baik,". Terkait hal ini, Moeldoko meyakinkan bahwa menjadi petani adalah jalan yang pasti
dalam menambah pundi-pundi ekonomi. Apalagi saat ini pemerintah sudah mendorong
teknologi dan mekanisasi.

"Saya ingin mengubah cara berpikir masyarakat bahwa petani itu bertanam bukan hanya untuk
hidup, tapi untuk mata pencaharian. Dan menjadi petani itu bisa kaya, bisa sukses. Untuk itulah,
doktrin saya selama ini adalah memberi cara pandang bahwa agriculture atau budaya bertani
itu harus menerima perubahan, yakni menggunakan teknologi dan mekanisasi," katanya.

10
Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis nilai ekspor hasil pertanian
selama Januari-Mei 2021 yang mengalami kenaikan tinggi, yakni sebesar 13,39 persen.
Kenaikan terjadi karena subsektor tanaman obat, sarang burung walet dan produk olahan
lainya seperti rempah dan kopi mengalami kenaikan permintaan. Dengan hasil tersebut, maka
sektor pertanian secara kumulatif menyumbang kenaikan tinggi terhadap industri pengolahan,
yakni sebesar 30,53 persen.

Adapun ekspor nonmigas secara keseluruhan yang dihitung pada Mei 2021 mencapai 94,36
persen. Demikian juga dengan ekspor pertanian yang dihitung secara tahunan (YonY)
mengalami kenaikan sebesar 0,69 persen, dimana tanaman obat aromatik dan rempah menjad
penyumbang terbesarnya. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian
(Kementan) Kuntoro Boga Andri mengatakan, capaian tersebut merupakan hasil kerja keras
para petani dan berbagai pihak yang mendukung jalannya proses pembangunan pertanian
nasional. Karena itu, kata Kuntoro, Kementan akan terus menggenjot peningkatan produksi dan
kesejahteraan petani. Selain itu, peningkatan nilai ekspor pertanian juga didorong melalui
program yang digagas Mentan Syahrul Yasin Limpo, yakni Gerakan Tiga Kali Ekspor (Geratieks).
"Gerakan itu merupakan gerakan yang akan mengakomodir semua pemangku kepentingan
untuk meningkatkan ekspor produk pertanian. Tentu kita berharap ke depan, ekspor pertanian
semakin lebih baik lagi," ujarnya

ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala
kecil yaitu, lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan,
ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah, pengadaan dan penyaluran saran produksi,
terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi. Permasalahan ekonomi
ketenagakerjaan pertanian sampai saat ini, antara lain adalah : (1) Semakin meningkatnya
Rumah Tangga Pertanian (RTP), sementara lahan pertanian mengalami penurunan akibat
adanya konversi lahan sehingga pemilikan lahan semakin menurun; (2) Tenaga kerja muda dan
berpendidikan tinggi semakin enggan. Pertama adalah pemilikan lahan petani yang rata-rata
hanya 0,2 hektar dan kondisi tanah yang sudah rusak. Kedua, aspek permodalan. Ketiga,
lemahnya manajemen petani. Masalah lain adalah tingkat produksi kita belum optimal. krisis
jumlah petani, alih fungsi lahan pertanian dan urbanisasi yang tinggi. Sektor pertanian
Indonesia menghadapi tantangan besar ke depannya.

FENOMENA PERTANIAN DI INDONESIA

Indonesia Sudah menjadi fenomena umum bahwasanya perubahan struktural demografi


ketenagakerjaan sektor pertanian di Indonesia mengarah pada fenomena penuaan petani.
Perubahan tersebut terjadi dari periode ke periode secara konsisten. Hasil analisis. Susilowati
(2014) terhadap data Sensus Pertanian 2013, proporsi petani dengan umur lebih 40−54 tahun
adalah yang terbesar, yaitu 41% (Gambar 1). Proporsi terbesar kedua adalah kelompok usia
lebih dari 55 tahun yang dapat digolongkan sebagai petani tua, yaitu 27%, sedangkan kelompok
generasi muda dengan usia kurang 35 tahun hanya 11%. Sensus Pertanian 2003 juga
menunjukkan sebagian besar petani berada pada golongan umur 25–44 tahun sebesar 44,7%,

11
kemudian menyusul golongan umur 45−60 sebesar 23,2%, proporsi tenaga kerja golongan usia
lanjut (>60 tahun) sekitar 13,8%, dan terendah adalah golongan muda.

