Anda di halaman 1dari 58

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di dalam suatu kegiatan pertanian tidak terlepas dari perihal usahatani. Pada kegiatan usaha tani dibahas mengenai cara petani di dalam menggunakan sumber daya yang ada seefisien dan seefektif mungkin untuk memperoleh keuntungan yang optimal dalam kurun waktu tertentu di dalam usahataninya. Di Indonesia pada umumnya kegiatan usahatani dilakukan oleh petani seiring dengan kehidupan sehari-harinya, selain itu tenaga kerja yang digunakan biasanya adalah tenaga kerja dalam keluarga. Dengan demikian, kegiatan usahatani dan aktivitas rumah tangga petani merupakan dua hal yang saling berkaitan. Di samping hal tersebut, keputusan-keputusan yang diambil oleh petani untuk kegiatan usahataninya sering kali dipengaruhi oleh kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan setempat, serta berorientasi pada keluarga. Banyak hal yang harus diketahui di dalam mempelajari usahatani. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan kegiatan usahatani. Kegiatan usahatani yang dilakukan oleh seorang petani tidak terlepas dari sejarah yang timbul pada negaranya dan lingkungan tempat tinggalnya. Sejarah pertanian yang ada di wilayah tempat petani tinggal, mencakup semua kegiatan pertanian yang pernah dilakukan di tempat tersebut dan bagaimana pengaruh dari berbagai faktor membentuk sistem pertanian dan usahatani yang ada di tempat tersebut. Pada akhirnya sejarah pertanian yang ada akan membantu petani dalam menentukan komoditas yang ia tanam dan praktek kegiatan pertaniannya sehingga sejarah pertanian mempengaruhi kegiatan bercocok tanam yang dilakukan oleh petani. Pada akhirnya sistem kegiatan bercocok tanam dan pola pikir petani akan mempengaruhi pendapatannya yang diperoleh dari usahatani, kelayakannya, serta cara pemasaran hasil panennya. Hal lain yang perlu dicermati dalam mengenal usahatani adalah lembaga petani dan transek. Kelembagaan petani berperan dalam membantu petani memperoleh pengetahuan, informasi, maupun bantuan untuk mendukung kegiatan usahataninya. Transek (teknik penelusuran lokasi) dapat membantu dalam memperoleh gambaran keadaan sumber daya alam masyarakat, berbagai masalah dan perubahan keadaan, serta berbagai potensi yang ada. Dengan demikian, transek dapat membantu untuk melihat dengan jelas kondisi alam dan rumitnya sistem pertanian serta pemeliharaan sumber daya alam yang dijalankan oleh 1

petani sebagai masyarakat tempat tersebut. Dengan demikian, untuk memahami lebih dalam mengenai kegiatan usahatani, maka dilaksanakan praktikum survey usahatani, rumah tangga, dan keluarga petani di pedesaan. 1.2 Tujuan Tujuan dilaksanakannya praktikum adalah untuk: 1.2.1 Mengetahui sejarah usahatani di daerah objek praktikum 1.2.2 Mengetahui transek desa 1.2.3 Mengetahui profil petani responden dan memahami kehidupan keseharian petani 1.2.4 Menganalisis usahatani petani responden 1.2.5 Menganalisis kelayakan usahatani petani responden 1.2.6 Mengetahui pemasaran hasil pertanian yang dilakukan petani responden 1.2.7 Mengetahui kelembagaan petani di daerah objek praktikum 1.2.8 Mengetahui kendala dalam usahatani di daerah objek praktikum 1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah dapat menambah wawasan dan mengetahui berbagai hal yang mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani serta mampu menganalisis usahatani dan kelayakannya.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Usahatani Menurut Soekartawi (1995) bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut mengeluarkan output yang melebihi input. Menurut Adiwilaga (1982), ilmu usahatani adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan orang melakukan pertanian dan permasalahan yang ditinjau secara khusus dari kedudukan pengusahanya sendiri atau Ilmu usahatani yaitu menyelidiki cara-cara seorang petani sebagai pengusaha dalam menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu. Sebaliknya menurut Mosher (1968), Usahatani merupakan pertanian rakyat dari perkataan farm dalam bahasa Inggris. Dr. Mosher memberikan definisi farm sebagai suatu tempat atau sebagian dari permukaan bumi di mana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau manajer yang digaji. Atau usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air, perbaikan- perbaikan yang dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah itu dan sebagainya. Sedangkan menurut Kadarsan (1993), Usahatani adalah suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen. Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat bertahan hidup. Untuk memenuhi keperluan hidup, masyarakat menanam apa saja yang diperlukan, awalnya

adalah umbi-umbian. Masyarakat berfikir sederhana bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat, hewan dan sebagainya. Dari pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan muncul kelompok manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan bercocok tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan menggembalakan ternak. Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam akan mencari lahan yang gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Begitu juga kelompok masyarakat yang memelihara ternak. Sebelumnya mereka menanam gandum yang mudah hidup. Padilah yang sejenis paling cocok bagi mereka, karena padi dapat tumbuh baik di lahan kering maupun tergenang air. Kelompok masyarakat tersebut berkelompok di satu tempat, tetapi belum mempunyai tempat bermukim secara tepat (permanen). Kalau tanah pertaniannya mulai merosot kesuburannya, maka seluruh kelompok tersebut berpindah lahan pertanian, sehingga berpindah pula tempat bermukim. Mereka membuka tanah baru lagi, bisa tanah hutan atau tanah padang rumput. Setiap tiga tahun mereka berpindah, sistem pertanian tersebut dikenal dengan nama berladang yang berpindahpindah (shifting cultivation). Lahan yang ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali subur. Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat yang tetap, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan kemudian juga diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang berpindah diatas tanah kering terbukti dapat tumbuh baik ditempat-tempat yang tergenang air, bahkan produksinya lebih tinggi dari padi alang. Pada persawahan ini belum mengenal bajak, pengolahan tanah dikenal dengan cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi lumpur. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan nama kampong walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara berladang yang berpindah-pindah belum ditinggalkan,namun ada perubahan yang terjadi dalam pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian, daundaunan dan buah-buahan. Pengusahaan jenis tanaman tersebut dilakukan jika disekeliling tempat tinggal sehingga dengan demikian lahir sistem usaha tani pekarangan, sedangkan yang semula diusahakan secara berladang mulai dijadikan tegalan yang permanen. Untuk selanjutnya usaha pertanian menjalar ke semua arah, baik kearah pegunungan maupun kearah pantai-pantai laut. Dengan bertambahnya penduduk bertambah pula keperluan akan tanah pertanian dan jenis tanaman. Perluasan tanah 4

pertanian melebar kedaerah-daerah pegunungan dan kedaerah-daerah pantai (Shinta, 2011). Secara singkat, sejarah dan perkembangan usahatani dibagi menjadi 5 kelompok yaitu : a. Pengumpul, yaitu kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara mengumpulkan apa-apa yang dihasilkan oleh alam berupa hasil-hasil hutan, mineralmineral serta kekayaan laut. Pada taraf pengumpul ini manusia dalam berusa untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dari usahataninya. Pada taraf pengumpul ini tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga . berarti semakin banyak onggok keluarga maka semakin semakin banyak pula yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. b. Pertanian, yaitu kegiatan manusia untuk mengembangbiakan tumbuh-tumbuhan ataupun hewan dengan maksud agar tumbuh-tumbuhan dan hewan tersebut dapat lebih baik dalam memenuhi kebutuhan manusia. Lebih baik dalam artian kuantitatif, kualitatif dan ekonomis. Artinya dengan biaya produksi yang lebih murah diperoleh jumlah produksi yang lebih banyak, rasa dan mutu lebi baik serta tahan lama. Pada taraf ini manusia mulai berusaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas desertai dengan pertimbangan yang ekonomis. c. Perindustrian, yaitu kegiatan manusia untuk merubah bentuk dari hasil pertanian sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia yang lebih baik. Industry ini ada beberapa jenis, yang paling sederhana yaitu mengubah bentuk hasil pertanian yang biasanya hanya dikelola dengan menggunakan tangan diubah menjadi menggunakan mesin yang dikendalikan oleh manusia secara automatis. d. Perdagangan, yaitu kegiatan manusia untuk merubah tempat, waktu serta kepemilikan hasil pertanian dari kelompok pengumpul pertanian dan industry sepaya hasil tersebut lebih baik untuk memenuhi kebutuhan manusia. Hasil pertanian paada umumnya berada di pedesaan, sedangkan sebagian besar konsumen berada di perkotaan, dengan perdagangan inilah yang menghubungkan antara produsen dan konsumen. Kegiatan perdagangan meliputi kegiatan sortasi (pengumpulan hasil-hasil pertanian di pedesaan), menyimpan, pengangkutan dan lain sebagainya. e. Jasa-jasa yang lain, yaitu kegiatan manusia untuk memperlancar kegiatan terdahulu. (Riyanto, 2010)

2.2 Transek Desa Transek adalah penelusuran lokasi dengan tujuan pengamatan & pengumpulan informasi langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Keterkaitan antara manusia dan lingkungan alam di level desa adalah sangat erat, ditandai dengan kehidupan masyarakat yang bergantung pada pemanfaatan sumber daya alam disekitarnya lebih besar pada orientasi Produksi desa). ketimbang karena Jasa itu (sumber teknik

kehidupan/matapencaharian

masyarakat

Oleh

transek/penelusuran lokasi menjadi penting untuk lebih memahami hubungan manusia dan alam lingkungannya. (Modul praktik kerja,2012)

2.2.1 Lingkup Informasi Melalui tehnik transek desa diharapkan diperoleh informasi terkait sumber daya alam (yang dimanfaatkan maupun yang belum/tidak dimanfaatkan), masalah, perubahan yang terjadi & potensinya.

2.2.2 Tujuan Memfasilitasi masyarakat untuk lebih memahami keadaan sumber daya, masalah yang dihadapi dan gagasan/harapan masyarakat terhadap potensi yang dimilikinya.

2.2.3 Manfaat 1. Bagi masyarakat ; hal ini akan menimbulkan perasaan senang karena upaya/inisiatif mereka dapat diperkenalkan/diperlihatkan secara langsung pekerjaan, keadaan, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada orang luar. 2. Bagi orang luar ; membantu melihat dengan jelas kondisi alam dan belajar/memahami tentang cara masyarakat dalam mengelola/memanfaatkan sumber daya, fakta dan perubahan yang telah terjadi.

2.2.4 Langkahlangkah (1) Persiapan

Persiapan pelaksanaan kegiatan transek yang sebaiknya secara khusus diperhatikan adalah mempersiapkan tim, menentukan kapan akan dilakukan penelusuran lokasi. Juga dipersiapkan alatalat tulis, kertas lebar (plano), karton warnawarni. Juga akan menyenangkan apabila membawa perbekalan (makanan, minuman). (2) Pelaksanaan a. Sebelum berangkat, bahas kembali maksud dan tujuan kegiatan penelusuran lokasi serta proses kegiatan yang akan dilakukan. b. Sepakati bersama peserta, lokasilokasi penting yang akan dikunjungi serta topiktopik kajian yang akan dilakukan. Setelah itu, sepakati lintasan penelusuran. c. Sepakati titik awal perjalanan (lokasi pertama), biasanya diambil dari titik terdekat dengan kita berda pada saat itu. d. Lakukan perjalanan dan amati keadaan disepanjang perjalanan. Biarkan petani (masyarakat) menunjuan halhal yang dianggap penting untuk diperlihatkan dan dibahas keadaannya. Diskusikan keadaan sumberdaya tersebut dan amati dengan seksama. e. Buatlah catatancatatan hasil diskusi di setiap lokasi (tugas anggota Tim yang menjadi pencatat).

(3) Setelah Perjalanan a. Bisa saja selama berhenti di lokasilokasi tertentu, gambar bagan transek dibuat untuk setiap bagian lintasan yang sudah ditelusuri. Tetapi, yang sering terjadi adalah pembuatan bagan setelah seluruh lintasan ditelusuri. Langkahlangkah kegiatannya adalah sbb: Jelaskan cara dan proses membuat bagan. Buat lambang atau simbolsimbol yang akan dipergunakan untuk menggambar bagan transek. Catat simbolsimbol tersebut beserta artinya di sudut kertas. Pergunakan spidol berwarna agar jelas dan menarik. Gambarkan kembali hasil penelusuran diatas kertas agar dapat dilihat kembali oleh orang lain dan dilengkapi informasinya dengan memperhatikan catatan kecil yang telah dibuat selama perjalanan (Modul praktik kerja,2012) 7

2.2.4 Contoh Transek Desa

Sumber ( Agroekosistem Desa Warbederi)

2.3 Profil Usahatani 2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia Dengan wilayah yang luas, serta ditambah lagi dengan lahan pertanian yang luas, dengan penduduknya sebagian besar adalah tani atau mata pencariannya adalah dengan bertani maka Indonesia merupakan negara yang agraris, yang menempatkan pertanian sebagai potensi yang paling dominan. Pertanian di Indonesia merupakan sektor yang paling penting di antara yang lainya. Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti tetap tegak dan bertahan dari terpaan gelombang krisis moneter. Sedangkan sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami kebangkrutan. Peran sektor pertanian dalam

perekonomian nasional dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk), sumber devisa negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan nasional. Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian, dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan terwujudnya kesejahteraan rakyat dan keadilan social secara menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu sendiri. Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. b.

Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah

c. d.

Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil, maka telah

disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986). Pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil didefinisikan sebagai berikut :
a.

Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahun

b.

Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah untuk di Pulau Jawa atau 0,5 ha di luar Pulau Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di P. Jawa dan 1,0 ha di luar P.Jawa.

c. d.

Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis. Dari segi otonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah

terbatasnya sumberdaya dasar tempat petani tersebut berusahatani. Pada umumnya 9

mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal. Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang sebagai kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil, sehingga tiap-tiap petani tersebut mempunyai sistem usahatani yang unik. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitian-penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan berbagai karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan. Selain masing-masing petani memiliki sistem usahatani yang unik, juga agroekosistemnya, suatu kombinasi sumber daya fisik dan biologis seperti bentukbentuk lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan. Dengan mengalokasikan sumber daya tersebut, petani melakukan proses produksi agar dapat terus menghasilkan produk baik berupa fisik maupun uang. Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan 10

kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia (Riana, 2012). Dengan melihat ciri-ciri petani kecil di atas, mempelajari usahatani merupakan salah satu cara untuk melihat, menafsirkan, menganalisa, memikirkan dan berbuat sesuatu (penyuluhan, penelitian, kunjungan, kebijakan dll) untuk keluarga tani dan penduduk desa yang lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Kesulitan utama dalam menganalisis perekonomian rumah tangga tani di negara berkembang seperti Indonesia karena, Sifat dwifungsinya : produksi dan konsumsi yang kadang tidak terpisahkan, serta kuatnya peranan desa sebagai unit organisasi sosial dan perekonomian. 2.3.2 Tinjauan tentang Komoditas Pertanian

Gambar 1. Padi (Oryza sativa spp.)(Prihatman, 2000)

a.

Sejarah dan Manfaat Tanaman Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Beras merupakan makanan sumber karbohidrat yang utama di kebanyakan Negara Asia. Negara-negara lain seperti di benua Eropa, Australia dan Amerika mengkonsumsi beras dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada negara Asia. Selain itu jerami padi dapat digunakan sebagai penutup tanah pada suatu usahatani.

11

b.

Jenis Tanaman Klasifikasi botani tanaman padi adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monotyledonae Famili : Gramineae (Poaceae) Genus : Oryza Spesies : Oryza spp. Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan. Varitas unggul nasional berasal dari Bogor: Pelita I/1, Pelita I/2, Adil dan Makmur (dataran tinggi), Gemar, Gati, GH 19, GH 34 dan GH 120 (dataran rendah). Varitas unggul introduksi dari International Rice Research Institute (IRRI) Filipina adalah jenis IR atau PB yaitu IR 22, IR 14, IR 46 dan IR 54 (dataran rendah); PB32, PB 34, PB 36 dan PB 48 (dataran rendah).

c.

Syarat Tumbuh Iklim a) Tumbuh di daerah tropis/subtropis pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan. b) Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 15002000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan kurang intensif. c) Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperature 22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan temperatur 19-23 derajat C.

12

d) Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan. e) Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman. Media Tanam a) Padi Gogo 1. Padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara. 2. Memerlukan ketebalan tanah 25 cm, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus,

berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%. 3. Keasaman tanah bervariasi dari 4,0 sampai 8,0. b) Padi Sawah 1. Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. 2. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 1822 cm. 3. Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami

penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus. Ketinggian Tempat Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan tinggi.

d.

Pedoman Budidaya

13

Pembibitan a) Persyaratan Benih yang Baik 1. Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami, kerikil, tanah dan hama gudang. 2. 3. 4. b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah. Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya. Daya perkecambahan 80%.

Penyiapan Benih Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.

c)

Teknik Penyemaian Benih 1. Padi sawah Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian, taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi. 2. Padi gogo Benih langsung ditanam di ladang.

d)

Pemeliharaan Pembibitan Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada hari ke 10.

e)

Pemindahan Bibit Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, serta tidak terserang hama dan penyakit.

14

Pengolahan Media Tanam a) Pengolahan lahan padi sawah Bersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar. Perbaiki pematang serta cangkul sudut petak sawah yang sukar dikerjakan dengan bajak. Bajak sawah untuk membalik tanah dan memasukkan bahan organik yang ada di permukaan. Pembajakan pertama dilakukan pada awal musim tanam dan dibiarkan 2-3 hari setelah itu dilakukan pembajakan ke dua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam. Ratakan permukaan tanah sawah, dan hancurkan gumpalan tanah dengan cara menggaru. Permukaan tanah yang rata dapat dibuktikan dengan melihat permukaan air di dalam petak sawah yang merata. Lereng yang curam dibuat teras memanjang dengan petakpetak yang dibatasi oleh pematang agar permukaan tanah merata. b) Pengolahan lahan padi gogo Waktu yang tepat adalah di akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan. Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut: Lahan dibersihkan dari tanaman penggangu dan rumput sambil memperbaiki pematang dan saluran drainase. Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm, tanah dibalik. Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20 ton/ha. Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan. Tanah dibiarkan sampai hujan turun. Teknik Penanaman Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija. Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan

15

beririgasi, biasanya setelah satu tahun menanam padi. Untuk meningkatkan produktivitas lahan, seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya, misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo di antara ubi kayu dan kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang sari ditanam di pematang sawah, biasanya berupa kacang-kacangan. Penanaman a) Penanaman Padi Sawah Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x 22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm. b) Penanaman Padi Gogo Penanaman dilakukan pada awal musim hujan setelah dua atau tiga kali turun hujan di bulan Oktober-November. Penanaman dilakukan dengan cara di dalam lubang tanam dengan kedalaman lubang 3-5 cm dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Satu lubang diisi dengan 5-7 butir benih dan ditutup dengan pupuk kandang dan abu, debu atau tanah halus. Sedangkan penanaman di dalam larikan terlebih dahulu dibuat alur tanam dengan bantuan kayu berujung runcing dengan jarak antar aluran 60 cm dan kedalaman 3 cm. Benih ditaburkan ke dalam aluran. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman padi sawah antara lain penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pengairan, serta pemupukan. Sedangkan pemeliharaan tanaman padi gogo antara lain penyiangan dan pembumbunan, penyulaman, serta pemupukan. Untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman dapat dilakukan secara kimia dengan penyemprotan pestisida sebanyak 1-2 minggu sekali tergantung dari intensitas serangan.

16

e.

Panen Padi siap panen: 95 % butir sudah menguning (33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau, kadar air gabah 21-26 %, butir hijau rendah. Cara panen yaitu keringkan sawah 7-10 hari sebelum panen, gunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder, panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan selama 6 jam untuk 1 hektar. Dengan penanaman dan pemeliharaan yang intensif, diharapkan produksi mencapai 7 ton/ha. Saat ini hasil yang didapat hanya 4-5 ton/ha.

f.

Pascapanen Perontokan. Lakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak ( 60 jam orang untuk 1 hektar), dihempas/dibanting ( 16 jam orang untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam orang untuk 1 hektar hasil panen. Pembersihan. Bersihkan gabah dengan cara diayak/ditapi atau dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3 %. Jemur gabah selama 3-4 hari selama 3 jam per hari sampai kadar airnya 14 %. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman. Penyimpanan. Gabah dimasukkan ke dalam karung bersih dan jauhkan dari beras karena dapat tertulari hama beras. Gabah siap dibawa ke tempat penggilingan beras (huller). (Prihatman, 2000)

17

2.4 Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani 2.4.1 Analisa Biaya Pembiayaan berarti mencari dan mengurus modal uang yang berkaitan dengan transaksi-transaksi dalam arus barang dari sektor produsen sampai konsumen. Pembiayaan dalam pemasaran sangat penting karena adanya perbedaan waktu antara penjualan dari produsen dan pembelian dari konsumen. Waktu yang diperlukan tersebut terkadang sangat lama, karena itu pembiayaan sangat penting karena produsen ingin menerima pembayaran langsung saat ini setelah menyerahkan hasil produksinya. Saat itulah terlihat peranan dari perbankan dalam memberikan kredit. Pembiayaan dan penanggungan resiko merupakan fungsi umum dan penyerta dari semua kegiatan pemasaran (Endang, 2000). Ongkos produksi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu ongkos explisit dan ongkos implisit. ongkos explisit adalah pengeluaran-pengeluaran produsen untuk faktorfaktor produksi yang harus dibeli dari pihak luar. Onghkos implisit adalah perkiraan pengeluaran dari penggunaan faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh produsen, misalnya seperti bunga modal sendiri, gaji pemilik perusahaan yang menjadi pengelola perusahaan dan sebagainya. Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan untuk memperoleh penghasilan yang akan digunakan dalam pengurangan hasil . Biaya produksi adalah keseluruhan total biaya yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk dapat menghasilkan barang-barang produksi perusahaan yang direncanakan, biaya produksi memiliki hubungan yang terkait dengan kuantitas atau jumlah produk yang dibuat oleh perusahaan tersebut. terdapat beberapa konsep biaya dalam kegiatan usahatani antara lain : a. Biaya Investasi Merupakan biaya awal yang dikeluarkan oleh petani atau produsen sebelum menjalankan kegiatan usahatani nya. Biaya produksi perlu diselaraskan sesuai dengan aspek teknis yang digunakan dilapang atau dilahan budidaya. yang termasuk komponen pada biaya investasi antara lain lahan, gedung, mesin atau alsintan , peralatan pertanian , dan baiaya lain (impor/ekspor, dll).

