Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN AGRIBISNIS UBI KAYU (MANIHOT ESCULENTA CRANTZ)

DISUSUN OLEH: AGUS ARIANTO (20110210030)

AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013

A. LATAR BELAKANG Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau bercocok tanam. Luas lahan pertanianpun tidak diragukan lagi. Namun, dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah serius dalam situasi pangan di mana yang menjadi kebutuhan pokok semua orang. Peranan ubikayu cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan, ubikayu merupakan penyangga pangan yang andal, sehingga masalah kelaparan dapat diatasi. Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.

B. UBI KAYU Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Perdu, ini bisa mencapai tinggi 7 meter, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong

tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia. Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionina. Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Manihot Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin. Syarat tumbuh

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC. Jika suhunya dibawah 100C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya. Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.

Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu. Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m dpl. Jenis ubi kayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat teretentu untuk dapat tumbuh optimal.

C. TAHAPAN BUDIDAYA 1. Persiapan Lahan - Pengolahan Tanah Pengolahan tanah bertujuan antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur, sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengolahan tanah juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi. Waktu pengolahan tanah sebaiknya tidak dilakukan pada saat tanah dalam keadaan basah atau becek sehingga struktur tanah tidak rusak. Pada tanah ringan atau gembur, pengolahan tanah ini dilakukan dengan cara mencangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, lalu setelah itu diratakan dan ditanami bibit. Sedangkan pada tanah becek atau berair, tanah dicangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, lalu dibuat bedenganbedengan atau guludan yang berguna sebagai saluran drainase lalu kemudian dapat ditanam.

Secara garis besar persiapan lahan untuk tanaman ubi kayu dilakukan sebagai berikut: Pembabatan tanaman perdu dan semak-semak serta rumput-rumputan/alangalang dan gulma lainnya. Hal ini dikerjakan terutama pada lahan yang baru dibuka, sedangkan pada lahan yang sudah biasa ditanami dengan palawija, tanah dapat langsung dicangkul/dibajak. Pengumpulan dan penyisihan batang tebangan, sedangkan bekas rerumputan dicacah dan dimasukkan kedalam tanah. Pembajakan/pencangkulan atau pentraktoran pertama Pembajakan/pencangkulan atau pentraktoran kedua dan penggemburan Pembuatan saluran pemasukan dan saluran pembuangan Pembuatan guludan.

2. Perbanyakan Tanaman Ubi kayu diperbanyak dengan setek batang. Setek batang diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Setek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua, tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia tanaman dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu. Bibit yang dianjurkan sebagai berikut : Bibit berupa stek diambil dari tanaman yang sehat dan berumur lebih dari 7 bulan namun kurang dari 14 bulan. Batang dipotong-potong untuk stek normal panjang stek sekitar 15 25 cm, dan Diameter 2-3 cm Apabila terpaksa menggunakan batang yang terserang hama / penyakit, maka Tanpa Penyimpanan

3. Penanaman dan cara tanam Penanaman bibit dapat dilakukan setelah tanah disiapkan. Waktu yang baik untuk menanam bibit ubi kayu adalah pada saat musin hujan. Hal ini dikarenakan ubi kayu memerlukan air terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, selanjutnya

kebutuhan air relatif sedikit. Cara menanam ubi kayu dianjurkan bibit tegak lurus atau minimal membentuk sudut 60 derajat dengan tanah dan kedalamannya 10-15 cm. Jarak tanam ubi kayu secara monokulture adalah 100 x 100 x 60, atau 100 x 40. Setelah lahan diolah dengan sempurna, bibit ditanam dengan jarak tanam sekitar 100 x 80 cm, sehingga populasi tanaman untuk luasan 1 Ha mencapai sekitar 12.500 tanaman. Waktu penanaman dilakukan pada saat kelembaban tanah dalam keadaan mencapai kapasitas lapang, yaitu biasanya pada saat musim hujan, karena selama masa fase pertumbuhan tersebut ubi kayu memerlukan air yang cukup.

4. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan kriteria tanaman yang baik, sehat dan seragam. Pemeliharaan ubi kayu meliputi : a. pemupukan Untuk mendapatkan potensi hasil yang tinggi pemupukan dengan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, TSP, dan KCL) perlu dilakukan. Pupuk organik sebaiknya diberikan pada saat pengolahan tanah dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Sedangkan pupuk anorganik yang diberikan tergantung dari tingkat kesuburan tanah. Pada umumnya dosis yang dianjurkan untuk digunakan pada tanaman ubi kayu adalah : urea sebanyak 60-120 kg/ha, TSP sebanyak 30 kg P205/ha, dan KCL sebanyak 50 kg K20/ha. Cara pemberian pupuk yang benar dibagi dalam dua waktu, pertama pada saat tanam (pupuk dasar) sebanyak 1/3 bagian urea dan KCL serta seluruh dosis TSP, kedua pada saat tanaman ubi kayu berumur 3-4 bulan yaitu 2/3 bagian urea dan KCL.

b.

Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh sangat merana. Waktu penyulaman paling lambat 5 minggu setelah tanam

c. Penyiangan dan pembubunan Penyiangan dilakukan bila sudah tampak timbul gulma (tanaman pengganggu). Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga ubi kayu dapat tumbuh dengan sempurna, serta dapat memperkokoh tanaman agar tidak rebah.

d. Pembuangan tunas Pembuangan tunas dilakukan pada saat tanaman berumur 1 - 1,5 bulan. Ini dilakukan bila dalam satu tanaman tumbuh banyak tunas. Kemudian tunas-tunas yang berlebih tersebut dibuang / dirempes, menyisakan 2 tunas yang paling baik.

e. Pengairan dan Penyiraman Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 45 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung

f. Pengendalian Hama dan Penyakit Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas campestris pv. manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB). Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8% untuk varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 90% untuk varietas yang agak rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap kedua penyakit ini. Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae). Hama ini menyerang hanya pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 53%, tergantung umur tanaman dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca. Serangan tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga 95%. Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering, kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah. Untuk pengendalian tungau merah sebaiknya ubi kayu ditanam di lahan pada awal musim hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu maksimum 2 bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang

ditimbulkan semakin tinggi. Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau, sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 sebaiknya ditanam di daerahdaerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung) sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang. D. PANEN DAN PASCA PANEN Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman berumur 7-9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi kayu meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7-9 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tanaman dapat dipanen pada umur 7 bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Berikut adalah tehnik panen yang benar :

Buanglah batang batang ubi kayu terlebih dahulu. Tinggalkan pangkal batang + 10 cm untuk memudahkan pencabutan Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari seluruh tubuh, sehingga umbinya dapat diangkat keluar dari tanah.

Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong bambu atau kayu. Ikat pangkal batang dengan kayu, ujung pengungkit diletakkan di atas bahu, kemudian angkatlah perlahan lahan ke atas.

Umbi yang telah dicabut, lalu dipotong dari batangnya dengan parang/golok, serta bagian tanah yang menempel dibuang akhirnya umbi tersebut ditumpuk disatukan dengan umbi lainnya, dan siap diangkut ke tempat penyimpanan atau langsung dipasarkan. Tidak ada pengolahan khusus untuk ubi ini jika ingin langsung dipasarkan dalam bentuk ubi asli, keculai jika ingin diolah menjadi produk lain baru membutuhkan pengolahan khusus.

Beberapa Peluang Penganeka-Ragaman Jenis Penggunaan Ubi Kayu Ubi kayu segar memiliki nilai ekonomi yang sangat rendah pada saat panen raya, karena itu perlu suatu upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari ubi kayu dengan mengolah menjadi beranekaragam produk, diantaranya yaitu: a. b. c. d. Daun: sayuran, pakan ternak Batang: bahan tanam, Pakan ternak, pagar, kayu bakar Kulit ubi: pakan ternak Ubi segar: bahan makanan, tepung. Alternatif pengolahan umbi ubi kayu yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah pengolahan umbi ubi kayu menjadi tepung ubi kayu. Tepung ubi kayu (kasava) adalah tepung yang dihasilkan dari penghancuran (penepungan) umbi ubi kayu yang telah dikeringkan. Dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk akhir juga sebagai substitusi terigu serta dapat digunakan menjadi salah satu komoditi ekspor maupun bahan baku industri. e. Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat, glukosa, fruktosa, sorbitol, High Fructose Syrup (HFS), dekstrin, alkohol, etanol dan Monosodium glutamate . f. ampas dari tepung tapioka dijadikan sebagai bahan baku untuk obat nyamuk bakar.

Pentingnya Pengamatan ubi kayu pada Aspek Produksi dan Konsumsi


1.