PETANIAN DI INDONESIA BERDASARKAN UMUR

bahwa jumlah tenaga kerja di perdesaan mengalami penurunan. Hal ini diduga karena
meningkatnya tenaga kerja yang bermigrasi ke perkotaan. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian
kelompok umur 25–54 tahun mengalami penurunan dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014, yang mengindikasikan minat generasi muda terhadap sektor pertanian mengalami
penurunan (Gambar 2). Tenaga kerja sektor pertanian didominasi oleh tingkat pendidikan SD ke
bawah, yaitu sebanyak 64%. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas
tenaga kerja pertanian (Gambar 3). Berdasarkan hasil analisis data dengan unit observasi rumah
tangga di tingkat mikro oleh Sumaryanto et al. (2015), diketahui bahwa fenomena penuaan
petani telah terjadi di semua tipe agroekosistem. Secara keseluruhan lebih dari 70% petani
berusia 40 tahun ke atas, bahkan yang usianya di atas 50 tahun lebih dari 40%. Perkembangan
ketenagakerjaan pertanian seperti diuraikan di atas memperkuat fenomena tenaga kerja muda
perdesaan cenderung tidak memilih pertanian sebagai pekerjaan mereka. Mereka cenderung
pergi ke kota untuk mencari pekerjaan di sektor lain. Keputusan tenaga kerja muda tersebut
terutama karena adanya faktor pendorong, di antaranya lahan pertanian yang semakin sempit
dan tidak ekonomis untuk diusahakan. Dari sisi pandang ekonomi, keputusan tenaga kerja
muda perdesaan untuk mencari pekerjaan di luar sektor pertanian adalah rasional, mengingat
sektor pertanian dipandang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup. Tenaga kerja muda yang
baru memulai usaha di sektor pertanian memiliki kemampuan finansial yang terbatas untuk
memiliki lahan luas, kecuali mereka memperoleh warisan atau mengerjakan milik orang tua.
Dengan luasan penguasaan lahan kurang dari 0,25 ha, sangat tidak menarik bagi petani muda
untuk memulai berbisnis di pertanian yang berbasis lahan atau usaha tani konvensional
(misalnya usaha tani tanaman pangan). Hasil analisis Lokollo et al. (2007) terhadap data Sensus
Pertanian 1983 dan 1993 menunjukkan penurunan jumlah petani berusia kurang dari 35 tahun,
yang sebagian besar penguasaan lahannya hanya sekitar 0,25 ha. Jika dilakukan disagregasi
menurut subsektor, akan nampak ke subsektor apa minat tenaga kerja muda yang masih
terlibat di sektor pertanian. Masih dari hasil analisis Lokollo et al. (2007), tenaga kerja muda
yang berusaha di sektor pertanian dominan berada di subsektor hortikultura, dan berikutnya
adalah subsektor pangan. Relatif tingginya minat tenaga kerja muda di subsektor hortikultura

12
sangat beralasan mengingat komoditas-komoditas subsektor hortikultura adalah high value
commodities yang dapat menghasilkan nilai pendapatan lebih tinggi.

PERKEMBANGAN PERTANIAN TINGKAT NASIONAL DI INDONESIA BEDASARKAN UMUR

PRESENTASE PERTANIAN MENURUT PENDIDIKAN DI INDONESIA

13
dengan luasan lahan relatif sempit dibandingkan dengan komoditas subsektor tanaman
pangan. Dengan mengetahui peta seperti tersebut, akan berguna dalam membangun program-
program pemberdayaan tenaga kerja muda ke sektor pertanian, yang seyogianya diarahkan

pada aktivitas-aktivitas yang digemari oleh tenaga kerja muda. Menurunnya persentase tenaga
kerja muda, sebaliknya meningkatnya persentase tenaga kerja usia tua, secara implisit juga
menunjukkan bahwa ada mismatch antara jenis kesempatan kerja yang diinginkan oleh tenaga
kerja muda di perdesaan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Ketidakcocokan keterampilan
diterjemahkan sebagai tenaga kerja dengan tingkat pendidikan atau keterampilan yang terlalu
tinggi atau terlalu rendah dari apa yang dibutuhkan oleh pekerjaan tertentu. Kaitannya dengan
kualitas pendidikan tenaga kerja muda di sektor pertanian, semakin tinggi pendidikan tenaga
kerja muda di perdesaan, maka mereka akan semakin selektif dalam memanfaatkan
kesempatan kerja di perdesaan. Sepanjang sektor pertanian belum mampu menumbuhkan
image bahwa pekerjaan di sektor pertanian juga dapat memberikan kebanggaan dan prospek
pendapatan yang baik, maka semakin membaiknya tingkat pendidikan tenaga kerja muda tidak
akan berpengaruh banyak bagi kualitas tenaga kerja pertanian. Sektor pertanian akan tetap
ditinggalkan oleh tenaga kerja muda yang berpendidikan tinggi. Pengurangan serapan tenaga
kerja pertanian memang merupakan proses yang dikehendaki dalam menghadapi perubahan
struktur ekonomi nasional menuju industrialisasi. Dengan pengurangan penyerapan tenaga
kerja pertanian, maka beban sektor pertanian yang selama ini berperan sebagai bumper
nasional untuk penyerapan tenaga kerja juga akan berkurang.

Dengan demikian, diharapkan akan meningkatkan produktivitas pertanian. Namun, apa yang
terjadi jika tenaga kerja yang keluar justru tenaga kerja usia muda berpendidikan tinggi dan
berkualitas, sementara tenaga kerja yang tersisa di pertanian lebih banyak tenaga kerja tua
dengan produktivitas kerja yang mulai menurun? Padahal, menurut hasil kajian Hukom (2014),
ada hubungan secara nyata antara perubahan struktur penyerapan tenaga kerja dengan
kesejahteraan masyarakat. Peningkatan partisipasi angkatan kerja, khususnya tenaga kerja
produktif dan berkualitas, akan menyebabkan produktivitas tenaga kerja meningkat dan
selanjutnya pendapatan per kapita masyarakat menjadi meningkat.

14
2.4 Mengapa hal itu bisa terjadi, dan akibat nya bagi dunia usaha dan industri Jika di biarkan
tanpa solusi

Karena keengganan generasi muda bekerja di pertanian juga dilihat dari sudut pandang
pertanian sebagai kegiatan produksi on farm. Sektor pertanian bagi generasi muda secara
umum seringkali dipersepsikan sebatas kegiatan on farm yang kurang menarik, pelaku harus
bekerja di bawah terik matahari dan kotor dengan sumber daya lahan terbatas. Publikasi
tentang pertanian lebih banyak menampilkan berita tentang kegagalan pertanian seperti banjir,
kekeringan, serangan hama, puso, yang secara tidak langsung menjadi black campaign bagi
mahasiswa pertanian. Pandangan tersebut perlu diluruskan dan perlu mengubah persepsi
pertanian yang kotor, sulit, dan berisiko tinggi menjadi pertanian yang berteknologi dan
bergengsi.

Akibatnya semakin menurunnya minat tenaga kerja muda di sektor pertanian.

2.5 Solusi akibatnya bagi dunia usaha dan industri pada bidang pertanian

Batasan Umur Petani Muda Definisi dan batasan umur seseorang disebut sebagai pemuda
bervariasi menurut beberapa sumber.Pemuda adalah sosok individu yang berusia produktif
yang bila dilihat secara fisik dan psikis sedang mengalami perkembangan.Pemuda umumnya
mempunyai karakter spesifik yang dinamis, optimis, dan berpikiran maju. Pemuda merupakan
sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang, sebagai calon generasi
penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.

