Anda di halaman 1dari 26

i

MAKALAH KELOMPOK
PEMBANGUNAN DAN POLITIK AGRIBISNIS

PERKEMBANGAN PERTANIAN HORTIKULTURA DAN


HUBUNGANNYA DENGAN PEMBANGUNAN

Disusun Oleh : Kelompok IV


ALVIONITA PUTRI EDRIANA (1906112910)
ANGGUN KUSUMA DEWI (1906124870)
ANISA CITRA NANDA (1906111350)
FADILLA AMITA (1906112772)
TAUFIK HIDAYAT(1906124476)

Kelas :AGB - B

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Perkembangan Pertanian Hortikultura dan
Hubungannya Dengan Pembangunan”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen Yulia Andriani S.P.,M.Si
yang telah banyak memberikan bimbingan , petunjuk, dan motivasi sampai
selesainya makalah ini. Tidak lupa pula untuk seluruh rekan-rekan sejawat yang
telah banyak membantu penulis dalam peyelesian makalah ini, yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu. Tidak ada yang pantas diberikan, selain balasan dari
Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa
depan nanti.
Akhirnya penulis mengharapkan agar penelitian ini bermanfaat bagi kita
semua baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Pekanbaru, 14 Maret 2021

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah......................................................................... 2
1.3. Tujuan.............................................................................................. 2
II. PEMBAHASAN.................................................................................... 4
2.1. Pengertian Pertanian Hortikultura.................................................... 4
2.2. Perkembangan Pertanian Hortikultura............................................. 7
2.3. Tantangan dan Peluang Perkembangan Pertanian Hortikultura...... 11
2.4. Kebijakan Pemerintah Dalam Pertanian Hortikultura..................... 15
2.5. Hubungan Perkembangan Pertanian Hortikultura Dengan
Pembangunan.......................................................................................... 18
III. PENUTUP.............................................................................................. 21
3.1. Kesimpulan...................................................................................... 21
3.2. Saran................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23
1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian
memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini
dapat ditunjukkan dari banyaknya produk atau tenaga kerja yang hidup dan
bekerja pada sektor pertanian. Pembangunan pertanian Indonesia pada
dasarnya diarahkan dalam pembangunan pertanian yang berkesinambungan
dan ditujukan untuk mencapai tujuan yaitu kesejahteraan masyarakat
pertanian sesuai yang diamanatkan dalam GBHN.
Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki
kontribusi penting dalam pertanian di Indonesia. Jenis tanaman yang
dibudidayakan dalam hortikulturameliputi buah-buahan, sayur-sayuran,
bunga dan tanaman hias.Dalam rangka pembangunan pertanian, pemerintah
terus melakukan pengembangan di subsektor hortikultura. Pengembangan
hortikultura juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
keberhasilan diversifikasi produk pertanian sehingga dapat menambah
pangsa pasar dan daya saing.
Saat ini, pembangunan pertanian terutama tanaman pangan dan
hortikultura memasuki pada tahap-3 Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN), dengan periode RPJMN tahun 2015-2019.
Sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan
ekonomi nasional karena peran strategis sektor pertanian dalam
kontribusinya sebagai penyedia bahan pangan dan bahan baku industri,
penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber
utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan
bioenergi.
Pengembangan hortikultura merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari upaya pelestarian lingkungan. Ketersediaan sumberdaya alam berupa
berbagai jenis tanaman dan varietas yang beragam dan ketersediaan
sumberdaya lahan,apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber
2

pekerjaan yang saling menguntungkan bagi manusia maupun bagi


kelestarian lingkungan.
Tujuan pengembangan ini sangat penting dalam upaya peningkatan
kualitas ataupun kuantitas dari produktivitas tanaman hortikultura.
Penelitian ini juga menjadi salah satu tujuan penting dalam hal
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat perlu ditingkatkan
untuk ikut turut memajukan potensi sektor pertanian khususnya di bidang
tanaman hortikultura. Permasalahan yang dihadapi tidak hanya dari segi
produktivitas secara kuantitas dan kualitas saja, tapi dinamika lingkungan
yang berkaitan dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk, kemiskinan,
kebutuhan energi, degradasi lingkungan dan perubahan iklim.
Untuk mengatasi permasalahan dinamika tersebut, perlu adanya
keseimbanganantara kemajuan sumber daya manusia dengan teknologi dan
tuntutan kebutuhan ketahanan pangan melalui sebuah temuan atau inovasi
baru secara terus menerus, agar dapat merespon permasalah tersebut dan
yang dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha di bidang pertanian
khususnya komoditas hortikultura.

I.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka beberapa lingkup
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya:
1. Apa itu pertanian hortikultura dan bagaimana pengelompokkannya?
2. Bagaimana perkembangan pertanian hortikultura di Indonesia?
3. Apa yang menjadi peluang dan tantangan dalam perkembangan
pertanian hortikultura?
4. Bagaimana hubungan pertanian hortikultura dengan pembangunan di
Indonesia?