Pentingnya Pengamatan Dari Aspek Produksi Dalam peta produksi ubi dunia, indonesia merupakan negara produsen ubi ke tiga di dunia setelah RRC dan Vietnam (Woolfe, 1992 dalam Van de Fliert, e. Al., 2000). Produksi ubi di Indonesia tersebar diseluruh provinsi dengan wilayah sentra produksi utama adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Bali, NTT dan Papua (BPS, 2008). Potensi pengembangan komoditas ubi masih bisa ditingkatkan dari sisi ketesediaan lahan maupun produktivitas. Dalam hal ini ini ubi dibudidayakan pada lahan sawah, kering atau tegalan, dataran tinggi ataupun dataran pengembangan teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahannya (Rahayuningsih, et al. 2000; Rahayunigsih, et al. 1999). Masyarakat pada umumnya sudah mengenal ubi. Ubi merupakan salah satu komoditas pertanian jenis umbi-umbian yang cukup menguntungkan di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun sumber pakan. Karena tanaman ubi kayu mempunyai keunggulan dibandingkan

dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan lumbung hidup.

2. Pentingnya Pengamatan Dari Aspek Konsumsi

Berdasarkan sifat ubi kayu digolongkan dalam dua golongan yaitu golongan pahit dan manis. Namun pada umumnya yang dikonsumsi adalah varietas yang manis sedangkan yang pahit di gunakan untuk tujuan industri. Konsumsi ubi kayu terus bertambah seiring dengan peranan ubi sebagai sumber pangan, pakan dan bahan bakar. Pemanfaatan komoditi pertanian termasuk ubi kayu sebagai bahan bakar nabati baru diresmikan dengan adanya peraturan Presiden No.5 tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional yang baru b erlangsung beberapa tahun, maka data mengenai konsumsi ubi kayu untuk bahan bakar ini belum tersedia. Perpres inipun dirasa belum dilakukan secara optimal karena masih terlihat sendiri-sendiri dalam pengembangan ubi kayu menjadi bio ethanol untuk meningkkatkan penghasilannya. Berikut penjelasan konsumsi terhadap ubi kayu : 1. Konsumsi Untuk Pangan Pengkonsumsian ubi kayu sebagai pangan alternatif cukup penting dalam

penganekkaragaman pangan karena ketersediaannya yang cukup banyak dan mudah dibudidayakan pada lahan subur, kurang subur bahkan lahan marjinal sekalipun. Sebagai sumber pangan, ubi kayu dapat dikonsumsi langsung mmaupun diolah menjadi tapioka, makanan ringan serta bahan baku mie, roti, kue basah, tiwul, gaplek dan lain-lain. Walau pernah terjadi penurunan konsumsi ubi kayu untuk pangan yang sangat drastis taitu tahun 1977 hingga puncaknya pada tahun 1980. bila dibandingkan dengan tahun 1976, konsumsi ubi kayu untuk thaun 1980 turun sebesar 33,8% atau 2.171.00 ton. Ini dikarenakan produksi mengalami penurunan.

2.

Konsumsi Untuk Pakan Konsumsi Ubi kayu sebagai pakan selain umbinya, kulit ubi kayu pun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Bagian kulit dapat diolah langsung menjadi pakan ternak, sedangkan

bagian umbi yang dapat digunakan sebagai pakan ternak berupa onggok dan pallet yang merupakan hasil olahan ubi kayu menjadi gaplek. 3. Konsumsi bahan bakar Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk dengan semua aktivitasnya akan berdamapak pada peningkatan kebutuhan energi di semua sektor pengguna energi, baik industri, rumah tangga, transportasi dan komersial. Konsumsi energi final pada tahun 1990 yaitu sebesa 221,33 juta SBM (Setara Minyak Barel) meningkat 6,3 persen/tahun menjadi 489,01 juta SBM pada tahun 2003 dimana konsumsi Bahan Bakar Minyak merupakan konsumsi energi terbesar. Sebagian besar konsumsi BBm, itu digunakan untuk transportasi (Sugiyono, 2005). Mengingat bahwa energi khususnya minyak adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui maka sumber daya tersebut akan habis padahal kebutuhan energi tersebut terus meningkat, oleh karna itu, masyarakat dan pemerintah harus mencari solusi energi subtitusi yang dapat menggantikan serta mencukupi kebutuhan energi tersebut. Diindonesia teradapat tanaman yang dapat dijadikan bahan bakar baku nabati diantaranya adalah kelapa sawit, jarak pagar dan kedelai sebagai bahan baku biodiesel dan ubi kayu, ubi jalar, jagung, tetes serta sagu sebagai bahan baku bioethanol.Dan ubi kayu adalah salah satu tanaman yang potensial untuk dijadikan salah satu subtitusi sehingga permintan konsumsi terhadap ubi akan naik. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ubi kayu sebagai bahan

bakubioethanol merupakan kebangkitan ketiga tanaman ubi kayu setel;ah ubi kayu dapat dimanfaatkan menjadi gaplek sebgai sumber bahan pangan alternatif dan kedua ubi kayu dapat diolah menjadi tapioka yang merupakan salah satu komoditi ekspor.