Menurut United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), “youth is
best understood as a period of transition from the dependence of childhood to adulthood’s
independence and awareness of our independence as member of a community” (UNESCO
c2016a). Menurut batasan umur, secara internasional, WHO menyebut young people dengan
batas usia 10–24 tahun, sedangkan usia 10–19 tahun disebut adolescence atau remaja.

Namun, belum lama ini WHO telah menetapkan kriteria baru yang membagi kehidupan
manusia ke dalam lima kelompok usia: 0–17 tahun disebut sebagai anak-anak di bawah umur;
18–65 tahun sebagai pemuda; 66–79 tahun sebagai setengah baya; 80–99 tahun sebagai orang
tua; dan 100 tahun ke atas adalah orang tua berusia panjang (Erabaru 2015). UNESCO dan
International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia
15–24 tahun sebagai kelompok pemuda.

Jika UNESCO menetapkan usia pemuda adalah 15–24 tahun, the African Youth Charter,
mendefinisikan pemuda adalah mereka yang berusia antara 15–35 tahun. Batasan ini
disesuaikan dengan konteks benua Afrika serta realitas pembangunan di benua tersebut
(UNESCO c2016b).Dari uraian tersebut, ada beberapa batasan umur pemuda yang berbeda
tergantung dari kepentingan dan pertimbangan masing-masing negara atau lembaga dalam
menetapkan batasan umur pemuda.

15
2.6 SOLUSI AKIBATNYA BAGI DUNIA USAHA DAN INDUSTRI PADA BIDANG PERTANIAN

Batasan Umur Petani Muda Definisi dan batasan umur seseorang disebut sebagai pemuda
bervariasi menurut beberapa sumber. Pemuda adalah sosok individu yang berusia produktif
yang bila dilihat secara fisik dan psikis sedang mengalami perkembangan. Pemuda umumnya
mempunyai karakter spesifik yang dinamis, optimis, dan berpikiran maju. Pemuda merupakan
sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang, sebagai calon generasi
penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.

Menurut United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), “youth is
best understood as a period of transition from the dependence of childhood to adulthood’s
independence and awareness of our independence as member of a community” (UNESCO
c2016a). Menurut batasan umur, secara internasional, WHO menyebut young people dengan
batas usia 10–24 tahun, sedangkan usia 10–19 tahun disebut adolescence atau remaja.

Namun, belum lama ini WHO telah menetapkan kriteria baru yang membagi kehidupan
manusia ke dalam lima kelompok usia: 0–17 tahun disebut sebagai anak-anak di bawah umur;
18–65 tahun sebagai pemuda; 66–79 tahun sebagai setengah baya; 80–99 tahun sebagai orang
tua; dan 100 tahun ke atas adalah orang tua berusia panjang (Erabaru 2015). UNESCO dan
International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia
15–24 tahun sebagai kelompok pemuda.

Jika UNESCO menetapkan usia pemuda adalah 15–24 tahun, the African Youth Charter,
mendefinisikan pemuda adalah mereka yang berusia antara 15–35 tahun. Batasan ini
disesuaikan dengan konteks benua Afrika serta realitas pembangunan di benua tersebut
(UNESCO c2016b). Dari uraian tersebut, ada beberapa batasan umur pemuda yang berbeda
tergantung dari kepentingan dan pertimbangan masing-masing negara atau lembaga dalam
menetapkan batasan umur pemuda.

Di Indonesia, batasan pemuda disebutkan oleh Indonesian Youth Employment Network (IYEN).
‘Kaum muda’ adalah mereka yang berada dalam kelompok usia 15–29 tahun (ILO 2007),
sedangkan UU Nomor 40 Tahun 2009 pasal 1 ayat (1) tentang Kepemudaan menyatakan
pemuda adalah yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, berusia 16
sampai 30 tahun. Karakteristik yang menandai anak-anak muda, secara garis besar, adalah
anak-anak muda berada pada tahap perkembangan, yang mana sikap dan nilai-nilainya sedang
pada tahap pembentukan dalam mengambil ideologi-ideologi tertentu.