I.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui lebih dalam tentang pertanian hortikultura
3

2. Memahami seberapa jauh perkebangan hortikultura di Indoneia


3. Mengetahui macam-macam peluang dan tantangan yang mempengaruhi
perkembangan pertanian horikultura
4. Menganalisis hubungan antara pertanian hortikultura dangan
pembangunan yang terjadi di Indonesia
4

II. PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Pertanian Hortikultura


Hortikultura merupakan gabungan bahasa latin, hortus yang
mengandung arti kebun dan culture yang berarti bercocok tanam.
Hortikultura bisa didefinisikan sebagai cara budidaya tanaman yang
dilakukan dikebun dan halaman rumah. Hortikultura merupakan salah satu
metode budidaya pertanian modern. Sementara, untuk kegiatan budidaya
tanaman kebun yang dilakukan oleh manusia guna menghasilkan bahan
pangan dan sumber energi disebut pertanian hortikultura.
Sebagai salah satu cabang dari agronomi, tetapi jika ditelah lebih jauh
lagi pertanian hortikultura ini berbeda dengan agronomi. Sebab, pertanian
hortikultura lebih berfokus pada pembudidayaan tanaman buah, tanaman
bunga, tanaman sayur, tanaman obat, dan taman. Bidang kerjanya sendiri
meliputi proses pembenihan atau pembibitan, kultur jaringan, produksi
tanaman, pencegahan hama dan penyakit, pemanenan, pengemasan, dan
pendestribusian.
Tanaman hortikultura adalah tanaman yang dibudidayakan dikebun
dengan beberapa macam tanaman seperti frutikultura, olerikultura,
florikultura, biofarmaka, taman. Berikut adalah penjelasan dari contoh
tanaman hortikultura:
 Frutikultura ( tanaman buah )

Ini adalah jenis tanaman hortikultura pertama, yang merupakan


jenis tanaman yang bisa dipanen diambil buahnya. Tanaman tersebut
adalah tanaman musiman sebab memang tidak setiap kali berbuah.
Namun demikian, juga ada tanaman buah yang bisa berbuah dalam satu
5

periode. Contohnya melon dan semangka. Beberapa contoh tanaman


berbuah musiman adalah mangga, rambutan, jeruk dan lain-lain.

 Olerikultura ( tanaman sayur )

Lalu untuk tanaman sayur sendiri adalah jenis paling mudah yang
dijumpai, bahkan cara menanam sayur juga cukup mudah, kita bisa
menanamnya dilahan sempit disekitar rumah. Tanaman sayur bisa
ditanam musiman dan tahunan. Beberapa jenis tanaman sayur yang bisa
tumbuh dimusim tertentu diantaranya ada bawang merah, bawang putih,
kangkung, kol, lobak, tomat, dan kubis. Sementara itu jenis tanaman
sayur yang ditanam tahunan adalah jengkol, petai, dan melinjo.

 Florikultura ( tanaman bunga )

Jenis tanaman bunga merupakan jenis yang biasanya digunakan


sebagai tanaman hias. Cara penanamannya pun beragam, ada yang
ditanam didalam pot seperti bunga melati, kenanga, mawar, dan lain-
lain, juga ada yang ditempelkan dikulit seperti bunga anggrek.
6

 Biofarmaka ( tanaman obat )

Tanaman obat atau biofarmaka adalah jenis tumbuhan yang


didalamnya mengandung senyawa. Senyawa pada tumbuhan obat ini
bermanfaat untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Tanaman
obat diyakini nenek moyang sejak tahun yang lama. Tanaman obat
bahkan sampai sekarang kerap kali dimanfaatkan oleh masyarakat
modern. Beberapa jenis tanaman obat adalah jahe, daun dewa, kunyit,
sirsak, dan lain-lain.

 Taman atau lanskap

Ini adalah tanaman yang ditanam dilahan yang bisa membuat nilai
estetika disuatu tempat semakin bertambah. Beberapa contoh taman,
yakni taman bergaya jawa, taman bergaya bali, taman bergaya perancis,
dan lain-lain.

Ciri-ciri tanaman hortikultura :


 Menghasilkan produksi ( buah ) secara musiman. Tidak selalu berbuah
sepanjang tahun.
 Membutuhkan lahan yang cukup luas.
7

 Memiliki daerah penanaman yang spesifik. Tidak semua jenis tanaman


dapat dibudidayakan dilahan yang sama.
 Mengandung nilai keindahan ( estetika ).
 Hasil panen yang mudah membusuk. Akan tetapi, jenis tanaman
hortikultura ini adalah tanaman yang dibutuhkan setiap harinya dalam
keadaan segar.
 Kualitas panen dari tanaman ini dapat dilihat dari kondisinya yang masih
segar. Karena sebagaimana ciri-ciri sebelumnya, bahwa hasil panen dari
jenis tanaman hortikultura ini mudah membusuk.
 Harga dari hasil panen berbanding lurus dengan kualitasnya
( kesegarannya ).