E. ANALISIS BUDIDAYA Analisis budidaya ubi kayu menurut kelompok kami yaitu sebagai berikut: Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)

No I

Komponen PENGELUARAN A. Biaya Tetap 1. Sewa Lahan 2. Sewa Traktor 3. Tanki Semprot 4. Cangkul 5. Sabit 6. Sewa mobil angkut (panen)

Volume Satuan

Keterangan

1 1 2 5 6 2

Ha Unit Buah Buah Buah Unit

4.000.000 350.000 350.000 40.000 30.000 1.000.000

4.000.000 350.000 700.000 200.000 180.000 2.000.000 7.430.000

6 bulan

II

Sub total B. Biaya Variabel 1. Pengolahan tanah dan 8 membuat guludan 2. Penyiapan bibit 8 3. Penanaman 20 4. Pemeliharaan a. Penyulaman 5 b. Penyiangan dan 10 pembumbunan c. Pemupukan dan 8 pembalikan batang d. Pengairan 3 e. Pengendalian OPT 6 f. Panen 30 g. Pasca panen 10 5. Sarana Produksi a. Bibit 11.000 b. Urea 200 c. TSP 100 d. KCl 200 e. Insektisida 4 Marshal 25 ST Sub total Total Biaya Produksi Pendapatan Utama Pendapatan Lain 1. Batang 2. Daun 70.000 36.000 900

HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK HOK Stek kg kg kg botol

30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000

240.000 240.000 600.000 150.000 300.000 240.000 90.000 180.000 900.000 300.000 9.000 stek batang/ha 2.000 stek cadangan dasar, susulan isi 500 ml HOK = Hari Orang Kerja Biaya pekerja sudah termasuk uang makan 1 kali

1.000 11.000.000 2.000 400.000 3.000 300.000 2.500 500.000 50.000 200.000 15.640.000 23.070.000

III

Kg Batang iket

1.000 70.000.000 500 18.000.000 500 450.000

Total Pendapatan Keuntungan

88.450.000 65.380.000

Biaya Produksi (Total Biaya) = Biaya tetap + Biaya Variable = Rp 7.430.000 + Rp 15.640.000 = Rp 23.070.000 Penerimaan Utama = Produksi x harga = 70.000 kg x Rp.1.000 = Rp. 70.000.000 Penerimaan Lain = Pendapatan Batang + Pendapatan Daun = Rp 18.000.000 + Rp 450.000 = Rp 18.450.000 Penerimaan Total = Pendapatan Utama + Pendapatan Lain = Rp 70.000.000 + Rp 18.450.000 = Rp 88.450.000 Keuntungan Penerimaan = Penerimaan Biaya Produksi = Rp. 88.450.000 23.070.000 = Rp. 65.380.000 1. BEP Penerimaan =FC 1- VC/s = Rp 23.070.000

1- Rp 65.380.000/Rp 88.450.000 = Rp 23.070.000 1-0.74 = Rp 88.730.769

2. BEP Produksi

= 23.070.000 / 1.000 = 23.070 kg

3. BEP Harga

= 23.070.000/ 70.000 = Rp 329,57 /kg

Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa usaha tani ketela pohon mengalami break even atau titik impas jika penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 88.730.769 per musim per usahatani, harga Rp 329,57 / kg per musim atau dengan produksi 23.070 kg. A. Analisis Kelayakan 1. R/C Ratio = Penerimaan Total Biaya = Rp 88.450.000 Rp 23.070.000 = 3,83 2. n/C = Keuntungan Biaya = Rp. 65.380.000 Rp. 23.070.000 = 2,83 3. Profit Margin = Keuntunganx 100 % Penerimaan = Rp 65.380.000x 100% Rp 88.450.000 = 0,74x 100% = 74% Berdasarkan perhitungan R/C ratio dapat dilihat bahwa usaha pertanian ketela pohon layak untuk dikembangkan karena R/C ratio > 1 dan n/C melebihi bunga bank yang berlaku, selain itu profit marginnya juga tinggi yaitu 74 %.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Teknologi budidaya ubikayu. http://epetani. deptan. go.id /budidaya /teknologibudidaya-ubikayu-1499 Diakses pada tanggal 5 desember 2013.

Anonym. 2012. Budidaya ubu kayu. http:// indoagrow. wordpress.com /2012/02/10/budidayaubi-kayu/. Diakses pada tanggal 5 desember 2013

Anonym. 2013. Prospek agribisnis ubi kayu. http://jurus-usaha. Blogspot . com/2013 /05/prospek-agribisnis.html. Diakses tanggal 7 desember 2013.

Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.

Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai