Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PENGANTAR USAHATANI

SEJARAH PERKEMBANGAN USAHATANI

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Siti Novita Nur P 155040207111068


Handani Nawangsih 165040200111022
Jessica Maria Br Purba 165040201111048
Damaraji N A 165040207111112

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usahatani di Indonesia saat ini sedang dalam tahap berkembang. Usahatani
dilakukan dalam skala yang masih kecil di Indonesia. Usaha tersebut dilakukan
oleh petani kecil. Pengetahuan mengetahui usahatani harus sudah diterapkan pada
seorang petani yang baru akan memulai usahanya. Petani-petani tersebut harus
sudah memiliki keterampilan untuk mengembangkan usahataninya demi
memenuhi kebutuhan sehari-harinya dan untuk dikomersialkan. Dalam konteks
pemahaman mengenai usahatani, seorang petani yang mau berkembang harus
mengetahui konsep ilmu usahatani.
Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari
bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suau usaha
pertanian agar diperoleh hasil yang maksimal. Sumber daya yang dimaksud yaitu
adalah lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Dalam memahami konsep
usahatani, sejarah dari munculnya usahatani penting untuk diketahui. Sejarah
usahatani perlu untuk dipelajari karena sejarah tersebut yang akan menjadi dasar
berkembangnya konsep-konsep mengenai usahatani sehingga mampu menjadikan
petani berkembang dalam menjalankan usahataninya.

1.2 Tujuan
- Mengetahui sejarah perkembangan usahatani agar mampu menjelaskan
bagaimana runtutan sejarah usahatani dari awal terbentuknya hingga
sekarang.
- Mampu memahami bagaimana usahatani terbentuk
II. ISI
 Sejarah dan Perkembangan Usaha Tani
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian
muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi
dirinya sendiri. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian
diistilahkan sebagai kebudayaan agraris. Sebagai bagian dari kebudayaan
manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia
sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah
revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia. Usaha tani (farming) adalah
bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang
dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang
menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani
ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai
peternak. Berdasarkan data statistik yang ada saat ini sekitar 75% penduduk
Indonesia tinggal diwilayah pedesaan. Lebih dari 54% diantaranya
menggantungkan hidup dari sektor pertanian dengan tinggat pendapatan yang
relative rendah jika dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di perkotaan.
Usaha tani di Indonesia diawali dengan sistem ladang berpindah (shifting
cultivation). Sistem ladang berpindah adalah sebuah cara perladangan yang
nomaden dan hanya ditanami beberapa kali dalam jangka waktu satu tahun dan
setelah itu petani akan meninggalkan area ini. Hal ini dikarenakan lahan tersebut
sudah tidak mampu mendukung produktivitas tanaman yang diusahakan. Ladang
dibuat dengan membuka hutan dengan cara dibabat kemudian dibakar. Hal ini
terus dilakukan selama beberapa tahun sampai pada tahun ke 10 – 20 petani akan
kembali lagi pada ladang yang pertama. Beberapa tahun kemudian petani mulai
mengenal sistem pertanian bersawah. Dalam periode ini, orang mulai bermukim
di tempat yang tetap. Selain itu, tanaman padi yang berasal dari daerah padang
rumput kemudian diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang yang
berpindah di atas tanah kering. Dengan timbulnya persawahan, orang mulai
tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal dengan nama “kampong” walaupun
usaha tani persawahan sudah dimulai, namun usaha tani secara “berladang yang
berpindah-pindah” belum ditinggalkan. Selanjutnya, setelah beberapa tahun
kemudian sistem bersawah pun mulai ditemukan oleh penduduk Indonesia. Dalam
periode ini, orang mulai bermukim di tempat yang tetap. Selain itu, tanaman padi
yang berasal dari daerah padang rumput kemudian diusahakan di daerah-daerah
hutan dengan cara berladang yang berpindah di atas tanah kering. Dengan
timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal
dengan nama “kampong” walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai, namun
usaha tani secara “berladang yang berpindah-pindah” belum ditinggalkan.
 Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai di
Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di
Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya
bagi VOC. Sedangkan, pada tahun 1830, Van Den Bosch sebagai gubernur
Jendral Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan ekspor
dan muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang Pokok
Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun
kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921. Dalam system tanam
paksa (Cultuurstelsel) ini, Van den Bosch mewajibkan setiap desa harus
menyisihkan sebagian sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi
ekspor khusunya kopi, tebu, nila dan tembakau. Setelah Indonesia merdeka,
maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak banyak mengalami
perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi
padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah.
Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal
besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah
menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya
pun tak berkembang.
 Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program
Revolusi Hijau yang di masyarakat petani dikenal dengan program BIMAS
(Bimbingan Massal). Tujuan utama dari program tersebut adalah meningkatkan
produktivitas sektor pertanian.
 Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS (Intensifikasi
Khusus), yang meningkatkan efektifitas penerapan teknologi Pasca Usaha Tani
melalui kelompok-kelompok tani dengan luas areal per kelompok rata-rata 50
hektar,setiap kelompok diberi bantuan kredit modal dalam menjalankan usaha
pertaniannya (Lokollo, 2002). Kemudian pada tahun 1980-an pemerintah
meluncurkan program SUPRAINSUS (SI). Program ini merupakan
pengembangan dari Panca Usaha Tani untuk mewujudkan peningkatan
produktivitas tanaman padi.
 Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena
adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang
mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut,
suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia
ke pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat
pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagai stake holder
pembangunan pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor
agribisnis yaitu “pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi.” Untuk sistem pertanian
dan usahatani yang ada sekarang ini masih belum efektif dan efisien dari mulai
proses awal sampai pada saat panen dan pasca panen sehingga masih perlu
diintensifkan sehingga dapat memberikan hasil yang optimum. Untuk itu,
pemerintah berusaha untuk mendongkrak kontribusi sektor pertanian Indonesia
terhadap perekonomian dengan mensosialisasikan sistem agrobisnis,
diferensiasi pertanian, diversifikasi pertanian dengan membuka lahan peranian
baru, sistem pertanian organik, berbagai kebijakan harga dan subsidi pertanian,
kebijakan tentang ekspor-impor komoditas pertanian dan lain-lain. Sistem
pertanian organik khususnya, telah dicanangkan pemerintah sejak akhir tahun
1990-an dan mengusung Indonesia go organik pada tahun 2010, sistem ini pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk
pertanian mengingat rusaknya kesuburan tanah akibat penggunaan pupuk kimia
yang berlebihan dan dalam waktu lama serta pencemaran lingkungan oleh
penggunaan pestisida kimia. Semua upaya pemerintah tersebut bertujuan untuk
meningkatkan distribusi pendapatan petani sehingga dengan ini diharapkan
dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Usahatani dalam perkembangannya hingga menjadi seperti sekarang telah


melalui berbagai masa. Sejarah perkembangannya dimulai dari sistem ladang
berpindah, kemudian bekembang menjadi sistem ladang tetap dan mulai mengenal
sistem persawahan. Dengan adanya pemahaman mengenai sejarah perkembangan
usahatani di Indonesia, kita mampu lebih mengembangkan usahatani yang sudah
ada menjadi lebih baik jika berkaca dari dampak yang diberikan karena adanya
kebijakan-kebijakan dari sejarah yang sudah ada.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Riana, F. D., Dwi, R. A., Dina, N. P., Silvana, M., Wisynu, A. G., Agustina, S.,
dan Riyanti, I. 2012. Modul Pengantar Usaha Tani. Malang. Universitas
Brawijaya

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang. UB Press

Anda mungkin juga menyukai