II.2. Perkembangan Pertanian Hortikultura


Pertanian hortikultura merupakan salah satu komoditi pertanian yang
mempunyai potensi serta peluang untuk dikembangkan sehingga menjadi
produk unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani di
Indonesia, baik produk hortikultura yang tergolong produk buah buahan,
sayur sayuran, obat obatan maupun tanaman hias. Siswono Yudohusodo
(1999) menyatakan, Luas wilayahIndonesia dengan keragaman Agroklimat
memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura.
Terdapat 323 jenis komoditas hortikultura yang terdiri dari 60 jenis buah-
buahan, 80 jenis sayur-sayuran, 66 jenis biofarmaka, dan 117 jenis tanaman
hias.
Pengembangan potensi produk Hortikultura di Indonesia juga
didukung oleh Pemerintah dalam bentuk regulasi yaitu UU No. 12 Th. 1992
tentang Budidaya Pertanian, UU. No. 13 Th. 2010 tentang Hortikultura,
Dokumen Cetak Biru Pembangunan Hortikultura 2011-2025, Strategi Induk
Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045, keanekaragaman hayati,
agroklimat, ketersediaan lahan pertanian, teknologi, ketersediaan tenaga
kerja, ketersediaan pasar, penetapan komoditas unggulan, dukungan system
perbenihan hortikultura dan dukungan terhadap system perlindungan
tanaman hortikultura.
8

Pengembangan produk hortikultura merupakan produk yang sangat


dibutuhkan secara berkelanjutan oleh masyarakat Indonesia dan dunia.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar sesungguhnya merupakan peluang
bagi pasar domestik yang potensial apabila promosi akan pentingnya
mengkonsumsi produk hortikultura yang meliputi, pengetahuan, apresiasi
serta taraf hidup masyarakat bisa ditingkatkan. Namun pada kenyataannya
pangsa pasar domestic yang besar tersebut belum termanfaatkan secara
optimal. Hal tersebut tercermin masih rendahnya tingkat konsumsi produk
hortikultura yang masih di bawah rekomendasi Organisasi Pangan dan
Pertanian Dunia (Food and Agricultur Organization/FAO). Membanjirnya
produk impor juga menyebabkan daya saing bagi produk lokal sera
menuturunnya citra Indonesia sebagai Negara produsen hortikultura tropis di
kalangan Internasional.
Pelaksanaan pengembangan produk hortikultura di Indonesia
disamping mempunyai potensi untuk pengembangan juga masih mengalami
banyak kendala antara lain, Pelaksanaan Regulasi serta Pembinaan Teknis
belum optimal, kapasistas SDM belum memadai, kelembagaan Hortikultura
masih lemah, serta Penerapan Inovasi Teknologi belum optimal. Regulasi
pemerintah pada pelaksanaannya memberikan dampak positif bagi
perlindungan produksi hortikultura namun disisi yang lain masih belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh pelaku usaha hortikultura. Hal ini disebabkan
masih belum optimalnya sosialisasi serta belum siapnya pelaku usaha, dan
kurang komitmenya berbagai pihak dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu
pelaksanaan pengembangan produk hortikultura tidak boleh terlepas dari
kebijakan yang terkait, harus terpadu dan terintegrasi.
Pengembangan potensi tanaman hortikultura selain menghadapi
kendala interen dalam pengembangan kedepan juga tidak lepas dari berbagai
tantangan dilapangan, antara lain adanya daya saing produk baik kualitas
maupun kuantitas, agroekologi, harga serta kestabilan pasokan, pemuliaan
dan perlindungan varietas, penyediaan lahan, infrastruktur yang mendukung
produk pasca panen, permodalan, memelihara keterkaitan strategis lokal,
9

baik regional dan Internasional. Adanya krisis global bias berakibat


menurunya permintaan serta menurunya pengembangan eksport.
Globalisasi perdagangan pasar dunia menuntut peningkatan daya saing
produk hortikultura Indonesia. Hal ini tercermin adanya WTO, FTA, AFTA,
AANZ, IJ-EPA. Dengan adanya perjanjian tersebut di atas hambatan harga
menjadi tidak popular lagi , dan kebanyakan Negara menggunakan
hambatan non tarif, seperti SPS (Sanitary and Phitosanitary), ROO (Rules of
Origin) Standart International (Codex, Europe – Gap, Asean Standard),
CBD (Convention of Bodevirsity), CDM (Clean Development
Mechanishm), akibatnya produk Indonesia mengalami hambatan dalam
mengakses pasar Internasional dan mengalami kesulitan membendung
masuknya produk import. Untuk itu perlu dibangun system perdagangan
yang mampu meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia.
Karena jika kualitas produk hortikultura tidak mampu bersaing dengan
produk dari luar negeri, maka lambat laun Indonesia akan semakin dibanjiri
oleh produk import yang akan semkin menenggelamkan produk hortikultura
dalam negeri.
Komoditas Hortikultura mempunyai nilai tinggi dalam bentuk segar,
namun demikian produk hortikultura secara umum cepat rusak sehingga
memerlukan penanganan khusus untuk menjaga kualitas produk.
Penanganan pasca panen yang meliputi sortasi, grading (pengkelasan) dan
pengemasan sangatlah penting, hal ini terkait dengan upaya
mempertahankan mutu produk. Pengelolaan primer di tingkat petani serta
pegelolaan ditingkat industri perlu menerapkan cara pengelolaan yang baik
(Good Manufacturing Practises/GMP).
Produk Hortikultura merupakan produk yang cepat rusak (kehilangan
berat dan kualitas), secara umum produk hortikultura yang telah dipanen
sebelum sampai kepada konsumen atau dalam masa penyimpanan dapat
rusak yang disebahkan oleh kehilangan air dari produk yang telah dipanen.
Jika kehilangan air tersebut dalam jumlah relative kecil maka masih bisa
ditolelir dan tidak menyebabkan kerugian tetapi jika kehilangan air dari
produk yang telah dipanen tsb dalam jumlahbesar akan menyebabkan
10