18

b. Biaya Produksi Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi suatu komoditas yang diusahakan. Biaya produksi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain : Biaya Tetap (Fixed Cost, FC)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya relatif tetap, dan secara tetap dikeluarkan meskipun jumlah produksi yang dihasilkan banyakn atau sedikit. Biaya tetap adalah biaya yang timbul daya akibat tetap

penggunaan

sumber

dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksi mengalami perubahan (naik atau turun). Keseluruhan biaya tetap disebut biaya total. Kurva Total Biaya tetap.

TFC =n (Xi.Pxi) Keterangan : TFC : Total Biaya Tetap (Rp.) Xi Pxi N : Jumlah fisik input : Harga Input ( Rp.) : Jumlah input

Biaya Variable ( Variable Cost, VC) Biaya variable atau sering disebut biaya variable total (TVC) adalah jumlah biaya produksi yang berubah menurut tinggi rendahnya jumlah output yang akan dihasilkan. Semakin besar output atau barang yang akan dihasilkan, maka akan semakin besar pula biaya variable yang akan dikeluarkan. Misalnya adalah 19

pengeluaran untuk pembelian bahan baku. Semakin banyak barang yang dihasilkan, maka semakin besar pula pengeluaran untuk pembelian bahan baku. Namun demikian laju peningkatan biaya tersebut berbeda-beda ( tidak konstan).

Kurva Total Biaya Variabel

TVC =n VC Keterangan : TVC : Total Biaya Variabel (Rp.) VC Biaya total (TC) Biaya total adalah keseluruhan jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan jumlah produk. TC = TFC + TVC TFC TVC = Biaya tetap = Biaya variable : Biaya Variabel (Rp.)

Ongkos Tetap Total (TFC) adalah keseluruhan ongkos yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah jumlahnya misalnya membeli mesin, mendirikan bangunan pabrik dan sebagainya. Ongkos Berubah Total (TVC) adalah keseluruhan ongkos yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah (Hartoyo, 2000).Biaya produksi akan selalu muncul dalam setiap kegiatan ekonomi dimana usahanya selalu berkaitan dengan produksi. Kemunculannyaitu sangat berkaitan dengan diperlukannya input. Pada kaitannya biaya (cost) itu adalah sejumlah uang tertentu yang telah diputuskan guna pembelian atau pembayaran input yang telah diperlukan, sehingga

20

tersedianya sejumlah uang atau biaya itu benar-benar telah diperlukan sedemikian rupa agar produksi dapat berlangsung (Soedarmanto, 1991). 2.4.2 Penerimaan Untuk memperoleh keuntungan, maka produsen selalu membandingkan biaya produksi dengan penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan output atau produk hasilnya. Penerimaan usaha tani adalah target yang ingin dicapai suatu perusahaan atau pengusaha yang beraktivitas di sektor usaha tani untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh tersebut tergantung dari tinggi rendahnya biaya produksi, harga komoditas dan jumlah produk yang dihasilkan. Rumus untuk menghitung total penerimaan atau TR (Total Revenue). TR = P x Q 2.4.3 Keuntungan / Pendapatan Pendapatan petani berasal dari usahatani dan luar usaha tani. Pendapatan atau keuntungan usaha tani merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya yang digunakan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa suatu perusahaan tersebut terus berkembang dengan baik karena pada dasarnya suatu perusahaan atau pemilik usaha akan memaksimalkan laba atau keuntungsan disetiap produksi yang dilakukan. Dalam menaksir pendapatan kotor semua komponen produk harus dinilai berdasarkan harga pasar. Tanaman dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Perhitungan pendapatan harus juga mencakup semua perubahan nilai tanaman dilapangan antara permulaan dan akhir tahun pembukuan. Pearubahan semacam itu sangat penting terutama untuk tanaman tembakau. Meskipun demikian pada umumnya perubahan ini diabaikan karena penilaiannya sangat sukar. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usaha tani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitung untuk menunjukkan intensitas operasi usaha tani (Soekartawi, 1996).

= TR - TC Keterangan : TR : Total Revenue / Penerimaan (Rp.) TC : Total Cost / Biaya (Rp.) 21

2.5 Analisis Kelayakan Usahatani 2.5.1 R/C Ratio R/C ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara Penerimaan usaha (Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai R/C dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Secara garis besar dapat dimengerti bahwa suatu usaha akan mendapatkan keuntungan apabila penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya usaha. Ada 3 (tiga) kemungkinan yang diperoleh dari perbandingan antara Penerimaan (R) dengan Biaya (C), yaitu : R/C = 1; R/C > 1 dan R/C < 1. Namun demikian oleh karena adanya unsur keuntungan sebesar 0,3 maka analisis kelayakan dari R/C ratio adalah : R/C =Pq. Q /(TFC + TVC) Keterangan : TFC : Total Biaya Tetap (Rp.) R : Revenue ; C : Biaya ( Cost )

TVC : Total Biaya Variabel Rp.) Pq : Harga Output , Q : Quantity

a. R/C > 1,3 = Layak / Untung b. R/C = 1,3 = BEP c. R/C < 1,3 = Tidak Layak / Rugi 2.5.2 BEP (Break Even Poin) BEP adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam satuan unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sama dengan pendapatan perusahaan. Titik itu disebut sebagai titik break even point ( BEP). Analisa Break Event adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Biaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Masalah Break Event baru akan muncul dalam perusahaan apabila perusahaan tersebut mempunyai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Suatu perusahaan dengan volume produksi tertentu dapat menderita kerugian 22

dikarenakan penghasilan penjualannya hanya mampu menutup biaya variabel dan hanya bisa menutup sebagian kecil biaya tetap. Menurut Reza Lingga (2003: 436) Break Even Point adalah suatu titik atau suatu keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain pada keadaan itu keuntungan dan kerugian sama dengan nol, hal ini bisa terjadi apa bila perusahaan dalamoperasinya menggunakan biaya tetap dan volume penjualan hanya cukupuntuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Hansen dan Mowen (2005:274) dalam buku terjemahan Management Accounting break even point adalah: Break even point adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol. Menurut Charles T. Horngren, Srikant M Datar, dan Gorge Foster (2003:75) mendefinisikan break even dalam buku terjemahan AkuntansiBiaya: Penekanan Manajerial sebagai berikut: Titik impas (break even point ) adalah volume penjualan dimana pendapatan dan jumlah bebannya sama, tidak terdapat laba maupun rugi bersih.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan dengan kata lain, pada keadaan break event poin keuntungan atau kerugian sama dengan Nol. Ada beberapa manfaat lain yang bisa diambil dengan menggunakan konsep break even point.

a.

Perencanaan Penjualan atau Produksi Pada setiap awal periode perusahaan sudah harus mempunyai perencanaan produksi dan penjualan. Rencana produksi dan penjualan bisa direncanakan dengan menggunakan konsep BEP. Penjualan yang

direncanakan perusahaan tentunya disertai dengan target laba yang diinginkan. Dengan demikian rencana penjualan minimal (PM) adalah :
PM = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba

b.

Perencanaan Harga Jual Normal

23

Salah satu keputusan yang harus diambil oleh manager keuangan adalah penentuan harga jual. Harga jual merupakan sejumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan. Bagi perusahaan harga jual harus bisa menutup semua biaya semua biaya dan target keuntungan. Apabila tidak bisa menutup target laba, apalagi biaya yang dikeluarkan berarti perusahaan dalam kondisi rugi. c. Perencanaan Metode Produksi Analisis Break Even ini juga sering digunakan untuk menentukan alternatif pemilihan metode produksi atau mesin produksi. Ada mesin produksi yang mempunyai karakteristik biaya variabel tinggi tetapi biaya variabel per unit rendah (sering disebut padat karya) atau biaya tetap tinggi tetapi biaya variabel per unit rendah (sering disebut padat modal). d. Titik Tutup Pabrik Apabila kondisi perusahaan sudah menunjukan biaya total melebihi penjualan totalnya, artinya bahwa perusahaan beroperasi dibawah titik break even, apakah perusahaan sebaiknya ditutup atau dipertahankan. Untuk itu manajemen harus menganalisa apakah kondisi yang demikian akan berlanjut dalam waktu yang relatif lama atau tidak. Ada kemungkinan manajemen harus memutuskan untuk menghentikan sementara atau seterusnya apabila kondisi sudah sedemikian parahnya

Sasaran analisis break even point adalah untuk mengetahui pada tingkat volume atau rupiah berapa perusahaan mencapai titik impas dari kegiatan usahanya. Dalam hal lain, analisis ini dapat dipakai untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses yang

mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume yang diharapkan. Dalam pemilihan lokasi, analisis ini dapat dipakai untuk menentukan lokasi yang memiliki total biaya terendah, yang berarti juga memiliki total pendapatan tertinggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan. Analisis BEP adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik, dalam satuan unit atau rupiah, yang menunjukkan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sama dengan pendapatan perusahaan.Titik itu disebut sebagai titik break even / BEP (break-even point ). Kegunaan analisis BEP adalah 24

dapat diketahui pada volume penjualan berapa perusahaan mencapai titik impasnya, tidak rugi tetapi juga tidak untung, sehingga apabila penjualanmelebihi titik tersebut maka perusahaan mulai mendapatkan untung. Estimasi biaya yang diperlukan dalam analisi BEP adalah Biaya tetap ( fixed cost ) adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan besar yang tetap , tidak tergantung pada volume penjualan dan biaya variable ( variable cost ) yaitu biaya yang besarnya bervariasi sesuai dengan jumlah unit yang dijual. Gambar 3.1 menunjukkan model dasar analisi break-even , dimana garis pendapatan berpotongan dengan garis biaya pada titik break-even ( BEP ) . Sebelah kiri BEP menunjukkan daerah kerugian,sedangkan daerah sebelah kanan BEP menunjukkan daerah keuntungan. Model ini memiliki asumsi dasar bahwa biaya per unit ataupun harga jual per unit dianggap tetap/konstan., tidak tergantung dari jumlah unit yang terjual. Meskipun pada kenyataannya,biaya tetap dan biaya variable per unit tidak selamanya konstan. Misalnya, dengan semakin bertambahnya volume produksi maka perusahaan harus menambah mesin dan ruangan , sehingga jumlah biaya tetap bertambah. Atau dengan semakin banyaknya jumlah karyawan terampil yang direkrut dibandingkan dengan karyawan yang kurang terampil akan mengakibatkan rata-rata upah menjadi lebih besar, sehingga biaya variable per unit berubah.

Gambar 3.1. Gambar Model BEP

25

Seperti telah disebutkan, biaya variable per unit dan pendapatan per unit dapat berubah dengan berubahnya kapasitas produksi atau volume penjualan. Gambar 3.2 menunjukkan bagaimana analisis break-even digunakan dalam situasi seperti ini.

Gambar 3.2. Model BEP Biaya Variable dan Pendapatan.

BEP dapat dihitung dengan 3 cara yaitu : Break Even Point (BEP) Produksi (unit), break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami kerugian. Rumus perhitunga BEP unit seperti berikut : BEP produksi (Unit) = TFC / (P TVC / Q) BEP : Break Even Point Q : Jumlah Produksi

TFC : Total Fixed Cost TVC : Total Variabel Cost ; P : Harga Produk

Break Even Point (BEP) Penerimaan ( Rp. ) , menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk saat BEP. Perhitungan BEP penerimaan sebagai berikut :

BEP Penerimaan = TFC / 1- (TVC / TR) BEP : Break Even Point Q : Jumlah Produksi 26 TR : Total Revenue

TFC : Total Fixed Cost TVC : Total Variabel Cost ;

Break Even Point (BEP) Harga ( Rp. ), menggambarkan harga produk persatuan unit pada saat BEP atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata persatuan produk ( ATC / Average Total Cost ). Perhitungan BEP harga sebagai berikut :
BEP Harga = TC / Q BEP : Break Even Point Q : Jumlah Produksi

TC : Total Cost

(Soepeno. 2012)

27

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama Petani Desa Kecamatan Kota/Kabupaten Provinsi Komoditas

: Bapak Yunus : Tunggul Wulung : Lowokwaru : Malang : Jawa Timur : Padi

Nama Kelompok Tani : Wulung Kencana I Tanggal Wawancara : 12 November dan 4 Desember 2013

3.1 Sejarah Usahatani Dalam kegiatan ini, kelompok kami mewawancarai salah satu petani di desa Tunggul Wulung, yaitu bapak Yunus. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, petani memilih usahatani dengan budidaya tanaman padi karena kebutuhan konsumen akan sumber karbohidrat semakin meningkat; lingkungan, kondisi tanah, dan ketersediaan air di desa mendukung tumbuh kembang tanaman padi; harga pasar yang stabil; serta memberikan pemasukan pendapatan petani. Selain melakukan budidaya tanaman padi, petani juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak ayam petelur. Usahatani yang dijalankan oleh petani merupakan milik pribadi, sehingga modal termasuk milik pribadi. Artinya adalah petani mampu mendanai secara mandiri segala keperluan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses usahatani tanpa melalui suatu kelembagaan ekonomi yang memang tidak terbentuk lembaga ekonomi (hanya terbentuk kelompok tani Tunggul Wulung) di desa Tunggul Wulung. Petani memiliki lahan sawah seluas 2 ha. Namun ada beberapa fasilitas yang dapat diakses dengan mudah oleh petani, yaitu unit penggiling padi dan jasa sewa pick-up atau truk. Selanjutnya petani dengan petani lainnya dalam satu kelompok tani membeli alsintan secara bersama-sama. Petani

28

tidak mengalami kendala dalam pemenuhan bibit maupun pupuk. Hal ini dikarenakan bibit dapat dibeli secara langsung oleh petani tanpa melakukan kredit karena tidak adanya lembaga ekonomi yang berwenang mengatur keuangan usahatani di desa serta menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya. Dan semakin lama, petani mulai memiliki relasi-relasi penjualan bibit di sekitar desa Tunggul Wulung. Sedangkan pupuk dan pestisida yang digunakan merupakan subsidi dari pemerintah. Dan setiap daerah sudah memiliki patokan jumlah subsidi pupuk dan pestisida yang dibutuhkan petani. Petani melakukan budidaya tanaman padi. Namun dahulu petani pernah melakukan budidaya tanaman cabai, tomat, dan bawang merah, namun karena faktor lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembang tanaman tersebut dan tidak stabilnya harga pasar, maka petani mulai mengalihkan lahannya sebagai lahan sawah. Selain itu, alasan petani tidak membudidayakan tanaman sayuran karena lebih banyak orang yang membutuhkan pangan yang memiliki sumber karbohidrat daripada vitamin untuk melangsungkan kehidupan dan menambah energi tubuhnya. Permintaan konsumen akan hasil produksi tanaman pangan lebih banyak daripada tanaman hortikultura. Bibit yang digunakan petani beragam. Petani menggunakan bibit tanaman padi yang disesuaikan dengan musim di desa tersebut. Sebagai contoh, pada musim hujan petani menggunakan bibit padi Logawa (biasa) yang tahan genangan air dan anti patah leher dengan harga Rp 10.000/kg. Sedangkan pada musim kemarau petani menggunakan bibit padi Adirasa (hibrida) yang tahan sedikit air dengan harga Rp 65.000/kg. Dan hasil produksi yang dihasilkan oleh petani adalah 7 ton/ha sampai 9 ton/ha. Penggunaan hasil panennya pun juga berbeda yang berdasarkan asal bibit yang digunakan. Biasanya petani menggunakan sebagian hasil produksi padi dari bibit Logawa sebagai bibit selanjutnya dan sisanya dikonsumsi, sedangkan hasil produksi padi dari bibit Adirasa seluruhnya digunakan sebagai komsumsi. Hal ini disebabkan karena varietas hibrida yang dilakukan penanaman terus menerus, maka kualitasnya akan semakin menurun. Petani memperoleh tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar desa dan tenaga ahli untuk mengoperasikan alat-alat khusus pertanian, seperti traktor. Serta jumlah pegawai yang digunakan bapak Yunus, antara lain: 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Namun pekerjaan masing-masing berbeda menurut jenis kelaminnya. Pekerjaan tenaga kerja laki-laki lebih berat daripada pekerjaan tenaga kerja perempuan. 29

Tenaga kerja laki-laki mendapatkan tugas untuk memperbaiki daerah pematang dan galengan, sedangkan tenaga kerja perempuan hanya menanam dengan teknik tandur (tanam mundur) dan menyiangi. Seperti pada umumnya, petani juga melakukan praktek-praktek budidaya tanaman padi dari pengolahan lahan hingga panen dan sampai pada pemasaran. Praktek budidaya tersebut antara lain: pengolahan tanah sawah dengan cara pembersihan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan, perataan, dan pengairan; penanaman dengan cara tanam pindah (tapin); pemeliharaan dengan cara roguing untuk mendapatkan kualitas produksi yang tinggi, pemupukan, penyiangan, pengairan, dan pengendalian OPT; panen dan pascapanen; serta pemasaran. Dan hasil panen berupa gabah basah dijual petani dengan harga antara Rp 44.000-Rp 48.000/kw. Yang dimaksud pengolahan lahan adalah proses membalik tanah dari lapisan bawah tanah ke permukaan tanah agar terjadi proses pertukaran aliran udara, air bisa meresap masuk, dan sinar matahari masuk kedalamnya. Pengolahan lahan ini bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air (Zulkifli, et al., 2004). Selanjutnya tanah digenangi air kira-kira setinggi 1 cm. Bibit padi yang siap dipindahtanamkan berumur 22 hari. Jarak tanam yang digunakan pada umumnya 20-25 cm (populasi 160.000-250.000 rumpun/ha) (Badan Litbang, 2009). Berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa Tunggul Wulung, bapak Yunus diberi kewenangan sebagai ketua kelompok tani Wulung Kencana I sejak tahun 2010 hingga sekarang karena kemampuannya yang lebih baik dari petani lain dalam manajemen pertanian. Sebagai ketua kelompok tani, beliau memiliki tugas sebagai pemimpin, pengatur, pengendali, pengkoordinasi, dan harus bertanggung jawab pada segala kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut.

3.2 Transek Desa 3.2.1 Transek Desa Transek adalah penelusuran lokasi dengan tujuan pengamatan & pengumpulan informasi langsung lingkungan dan sumber daya masyarakat dengan 30

cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Penelusuran dimulai dari balai desa. Penelusuran dilakukan dari balai desa ke pemukiman warga dilanjutkan kepemukiman warga dan perumahan. Setelah itu masuk pada lahan sawah dan terakhir ke agroforestry. Status kepemilikan lahan pada umumnya milik perseorangan. Tingkat kesuburan tanah tertinggi berada pada kondisi penggunaan lahan agroforestry dengan criteria dilihat dari segi minimum pengolahan lahan dan asupan bahan organic. Sedangkan tingkat kesuburan yang kurang berada pada pemukiman hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan menyebabkan degradasi lahan dengan adanya pemadatan tanah akibat berdirinya bangunan dan penggunaan alat berat dalam pembangunan. Tanaman yang tersebar diantara semua penggunaan lahan yaitu sengon, padi, angsana, dan mangga (Transek desa, peta wilayah, dan denah wilayah tertera di lampiran). 3.3 Profil Petani dan Usahatani Berdasarkan hasil survei lapang sosial ekonomi rumah tangga petani kepada Bapak Yunus (60 tahun) diketahui bahwa beliau memiliki pendidikan akhir hanya sebatas SMA saja. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar petani di Indonesi tergolong petani kecil yang mempunyai sumberdaya terbatas atau tingkat pendidikan yang relatif rendah, sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah. Namun narasumber tergolong memiliki tingkat hidup yang cukup. Pekerjaan utama Bapak Yunus adalah sebagai petani. Namun untuk menambah pendapatan serta keuntungan keluarga dan meningkatkan efisiensi dalam usahataninya, beliau memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak ayam petelur (ayam arab). Beliau tinggal di rumahnya dengan kelima anggota keluarganya, antara lain : istri (Kalsumi Hani/57 tahun), menantu (Mualif/40 tahun), anak kandung (Dian Hayati/37 tahun), serta kedua cucunya (Azahro dan Fasabik). Namun menantu dan anak kandung dari petani tidak meneruskan usahatani keluarga, melainkan bekerja sebagai dosen dan buruh. Hal ini menunjukkan bahwa kurang minatnya generasi penerus atau masyarakat untuk melakukan usahatani karena semakin berkurangnya lahan pertanian dan hasil produksi yang tidak menentu. Petani memiliki lahan sawah milik pribadi seluas 2 ha. Hal ini juga menggambarkan bahwa petani di Indonesia merupakan petani kecil yang hanya memiliki luasan lahan pertanian yang relatif sempit dan terpisah-pisah daripada lahan pertanian di 31

negara lain. Sempitnya lahan pertanian ini juga disebabkan karena semakin meningkatnya jumlah penduduk yang membutuhkan pemukiman. Dan memiliki ternak ayam petelur (ayam arab) sebanyak 1500 ekor yang dapat memproduksi telur maksimal 800 butir.