Di beberapa negara, batasan umur tenaga kerja disebut sebagai tenaga kerja/petani muda
(young farmer) menjadi penting untuk menentukan seseorang eligible (berhak) memperoleh
insentif dalam melakukan atau memulai bisnis di sektor pertanian. Beberapa negara memiliki
kebijakan insentif untuk menarik tenaga kerja muda ke sektor pertanian. Kriteria batas
seseorang disebut sebagai pemuda pada kenyataannya berbeda menurut negara dan
keperluan.

16
Di Indonesia, batasan umur tenaga kerja yang bekerja atau mulai bekerja di sektor pertanian
tidak secara ketat diatur karena tidak mempunyai implikasi apapun yang berkaitan dengan
fasilitas atau insentif pemerintah untuk petani muda. Dalam konteks keterlibatan tenaga kerja
muda di sektor pertanian, beberapa negara menggunakan batasan umur yang bervariasi,
dikaitkan dengan insentif yang berhak diterima oleh pemuda tani yang berusaha di pertanian
atau pemuda yang akan mengawali bisnis pertanian. Beberapa kajian tentang pemuda tani
menggunakan batasan umur yang berbeda.

Studi oleh Katchova dan Ahearn (2014) tentang implikasi pemilikan dan sewa lahan bagi
pemuda tani dan petani pemula (beginner farmer) di Amerika Serikat, menggunakan batasan
umur 35 tahun untuk petani muda. Davis et al. (2013) menggunakan batas umur 35 tahun
untuk disebut sebagai petani muda. Pemerintah Australia mengunakan batasan umur 40 tahun
sebagai pemuda tani yang berhak memperoleh skim finansial (financial scheme) (Murphy
2012).

17
2.7 Cara Mengatasi Penuaan Petani

pemerintah perlu menyiapkan kebijakan pertanian lebih kondusif. Seperti insentif untuk startup
pertanian dan pelatihan pertanian bagi anak muda. Selama ini, tidak banyak pelatihan pertanian bagi
petani pemula. "Perlu insentif bagi pemuda untuk memajukan usaha pertanian, baik melalui kapital
maupun peraturan.

Perguruan Tinggi juga didorong menyiapkan kurikulum yang adaptif terhadap kondisi pertanian saat ini.
Kurikulum pendidikan tidak saja teoritis, tetapi juga praktis.

kompetensi petani juga menjadi faktor penting untuk memajukan sektor pertanian. Di antaranya sikap
terhadap teknologi, kemampuan mengambil resiko, dan adaptasi terhadap situasi baru. Dengan
kompetensi itu dapat meningkatkan produktivitas, kualitas, daya saing, dan berujung pada peningkatan
kesejahteraan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 . KESIMPULAN
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua
kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan
mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian diartikan sebagai kegiatan
pembudidayaan tanaman.
Pertanian pertama kali berkembang sekitar 12.000 tahun yang lalu dari kebudayaan di
daerah “bulan sabit yang subur” di Timur Tengah, yang meliputi daerah lembah Sungai Tigris
dan Eufrat terus memanjang ke barat hingga daerah Suriah dan Yordania sekarang. Pertanian
pada abad ke-20 dicirikan dengan peningkatan hasil, penggunaan pupuk dan pestisida sintetik,
pembiakan selektif, mekanisasi, pencemaran air, dan subsidi pertanian.

3.2. SARAN
Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia dikarenakan hampir
seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat pada sektor pertanian. Di dalam
peningkatan pembangunan sektor pertanian diperlukan adanya kerja sama antar pihak yang
terkait seperti petani, pemerintah, lembaga peneliti pertanian, ilmuwan, inovator, serta
kalangan akademik maupun swasta sehingga dengan demikian diharapkan dengan hal tersebut
dapat meningkatkan produksi pangan dan memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/135268-ID-fenomena-penuaan-petani-dan-
berkurangkan.pdf

https://kumparan.com/techno-geek/3-langkah-meningkatkan-hasil-pertanian-di-indonesia-
1r8L1oHNXwh/1

https://www.infoagribisnis.com/2017/05/pemasaran-produk-pertanian/

20

Anda mungkin juga menyukai