produk hasil panen menjadi layu, dan bahkan dapat mengakibatkan produk
hortikultura tersebut menjadi mengkerut. Oleh karena itu pengangkutan
menjadi sangat penting untuk menjamin distribusi cepat dan tepat sampai
ditujuan dengan minimalisir tingkat kerusakan, artinya system pengangkutan
yang buruk dapat menghilangkan sebagian atau keseluruhan nilai produk ,
sehingga penyimpanan produk harus ditangani secara baik untuk
mengurangi turunnya mutu dan nilai produk.
Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Sayuran di Indonesia
No Jenis Komoditi Tahun 2017 Tahun 2018
1 Bawang Merah
Luas Panen (Ha) 158.172 156.779
Produksi (Ton) 1.470.155 1.503.436
Produktivitas (Ton/Ha) 9,30 9,59
2 Bawang Putih
Luas Panen (Ha) 2.146 5.013
Produksi (Ton) 19.510 39.300
Produktivitas (Ton/Ha) 9,09 78,40
3 Cabe Rawit
Luas Panen (Ha) 167.600 171.690
Produksi (Ton) 1.153.155 1.335.595
Produktivitas (Ton/Ha) 6,88 7,78
4 Kentang
Luas Panen (Ha) 75.611 68.683
Produksi (Ton) 1.164.738 1.284.760
Produktivitas (Ton/Ha) 15,40 18,71
5 Tomat
Luas Panen (Ha) 55.623 53.850
Produksi (Ton) 962.845 976.772
Produktivitas (Ton/Ha) 17,31 18,14
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura
Dalam rangka mengoptimalkan potensi dan prospek hortikultura
Nasional diperlukan arah dan kebijakan pengembangan hortikultura secara
holistic dan terpadu mulai dari sektor ke hulu. Penyediaan sarana dan
prasarana pendukung dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
11

(stakeholders), yang terdiri dari petani, pedagang dalam negeri, eksportir


dan importer. Peran utama Pemerintah adalah membangun iklim usaha
sebagai fasilitator, regulator, dinamisator, dan pemantauan serta pengawasan
sehingga masing-masing pelaku dapat bekerja dan berinteraksi secara
maksimal dan terpadu melalui pengembangan kawasan Agribisnis, penataan
rantai pasokan (supply chain management), penerapan budidaya pertanian
sesuai dengan SOP, fasilitasi terpadu Investasi Hortikultura, pengembangan
kelembagaan usaha. Pengembangan hortikultura di Indonesia memiliki
prospek yang sangat baik, oleh karena itu sebaiknya masyarakat pemerintah,
peneliti, dan lembaga pendidikan terkhusus di bidang pertanian lebih giat
dan berupaya dalam pengembangan hortikultura agar dapat bersaing dengan
produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

II.3. Tantangan dan Peluang Perkembangan Pertanian Hortikultura


Produk hortikultura merupakan salah satu komoditi pertanian yang
mempunyai potensi serta peluang untuk dikembangkan sehingga menjadi
produk unggulan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani di
Indonesia, baik produk hortikultura yang tergolong produk buah buahan,
sayur sayuran, obat obatan maupun tanaman hias.Siswono Yudohusodo
(1999) menyatakan, Luas wilayahIndonesia dengan keragaman Agroklimat
memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura.
Terdapat 323 jenis komoditas hortikultura yang terdiri dari 60 jenis buah-
buahan, 80 jenis sayur-sayuran, 66 jenis biofarmaka, dan 117 jenis tanaman
hias.
Pengembangan potensi produk Hortikultura di Indonesia juga
didukung oleh Pemerintah dalam bentuk regulasi yaitu UU No. 12 Th. 1992
tentang Budidaya Pertanian, UU. No. 13 Th. 2010 tentang Hortikultura,
Dokumen Cetak Biru Pembangunan Hortikultura 2011-2025, Strategi Induk
Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013-2045, keanekaragaman hayati,
agroklimat, ketersediaan lahan pertanian, teknologi, ketersediaan tenaga
kerja, ketersediaan pasar, penetapan komoditas unggulan, dukungan system
12

perbenihan hortikultura dan dukungan terhadap system perlindungan


tanaman hortikultura.
Pengembangan produk hortikultura merupakan produk yang sangat
dibutuhkan secara berkelanjutan oleh masyarakat Indonesia dan dunia.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar sesungguhnya merupakan peluang
bagi pasar domestik yang potensial apabila promosi akan pentingnya
mengkonsumsi produk hortikultura yang meliputi, pengetahuan, apresiasi
serta taraf hidup masyarakat bisa ditingkatkan. Namun pada kenyataannya
pangsa pasar domestic yang besar tersebut belum termanfaatkan secara
optimal.Hal tersebut tercermin masih rendahnya tingkat konsumsi produk
hortikultura yang masih di bawah rekomendasi Organisasi Pangan dan
Pertanian Dunia (Food and Agricultur Organization/FAO).Membanjirnya
produk impor juga menyebabkan daya saing bagi produk lokal sera
menuturunnya citra Indonesia sebagai Negara produsen hortikultura tropis di
kalangan Internasional.
Pelaksanaan pengembangan produk hortikultura di Indonesia
disamping mempunyai potensi untuk pengembangan juga masih mengalami
banyak kendala antara lain, Pelaksanaan Regulasi serta Pembinaan Teknis
belum optimal, kapasistas SDM belum memadai, kelembagaan Hortikultura
masih lemah, serta Penerapan Inovasi Teknologi belum optimal.
Regulasi pemerintah pada pelaksanaannya memberikan dampak positif
bagi perlindungan produksi hortikultura namun disisi yang lain masih belum
sepenuhnya dilaksanakan oleh pelaku usaha hortikultura. Hal ini disebabkan
masih belum optimalnya sosialisasi serta belum siapnya pelaku usaha, dan
kurang komitmenya berbagai pihak dalam pelaksanaannya.Oleh karena itu
pelaksanaan pengembangan produk hortikultura tidak boleh terlepas dari
kebijakan yang terkait, harus terpadu dan terintegrasi.
Pengembangan potensi tanaman hortikultura selain menghadapi
kendala interen dalam pengembangan kedepan juga tidak lepas dari berbagai
tantangan dilapangan, antara lain adanya daya saing produk baik kualitas
maupun kuantitas, agroekologi, harga serta kestabilan pasokan, pemuliaan
dan perlindungan varietas, penyediaan lahan, infrastruktur yang mendukung
13

produk pasca panen, permodalan, memelihara keterkaitan strategis lokal,


baik regional dan Internasional. Adanya krisis global bias berakibat
menurunya permintaan serta menurunya pengembangan eksport.
Globalisasi perdagangan pasar dunia menuntut peningkatan daya saing
produk hortikultura Indonesia.Hal ini tercermin adanya WTO, FTA, AFTA,
AANZ, IJ-EPA. Dengan adanya perjanjian tersebut di atas hambatan harga
menjadi tidak popular lagi , dan kebanyakan Negara menggunakan
hambatan non tarif, seperti SPS (Sanitary and Phitosanitary), ROO (Rules of
Origin) Standart International (Codex, Europe – Gap, Asean Standard),
CBD (Convention of Bodevirsity), CDM (Clean Development
Mechanishm), akibatnya produk Indonesia mengalami hambatan dalam
mengakses pasar Internasional dan mengalami kesulitan membendung
masuknya produk import. Untuk itu perlu dibangun system perdagangan
yang mampu meningkatkan daya saing produk hortikultura Indonesia.
Karena jika kualitas produk hortikultura tidak mampu bersaing dengan
produk dari luar negeri, maka lambat laun Indonesia akan semakin dibanjiri
oleh produk import yang akan semkin menenggelamkan produk hortikultura
dalam negeri.
Komoditas Hortikultura mempunyai nilai tinggi dalam bentuk segar,
namun demikian produk hortikultura secara umum cepat rusak sehingga
memerlukan penanganan khusus untuk menjaga kualitas produk.
Penanganan pasca panen yang meliputi sortasi, grading (pengkelasan) dan
pengemasan sangatlah penting, hal ini terkait dengan upaya
mempertahankan mutu produk. Pengelolaan primer di tingkat petani serta
pegelolaan ditingkat industri perlu menerapkan cara pengelolaan yang baik
(Good Manufacturing Practises/GMP).
Produk Hortikultura merupakan produk yang cepat rusak (kehilangan
berat dan kualitas), secara umum produk hortikultura yang telah dipanen
sebelum sampai kepada konsumen atau dalam masa penyimpanan dapat
rusak yang disebahkan oleh kehilangan air dari produk yang telah dipanen.
Jika kehilangan air tersebut dalam jumlah relative kecil maka masih bisa
ditolelir dan tidak menyebabkan kerugian tetapi jika kehilangan air dari
14

produk yang telah dipanen tsb dalam jumlah besar akan menyebabkan
produk hasil panen menjadi layu, dan bahkan dapat mengakibatkan produk
hortikultura tersebut menjadi mengkerut. Oleh karena itu pengangkutan
menjadi sangat penting untuk menjamin distribusi cepat dan tepat sampai
ditujuan dengan minimalisir tingkat kerusakan, artinya system pengangkutan
yang buruk dapat menghilangkan sebagian atau keseluruhan nilai produk ,
sehingga penyimpanan produk harus ditangani secara baik untuk
mengurangi turunya mutu dan nilai produk melalui penerapan Good
Handling Practices / GHP.
Kelembapan yang tinggi pada penyimpanan sering menyebabkan
munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura, yang berakibat
penampilan produk menjadi kurang menarik, sehingga pada proses
penyimpanan agar produk hortikultura tidak cepat mengalami kerusakan
perlu diperhatikan adanya sanitasi pada seluruh ruangan penyimpanan,
lancarnya sirkulasi udara pada ruang penyimpanan, mengurangi
pengembunan pada produk yang dikemas, penguapan pada tempat
penyimpanan dengan menggunakan uap panas atau bahan kimia dengan
standar aman Sodium Hypochlorit/ trisodium Phosphat, larutan Calsium
hipochlorit.
Dalam rangka mengoptimalkan potensi dan prospek hortikultura
Nasional diperlukan arah dan kebijakan pengembangan hortikultura secara
holistic dan terpadu mulai dari sektor ke hulu.Penyediaan sarana dan
prasarana pendukung dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders), yang terdiri dari petani, pedagang dalam negeri, eksportir
dan importer. Peran utama Pemerintah adalah membangun iklim usaha
sebagai fasilitator, regulator, dinamisator, dan pemantauan serta pengawasan
sehingga masing-masing pelaku dapat bekerja dan berinteraksi secara
maksimal dan terpadu melalui pengembangan kawasan Agribisnis, penataan
rantai pasokan (supply chain management), penerapan budidaya pertanian
sesuai dengan SOP, fasilitasi terpadu Investasi Hortikultura, pengembangan
kelembagaan usaha. Pengembangan hortikultura di Indonesia memiliki
prospek yang sangat baik, oleh karena itu sebaiknya masyarakat pemerintah,
15

peneliti, dan lembaga pendidikan terkhusus di bidang pertanian lebih giat


dan berupaya dalam pengembangan hortikultura agar dapat bersaing dengan
produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

II.4. Kebijakan Pemerintah Dalam Pertanian Hortikultura


Dalam pelaksanaan pertanian hortikultura petani banyak menemui
kendala. Kendala-kendala tersebut diharapkan dapat ditekan seminimal
mungkin. Pemerintah dalam hal ini pun tidak diam saja, melainkan
melakukan berbagai upaya, hal ini terlihat oleh adanya beberapa kebijakan,
antara lain:
1) Pembagian Wilayah Pengembangan
Indonesia dapat dibedakan atas 2 wilayah pengembangan, yaitu
wilayah basah dan wilayah kering. Dengan demikian setiap dataran
rendah atau dataran tinggi dapat merupakan daerah dengan tipe basah
ataupun tipe kering, tergantung pada agroklimatnya. Posisi Indonesia
yang terletak antara 95-141o Bujur Timur, sangat dipengaruhi oleh
datang dan berakhirnya musim hujan dan musim kemarau,
mengakibatkan setiap daerah mempunyai musim yang tidak sama, dan
musim panen berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya.

2) Komoditas Pengembangan
a) Pengembangan untuk mengurangi impor
Tanaman buah-buahan yang dikembangkan untuk tujuan ini antara
lain adalah apel, jeruk, dan anggur. Tanaman sayuran meliputi
bawang merah, bawang putih, kentang, kol, dan cabe. Sedangkan
tanaman hias terdiri dari anggrek, chrysanthemum, gerbera, dan
anyelir. Pada kenyataannya impor hortikultura sulit dihindari dan
sering kali terdapat kendala untuk menguranginya, karena
menyangkut kebiasaan konsumen yang selalu ingin merasakan buah
yang jarang dinikmati setiap hari. Misal: kurma, kiwi, pear, anggur,
dan lain-lain.
b) Pengembangan untuk ekspor
16

Berbagai jenis buah-buahan yang akan ditingkatkan ekspornya antara


lain adalah pisang, mangga, rambutan, durian, salak, alpukat, sirsak,
dan lainlain. Jenis sayuran antara lain kentang, cabe, kol, tomat,
jamur, asparagus, dan rebung. Sedangkan tanaman hias adalah
anggrek, heliconia, dracaena, dan lain-lain.
c) Pengembangan untuk kebutuhan dalam negeri
Pengembangan hortikultura yang esensial ditujukan adalah untuk
meningkatkan konsumsi hasil hortikultura bagi masyarakat dalam
negeri. Seluruh jenis tanaman hortikultura yang dikembangkan
diusahakan untuk dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri
yang terus meningkat ini. Pemasaran hortikultura di luar negeri akan
dapat memberikan peluang yang baik, kalau kita dapat mengetahui
keadaan musim dan permintaannya.

3) Prioritas Pengembangan
Kebijaksanaan pemerintah terhadap penentuan jenis komoditas
hortikultura yang mendapat prioritas untuk dikembangkan, setiap
periode berbeda. Pada tahun 2002, pengembangan hortikultura mengacu
kepada program pembangunan Departemen Pertanian melalui dua
program utama, yaitu: a. Program pengembangan agribisnis, dan b.
Program peningkatan ketahanan pangan, dengan penekanan pada
program pengembangan agribisnis hortikultura.

4) Tataniaga/Pemasaran
Pakjun’91 (Paket Deregulasi Juni 1991) menyatakan impor seluruh
jenis hortikultura dapat dilaksanakan oleh semua importir, kecuali untuk
bawang putih, bawang merah, bawang bombai, bawang bakung/prei, dan
sayuran sejenis lainnya.