3.4 Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani 3.4.1 Biaya Usaha Tani Untuk Lahan Jagung :

NO 1

BIAYA Biaya Tetap

JUMLAH

HARGA

TOTAL

2 Ha Sewa lahan

Rp. 4.000.000,- / Ha Rp. 8.000.000,-

Sewa Alat 1 Traktor Rp. 1.000.000,- / Ha Rp. 2.000.000,(sampai selesai)

Penyusutan alat Sewa alat Cangkul Sabit Lempak 3 4 3 Rp. Rp. Rp. 4.000,3.000,4.000,Rp. 12.000,Rp. 12.000,Rp. 12.000,Rp. 10.036.000,

Total Biaya Tetap (TFC) 2 Biaya Variabel Pestisida (Desis) pupuk Phonska pupuk Za pupuk Sp36 benih 64 Super 4 liter 100 kg 400 kg 250 kg 50 kg Rp. Rp. Rp . Rp. Rp. 80.000,2.340,1.440,2.500,10.000,-

Rp. 320.000,Rp. 234.000,Rp. 576.000,Rp. 625.000,Rp. 500.000,-

32

tenaga kerja Pria Wanita Air Listrik

30 org/ musim 25 org 5 org 1 -

Rp. Rp. Rp. Rp.

20.000,50.000,30.000,400.000,-

Rp. 300.000,Rp. 12.500.000,Rp. 150.000,Rp. 400.000,-

Total Biaya Variabel (TVC)

Rp. 15.605.000,-

No 1. 2.

Biaya Total Biaya Tetap ( TFC ) Total Biaya Variabel ( TVC )

Total Biaya ( TC ) Rp. 10.036.000, Rp. 15.605.000,Rp. 25.641.000,-

Perhitungan penyusutan alat usahatani padi: 1. Cangkul Harga awal Harga akhir Umur ekonomis Rumus = = = 4.000 4.000 x 3 = 12.000 : Rp.40.000,: Rp. 20.000,: 5 tahun

2.

Sabit Harga awal Harga akhir Umur ekonomis Rumus : Rp. 20.000,: Rp. 5.000,: 5 tahun = =

33

= 3.000 3.000 x 4 = 12.000

3.

Lempak ( Sekop ) Harga awal Harga akhir Umur ekonomis Rumus : Rp.40.000,: Rp. 20.000,: 5 tahun = = = 4.000 4000 x 3 = 12.000

Biaya Total (TC) = TFC + TVC = 10.036.000 + 15.605.000 = 25.641.000

Pada kegiatan survey dan wawancara yang telah dilakukan pada petani observasi yaitu bapak yunus, kegiatan usahatani yang dilakukan pada lahan budidaya untuk komoditas padi secara keseluruhan dikerjakan oleh tenaga kerja yang berada disekitar tempat tinggal petani objek. Jadi bapak yunus sebagai petani objek berperan sebagai manager dan pemilik lahan secara langsung. Kegiatan yang dilakukan seperti pengolahan tanah di lahan budidaya, persemaian bibit padi, penanaman, perawatan hingga panen dilakukan oleh tenaga kerja yang dipekerjakan beliau. Jumlah total tenaga kerja yang di pekerjakan beliau setiap kali musim tanamn berjumlah 30 orang. Kriteria orang yang dipekerjakan digolongkan menjadi 2 yaitu tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Tenaga kerja pria ditugaskan untuk kegiatan pengolahan tanah, persemaian dan pemanenan, dan tenaga kerja wanita ditugaskan untuk kegiatan pembibitan, penanaman dan perawatan. Dengan luas lahan 2 Ha pengolahan tanah sebelum masuk musim tanam, dilakukan dengan menggunakan bantuan mesin traktor yang telah disewa oleh bapak yunus dengan harga Rp.1.000.000,- per hektar. Peralatan tambahan yang di gunakan Bapak yunus dengan tenaga kerjanya adalah sabit, cangkul dan lempak (sekop). Bapak yunus menggunakan jenis bibit padi IR64 Super untuk 34

luasan lahan 2 Ha sebanyak 50 Kg. Untuk pemupukan bapak Yunus menggunakan pupuk dasar Sp36 sebanyak 250 Kg / 2 Ha dan pupuk Za sebanyak 400 Kg / 2 Ha. Sedangkan untuk pupuk tambahan menggunakan jenis pupuk kimia sintetis Phonska sebanyak 100 Kg / 2 . jenis pestisida yang digunakan oleh bapak yunus adalah Desis sebanyak 4 Lt / 2 Ha. Kebutuhan air tanaman budidaya yang di usahakan oleh bapak yunus diperoleh dari air sungai yang diirigasikan ke lahan budidaya, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersifat relatif karena tidak di tentukan berapa jumlahnya tetapi bapak yunus biasanya memberikan imbal jasa berupa hasil panen gabah basah satu sak senilai Rp. 400.000,- tiap musim panen. Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh bapak yunus adalah biaya lahan , sewa alat pengolah tanah (traktor), peralatan manual seperti cangkul, arit dan lempak ( sekop ) Untuk biaya variabel adalah bibit yang digunakan yaitu IR64 Super. Pupuk kimia sintetis ( SP36, Za dan Phonska), pestisida jenis Desis, Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan oleh belia berjumlah 30 orang dan biaya imbal jasa pembagian air. 3.4.2 Penerimaan Usahatani No 1 2 Uraian Produksi (unit) Harga (persatuan unit) Penerimaan Usahatani (Revenue) Nilai 8 Ton / Ha Rp. 4.000,- /kg Jumlah (Rp.) 16 Ton / 2 Ha Rp. 64.000.000.Rp. 64.000.000,-

Jadi untuk sekali musim tanam hingga panen komoditas padi bapak yunus memperoleh hasil berupa gabah basah sebanyak 16 ton pada luas lahan 2 Ha, atau produktivitas lahan budidaya tanaman Bapak yunus adalah 8 ton/Ha. Harga persatuan unit gabah kering adalah Rp. 4.000,- /kg, dan bila dikalikan dengan hasil panen keseluruhan maka bapak yunus menerima uang sebanyak Rp. 64.000.000, 3.4.3 Keuntungan Usahatani No 1 Uraian Total Biaya (TC) Jumlah (Rp.) Rp. 25.641.000,-

35

Penerimaan (Total Revenue)

Rp. 64.000.000,Keuntungan Rp. 38.359.000,-

Keuntungan yang diperoleh oleh bapak yunus dalam sekali musim tanam panen untuk usahatani komoditas padi sebesar Rp. 38.359.000,- . nilai tersebut didapat dari selisih yang harus dikeluarkan bapak yunus untuk biaya produksi yang harus meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap seperti lahan, sewa alat, dan penyusutan alat, biaya variabel seperti pembelian bibit padi, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja, upah imbal jasa air dan biaya lain-lain.

3.5 Analisis Kelayakan Usahatani 3.5.1 R/C Ratio Nilai R/C Ratio untuk menganalisa usaha tani yang dilakukan oleh petani objek (bapak Yunus) adalah sebagai berikut : Rumus R/C =Pq. Q /(TFC + TVC) Keterangan : TFC : Total Biaya Tetap (Rp.) R : Revenue ; C : Biaya ( Cost ) menhitung

nilai R/C Ratio

TVC : Total Biaya Variabel Rp.) Pq : Harga Output , Q : Quantity

Diketahui : Total Revenue (R) atau penerimaan Total Cost (C) atau biaya total produksi Maka : R/C Ratio = Total Revenue Total Cost = 64.000.000 25.641.000 = 2,49 : Rp. 64.000.000,- / Musim : Rp. 25.641.000,- / Musim

36

Dari perhitungan maka


ratio>1

ratio

di atas dilihat bahwa hasilnya sebesar 2,49

sehingga usaha tersebut menguntungkan atau layak. Jika dilihat dari

hasil perbandingan R/C Ratio tiap komponen pembilang dan penyebutnya maka total revenue yang diterima oleh bapak yunus sebesar Rp. 64.000.000,- setiap musim tanam, dan total biaya produksi yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 25.641.000,memberikan nilai R/C Ratio sebesar 2,49. Nilai tersebut apabila dibandingkan dengan kriteria kelayakan usahatani yang normal (laba tinggi) dapat dikatakan layak karena keuntungan yang diperoleh juga tinggi

3.5.2 BEP (Break Even Point) Menganalisa BEP (Break Even Poin) pada kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani objek (Bapak Yunus) dapat dihitung dengan 3 cara antara lain :

a. BEP (Break Even Poin) Produksi (unit)

Rumus : BEP produksi (Unit) = TFC / (P TVC / Q) Diketahui: BEP : ? Q : 16 Ton (16000 kg)

TFC : Rp. 10.036.000, 10.036.000 TVC : Rp. 15.605.000,; P : Rp. 4.000,-

BEP =

10.036.000 4.000 - (15.605.000) 16000

= 3318

= 37

b.

BEP (Break Even Poin) Penerimaan (rupiah) BEP Penerimaan = TFC / 1- (TVC / TR)

Diketahui: BEP : ? Q : 16 Ton (16000 kg)

TFC : Rp. 10.036.000 TVC : Rp. 15.605.000,; TR : Rp. 64.000.000,-

BEP =

10.036.000 1 - (15.605.000) 64.000.000

= 13.257.595,77

c. BEP (Break Even Poin) Harga (rupiah) BEP Harga = TC / Q Diketahui : BEP : ? Q : 16 Ton (16000 kg)

TC : Rp. 25.641.000,BEP = 25.641.000 16000 kg = 1602,56

Berdasarkan pada analisis BEP (Break Even Point) yang telah dilakukan dengan berbagai cara yang ada tersebut maka dapat diketahui nila BEP produksi, BEP penerimaan, dan BEP harga yang harus dipenuhi oleh perusahaan agar tidak mengalami kerugian atau berada pada posisi impas antara biaya produksi 38

yang dikeluarkan (TC) dengan penerimaan yang didapatkan dari penjualan sejumlah produk (TR). Bapak yunus sebagai petani objek apabila tidak ingin mengalami kerugian pada kegiatan usaha tani yang dilakukan (impas) maka dalam setiap musim tanam hingga panen harus mampu memproduksi gabah basah sebanyak 3318 Kg atau 3,318 ton dengan luasan lahan 2 Ha. Apabila produksi gabah basah yang didapatkan dibawah ambang ukur BEP produksi tersebut maka bapak yunus akan merugi karena usahatani yang dilakukan akan membutuhkan biaya produksi lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil produksi per 2 Ha. Nilai BEP penerimaan yang harus didapatkan Bapak yunus apabila standard BEP produksi sebesar 3,318 ton adalah sebesar Rp 13.257.595,77 setiap musim (impas). Selanjutnya untuk menentukan harga jual gabah basah milik pak yunus saat BEP agar tidak merugi sebesar Rp. 1602,56 / kg. 3.6 Pemasaran Hasil Pertanian Hasil Survei: No Uraian Jumlah Unit 1 Dikonsumsi sendiri 8 kuintal % 10 Pemasaran Lembaga Tempat Untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga dalam 1 musim tanam 2 Dijual 72 kuintal 90 Tengkulak Didaerah setempat Mudah akses dalam penjualan. Alasan

Tidak butuh tenaga kerja Tingkat rendah tambahan. kerugian

Pemasaran hasil panen merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan usaha Dari hasil survey dalam melakukan pemasaran hasil panen tanaman padi dijual pada tengkulak terdekat didaerah setempat dengan sistem tengkulak datang langsung terhadap petani dan terjun lansung ke lahan untuk mempertimbangkan harga patokan yang akan diberikan pada petani dengan melihat luas lahan dan kuantitas maupun kualitas produk. Pada 39

umumnya sistem yang digunakan adalah sistem tebasan atau dapat juga sistem kuintalan. Pak Yunus menjual hasil panennya sebanyak 90% dari total hasil panen yang mencapai 8 ton/Ha, sedangkan 10% untuk dikonsumsi sendiri. Dalam kaitannya dengan penjualan pada tengkulak Pak Yunus memilih hal tersebut karena lebih mudah dalam akses penjualan dikarenakan beliau tidak bersusah payah mencari/ menjual hasil panen, namun tengkulak langsung datang pada beliau. Dalam pemanenan beliau juga mempertimbangkan aspek ketenagakerjaan dimana jika dijual dalam sistem tebasan beliau tidak membutuhkan tenaga kerja tambahan dalam pemanenan. Dilain sisi tingkat kerugian akan permainan harga dipasar dapat diminimalisir, hal ini terjadi karena para tengkulak sudah mematok harga yang dapat menguntungkan 2 belah pihak dan juga harga sama tidak jauh beda dengan harga pasaran.

3.7 Kelembagaan Petani No 1. Jenis Kelembagaan Kelompok Tani Lokasi Rumah Yunus Manfaat Bapak Musyawarah Gotong royong dalam perbaikan irigasi Bimbingan melakukan usaha Wadah aspirasi pengajuan alsintan penyalur untuk dalam saluran

Lembaga adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan masyarakat yang dianggap penting yang mempunyai tujuan baik dalam kesejahteraan. Dalam usaha tani kelembagaan mempunyai peranan dalam penunjang keberhasilan suatu usaha seperti halnya koperasi dalam penyediaan sarana produksi baik itu benih, pinjaman modal, pupuk dll. Kelembagaan usahatani memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usahatani (Viswanathan, 2006). Pada daerah hasil survey kelembagaan yang aktif berperan 40

didalamnya hanya kelompok tani yang diketuai oleh Bapak Yunus. Kelompok tani ini beranggotakan 26 orang yang tersebar didaerah terdekat kawasan survei. Berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa Tunggul Wulung, bapak Yunus diberi kewenangan sebagai ketua kelompok tani Tunggul Wulung sejak tahun 2010 hingga sekarang karena kemampuannya yang lebih baik dari petani lain dalam manajemen pertanian. Sebagai ketua kelompok tani, beliau memiliki tugas sebagai pemimpin, pengatur, pengendali,

pengkoordinasi, dan harus bertanggung jawab pada segala kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut. Kelompok tani pada umumnya dibentuk berdasarkan kepentingan teknis untuk memudahkan pengkoordinasian apabila ada kegiatan atau program pemerintah, sehingga lebih bersifat orientasi program, dan menjamin kemandirian kelompok dan keberlanjutan kelompok. Adanya kelompok tani mempunyai banyak keuntungan seperti halnya sebagai sarana musyawarah antar masyarakat petani dan juga bimbingan dari penyuluh pertanian guna mengetahui ataupun belajar tentang bagaimana caraq bercocok tanam yang baik, pengenalan alat-alat terbaru yang dapat digunakan dalam kegiatan budidaya. Pada daerah yang kami amati kelompok tani banyak bermanfaat dalam hal wadah aspirasi masyarakat dan juga mempererat tali kerukunan warga seperti gotong royong. Pada intinya kelompok tani mengajak para anggota untuk saling melakukan kerja sama (gotong royong) dalam hal perbaikan saluran irigasi dan drainase, dengan tidak menutup kemungkinan dapat menjaga keutuhan saluran sehingga air yang dibutuhkan dapat tercukupi.

3.8 Kendala Usahatani Dalam usaha tani jarang menemukan suatu usaha yang tidak mempunyai kendala. Pada daerah yang kami amati kendala usaha terutama lahan bapak Yunus dengan komoditas padi kendala usahanya adalah munculnya hama yaitu tikus. Tikus merupakan salah satu binatang pengerat yang dapat menurunkan hasil panen secara signifikan. Hama tikus menyerang pada saat tanaman padi sudah masuk fase generative. Untuk mengantisipasi tingkat kerugian yang tinggi beliau melakukan pencegahan atau pengendalian. Dalam pencegahannya Pak Yunus menggunakan racun tikus yang diletakkan dipematang sawah yang dicampurkan pada gabah yang sudah dipanen dan disiapkan untuk hal tersebut.

41

Dalam faktor lingkungan akibat global warming menyebabkan adanya unsure cuaca yang serius menimbulkan petani sulit dalam menentukan awal tanam. Faktor lingkungan yang banyak disoroti adalah turunnya hujan yang tidak menentu. Dalam hubungannya dengan tanaman. cuaca tidak mendukung maka hasil produksi tanaman tidak akan maksimal.

42

IV.

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan Pada luas lahan 2 ha, petani yang menjadi responden , Bapak Yunus, berusahatani dengan memilih komoditas padi karena kebutuhan konsumen akan sumber karbohidrat semakin meningkat; lingkungan, kondisi tanah, dan ketersediaan air di desa mendukung tumbuh kembang tanaman padi; harga pasar yang stabil; serta memberikan pemasukan pendapatan petani. modal termasuk milik pribadi. Petani pernah melakukan budidaya tanaman cabai, tomat, dan bawang merah, namun karena faktor lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembang tanaman tersebut dan tidak stabilnya harga pasar, maka petani mulai mengalihkan lahannya sebagai lahan sawah. Bibit yang digunakan petani beragam dan tenaga kerja yang diperoleh berasal dari masyarakat sekitar desa dan tenaga ahli untuk mengoperasikan alat-alat khusus pertanian, seperti traktor. Praktek budidaya antara lain: pengolahan tanah sawah dengan cara pembersihan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan, perataan, dan pengairan; penanaman dengan cara tanam pindah (tapin); pemeliharaan dengan cara roguing untuk mendapatkan kualitas produksi yang tinggi, pemupukan, penyiangan, pengairan, dan pengendalian OPT; panen dan pascapanen; serta pemasaran. Untuk sekali musim tanam hasil yang diperoleh berupa gabah basah sebanyak 16 ton pada luas lahan 2 Ha ( produktivitas lahan budidaya tanaman 8 ton/Ha). Harga persatuan unit gabah kering adalah Rp. 4.000,- /kg, maka hasil yang didapatkan adalah Rp. 64.000.000,. Keuntungan yang diperoleh oleh bapak yunus dalam sekali musim tanam panen untuk usahatani komoditas padi sebesar Rp. 38.359.000,-. Dari hasil perbandingan R/C Ratio usaha tersebut menguntungkan atau layak karena total revenue yang diterima oleh petani tersebut sebesar Rp. 64.000.000,- / musim tanam, dan total biaya produksi yang harus dikeluarkan sebesar Rp. 25.641.000,memberikan nilai R/C Ratio sebesar 2,49. Nilai BEP penerimaan yang harus didapatkan Bapak yunus apabila standard BEP produksi sebesar 3,318 ton adalah sebesar Rp 13.257.595,77/musim (impas). Untuk menentukan harga jual gabah basah milik pak yunus saat BEP agar tidak merugi sebesar Rp. 1602,56 / kg. 43

Pemasaran hasil panen tanaman padi dijual pada tengkulak terdekat didaerah setempat dengan sistem tengkulak datang langsung terhadap petani dan terjun lansung ke lahan. Petani menjual hasil panennya sebanyak 90% dari total hasil panen yang mencapai 8 ton/Ha, sedangkan 10% untuk dikonsumsi sendiri.

Di wilayah tersebut terdapat kelompok tani bernama Wulung Kencana 1 yang berfungsi sebagai wadah musyawarah, gotong royong dalam perbaikan saluran irigasi, bimbingan dalam melakukan usaha, wadah penyalur aspirasi untuk pengajuan alsintan.

Kendala yang dihadapi oleh petani dalam usahataninya adalah munculnya hama tikus.

4.2 Saran Mengembangkan dan memperbaiki kelembagaan petani yang ada di wilayah tersebut.. Untuk meningkatkan kualitas hasil panen dapat mencoba menerapkan praktek pertanian organik. Memperbaiki jarak tanam untuk mengatur kelembaban pada musim hujan agar dapat mengatasi hama tikus. Memperbaiki masa tanam agar tidak bersamaan dengan masa reproduksi tikus, sehingga dapat mengurangi populasi tikus.

44

V.

LAMPIRAN

5.1 Transek Desa dan Peta Desa Transek Desa

Peta Wilayah

45

Denah Wilayah

5.2 Lampiran Foto Hasil Pengamatan Lapang

46

5.3 Kalender Musim Tanam Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi sebanyak 3 kali dalam setahun. Uraian Pola Tanam Minggu kePengola han Lahan Penana man Penyula man Penyian gan Pengair an Pemup ukan Penyem protan Pestisid a Panen dan Pascapa nen Bulan ke1 2 3 4 Padi Adirasa-64 5 6 7 8 Padi Logawa 1 2 9 10 11 12 Padi Adirasa-64 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

5.4 Quisioner yang Sudah Terisi Data Survei Nama Petani Desa Kecamatan Kota/Kabupaten Provinsi Komoditas Nama Kelompok Tani Tanggal Wawancara : Bapak Yunus : Tunggul Wulung : Lowokwaru : Malang : Jawa Timur : Padi : Wulung Kencana I : 12 November dan 4 Desember 2013

47

I.

SEJARAH USAHATANI

1. Sejarah Pertanian di Desa Berdasarkan hasil wawancara, kondisi topografi dan iklim di desa Tunggul Wulung sangat sesuai digunakan sebagai lahan pertanian. Bahkan daerah tersebut dekat dengan sungai dan letak lahan di bagian hulu, sehingga tersedia banyak air untuk pengairan lahan pertanian. Selain itu, tanah di daerah tersebut sangat cocok untuk dilakukan pertanian di atasnya. Oleh karena itu, mulailah masyarakat melakukan praktek budidaya pertanian, sehingga masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri, bahkan orang lain. Usahatani yang dijalankan oleh masyarakat daerah tersebut pada umumnya berupa budidaya tanaman pangan, terutama padi dan palawija yang merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Karena usaha ini sangat memberikan penghidupan dan keuntungan bagi masyarakat, maka masyarakat mulai hidup menetap di daerah tersebut. Kemudian petani di desa Tunggul Wulung menerapkan pertanian intensif yang memandang segala aspek budidaya dan pemasaran secara efisien untuk mencapai keuntungan maksimal. Menurut Uphoff (1992), metode intensifikasi padi memuat dua hal pokok, yakni: memperlakukan tanaman sebagai makhluk hidup yang memiliki fase-fase pertumbuhan yang harus difahami serta melakukan perbaikan teknologi budidaya dengan menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal untuk setiap fase petumbuhan dan perkembangan tanaman. Selanjutnya, di desa Tunggul Wulung didirikan sebuah kelompok tani yang bernama Wulung Kencana I dari tahun orde baru pada pemerintahan Presiden Soeharto. Kelompok tani tersebut terbentuk karena adanya dorongan atau kewajiban dari pemerintah melalui Dinas Pertanian Daerah Kota Malang yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat sekitar, khususnya petani dalam memperoleh informasi yang mendukung pertanian di desa Tunggul Wulung. Oleh karena itu, kelompok tani tersebut didirikan dengan asas kebutuhan petani untuk menampung semua aspirasi petani-petani yang ada di desa tersebut, baik untuk membicarakan sarana produksi (bibit, pupuk, alat, dan lain sebagainya), membersihkan saluran irigasi, dan menyalurkan subsidi dari pemerintah melalui Dinas Pertanian agar mempermudah dan meningkatkan hasil produksi. Selain itu, juga untuk menentukan cara penanaman yang benar dan pemasaran produksi. Kelompok tani tersebut memiliki visi Terwujudnya kinerja pembangunan desa yang mandiri melalui peningkatan kinerja kelompok tani. Oleh sebab itu, dengan dibentunya kelompok tani akan terjadi peningkatan dan pengembangan kemampuan petani untuk menghasilkan usahatani yang optimal dan keluarga tani yang sejahtera atas dasar kekeluargaan dan kerjasama sebagai subjek pembangunan pertanian. Lembaga tersebut memiliki jumlah anggota 20 orang yang merupakan kesatuan petani padi. Selain itu juga terdapat penyuluh pertanian yang melakukan sosialisasi dan penyuluhan pertanian setiap 2 kali per bulan. Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroba) untuk kepentingan manusia. Hal ini juga telah ditekuni sebagian besar masyarakat daerah tersebut. Sebagian masyarakat telah melakukan kegiatan sampingan berupa beternak ayam petelur. Hasil 48

dari dari peternakan tersebut dapat menambah pendapatan masyarakat. Selain itu kotoran ayam ini dapat digunakan oleh petani sebagai pupuk kandang yang dijual kepada petani di luar desa. Dengan diterapkannya kedua aspek pertanian tersebut diharapkan dapat memeperoleh efisiensi dan peningkatan keuntungan. Namun semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak kebutuhan akan pemukiman penduduk. Hal ini menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman penduduk. Dan adanya perubahan mata pencaharian masyarakat. Pada awalnya masyarakat menjadikan petani sebagai pekerjaan utamanya, tetapi sekarang banyak yang beralih bekerja pada bidang non-pertanian, seperti PNS. Hal ini menyebabkan semakin sulitnya mendapatkan tenaga kerja pertanian, sehingga semakin lama produksi pertanian semakin menurun. 2. Sejarah Usahatani petani Dalam kegiatan ini, kelompok kami mewawancarai salah satu petani di desa Tunggul Wulung, yaitu bapak Yunus. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, petani memilih usahatani dengan budidaya tanaman padi karena kebutuhan konsumen akan sumber karbohidrat semakin meningkat; lingkungan, kondisi tanah, dan ketersediaan air di desa mendukung tumbuh kembang tanaman padi; harga pasar yang stabil; serta memberikan pemasukan pendapatan petani. Selain melakukan budidaya tanaman padi, petani juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak ayam petelur. Usahatani yang dijalankan oleh petani merupakan milik pribadi, sehingga modal termasuk milik pribadi. Artinya adalah petani mampu mendanai secara mandiri segala keperluan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses usahatani tanpa melalui suatu kelembagaan ekonomi yang memang tidak terbentuk lembaga ekonomi (hanya terbentuk kelompok tani Wulung Kencana I) di desa Tunggul Wulung. Petani memiliki lahan sawah seluas 2 ha. Namun ada beberapa fasilitas yang dapat diakses dengan mudah oleh petani, yaitu unit penggiling padi dan jasa sewa pick-up atau truk. Selanjutnya petani dengan petani lainnya dalam satu kelompok tani membeli alsintan secara bersama-sama. Petani tidak mengalami kendala dalam pemenuhan bibit maupun pupuk. Hal ini dikarenakan bibit dapat dibeli secara langsung oleh petani tanpa melakukan kredit karena tidak adanya lembaga ekonomi yang berwenang mengatur keuangan usahatani di desa serta menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya. Dan semakin lama, petani mulai memiliki relasi-relasi penjualan bibit di sekitar desa Tunggul Wulung. Sedangkan pupuk dan pestisida yang digunakan merupakan subsidi dari pemerintah. Dan setiap daerah sudah memiliki patokan jumlah subsidi pupuk dan pestisida yang dibutuhkan petani. Petani melakukan budidaya tanaman padi. Namun dahulu petani pernah melakukan budidaya tanaman cabai, tomat, dan bawang merah, namun karena faktor lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembang tanaman tersebut dan tidak stabilnya harga pasar, maka petani mulai mengalihkan lahannya sebagai lahan sawah. Selain itu, alasan petani tidak membudidayakan tanaman sayuran karena lebih banyak orang yang membutuhkan pangan yang memiliki sumber karbohidrat daripada vitamin untuk melangsungkan kehidupan dan menambah energi tubuhnya. Permintaan konsumen akan hasil produksi tanaman pangan lebih banyak daripada tanaman hortikultura.

49

Bibit yang digunakan petani beragam. Petani menggunakan bibit tanaman padi yang disesuaikan dengan musim di desa tersebut. Sebagai contoh, pada musim hujan petani menggunakan bibit padi Logawa (biasa) yang tahan genangan air dan anti patah leher dengan harga Rp 10.000/kg. Sedangkan pada musim kemarau petani menggunakan bibit padi Adirasa-64 (hibrida) yang tahan sedikit air dengan harga Rp 65.000/kg. Dan hasil produksi yang dihasilkan oleh petani adalah 8 ton/ha. Penggunaan hasil panennya pun juga berbeda yang berdasarkan asal bibit yang digunakan. Biasanya petani menggunakan sebagian hasil produksi padi dari bibit Logawa sebagai bibit selanjutnya dan sisanya dikonsumsi, sedangkan hasil produksi padi dari bibit Adirasa-64 seluruhnya digunakan sebagai komsumsi. Hal ini disebabkan karena varietas hibrida yang dilakukan penanaman terus menerus, maka kualitasnya akan semakin menurun. Petani memperoleh tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar desa dan tenaga ahli untuk mengoperasikan alat-alat khusus pertanian, seperti traktor. Dalam satu kali musim tanam, petani memperkerjakan buruh tani sebanyak 30 orang. Tetapi buruh tani yang digunakan bapak Yunus setiap harinya hanya 2 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Namun pekerjaan masing-masing berbeda menurut jenis kelaminnya. Pekerjaan tenaga kerja laki-laki lebih berat daripada pekerjaan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja laki-laki mendapatkan tugas untuk memperbaiki daerah pematang dan galengan, sedangkan tenaga kerja perempuan hanya menanam dengan teknik tandur (tanam mundur) dan menyiangi. Buruh tani bekerja mulai pukul 07.00-15.00 WIB. Sistem upah yang diberlakukan dalam usahatani tersebut adalah menggunakan upah borongan yang diberikan sesuai dengan perjanjian tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja, sehingga pekerjaan cepat selesai, tetapi kurang memperhatikan prinsip kualitas pekerjaan. Namun juga diterapkan sistem bagi hasil bagi pengatur air irigasi dengan hasil panen sebanyak satu sak senilai Rp. 400.000,- tiap musim panen. Seperti pada umumnya, petani juga melakukan praktek-praktek budidaya tanaman padi dari pengolahan lahan hingga panen dan sampai pada pemasaran. Praktek budidaya tersebut antara lain: pengolahan tanah sawah dengan cara pembersihan, pencangkulan, pembajakan, penggaruan, perataan, dan pengairan; penanaman dengan cara tanam pindah (tapin); pemeliharaan dengan cara roguing untuk mendapatkan kualitas produksi yang tinggi, pemupukan, penyiangan, pengairan, dan pengendalian OPT; panen dan pascapanen; serta pemasaran. Dan hasil panen berupa gabah basah dijual petani dengan harga antara Rp 4.000/kg. Yang dimaksud pengolahan lahan adalah proses membalik tanah dari lapisan bawah tanah ke permukaan tanah agar terjadi proses pertukaran aliran udara, air bisa meresap masuk, dan sinar matahari masuk kedalamnya. Pengolahan lahan ini bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat menghemat air (Zulkifli, et al., 2004). Selanjutnya tanah digenangi air kira-kira setinggi 1 cm. Bibit padi yang siap dipindahtanamkan berumur 22 hari. Jarak tanam yang digunakan pada umumnya 20-25 cm (populasi 160.000-250.000 rumpun/ha) (Badan Litbang, 2009). Berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa Tunggul Wulung, bapak Yunus diberi kewenangan sebagai ketua kelompok tani Wulung Kencana I sejak tahun 2010 50

hingga sekarang karena kemampuannya yang lebih baik dari petani lain dalam manajemen pertanian. Sebagai ketua kelompok tani, beliau memiliki tugas sebagai pemimpin, pengatur, pengendali, pengkoordinasi, dan harus bertanggung jawab pada segala kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani tersebut. Berdasarkan hasil wawancara bahwa petani mulai mencoba melakukan praktek budidaya pertanian organik, baik bibit maupun input lainnya berasal dari organik untuk mengantisipasi adanya perubahan kebijakan pemerintah. Hal ini disebabkan karena adanya informasi bahwa pemerintah akan mencabut subsidi kimia pertanian pada tahun 2014. Pertanian organik tersebut bertujuan untuk memproduksi hasil pertanian yang lebih berkualitas, sehat, dan berlanjut yang juga menguntungkan petani.

II. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

PROFIL PETANI RESPONDEN : Bapak Yunus : 60 tahun : SMA : Petani : Peternak Ayam Petelur (Ayam Arab) : 6 jiwa

Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Jumlah Anggota Keluarga Keterangan Anggota Keluarga

Tabel 1. Data Anggota Keluarga No 1. Nama Yunus Kalsumi Hani Mualif Dian Hayati Azahro Fasabik Hub. dg. KK Kepala Keluarga Istri Menantu Anak Kandung Cucu Cucu Umur (Tahun) 60 57 40 37 7 2,5 Pendi dikan SMA SMA S1 S1 TK Pekerjaan Utama Sampingan Peternak Petani Ayam Petelur Petani Dosen Buruh Keterangan

2. 3. 4. 5. 6.

8. Penguasaan Lahan Garapan Pertanian Tabel 2. Data Luas Penguasaan Lahan Pertanian 51

No. 1.

Keterangan Milik Sendiri - digarap sendiri - disewakan - dibagihasilkan Jumlah (a)

Sawah

Jenis Lahan (Ha) Tegal/Kebun Pekarangan

Jumlah

2.

Milik Orang lain - disewa - dibagihasilkan Jumlah (b) Jumlah (a+b)

0 2

0 0

0 0

0 2

9. Kepemilikan Ternak No. 1. 2. 3. 4. Sapi Kambing Ayam Petelur (Ayam Arab) Lainnya... Tabel 3. Data Kepemilikan Ternak Jenis Ternak Jumlah 1500 ekor -

III.

USAHATANI (Kegiatan Bercocok Tanam) : Padi : Jajar Legowo 4:1 atau Konvensional 25 x 25 cm : Jenis Uraian Kegiatan Pengolahan Untuk menggemburkan tanah Lahan dilakukan pembajakan dengan 52

1. Komoditas 2. Pola Tanam 3. Kegiatan Bercocok Tanam No. 1. Waktu Pembajakan pertama

dilakukan pada awal musim tanam dan dibiarkan 2-3 hari. Pembajakan kedua yang disusul oleh pembajakan ketiga 3-5 hari menjelang tanam. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan dan kemarau sekitar Oktober minggu ke-2. Setelah tanam, sawah dikeringkan 2-3 hari, selanjutnya diairi kembali sedikit demi sedikit. 2.

Penanaman

3.

4.

Penyulaman dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam. Penyiangan dilakukan dua kali, yaitu pada saat berumur 3 dan 6 minggu.

Penyulaman

Penyiangan

traktor. Pembuatan selokan sawah atau saluran irigasi sebagai tempat mengalirnya air sehingga menyebar merata di sawah. Pembuatan petak pola tanam dilakukan dengan alat cetak dari kayu dan bambo untuk memudahkan dalam penanaman dan mengatur jarak tanam bibit padi. Petani menggunakan bibit padi sesuai dengan musimnya (bibit padi Logawa pada musim hujan dan padi Adirasa-64 pada musim kemarau). Hal ini disebabkan karena padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim produksi dapat meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Sedangkan produksi dapat menurun di musim hujan, walaupun air melimpah karena penyerbukan kirang intensif. Pada saat penanaman sawah digenangi dengan air agar mempermudah dalam penanaman. Penanaman inilah yang menjadi tugas buruh tani perempuan. Pola tanam yang sering digunakan petani adalah jajar legowo 4:1 dengan tujuan mengurangi kelembaban lingkungan pertanaman, sehingga mengurangi munculnya hamapenyakit tanaman. Tandur (tanam mundur) dilakukan dengan sistem tapin (tanam pindah), satu lubang tanam berisi 3 rumpun padi. Penyulaman juga dilakukan oleh buruh tani perempuan. Penyulaman harus dari bibit dengan jenis yang sama. Buruh tani akan menghilangkan atau mencabut gulma-gulma yang tumbuh liar di sekitar pertanaman sekaligus dengan penggemburan tanah. Selain itu, petani juga melakukan rouging untuk memilah tanaman yang tumbuh secara optimal dari tanaman pengganggu atau tanaman jenis 53

5.

6.

Sejak padi berumur 8 hari, genangan air mencapai 5 cm. Sedangkan padi yang berumur 845 hari digenangi air hingga kedalaman 10-20 cm. Serta pada saat padi mulai berbulir, penggenangan sudah mencapai 20-25 cm. Dan pada saat padi telah menguning, ketinggian air dikurangi sedikit demi sedikit. Pupuk ZA diberikan 2 kali (3-4 minggu dan 6-8 minggu setelah tanam). Pupuk SP-36 diberikan satu hari sebelum tanam.

Pengairan

lain. Menggunakan air irigasi dari saluran irigasi hulu. Irigasi berjalan lancar karena letak lahan di bagian hilir. Air harus bisa menggenangi sawah secara merata. Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan dan sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman padi. Buruh tani juga setiap hari mengontrol bangunan pematang air. Jika pematang rusak, maka segera dilakukan perbaikan pematang. Pekerjaan inilah yang dilakukan oleh buruh tani laki-laki.

Pemupukan

7.

Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 minggu sekali, tergantung dari intensitas serangan hama dan penyakit. Desember minggu ke-1

Terdapat pupuk subsidi dari pemerintah. Petani menggunakan pupuk anorganik berupa SP-36 dan ZA di awal tanam, serta Phonska sebagai pupuk tambahan. Pupuk ZA disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk SP-36 diaplikasikan dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Selain itu, petani juga menggunakan pupuk cair organik berupa pupuk daun. Penyemprotan Petani mengaplikasikan Pestisida insektisida sintetik (Decis). Petani juga mengaplikasikan racun tikus (Timex).

Panen dan Pascapanen

8.

Panen tidak dapat ditargetkan karena sesuai dengan kondisi lingkungan dan pengairannya. Panen umumnya dapat mencapai 8 ton/ha. Produksi dari bibit hibrida digunakan seluruhnya untuk konsumsi. Sedangkan produksi dari bibit lokal sebagian dikonsumsi dan sebagian lagi 54

digunakan sebagai benih untuk masa tanam berikutnya. Namun petani tidak membenihkan benihnya sendiri. Pemanenan menggunakan mesin perontok dari para penyelep gabah basah petani. Hasil dari gabah basah sebagian akan dijual petani pada tengkulak dengan harga Rp 4.000/kg. Petani menggunakan pupuk cair organik berupa pupuk daun yang dibeli oleh petani di toko pertanian di sekitar rumah dan lahan petani. Cara pengendalian/pemberantasan hama/penyakit yang dilakukan petani: a. Menggunakan pestisida kimia : untuk mengendalikan populasi hama serangga, petani menggunakan insektisida dengan nama dagang Decis. Selain itu, petani juga mengaplikasikan racun tikus dengan nama dagang Timex untuk mengendalikan populasi tikus. b. Secara mekanis : petani juga melakukan pengendalian secara mekanis dengan mengambil hama maupun tikus secara manual dengan menggunakan tangan.

IV.

BIAYA, PENERIMAAN, DAN KEUNTUNGAN USAHATANI

1. Biaya Usahatani (satu kali musim tanam) a. Biaya Tetap/TFC (Total Fixed Cost) No. 1. Uraian Sewa Lahan Sewa Alat: 2. a. Traktor Penyusutan Alat : a. Cangkul b. Sabit c. Lempak 1 Rp. 1.000.000,- / Ha Rp. 2.000.000,(sampai selesai) Rp. Rp. Rp. 4.000,3.000,4.000,Rp. 12.000,Rp. 12.000,Rp. 12.000,Rp. 10.036.000, Jumlah (Unit) 2 Ha Harga Biaya

Rp. 4.000.000,- / Ha Rp. 8.000.000,-

3.

3 4 3

Total Biaya Tetap (TFC)

b. Biaya Variabel/TVC (Total Variable Cost) No. 1. 2. Uraian Benih Padi (64 Super) Pupuk : ZA SP-36 Jumlah (Unit) 50 kg Rp. Harga 10.000,Biaya Rp. 500.000,-

400 kg 250 kg

Rp . Rp.

1.440,2.500,-

Rp. 576.000,Rp. 625.000,55

Phonska Obat-obatan : 3. Insektisida (Decis) Tenaga Kerja : Laki-laki Perempuan Air Listrik

100 kg

Rp.

2.340,-

Rp. 234.000,-

4 liter

Rp.

80.000,-

Rp. 320.000,-

4. 5. 6.

25 orang 5 orang

Rp. Rp.

50.000,30.000,400.000,-

Rp. 12.500.000,Rp. 150.000,Rp. 400.000,Rp. 15.605.000,-

1 Rp. Total Biaya Variabel (TVC)

c. Total Biaya/TC (Total Cost) No. 1. 2. Biaya Total Biaya Tetap (Total Fix Cost) Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) Total Biaya (Total Cost) Total Biaya Rp. 10.036.000, Rp. 15.605.000,Rp. 25.641.000,-

2. Penerimaan Usahatani No. 1. 2. Uraian Nilai Produksi (unit) 8 ton/Ha Harga (per satuan unit) Rp. 4.000,- /kg Penerimaan Usahatani (Total Revenue) Jumlah 16 Ton/2 Ha Rp. 64.000.000.Rp. 64.000.000,-

3. Keuntungan Usahatani No. 1. 2. Uraian Total Biaya (Total Cost) Penerimaan Usahatani (Total Revenue) Keuntungan Jumlah Rp. 25.641.000,Rp. 64.000.000,Rp. 38.359.000,-

V. No. 1 Uraian Dikonsumsi sendiri

PEMASARAN HASIL PERTANIAN Jumlah Unit % Pemasaran Lembaga Tempat Alasan Untuk mencukupi 8 kw 10 kebutuhan pangan keluarga dalam 1 musim tanam.

Dijual

72 kw

90

Tengkulak

Didaerah setempat

Mudah akses

dalam penjualan. 56

Tidak butuh tenaga kerja Tingkat rendah. tambahan. kerugian

VI. No Jenis Kelembagaan Kelompok Tani (Wulung Kencana I)

KELEMBAGAAN Lokasi Manfaat Musyawarah tentang bibit baru. Gotong royong dalam perbaikan saluran irigasi.

Rumah Bapak Yunus

(Desa Tunggul Wulung) -

1.

Bimbingan dalam melakukan usaha. Wadah penyalur aspirasi untuk pengajuan alsintan.

VII. No.

KENDALA-KENDALA PETANI DALAM BERUSAHATANI Solusi Petani melakukan pencegahan dengan cara memasang racun tikus (Timex) serta melakukan pengendalian dengan cara mekanik secara manual. Harapan Hasil panen yang terus meningkat.

Kendala Hama Tikus

1.

57

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2013. pertanian.html

http://pertanianstppmedan.blogspot.com/2012/11/pemasaran-hasil-

Anonymous. 2013. http://aminiarin.blogspot.com/2013/07/permasalahan-pengembangankelembagaan.html Badan Litbang. 2009. Pedum IP Padi 400. Badan Litbang Pertanian, Deptan RI: Jakarta. Endang Siti Rahayu, Driyo Prasetya. 2000. Tata Niaga Pertanian. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Hartoyo, Surahman, Sri Marwanti. 2000. Ekonomi Mikro. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Modul Uji Latih Praktek Kerja Lapangan I Konsentrasi Penyuluhan Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat Program Studi Agrobisnis Pertanian Diploma III Fakultas Pertanian Universitas Jambi 2012. Soedarmanto, 1991. Budidaya Tembakau. CV Yasaguna. Jakarta. Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, J. Brian Hardaker. 1996. Ilmu Usaha Tani Dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia. Jakarta. Soepeno, Bambang. 2012. Modul Break Even Point. Polteknik Negeri Malang. Malang. Uphoff. 1992. Local Institution and Participation for Sustainable Development. IIED: London. Zulkifli, Zaini; Diah W.S.; dan Mahyuddin Syam. 2004. Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Meningkatkan Hasil dan Pendapatan Menjaga Kelestarian Lingkungan. Balai Penelitian Tanaman Padi, International Rice Research Institute: (BPPTP - BPTP Sumut - BPTP NTB).

58

Anda mungkin juga menyukai