Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………… 2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 3
1.1 Latar belakang…………………………………………………………… 3

1.2 Tujuan…………………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 5
2.1 Pengertian Usaha Tani…………………………………………………… 5

2.2 Pentingnya Usaha Tani………………………………………………….. 6

2.3 Peningkatan Kemauan Mnajemen Usaha Tani…………………………. 8

2.4 Pelaksanaan Manajemen Usaha Tani Untuk Hasil Yang Maksimal…… 10

2.5 Faktor Sosial Dan Komunikasi Petani Dalam Berusahatani……………. 12

BAB III PENUTUP………………………………………………………………… 14


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 14

3.2 Saran…………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah untuk memenuhi Tugas Usaha Tani
yang berjudul “ Manajemen Usahatani ”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabat-Nya yang telah membimbing kita menuju jalan kebenaran.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berusaha
membantu hingga terselesaikannya pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan memperluas wawasan.

Tolitoli, 5 oktober 2019

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang


melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk
kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan
pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama
yang bersifat semusim.Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani
tertentu. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan
diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).
Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya
semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia)
atau serangga (misalnya lebah). Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk
amfibia dan semua non-vertebrata air). Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai
subjek ini bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan.
Pertimbangan akan kelestarian lingkungan mengakibatkan aspek-aspek  konservasi
sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian. Semua usaha pertanian
pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan
yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya,
pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk,
dan pemasaran.
Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan
efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian
intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal
sebagai agribisnis. Program dan kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara
pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu
menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan. Sisi pertanian industrial
yang memperhatikan lingkungannya adalah pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture).
Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti pertanian
organik atau permakultur, memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun
lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya.
Akibatnya, pertanian berkelanjutan biasanya memberikan hasil yang lebih rendah
daripada pertanian industrial. Pertanian modern masa kini biasanya menerapkan sebagian

3
komponen dari kedua kutub "ideologi" pertanian yang disebutkan di atas. Selain
keduanya, dikenal pula bentuk pertanian ekstensif (pertanian masukan rendah) yang
dalam bentuk paling ekstrem dan tradisional akan berbentuk pertanian subsisten, yaitu
hanya dilakukan tanpa motif bisnis dan semata hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri
atau komunitasnya.
Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan
barang dalam volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua
ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu
dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya
budidaya alga, hidroponika) telah dapat mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar
usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

1.2 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Pentingnya Manajemen Usahatani.


2. Kondisi Petani.
3. Penerapan Manajemen Usahatani.
4. Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani.
5. Peningkatan Nilai Tambah.
6. Pengembangan Kelembagaan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usahatani (Farming)

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang


dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau
sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan
sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang
sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta
pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti
pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau
eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang
di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari  PDB dunia.
Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor
pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting
dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di
Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya
menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-
ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah  biologi dan ekonomi. Karena
pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu
tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam
pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut
sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka
yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan".
Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan
mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan
sumberdaya organisasi. Dalam perkembangan jaman, manajemen mutlak diperlukan

5
untuk melaksanakan semua jenis usaha, tidak terkecuali suatu usahatani dengan skala
kecil sekalipun.
Manajemen adalah suatu seni, dimana setiap orang akan memiliki suatu hasil
yang berbeda dengan mengelola suatu usaha yang sama. Demikian pula dalam usahatani,
dengan modal dan hamparan lahan yang relatif sama dan berdekatan serta kondisi iklim
yang sama, suatu usahatani yang dikelola orang yang berbeda akan dapat mendatangkan
hasil yang berbeda. Hal ini terjadi karena pola pemikiran seseorang dalam mengambil
keputusan dan mengelola usaha tidak pernah sama antara orang per orang. Dan dalam
usahatani kemungkinan seseorang mengembangkan kreatifitasnya dalam mengelola,
adalah sangat besar.

2.2 Pentingnya Manajemen Usahatani

Keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen


yang dijalankan dalam usaha tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Beberapa hal
yang membedakan manajemen usahatani dengan manajemen usaha yang lain antar lain
adalah :

1. Keanekaragaman jenis tanaman yang sangat besar dalam sektor pertanian


2. Besarnya jumlah petani
3. Keanekaragaman skala usaha di bidang pertanian
Suatu usaha tani dimungkinkan dilaksanakan mulai dari skala yang sangat
kecil (buruh tani) hingga ke skala perkebunan sangat besar.Falsafah hidup tradisional
secara umum masih melekat dalam diri petani
4. Kecenderungan berorientasi keluarga dan masyarakat sekitar saja
5. Usahatani sangat berkaitan dengan gejala alam
6. Kareakteristik produk pertanian yang musiman, mudah rusak dan tidak tahan lama
7. Produk pertanian selalu dibutuhkan sebagai bahan pangan masyarakat yang harus
selalu cukup tersedia

Hal–hal tersebut di atas menjadikan manajemen usahatani memerlukan


penanganan yang berbeda dibandingkan dengan penanganan usaha lain di luar sektor
pertanian. Manajemen akan terlaksana dengan baik dengan memperhatikan unsur-unsur
yang terkait, yaitu :
1. Manusia yang melaksanakan manajemen
2. Seni untuk menjalankan manajemen.
3. Keberhasilan.
Modernisasi dan restrukturisasi produksi tanaman pangan yang berwawasan
agribisnis dan berorientasi pasar memerlukan kemampuan manajemen usaha yang
profesional. Oleh sebab itu, kemampuan manajemen usahatani kelompok tani perlu
didorong dan dikembangkan mulai dari perencanaan, proses produksi, pemanfaatan
potensi pasar, serta pemupukan modal/investasi.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mendorong peran serta petani dalam
penyediaan modal/investasi untuk pengembangan usahatani antara lain:
1. Memberikan penyuluhan/informasi

6
2. Insentif dan kondisi yang kondusif agar petani mampu memanfaatkan sumber
permodalan dan sumber daya lainnya secara optimal.

1. Kondisi Petani

Usahatani di Jawa terutama, telah dicirikan dengan lahan sempit, sehingga


pendapatan yang diperoleh dari usahatani sangat kecil, petani dikawasan agropolitan di
Jatim (Kecamatan Senduro, Pasrujambe, Lumajang, Batu dan Pacet-Mojokerto),
umumnya juga dicirikan pemilikan lahan sawah, tegal atau pekarangan yang sempit.
Untuk menambah penghasilan keluarga, umumnya petani merangkap bekerja di sektor
jasa dan industri. Sebagai konsekuensinya, setelah musim tanam selesai atau waktu
tertentu, petani harus meninggalkan usahataninya untuk bekerja di luar usahatani.

1. Inovasi Teknologi
Melalui inovasi teknologi, diyakini keuntungan usahatani persatuan luas
akan dapat terdongkrak, komoditas unggulan yang menggiurkan akan dapat
diciptakan. Akan tetapi, teknologi yang diintroduksi ke petani akan lebih disukai
jika teknologi tersebut mudah diaplikasikan, kurang intensif penanganannya, tidak
memerlukan pengamatan tiap hari dan tidak memerlukan kontrol terlalu ketat.
Teknologi semacam ini akan memberikan peluang bagi petani untuk dapat
meninggalkan usahtaninya, menyerahkan penanganannya pada orang lain dengan
hasil yang memuaskan. Contoh: teknologi yang diterapkan untuk tanaman tebu.
Setelah tanam dan pemupukan, petani bisa meninggalkan usahataninya dan
diserahkan orang lain untuk mengelola. Dengan demikian petani bisa akan kembali
lagi pada saat panen. Jika teknologi yang tersedia justru mengharuskan petani selalu
berada di lahan (menunggui), maka manajemen usaha kelompok secara bertahap
harus dirubah, yaitu dari manajemen konvensional menjadi kooperatif (cooperative
farming) atau menjadi korporasi (corporate farming). Manajemen ini
memungkinkan anggota kelompok tidak mengelola penuh usahataninya. Akan lebih
manfaat lagi jika teknologi yang tersedia dapat memberikan nilai tambah ekonomi
bagi petani.

2. Manajemen usaha yang dilakukan kelompok


Manajemen yang selama ini dijalani petani harus ditinggalkan, yaitu
manajemen yang mengharuskan petani selalu menungggui dan mengerjakan
usahataninya sendiri mulai dari hulu sampai hilir. Ada alternatif manajemen usaha
yang dapat dilakukan orang lain tanpa mengurangi jumlah dan mutu hasil.
Manajemen usaha yang dimaksud adalah manajemen kooperatif dan korporasi.
Manajemen korporasi merupakan alternatif karena punya beberapa kelebihan, yaitu:

1. Pengambilan keputusan usaha harian dapat dilakukan secara cepat, sehingga


usahatani tanggap terhadap perubahan pasar dan harga.
2. Pengelolaan lahan, irigasi, dan teknik budidaya lainnya, dikelola oleh tim
manajer dibantu tenaga teknis, teknis lapangan terampil, sehingga pengelolaan
efisien.

7
3. Mobilisasi sumber daya pertanian (lahan, tenaga kerja dan modal) mudah, karena
sumber daya dikelola oleh tim manajer.
4. Pembagian keuntungan yang dihasilkan dari jenis lahan, tenaga dan modal
sebagai saham anggota, berdasarkan perjanjian.

Manajemen seperti ini akan sesuai untuk lingkungan perkotaan


(agropilitan) atau masyarakat urban yang mempunyai peluang kerja di sektor jasa
dan industri. Kelompok tani yang belum menerapkan manajemen korporsi, secara
perlahan-lahan sebaiknya dapat memperbaiki manajemen usahanya dengan lebih
fokus pada faktor pengambilan keputusan usaha, pengelolaan sumber daya dan
pembagian keuntungan. Manajemen secara bertahap dirubah dari konvensional, ke
kooperatif dan akhirnya korporasi. Saat ini masih banyak kelompok tani yang
anggotanya merangkap kerja dibidang jasa dan industri, tetapi manjemen yang
diterapkan kelompok tani masih konvensional, sehingga hasilnya tidak masksimal.

3. Metode penyuluhan
Metode penyuluhan juga harus diubah disesuaikan pola manajemen modal
yang diterapkan kelompok. Terdapat tiga metode penyuluhan, yaitu pendektan
personal, pendekatan kelompok dan pendekatan masal. Pada waktu lalu strategi
dititik beratkan [pada pendekatan missal dan kelompok karena pendektan personal
terlalu mahal. Dengan penerapn manajemen koperasi maka metode pendekatan
penyuluhan difokuskan pada pendekatan personal. Tim mnajer yang hanya terdiri
dri beberapa orang merupkan target penyuluhan.kebutuhan materi pelatihan bgi
anggot kelompok diganti dengan kebutuhan materi pelatihan bagi tim manajer.
Materi pelatihn bagi tim difokuskan pada masalah manajemen , seperti pemasaran,
analisis keuangan, pengambilan keputusan, kewirausahaan, dan lain-lain. (Nugroho
Pangarso, 2006).
Salah satu kesulitan sosialisasi inovasi teknologi antara lain adanya
keterbatasan sumber daya petani. Dengan kelompok koperasi, maka teknologi dapat
lebih mudah diadopsi. Teknologi yang disosialisasikan bisa mulai dari yang mudah
diapliklasikan sampai canggih, karena yang menerapkan teknologi adalah tim
manajer, bukan anggota kelompok tani.
Teknologi pertanian organik, teknologi kultur jaringan, dan teknologi
persilangan untuk memproduksi benih yang selama ini cukup sulit diajarkan pada
kelompok tani, mungkin akan lebih mudah diajarkan pada kelompok dengan
manajemen korponasi. Kesulitan utama menerapkan manajemen korporasi bukan
pada masalah faktor fisik (lahan, tenaga, modal), tetapi lebih pada faktor psikologi,
yaitu ketidakrelaan petani (anggota kelompok) untuk mengakui kelebihan teman
petani lain sebagai manajer usaha.
Masih banyak kegiatan dalam program revitalisasi yang harus
disempurnakan, antara lain seperti kelembagaan penyuluhan, system penyuluhan
dan penyusunan program penyuluhan, tetapi untuk teknologi, manajemen usaha dan
metode penyuluhan harus mulai dirintis dari sekarang. Membuat rekayasa dan
sinkronisasi ketiga unsur tersebut cukup dilakukan oleh penyuluh yang dapat
memotivasi dan diterima di kelompok binaannya.

8
2.3 Peningkatan Kemampuan Manajemen Usaha Tani

Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan


meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutn dan efisien guna
meningkatkan daya saing, dengan tetap mengacu kepada kelestarian lingkungan.
Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan dengan penerapan teknologi maju dan alsin
pertanian.
Untuk meningkatkan produksi baik melalui peningkatan produktifitas maupun
perluasan areal tanam diperlukan penyebarluasan penerapan teknologi. Teknologi yang
diterapkan diarahkan yang bersifat lebih unggul, tepat guna, spesifik lokasi dan
berwawasan lingkungan. Teknologi yang disebarluaskan mencakup mulai dari teknologi
pra produksi, proses produksi, hingga pasca panen dan pengolahan hasil dengan fokus
antara lain: penggunaan varietas unggul bermutu, pemupukan berimbang, efisiensi
pemanfatan air, PHT, serta teknologi pengolahan hasil. Jenis peningkatan kemampuan
manajemen usaha tani :

1. Peningkatan Nilai Tambah


Upaya pengembangan usaha yang mampu memberikan nilai tambah bagi
petani perlu terus ditingkatkan, sehingga petani dapat memasarkan produknya bukan
hanya dalam bentuk makanan mentah akan tetapi dalam bentuk olahan. Untuk itu perlu
dilakukan upaya-upaya antara lain:
1. Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
2. Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
3. Pemasyarakatan penerapan standart mutu
4. Pemanfaatan peluang kredit

Sedangkan pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan


diarahkan untuk menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya
peningkatan produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan
pemasaran hasil, melalui paya-upaya antara lain sebagai berikut : (1) Peningkatan
fasilitas penyediaan dan distribusi sarana produksi dilapangan untuk menciptakan
iklim yang kondusif dan berusahatani, (2) Peningkatan efektivitas dan efisiensi
koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan pengembangan sarana dan
prasarana.
Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem
pemasaran yang efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui upaya-
upaya pengembangan kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi dan mutu
produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi pemasaran.

2. Pengembangan Kelembagaan
Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik
kelembagaan petani maupun pemerintah sebagai berikut :
1. Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak hanya
dari aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara keseluruhan dan
kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang menjadi kelompok usaha

9
baik dalam bentuk koperasi maupun unit usaha kecil mandiri dan tumbuh dari
bawah.
2. Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing, penyediaan kredit, dan
mengembangkan pola kemitran.
3. Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat dan
melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan petani melalui
peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama dengan swasta, pelayanan kredit dan
pelatihan.
4. Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun Brigade
proteksi sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat terutama
petani melalui upaya peningkatan profesionalisme terus operasional dan
admisnistrasi, serta peningkatan kerja sama antar petugas lapangan dan intansi
terkait melalui forum konsultasi dan konsolidasi.

Penyuluhan pertanian sangat diperlukan dalam peningkatan usahatani.


Akan tetapi penyuluhan pertanian sebagai ujung tombak pembangunan pertanian akhir-
akhir ini terlihat lesu, revitalisasi kelembagaan penyuluhan perlu segera diwujudkan
sehigga kinerja penyuluhan dapat bangkit kembali.
Revitalisasi penyuluhan terutama diperlukan dalam hal pemasyarakatan
teknologi dan manajemen produksi, serta fasilitas aksesibilitas petani terhadap pasar,
permodalan, informasi serta sarana dan prasarana. Untuk itu agar penyuluhan dapat
efektif mendukung program pembangunan usahatani diperlukan upaya-upaya
koordinasi dan sinkronisasi, sosialisasi program pembangunan usahtani, serta mengisi
materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan program pembangunan usahatani.

2.4 Pelaksanaan manajemen usahatani untuk hasil yang maksimal

Dalam suatu manajemen usahatani yang di jalankan agar dapat memperoleh


hasil yang maksimal mengingat resiko yang sangat besar dalam bidang pertanian,maka
harus memperhatiakan beberapa hal yang sangat penting  dan berkaitan erat dengan
pelaksanaan manajemen. Hal tersebut antara lain:

1. Penerapan Management usaha tani


1. perencanaan
Perencanaan usahatani disusun berdasarkan pengalaman dan evaluasi faktor-
faktor tetap yang menentukan(jumlah uang yang tersedia, Konsumsi atau komersial,
jumlah tenaga yang tersedia,tanah dan iklim).

Manusia tidak dapat berbuat banyak terhadap tanah dan iklim sehingga
langkah dalam pendekatan sebagai berikut :
1. Mengklasifikasikan tanah. berapa bagian yg ditanami padi, kedelai, ternak, ikan
dan lain lain.
2. Menyususun rencana tanaman dengan syarat :
1. Dapat menambah atau mempertahankan kesuburan tanah.

10
2. Saling mendukung satu sama lain, sehingga dapat memanfaatkan penggunaan
alat alat pertanian dan tenaga kerja.
3. Menggunakan tenaga kerja keluarga dengan efesien.
4. Permintaan pasar bagi usahatani yang bertujuan menjual hasilnya kepasar.

5. Perencanaan ternak
ternak dapat mengubah hasil tanaman menjadi makanan berkadar protein
tinggi melalui hasilnya yg berupa daging,susu,telur dqn lain lain. Ternak
dapat berfungsi sebagai tenaga kerja.
3. Perencanaan tenaga kerja dan alat alat pertanian .Pada waktu waktu kapan tenaga
kerja dan alat alat pertanian banyak/sering atau kurang diperlukan.Untuk
usahatani yg luas,lebih mudah mengkombinasikan tenaga kerja dan alat alat
pertanian.
4. Perencanaan biaya
Anggaran/ biaya usahatani terdiri dari taksiran pengeluaran total dan taksiran
penerimaan total yg disusun untuk jangka waktu pendek atau panjang. Tujuan
anggaran/biaya :
1. Memberikan dasar dasar untuk perbaikan usahatani.
2. Berfungsi sebagai peringatan atau penelitian rencana usaha.
3. Perencanaan dituangkan dalam bentuk rencana usaha anggota,rencana usaha
kelompok dan rencana usaha bersama.

2.  Pengaturan
Pada umumnya petani telah tahu bagaimana memeperkecil resiko
usahataninya yaitu dengan jalan mengusahakan beberapa cabang usaha lebih dari satu
macam. Tanaman dan berbagai jenis ternak seperti sapi, unggas dan sebagainya. Hal
ini memperbaiki pendapatan musiman dan distribusi tenaga kerja sepanjang tahun.
Keuntungan lain adalah perbaikan tanah,pencegahan hama dan penyakit dan
sebagainya. Untuk membantu setiap petani dalam rangka pengaturan gunakan
langkah langkah sebagai berikut :
1. Teliti kondisi usaha tani .petani mencatat dimana, bagimana dan kapan tanaman
yang        bermacam-macam diusahakan.bagaimana cara cara pengusahaan ternak.
2. Variasi dalam besarnya laba Mengatur penggunaan sarana produksi dan tenaga
kerja.        Beberapa tanaman bersaing dalam dalam penggunaan tenaga kerja dan
tempat.          Beberapa tanaman bersifat cocok untuk ditanam bersama sama dan
beberapa bersifat untuk ditanam saling menyusul. Pengaturan uang tunai yg
digunakan untuk usaha       baik modal sendiri maupun kredit. Hal ini dapat
untukmembandingkan keuntungan       dari berbagaimacam kombinasi tanaman.
3. Perubahan dalam factor factor social ekonomi petani, kelompok tani dan
gabungan            kelompok tani dalam pengaturan tenaga kerja memperhatikan
kesibukan kesibukan    masyarakat, seperti perbaikan irigasi, drainase, dan
sebagainya. Perubahan factor tata    niaga, harga dan lainnya.
4. Analisa data input output pada cabang usahatani petani/ kelompoktani/
gapoktan     diharuskan mempunyai catatan input output.

11
5. Pembagian tugas dalam kelompok/ gabungan kelompok dalam organisasi
kelompok/ gapoktan perlu dibuatkan seksi seksi, sekertaris dan bendahara.
Seksi           bertugas dalam menjalankan salah satu kegiatan dari kelompok/
gabungan kelompok seperti seksi pemasaran, seksi sarana produksi, seksi simpan
pinjam dan lainnya.       Sekretaris bertugas menjalankan fungsi administrasi
kelompok dan bendahara          bertugas menjalankan pembukuan keungan
kelompok/gapoktan, cara pencatatan administrasi dan pembukuan keuangan
dijelaskan dalam bab yang lain.

3.  Pelaksanaan
Petani sebagai manager dalam usahataninya memimpin pelaksanaan kegiatan
untuk usahataninya dibantu oleh keluarga dan tenaga kerja dari keluarga. Sebagai
seorang manager menggerakkan tenaga memperlancar proses produksi
tersebut,sekaligus mencatatnya seluruh pelaksanaan kegiatan usahatani tersebut.
Ketua kelompoktani/ gapoktan sebagai manager dalam kelompoknya
memimpin pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dengan dibantu oleh seluruh
pengurus sesuai fungsinya sendiri-sendiri. Sekretaris mencatat kegiatan administrasi
dan Bendahara mencatat semua pengeluaran dan pemasukan kelompok.
Dalam proses produksi bisa terjadi penyimpangan atau gangguan seperti
serangan hama/penyakit,maka perlu dilakukan pertemuan kelompok/ gapoktan untuk
bersama sama menanggulanginya. Dalam pengambilan keputusan pilihan yang dipilih
adalah alternative yang dapat memberikan keuntungan yang paling menyenangkan
sesuai dengan input yang tersedia serta kemungkinan resiko yg timbul akibat pilihan
tadi. Jadi sekali keputusan diambil,maka pilihan tadi harus dilaksanakan dan sudah
harus siap dengan resiko yang timbul. Dengan dasar pengalaman masa lalu,maka
keputusan yang diambil diharapkan akan membuahkan keberuntungan.

4.   Pengawasan
Pengawasan diperlukan dalam melihat apakah dari rencana yg telah
dilaksanakan tersebut dapat memenuhi sasaran sasaran yang telah dibuat atau belum.
Apakah teerjadi penyimpangan,mengapa terjadi penyimpangan tersebut, apakah ada
faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol dalam proses produksi. Di dalam control perlu
diciptakan system control yang tetap, ajeg terhadap rencana yg dilaksanakan serta
terus dilaksanakan pemantauan tehadap kegiatan usaha tani. Hasil juga harus diukur
apakah sesuai dengan yang direncanakan.
Dengan cara ini maka dalam system manajemen yang benar selalu ada umpan
balik dari control kearah rencana yg telah dipilih berdasarkan informasi informasi
baru. Pencatatan data dalam suatu pembukuaan adalah salah satu system control yg
perlu dilaksanakan untuk dipakai sebagaai umpan balik yg berkesinambungan tanpa
data,suatu bisnis dapat diibaratkan seperti kapal tanpa kompas. Keempat fungsi
manajemen harus dilaksanakan agar usahatani dapat berhasil dengaan baik.

2.5  Faktor Sosial Dan Komunikasi Petani Dalam Berusahatani


Di dalam klasifikasi usahatani, ada pembagian kategori berdasarkan pola
usahatani, tipe usahatani, struktur usahatani, bentuk usahatani dan corak usahatani. Dalam

12
modul ini, akan ditekankan pada corak usahataninya karena sangat erat hubungannya
dengan faktor dan peran sosial yang dihadapi oleh seorang petani. Corak usahatani diukur
berdasarkan kriteria antara lain :
1. Nilai umum (sikap dan motivasi).
2. Tujuan produksi.
3. Pengambilan keputusan.
4. Tingkat teknologi serta derajat komersialisasi dari produksi dan input usahataninya.
5. Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan.
6. Pendayagunaan lembaga.
7. Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani serta tingkat dan keadaan
sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi.

Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan


keputusan di dalam rumah tangga petani tentang corak usahatani, bagaimana petani
memilih kombinasi pembudidayaan tanaman dengan ternak, teknik dan strategi apa yang
harus diterapkan. Dalam pengambilan keputusan di dalam berusahatai, petani tidak
sendiri, petani butuh seseorang baik sesama petani ataupun penyuluh bahkan referensi
kelompok untuk menetapkan pilihan. Petani juga makhluk sosial, sehingga petani perlu
berinteraksi sosial, untuk mendapatkan pengetahuan dan tambahan ketrampilan.
Dengan  interaksi sosial, maka berlangsunglah proses sosialisasi. Sosialisasi adalah proses
interaksi sosial melalui bagaimana kita berfikir, berperasaan dan berperilaku sehingga
dapat berperan serta secara efektif dalam masyarakat. Proses interaksi sosial memerlukan
komunikasi baik itu lisan maupun tertulis.
Komunikasi juga merupakan proses, bisa proses komunikasi primer yaitu
secara langsung tanpa bantuan alat, dengan bahasa, gerakan yang diberi arti khusus, aba-
aba, dan sebagainya, bisa proses komunikasi sekunder, berlaku dengan menggunakan alat
agar dapat melipatgandakan jumlah penerima pesan / amanat, yang berarti pula mengatasi
hambatan-hambatan geografis (lewat radio, televisi) serta hambatan waktu (lewat buku,
telepon, radio). Suatu jaringan komunikasi baik tradisional maupun modern sangatlah
penting di tingkat petani berkaitan dengan aktifitas berusahataninya secara pribadi,
kelompok maupun komunikasi sosial budaya.
Sebelum proses sosialisasi terjadi di masyarakat pertanian, interaksi sosial
akan terlebih dahulu terjadi di keluarga tani tersebut. Dengan berbagai topik, keluarga,
ekonomi, kegiatan usahatani, tetangga, dan lain-lain. Selain keluarga dan masyarakat tani,
petani berinteraksi juga dengan kelembagaan baik itu formal maupun non formal, dengan
tujuan yang berkaitan dengan peningkatan sosial ekonomi keluarga petani.

13
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Manajemen adalah suatu seni, dimana setiap orang akan memiliki suatu hasil
yang berbeda dengan mengelola suatu usaha yang sama. Demikian pula dalam usahatani,
dengan modal dan hamparan lahan yang relatif sama dan berdekatan serta kondisi iklim
yang sama, suatu usahatani yang dikelola orang yang berbeda akan dapat mendatangkan
hasil yang berbeda. Hal ini terjadi karena pola pemikiran seseorang dalam mengambil
keputusan dan mengelola usaha tidak pernah sama antara orang per orang. Dan dalam
usahatani kemungkinan seseorang mengembangkan kreatifitasnya dalam mengelola, adalah
sangat besar.
Manajemen akan terlaksana dengan baik dengan memperhatikan unsur-unsur
yang terkait, yaitu :
1. Manusia yang melaksanakan manajemen
2. Seni untuk menjalankan manajemen.
3. Keberhasilan.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam mendorong peran serta petani dalam
penyediaan modal/investasi untuk pengembangan usahatani antara lain:
1. Memberikan penyuluhan/informasi
2. Insentif dan kondisi yang kondusif agar petani mampu memanfaatkan sumber
permodalan dan sumber daya lainnya secara optimal.

2. Saran

14
Pemahaman mengenai manajemen usaha tani harus lebih didalami lagi agar saat
pembuatan makalah sudah banyak mengetahui mengenai konsep materi manajemen usaha
tani.

DAFTAR PUSTAKA

Shinta, A. 2012. Ilmu Usahatani. Malang : Universitas Brawijaya.


Soekartawi, 2011. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Suratiyah, K., 2010. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Cimanggis-Depok. Indonesia.

15
MAKALAH
MANAJEMEN USAHA TANI

NAMA : ULFA
16
NPM : 101-2017-005
PRODI : AGRIBISNIS

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


TAHUN AJARAN 2019/2020

17

Anda mungkin juga menyukai