5) Informasi Harga
17

Pada prinsipnya kegiatan informasi harga bertujuan untuk:


a) Meningkatkan kekuatan tawar menawar petani agar dapat
meningkatkan pendapatannya.
b) Mengurangi fluktuasi harga dan mengurangi risiko pemasaran dari
para pelaku pasar.
c) Meningkatkan perdagangan antardaerah.

6) Penelitian Bidang-bidang penelitian hortikultura diarahkan pada:


a) Perbaikan varietas, melalui seleksi plasma nutfah, introduksi, mutasi
genetik, perwilayahan komoditas, dan lain-lain.
b) Pengembangan teknologi budidaya, melalui penyediaan bibit unggul
bermutu dengan teknik perbanyakan cepat dan efisien, efisiensi
pemupukan, pengairan, perlindungan tanaman, dan lain-lain.
c) Penanganan pasca panen, melalui usaha peningkatan mutu hasil,
penanganan produk untuk pemasaran dan ekspor, aplikasi bahan
kimia, dan lain-lain.
d) Sosial ekonomi, berupa analisis finansial usahatani, monitoring
harga, dan pendapatan petani/pedagang, dan lain-lain.

Kebijakan pertanian periode 2020 – 2024 yang mengacu pada


kebijakan nasional dalam RPJMN diarahkan untuk mendukung ketahanan
pangan, pertumbuhan ekonomi termasuk memperhatikan kesejahteraan
keluarga petani dan memperhatikan keberlanjutan sumber daya pertanian.
Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan maka
Kementerian Pertanian menetapkan 5 (lima) arah kebijakan berikut:
1. Terjaganya ketahanan pangan nasional
2. Meningkatnya nilai tambah dan daya saing pertanian
3. Menjaga keberlanjutan sumberdaya pertanian serta tersedianya prasarana
dan sarana pertanian
4. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pertanian (SDM),
5. Terwujudnya reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintah yang
berorientasi pada layanan prima.
18

Arah kebijakan pertanian tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam


Strategi Kementerian Pertanian sebagai berikut :
1. strategi untuk menjaga ketahanan pangan nasional agar stabilnya
pasokan pangan, akses pangan yang mudah dan murah serta distribusi
pangan yang lancar.
2. Strategi dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian
3. Strategi dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya pertanian serta
tersedianya prasarana dan sarana pertanian
4. Strategi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pertanian
5. Terwujudnya reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintah yang
berorientasi pada layanan prima.

II.5. Hubungan Perkembangan Pertanian Hortikultura Dengan


Pembangunan
Pengertian pembangunan dapat dijelaskan dengan menggunkan dua
pandangan yang berbeda yaitu pembangunan tradisional dan pembangunan
modern.Pembangunan tradisional diartikan sebagai berbagai upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
ditingkat nasional atau PDRB ditingkat daerah. Pembangunan modern
diartikan sebagai upaya pembangunan yang tidak lagi menitikberatkan pada
pencapaian pertumbuhan PDB sebagai tujuan akhir,melainkan pengurangan
tingkat kemiskinan yang terjadi,penanggulangan ketimpangan pendapatan
serta penyediaan lapangan kerja yang mampu menyerap angkatan kerja
produktif (Widodo,2006).
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting
karena sebagian anggota masyarkat dinegara-negara miskin
menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengan
sungguh-sungguh memperhatikan kesejahtraan masyarakatnya maka
satusatunya cara adalah dengan memperhatikan kesejahtraan masyarakatnya.
Maka satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahtraan sebagian
besar anggota masyarakatnya yang hidup disektor pertanian itu.cara itu bisa
19

ditempuh dengan jalan meningkatkan produksi tanaman pangan dan


tanaman perdagangan mereka dan atau meningkatkan harga yang mereka
terima atas produk-produk yang mereka hasilkan (Arsyad,1992).
Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional
adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, mengembangkan
usaha professional yang efektif dan efisien serta mampu bersaing di pasar
bebas, baik dalam negeri maupun luar negeri sehingga punya kontribusi
terhadap perekonomian daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan &
Hortikultura Provinsi Sumatera Barat 2010).
Salah satu kegiatan di bidang pertanian yang memberikan kontribusi
adalah usahatani hortikultura. Hortikultura adalah salah satu sumber
pertumbuhan baru pertanian yang sangat diharapkan peranannya dalam
menunjang pembangunan ekonomi nasional. Komoditas hortikultura
merupakan salah satu komoditas pertanian yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan, bahkan kini disadari bahwa komoditas hortikultura di
Indonesia memiliki prospek pengembangan yang sangat baik karena
memiliki nilai ekonomis yang tinggi serta potensi pasar yang terbuka lebar
dari dalam hingga luar negeri. Disamping itu budidaya tanaman hortikultura
tropis dan subtropis sangat memungkinkan untuk dikembangkan di
Indonesia karena tersedianya keragaman agroklimat dan karakteristik lahan
dan sebaran wilayah yang luas (Zulkarnain, 2010:1).
Menurut Badan Litbang Pertanian (2016), kontribusi subsektor
hortikulutura dalam pembangunan pertanian dapat dilihat dari beberapa
indikator, salah datunya adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu,
indikator lain yang mencerminkan kontribusi subsektor hortikultura seperti
nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, nulai tukar petani, peningkatan gizi
dan perbaikan estetika lingkungan juga mengalami peningkatan. Peran
strategis subsektor hortikultura harus terus ditingkatkan mengingat potensi
pasar komoditas ini baik domestik maupun pasar internasional masih sangat
tinggi. Kontribusi PDB sektor pertanian menempati urutan kedua setelah
sektor industri yaitu sebesar 14,11% pada tahun 2016 (BPS, 2016).
20

Untuk subsektor hortikultura kontribusi PDB terus meningkat yang


ditandai dengan konsumen yang semakin menyadari arti penting produk
hortikultura bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan semata, tetapi
juga mempunyai manfaat untuk kesehatan, estetika dan menjaga lingkungan
hidup (Dirjen Hortikultura, 2016).
Pembangunan hortikultura yang meliputi tanaman sayur-sayuran,
tanaman hias, buah-buahan dan obat-obatan merupakan komoditas yang
sangat prospektif untuk dikembangkan karena mengingat potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, ketersediaan teknologi serta potensi
serapan pasar yang terus meningkat. Dengan meningkatnya pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat mendorong peningkatan kemampuan daya beli
dan preferensi permintaan masyarakat terhadap komoditas tanaman
hortikultura dalam rangka diversifikasi konsumsi dan peningkatan gizi
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera
Barat, 2008).
21

III. PENUTUP

III.1.Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini
menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu :
1. Perkembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek atau peluang
yang baik dikarenakan tingkat konsumsi di masyarakat terkhusus
masyarakat domestik yang semakin meningkat dan di Indonesia
memiliki keadaan lingkungan yang bersahabat.
2. Jumlah penduduk Indonesia yang besar sesungguhnya merupakan
peluang bagi pasar domestik yang potensial apabila promosi akan
pentingnya mengkonsumsi produk hortikultura yang meliputi,
pengetahuan, apresiasi serta taraf hidup masyarakat bisa ditingkatkan.
3. Tantangan atau permasalahan yang di hadapi untuk pengembangan
hortikultura di Indonesia di karenakan pembinaan teknis belum optimal,
kapasistas SDM belum memadai, kelembagaan hortikultura masih
lemah,pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang
oleh keragaman jenis atau varietas, serta Penerapan Inovasi Teknologi
belum optimal.
4. Kebijakan pemerintah dalam pertanian hortikultura dapat dilihat dari
beberapa kebijakan, antara lain:
a) Pembangunan wilayah pembangunan
b) Komoditas Pengembangan
 Pengembangan untuk mengurangi impor
 Pengembangan untuk ekspor
 Pengembangan untuk kebutuhan dalam negeri
c) Prioritas Pengembangan
d) Tataniaga / Pemasaran
e) Informasi harga
f) Penelitian bidang-bidang pertanian hortikultura
5. Pembangunan hortikultura mampu menghasilkan produk hortikultura
yang berdaya saing, mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan
22

pendapatan petani dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta


mendukung pertumbuhan pendapatan nasional.

III.2.Saran
Pengembangan hortikultura di Indonesia memiliki prospek yang sangat
baik, oleh karena itu sebaiknya masyarakat, pemerintah, peneliti, dan
lembaga pendidikan terkhusus di bidang pertanian lebih giat dan berupaya
dalam pengembangan hortikultura agar dapat bersaing dengan produk luar
dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
23

DAFTAR PUSTAKA

Adams C,R. 1995 principles of horticulture, london butterworth heinmann Ltd


204p.
Ade S. 2002. Bahan kuliah Botani Bandung: Fakultas pertanian unpad.
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci. 2015. Data Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2011 – 2014. Kerinci : Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2015. Statistik Hortikultura Tahun 2014.
Direktorat Jenderal Hortikultura. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Edi, Syafri dan Bobihoe. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Teknologi
Pertanian Jambi. Kementrian pertanian. Jambi.59 hal.
Kebijaksanaan Pengembangan Hortikultura di Indonesia dalam Pelita VI. Seminar
dan Konggres PERHORTI. Malang 20-21 Nopember 1993
Mirsadiq. 2012. Hortikultura. http://mirsadiq.wordpress.com/2012/01/08/
hortikultura-2/. Diakses pada 12 Juni 2016.
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Notodimedjo, Soewarno. 1997. Strategi Pengembangan Hortikultura Khususnya
Buah buahan dalam menyongsong Era Pasar Bebas. Pidato Pengukuhan
Guru Besar dalam Ilmu Hortikultura, Fak. Pertanian Unibraw, Malang.
Siswono Yudohusodo, 1999. Upaya Pemberdayaan Petani sebagai Faktor Utama
Program Pembangunan Nasional. Gerakan Terpadu Peduli Pertanian,
Undip Semarang.
Wartaekonomi.co.id. 2019. Meneropong Kontribusi Subsektor Hortikultura di
Indonesia.
https://www.wartaekonomi.co.id/read248609/meneropong-kontribusi-
subsektor-hortikultura-di-indonesia (diakses pada tanggal 13 Maret 2021)

Zulkarnain. 2010. Dasar – Dasar Hortikultura. Jakarta : Bumi Aksara.335 hal.

Anda mungkin juga menyukai